Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II – TL2201


MODUL 01
ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN

Nama Praktikan : Nasywa Dhiya Kamila


NIM : 15321115
Kelompok/Shift : 4B
Tanggal Praktikum : Kamis, 2 Februari 2023
Tanggal Pengumpulan : Kamis, 9 Februari 2023
PJ Modul : 1. Aryaputra Gandewa Kartasasmita ( 15319094)
2. Wahyu Sasangka Jati (15320063)
Asisten yang Bertugas : 1. Adjis Pramono (15319032)
2. Muhammad Fadhil Abbas (15320111)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
I. Tujuan
I.1 Menentukan profil aliran seragam pada saluran terbuka
I.2 Menentukan nilai koefisien Chezy (c), koefisien Manning (n), dan
bilangan Reynolds pada saluran terbuka
I.3 Menentukan korelasi antara koefisien Chezy (c) dan koefisien Manning
(n)
I.4 Menentukan pengaplikasian di bidang Teknik Lingkungan
II. Data Awal
Data awal yang diperoleh pada praktikum adalag sebagai berikut.
II.1 Data Awal Pendukung Praktikum
Tabel II.1 Data Awal Pengukuran Parameter Pendukung Praktikum
Massa beban 2.5 kg
Suhu awal 27℃
Suhu akhir 27℃
Lebar saluran 0.077 m

II.2 Data Awal Pengamatan Jarak


Tabel II.2 Data Awal Pengamatan Jarak di Hulu dan Hilir Aliran
Titik Jarak di Hulu (m) Jarak di Hilir (m)
x1 0.39 3.94
x2 0.67 4.33
x3 0.99 4.68

II.3 Data Awal Waktu, Kedalaman Hulu, dan Kedalaman Hilir Setiap
Variasi Debit
Tabel II.3 Data Awal Waktu, Kedalaman Hulu, dan Kedalaman Hilir, Setiap
Variasi Debit
Variasi Waktu (s) Kedalaman Hulu (m) Kedalaman Hilir (m)
Debit
𝐭𝟏 𝐭𝟐 𝐭𝟑 𝐭 𝒂𝒗𝒈 𝐲𝟏 𝐲𝟐 𝐲𝟑 𝐲𝐚𝐯𝐠 𝐲𝟏 𝐲𝟐 𝐲𝟑 𝐲𝐚𝐯𝐠

1 10.44 10.91 10.94 10.763 0.0324 0.0321 0.0325 0.0323 0.0255 0.0209 0.0205 0.0223

2 5.53 4.22 5.63 5.1267 0.0473 0.0489 0.0475 0.0479 0.037 0.035 0.032 0.03467

3 4.22 4.06 4.06 4.1133 0.0578 0.0578 0.0572 0.0576 0.0455 0.0427 0.0374 0.04186

II.4 Data Awal untuk Perhitungan Kemiringan Saluran


Tabel II.4 Data Awal untuk Perhitungan Kemiringan Saluran
Kedalaman titik (YS1 ), titik 1 0.031

Kedalaman titik (YS1 ), titik 6 0.0318

Jarak antar titik (Xs) 3.88

II.5 Data Temperatur Air terhadap Densitas Air


Tabel II.5 Data Temperatur (℃) terhadap Densitas Air (kg/m3 )
Temperatur (℃) Densitas Air (𝐤𝐠/𝐦𝟑 )
0 999.9
5 1000.0
10 999.7
15 999.1
20 998.2
30 995.7
40 992.2
50 988.1
60 983.2
70 977.8
80 971.8
90 965.3
100 958.4
(Sumber : Finnemore, E. J dan J.B. Franzini, 2002)
II.6 Data Temperatur Air terhadap Viskositas Kinematis Air
Tabel II.6 Data Temperatur (℃) terhadap Viskositas KinematisAir (m2 /s)
Temperatur (℃) Viskositas Kinematis Air (𝐦𝟐 /𝐬)
0 1.787E-6
5 1.519E-6
10 1.307E-6
20 1.004E-6
30 8.009E-7
40 6.580E-7
50 5.534E-7
60 4.745E-7
70 4.134E-7
80 3.650E-7
90 3.260E-7
100 2.940E-7
(Sumber : Shaughnessy & Ira, 2005)
II.7 Data Koefisien Manning (n) terhadap Bahan Material
Tabel II.7 Koefisien Manning terhadap Bahan Material (n)
Surface Material Manning’s Roughness
Coefficient (n)
Floodplains-pasture, farmland 0.035
Galvanized iron 0.016
Glass 0.010
Gravel, firm 0.023
Lead 0.011
Mansory 0.025
Metal-corrugated 0.022
(Sumber : Engineering ToolBox, 2004)
III. Pengolahan Data
III.1 Pengolahan Data Massa Jenis Air Berdasarkan Suhu (𝜌)
Pada percobaan modul 1, dilakukan pengukuran suhu awal dan suhu
akhir untuk menentukan nilai densitas. Dari pengukuran tersebut, didapatkan
suhu awal air sebesar 27°C dan suhu akhir air sebesar 27°C. Kemudian nilai
kedua suhu tersebut dirata-ratakan dengan persamaan sebagai berikut.
Tawal + Takhir
Tavg =
2
Dengan keterangan, Tavg adalah suhu rata-rata (℃), Tawal adalah suhu awal
(℃), dan Takhir adalah suhu akhir (℃). Maka, suhu rata-rata yang dihitung
menggunakan persamaan di atas sebesar :
Tawal + Takhir
Tavg =
2
27℃ + 27℃
Tavg =
2
Tavg = 27℃
Diperlukan regresi untuk menentukan nilai densitas air yang dinyatakan
dengan sumbu-y dan temperature yang dinyatakan dengan sumbu-x. Data
yang akan diregresikan dapat dilihat pada Tabel II.5. Regresi tersebut dapat
dilihat Gambar II.5.1. Regresi tersebut menghasilkan persamaan sebagai
berikut.

1010
Densitas Air (kg/m^3)

1000 y = -0,415x + 1005,1


990 R² = 0,9511
980
970
960
950
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (C)

Gambar III.1 Grafik Perubahan Densitas Air (kg/m3 ) terhadap Temperatur


(℃)
y = −0.415x + 1005.1
Temperatur rata-rata air hasil percobaan sebesar 27(℃) disubstitusikan ke
dalam persamaan sebagai nilai x.
y = −0.415x + 1005.1
y = −0.415(27) + 1005.1
y = 996.1531 kg/m3
Maka, massa jenis (𝜌) dari fluida yang berupa air tersebut adalah
996.1531 kg/m3 .
III.2 Pengolahan Data Viskositas Kinematis Air (𝜇𝑘 )
Pada percobaan modul 1, pengukuran suhu awal dna suhu akhir saat
praktikum berpengaruh terhadap viskositas fluida. Suhu berpengaruh
terhadap jarak antar molekul. Semakin tinggi suhu fluida, maka jarak antar
molekul air akan semakin lebar. Oleh karena itu, saat suhu tinggi, volume
fluida akan meningkat dan viskositas pun mengecil akibat peningkatan
keenceran dari fluida tersebut.
Berdasarkan Tabel II.6, grafik viskositas kinematis air terhadap
temperatur direpresentasikan pada grafik di bawah ini.

2,00E-06
Viskositas Kinematis

1,50E-06 y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06


R² = 0,983
(m2/s)

1,00E-06

5,00E-07

0,00E+00
0 50 100 150
Temperatur (˚C

Gambar III.2 Grafik Perubahan Viskositas Kinematis Air (m2 /s) terhadap
Temperatur (℃)
Pada Subbab III.1 telah dihitung suhu rata-rata air yaitu sebesar 27℃.
Setelah data suhu rata-rata dan persamaan y = (2 × 10−10 )𝑥 2 −
(3 × 10−8 )𝑥 + (2 × 10−6 ) pada Gambar III.2 diketahui, maka viskositas
kinematis air berdasarkan temperatur dapat dicari dengan mensubstitusi suhu
rata-rata sebagai variable x dan viskositas kinematis sebagai nilai variable y
ke dalam persamaan pada Gambar III.2.
y = (2 × 10−10 )𝑥 2 − (3 × 10−8 )𝑥 + (2 × 10−6 )
y = (2 × 10−10 )(27℃)2 − (3 × 10−8 )(27℃) + (2 × 10−6 )
y = 0.0000013358 m2 /s
Maka, nilai viskositas kinematis air sebesar 0.0000013358 m2 /s.
III.3 Pengolahan Data Waktu Aliran Rata-Rata (tavg )
Pada praktikum kali ini, dalam mencari waktu aliran rata-rata untuk tiap
variasi dilakukan sebanyak 3 variasi yang pada setiap variasinya percobaan
dilakukan 3 kali atau triplo. Tujuan pengulangan percobaan ini adalah untuk
meningkatkan akurasi dan presisi dari hasil pengukuran. Untuk menghitung
waktu rata-rata digunakan persamaan sebagai berikut.
t1 + t 2 + t 3
t avg =
3
Dengan tavg menunjukkan waktu rata-rata pada setiap variasi (s), t1
menunjukkan waktu pada pengukuran pertama (s), t2 menunjukkan waktu
pada pengukuran kedua (s), dan t3 menunjukkan waktu pada pengukuran
ketiga (s).
Perhitungan waktu rata-rata untuk variasi debit pertama adalah sebagai
berikut.
t1 + t 2 + t 3
tavg =
3
10.44 + 10.91 + 10.94
tavg =( )s
3
tavg = 10.7633 s
Waktu aliran rata-rata untuk debit kedua dan ketiga dihitung dengan
persamaan yang sama dan hasil perhitungan tertera pada data akhir.
III.4 Pengolahan Data Kedalaman Rata-Rata Di Hulu dan Hilir
(yavg hulu dan yavg hilir )
Pada praktikum modul 1, terdapat tiga titik pengukuran kedalaman di
hulu dan hilir. Perhitungan kedalaman rata-rata menggunakan persamaan
sebagai berikut.
y1 + y2 + y3
yavg =
3
Dengan keterangan, yavg menyatakan kedalaman rata-rata (m). Sementara
y1, y2 , dan y3 menyatakan kedalaman 1, 2, dan 3 (m). Jika nilai kedalaman
pada masing-masing titik di hulu disubstitusikan ke persamaan di atas, maka
didapat hasil sebagai berikut.
y1 + y2 + y3
yavg hulu =
3
0.0324 + 0.0321 + 0.0325
yavg hulu = ( )m
3
yavg hulu = 0.03233 m
Untuk perhitungan kedalaman rata-rata di hilir unutk variasi debit pertama
adalah sebagai berikut.
y1 + y2 + y3
yavg hilir =
3
0.0255 + 0.0209 + 0.0205
yavg hilir = ( )m
3
yavg hilir = 0.0223 m
Selanjutnya, nilai kedalaman rata-rata di hulu maupun hilir dirata-ratakan
untuk mendapatkan nilai kedalaman rata-rata yang sesunggungnya pada
aliran terbuka. Dengan demikian, diperoleh nilai kedalaman rata-rata
sesungguhnya pada variasi debit pertama sebagai berikut.
yhulu + yhilir
yavg =
2
0.03233 + 0.0223
yavg =( )m
2
yavg = 0.02731677 m
Diperoleh nilai kedalaman rata-rata pada variasi debit pertama sebesar
0.02731677 m. Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan
kedalaman rata-rata dengan langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk
kedalaman rata-rata tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.1.
III.5 Menentukan Luas Penampang Basah
Luas penampang basah dapat diperoleh melalui persamaan sebagai
berikut.
A = b × yavg
Dengan keterangan, A menyatakan luas penampang basah (m2 ), b
menyatakan lebar saluran (m), dan yavg menyatakan kedalaman rata-rata
yang telah dihitung pada Subbab III.4.
A = b × yavg
A = 0.077 m × 0.02731677 m
A = 0.0021034 m2
Diperoleh nilai luas penampang basah (A) variasi debit pertama sebesar
0.0021034 m2 . Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan luas
penampang basah dengan langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk
kedalaman rata-rata tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.2.
III.6 Menentukan Keliling Basah
Keliling basah dapat diperoleh melalui persamaan berikut.
P = (2 × yavg) + b
Dengan keterangan, P menyatakan keliling basah (m), yavg menyatakan
kedalaman rata-rata, dan b menyatakan lebar saluran. Diketahui bahwa
besar lebar saluran ialah 0.077 m dan yavg untuk variasi debit pertama
sebesar 0.02731667 m. Dengan demikian, diperoleh keliling basah dari
aliran variasi pertama sebagai berikut.
P = (2 × yavg ) + b
P = (2 × 0.02731667 m) + 0.077 m
P = 0.1316333 m
Diperoleh nilai keliling basah variasi debit pertama sebesar 0.1316333 m.
Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan keliling basah dengan
langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk kedalaman rata-rata tiap
variasinya dilampirkan pada data akhir.
III.7 Menentukan Jari-Jari Hidrolis (R)
Jari-jari hidrolis dapat diperoleh melalui persamaan sebagai berikut.
A
R=
P
Dengan keterangan, R menyatakan jari-jari hidrolis (m), A menyatakan luas
penampang basah (m), dan P menyatakan keliling basah (m). Diketahui
bahwa A variasi pertama adalah 0.0021034 m2 dan P variasi pertama
sebesar 0.1316333 m. Dengan demikian, diperoleh jari-jari hidrolis dari
aliran variasi pertama sebagai berikut.
A
R=
P
0.0021034 m2
R=
0.1316333 m
R = 0.015979 m
Diperoleh nilai jari-jari hidrolis (R) variasi debit pertama sebesar 0.015979
m. Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan jari-jati hidrolis (R)
dengan langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk kedalaman rata-rata
tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.1.
III.8 Menentukan Debit Aliran (Q)
Dalam menentukan besar debit aliran, akan digunakan pengukuran
berbasis massa dengan prinsip hydraulic bench. Untuk menentukan debit
aliran tersebut digunakan penurunan persamaan sebagai berikut.
mair
ρair = sehingga mair = ρair × Vair
vair
V
Vair = Q × tavg sehingga Q = t air
avg

Kemudian, menurut prinsip tuas kesetimbangan, massa air sama dengan


tiga kali massa beban. Dengan demikian, debit aliran dapat dihitung dengan
persamaan berikut.
3 × mbeban
Q=
tavg × 𝜌𝑎𝑖𝑟
Dengan keterangan, Q ialah debit aktual (m3 /s), Vair adalah volume air
(m3 ), mair ialah massa air kg, mbeban ialah massa beban (kg) dan tavg ialah
waktu rata-rata. Diketahui bahwa besar massa beban adalah 2.5 kg sehingga
massa air sebesar 7.5 kg. Kemudian, untuk variasi pertama diketahui tavg
sebesar 10.7633 s dan 𝜌𝑎𝑖𝑟 sebesar 996.1531kg/m3 . Dengan demikian,
diperoleh debit dari aliran variasi pertama sebagai berikut.
3 × mbeban
Q=
tavg × 𝜌𝑎𝑖𝑟
3 × 2.5 kg
Q=
10.7633 s × 996.1531kg/m3
Q = 0.000699501 m3 /s
Diperoleh nilai Q sebesar 0.000699501 m3 /s untuk variasi debit pertama.
Kemudian, untuk variasi lain dilakukan dengan langkah yang sama. Hasil
perhitungan untuk Q tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.1.
III.9 Menentukan Kecepatan Aliran Fluida (v)
Pada percobaan kali ini, untuk menghitung kecepatan aliran (v) dapat
menggunakan persamaan debit sebagai berikut.
Q akt
v=
A
Dengan v menunjukkan kecepatan aliran (m/s), Q akt menyatakan debit
aktual air (m3 /s) yang telah dijelaskan pada Subbab III.8, dan A
menunjukan luas penampang (m2 ) yang telah dijelaskan pada Subbab
III.5. Dengan demikian, jika nilai-nilai tersebut disubstitusi ke persamaan di
atas akan menghasilkan nilai kecepatan alisan untuk variasi debit pertama
sebagai berikut.
Q akt
v=
A
0.000699501 m3 /s
v=
0.0021034 m2
v = 0.33256 m/s
Diperoleh nilai v sebesar 0.33256 m/s untuk variasi debit pertama.
Kemudian, untuk variasi lain dilakukan dengan langkah yang sama. Hasil
perhitungan untuk v tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.2.
III.10 Menentukan Kemiringan Saluran (Slope)
Pada percobaan kali ini, untuk menghitung kemiringan aliran atau slope
saluran dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.
yS2 − yS1
S=
Xs
Dengan keterangan, S menyatakan slope, yS2 menyatakan kedalaman titik 2
(m), yS1 menyatakan kedalaman titik 1 (m), dan Xs menyatakan jarak antar
titik (m). Titik yang dipilih ialah titik 2 di hulu dan titik 4 di hilir. Dengan
data yang telah diketahui pada Bab II Data Awal bahwa besar yS1 ialah
0.031 m, yS2 ialah 0.0318 m, dan Xs sebesar 3.88 m.
yS2 − yS1
S=
Xs
0.0318 m − 0.031 m
S=
3.88 m
S = 0.000206185567
Maka, besar kemiringan saluran atau slope adalah 0.000206185567.
III.11 Menentukan Koefisien Chezy (C)
Koefisien Chezy (C) untuk setiap variasi debit dapat diperoleh melalui
penurunan persamaan Chezy sebagai berikut.
v = C√R × S
v
C=
√R × S
Dengan keterangan, C menyatakan koefisien kekasaran Chezy, v
menyatakan kecepatan fluida m/s, R menyatakan jari-jari hidrolis (m), dan S
menyatakan slope. Diketahui bahwa untuk variasi debit pertama, R sebesar
0.015979 m, v sebesar 0.33256 m/s, dan S untuk semua variasi sebesar
0.000206185567. Dengan demikian, diperoleh besar koefisien Chezy variasi
debit pertama sebagai berikut.
v
C=
√R × S
0.33256 m/s
C=
√0.015979 m × 0.000206185567
C = 183.2164857
Diperoleh nilai C sebesar 183.216485 untuk variasi debit pertama.
Kemudian, untuk variasi lain dilakukan dengan langkah yang sama. Hasil
perhitungan untuk C tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.2.
III.12 Menentukan Koefisien Ketahanan Manning (n)
Koefisien Manning (n) untuk tiap variasi debit dapat diperoleh melalui
penurunan persamaan Manning sebagai berikut.
1 2 1
v= × R3 × S 2
n
1 2 1
n = × R3 × S 2
v
Dengan keterangan, v menyatakan kecepatan fluida (m/s), R menyatakan
jari-jari hidrolis (m), n menyatakan koefisien kekasaran Manning, dan S
menyatakan slope. Diketahui bahwa untuk variasi debit pertama, R sebesar
0.015979 m, v sebesar 0.33256 m/s, dan S sebesar 0.000206185567. Jika
semua nilai disubstitusi ke persamaan di atas, maka diperoleh koefisien
Manning variasi pertama sebagai berikut.
1 2 1
n= × R3 × S 2
v
1 2 1
n= × (0.015979 m)3 × (0.000206185567)2
v
n = 0.002739224
Diperoleh nilai n sebesar 0.002739224 untuk variasi debit pertama.
Kemudian, untuk variasi lain dilakukan dengan langkah yang sama. Hasil
perhitungan untuk n tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.2.
III.13 Menentukan Bilangan Reynolds (NRE)
Bilangan Reynolds menunjukkan karakteristik apakah aliran dalam
keadaan laminar, transisi, atau turbulen. Untuk menentukan bilangan
Reynolds aliran fluida, dapat menggunakan persamaan berikut.
R×v
NRE =
μk
Dengan keterangan, NRE menyatakan bilangan Reynolds, v menyatakan
kecepatan aliran (m/s), R menyatakan jari-jari hidrolis (m), dan
𝜇𝑘 menyatakan viskositas kinematis (m2 /s). Diketahui bahwa pada variasi
pertama, R sebesar 0.015979 m, v sebesar 0.33256 m/s, dan μk sebesar
0.0000013358 m2 /s. Dengan demikian, diperoleh besar bilangan Reynolds
variasi debit pertama sebagai berikut.
R×v
NRE =
μk
0.015979 m × 0.33256 m/s
NRE =
0.0000013358 m2 /s
NRE = 3.9785 × 103
Diperoleh nilai NRE sebesar 3.9785 × 103 untuk variasi debit pertama.
Kemudian, untuk variasi lain dilakukan dengan langkah yang sama. Hasil
perhitungan NRE untuk tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.2.
IV. Data Akhir
IV.1 Data Hasil Perhitungan Akhir
Tabel IV.1 Hasil Pehitungan Akhir
Volume Q 𝐲𝐚𝐯𝐠 (𝐦) 𝟐
Variasi R 𝐑𝟑 S
𝟑 𝟑
(𝐦 ) (𝐦 /𝐬)

1 0.007529 0.0006995 0.027316 0.015979 0.063441 0.000206186

2 0.007529 0.0014686 0.041283 0.019921 0.0734878 0.000206186


3 0.007529 0.0018304 0.049733 0.021701 0.0776007 0.000206186

Tabel IV.2 Hasil Pehitungan Akhir Lanjutan


Variasi 𝐍𝐑𝐄 A(𝐦𝟐 ) v(m/s) n C
3.978
1 0.00210338 0.33256 0.00274 183.21648
× 103
6.889
2 0.0031788 0.46199 0.02284 227.95221
× 103
7.765
3 0.00382946 0.47797 0.002337 225.96232
× 103

V. Analisa A
V.1 Cara Kerja
Dalam pelaksanaan praktikum, langkah kerja modul 1 dan modul 2
digabung untuk mengefisienkan waktu. Untuk praktikum modul 1 dimulai
dengan diukurnya temperature awal fluida dan dicatata. Data suhu ini akan
digunakan untuk menentukan densitas fluida yang berupa air tersebut melalui
perhitungan pada Subbab III.1 serta viskositas kinematis melalui
perhitungan pada Subbab III.2. Kemudian hydraulic bench dihubungkan ke
sumber listrik sebesar 110 Volt. Seharusnya, hydraulic bench disambungkan
ke 220 Volt, tetapi dikarenakan ada kemungkinan terjadi kebocoran di
laboratorium akibat meluapnya air pada saluran, hydraulic bench
disambungkan ke sumber listrik sebesar 110 Volt.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran kemiringan saluran. Percobaan
diawali dengan dinyalakannya hydraulic bench. Setelah itu, valve diputar
sampai air mengalir ke saluran terbuka atau open channel. Sesaat air
mengalir, pencegat seperti katup pada ujung bagian hilir saluran diturunkan
agar air mengalir di saluran terbuka. Debit yang diatur tidak terlalu besar agar
air tidak meluap. Setelah saluran terisi air, valve diputar sampai debit 0 dan
hydraulic bench dimatikan. Air pada saluran tersebut akan bergelombang
sehingga harus ditunggu terlebih dahulu sampai air stabil. Air bergelombang
dikarenakan terdapat katup yang tertutup di hilir sehingga air kembali ke
hulu. Sebelum kedalaman pada titik diukur, air pada saluran harus dalam
keadaan stabil atau tidak bergelombang. Setelah air stabil, dipilih dua titik (1
titik hulu dan 1 titik hilir) untuk diukur ketinggiannya. Pada percobaan, titik
yang dipilih adalah titik 1 dan 8. Titik tersebut diukur menggunakan alat
pengukur ketinggian dan hasilnya dicatat. Kemudian, jarak antara kedua titik
tersebut diukur menggunakan meteran.
Selanjutnya, percobaan pada modul 1 dilakukan dengan ditetapkannya
tiga titik di hulu serta tiga titik di hilir saluran untuk diukur kedalamannya
untuk tiga variasi debit. Hydraulic bench dinyalakan lalu valve diputar sesuai
debit yang diinginkan. Katup yang terdapat pada ujung hilir dibuka kembali.
Setelah saluran stabil, ketinggian pada enam titik tadi diukur dan dicatat.
Kemudian, jarak enak titik terhadap ujung hulu saluran diukur menggunakan
meteran dan dicatat.
Di sisi lain, tangka pada hydraulic bench dikosongkan terlebih dahulu
dengan menurunkan cam lever. Setelah kosong, cam lever dinaikkan untuk
mengisi tangki. Tepat saat beam bergerak naik, beban segera dipasang dan
waktu diukur menggunakan stopwatch sebanyak tiga kali atau triplo.
Stopwatch dimatikan ketika beam mencapai kesetimbangan atau ketika berat
air pada measuring tank telah mencapai 3 kali berat beban yang dipasang.
Sebelum percobaan diulangi, measuring tank yang awalnya berisi air harus
dikosongkan terlebih dahulu dengan menurunkan cam lever. Setelah variasi
pertama dilakukan, percobaan dilanjutkan dengan percobaan modul 2 lalu
diuangi kembali untuk modul 1 dan begitu seterusnya sampai percobaan
selesai. Setelah selesai, hydraulic bench dimatikan dan suhu fluida diukur
kembali.
V.2 Analisi Data dan Grafik

V.2.1 Grafik Tinggi Muka Air (y) terhadap Jarak Horizontal (x)

Profil aliran pada saluran dengan kemiringan tertentu dapat dilihat


pada grafik kedalaman aliran terhadap jarak antar titik dengan hulu.
Terdapat enak titik yang diukur dengan posisi horizontal untuk
mendapatkan jarak. Berikut merupakan profil aliran dengan variasi
debit dari terkecil (variasi 1) hingga debit terbesar (variasi 3).

0,07
0,06
0,05

y (m)
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 1 2 3 4 5
X (m)

variasi 1 variasi 2 variasi 3

Gambar V.1 Grafik Tinggi Muka Air (y) terhadap Jarak Horizontal (x)
Berdasarkan Gambar V.1, dapat terlihat profil aliran untuk
setiap titik dan variasi dalam percobaan modul 1. Berdasarkan gambar
tersebut, dapat disimpulkan semakin besar debit aliran yang digunakan,
ketinggiannya juga akan semakin besar. Hal ini ditandai dengan
semakin tingginya ketinggian variasi ke-1 hingga variasi ke-3
dikarenakan variasi ke-1 memiliki debit terkecil dan semakin besar
pada variasi 2 dan 3.
Idealnya, profil aliran seragam berupa garis lurus karena
ketinggian ketinggian tiap titik tidak mengalami perubahan. Secara
teoritis, terdapat dua kriteria aliran seragam, yaotu energi, slope, dan
muka air (ketinggian) sejajar serta diferensial kecepatan terhadap jarak
horizontalnya sama dengan 0. Kemudian, jika terdapat hambatan seperti
belokan dalam memasuki saluran tersebut harus berlawanan dengan
gaya gravitasi sehingga hambatan bisa diimbangi dengan gaya gravitasi.
Jika terjadi perubahan kedalaman pada aliran di saluran terbuka maka
aliran dapat dikatakan tidak seragam. Oleh karena itu, grafik profil
aliran pada Gambar V.1 tidak menunjukkan profil aliran seragam yang
sempurna.

V.2.2 Grafik Tinggi Muka Air Rata-Rata (yavg) terhadap Debit Aktual
Q akt )
Setelah mendapatkan data kedalaman rata-rata dan debit aktual
untuk setiap variasi pada Tabel IV.1, diperoleh grafik yang
merepresentasikan yavg (sumbu-y) terhadap Q akt (sumbu-x) tiap variasi
sebagai berikut.

0,06
Kedalaman Rata-Rata
0,05 y = 2,2177x0,6061
0,04 R² = 0,9891
0,03
(m)

0,02
0,01
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
Q aktual (m^3/s)

Gambar V.2 Grafik yavg (m) terhadap Q akt (m3 /s)


Pada regresi linear kedalaman rata-rata (yavg ) terhadap debit
aktual Q akt pada Gambar V.2 didapatkan persamaan y=
2.2177x 0.6061 dan R2 sebesar 1. Nilai R2 ini dikenal dengan sebutan
koefisien determinasi. R2 merupakan suatu nilai yang memperlihatkan
seberapa besar variabel independent (eksogen) mempengaruhi variabel
dependen (endogen) (Ghozali, 2016). R2 bernilai antara 0 sampai 1
yang menunjukan besarnya kombinasi variabel independen berasama-
sama mempengaruhi nilai variabel dependen. Nilai R2 = 0.9891 tersebut
menunjukan 98.91% yavg dipengaruhi oleh Q akt dan 1.09%
menunjukkan pengaruh variabel ketidaktelitian. Dari nilai R2 didapat
nilai R dari akar nilai R2 . Nilai R atau dikenal dengan koefisien
korelasi. Koefisien korelasi menunjukkan hubungan antara dua variabel
saling berkaitan atau tidak. Nilai koefisien korelasi ini berada di antara -
1 hingga +1. Apabila nilai koefisien korelasi semakin mendekati 1,
maka korelasi antara dua variabel tersebut semakin kuat. Jika koefisien
korelasi menunjukkan nilai positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan berbanding lurus, begitu pula kebalikannya (Ibnu, 2022).
Pada percobaan ini didapatkan besar koefisien korelasi (R) yaitu
0.99453. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa korelase antara yavg
terhadap Q akt dan y menunjukkan kedalaman rata-rata (yavg ). Maka,
persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
yavg = 2.2177x 0.6061
Dari persamaan debit, didapatkan perhitungan sebagai berikut.
Q akt = A × v
A = b × 2yavg
Q = b × 2y × v
Q = 2bv × y
1
y= ×Q
2bv
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa nilai teoritis dari pangkat debit
aktual sebesar 1, sedangkan nilai aktual dari percobaan adalah 0.6228.
Akibat adanya perbedaan antara nilai teoritis dan aktual, terdapat galat
yang dihitung menggunkan persamaan sebagai berikut.
Nilai Teoritis − Nilai Aktual
Galat = | | × 100%
Nilai Teoritis
1 − 0.6061
Galat = | | × 100% = 39.39%
1
Diperoleh galat pangkat debit aktual sebesar 39.39% terhadap nilai
teoritis. Galat tersebut cukup besar, sehingga tidak dapat diabaikan.
Namun, data tersebut masih dapat digunakan dengan faktor koreksi.

V.2.3 Grafik Kecepatan Aliran Fluida (v) terhadap Radius Hidrolis


1
Dipangkatkan Setengah (R2 )

Setelah mendapatkan data kecepatan aliran fluida dan akar radius


untuk setiap variasi pada Tabel IV.1 dan Tabel IV.2, diperoleh grafik
1
yang merepresentasikan v(sumbu-y) terhadap R2 (sumbu-x) tiap variasi
sebagai berikut.
0,6
0,5

Kecepatan (m/s)
0,4
0,3 y = 3,0842x
0,2 R² = 0,9918

0,1
0
0,125 0,13 0,135 0,14 0,145 0,15
R^0.5 (m)

1
Gambar V.3 Grafik v terhadap R2
Dari regresi linear di atas, didapatkan nilai R2 sebesar 0.9918.
Nilai R2 merupakan koefisien determinasi yang menunjukan besarnya
pengaruh variable; bebas (sumbu-x) terhadap variabel terikat (sumbu-y)
(Hair, Jr., Joseph F., et. al. (2011)). Maka, grafik di atas menunjukkan
bahwa 99.18% dari nilai kecepatan aliran fluida tiap variasi dipengaruhi
oleh akar radius dan sebesar 0.82% nilai kecepatan aliran fluida tiap
variasi dipengaruhi oleh faktor lain. Dari nilai R2 didapatkan nilai R
atau koefisien korelasi sebesar 0.9958 yang berada di range -1 hingga
1. Dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran fluida berkolerasi lurus
atau berbanding lurus sebesar 99.58% dengan akar radius.
Selain itu, didapat persamaan regresi linear yang mana kecepatan
aliran direpresentasikan oleh sumbu-y dan akar radius direpresentasikan
oleh sumbu-x, sehingga persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
y = 3.0842 x
Untuk mendapatkan koefisien Chezy aktual dari percobaan, kita dapat
menurunkan persamaan Chezy ke persamaan regresi sebagai berikut.
v = C√R × S
1
v = C√S × R2
1
Seperti yang sudah diketahui bahawa, sumbu-y = v dan sumbu-x= R2 .
Dengan demikian,
y = C√S 𝑥
y = m𝑥
m = C√S
m
C=
√S
Dapat diperoleh koefisien Chezy aktual sebagai berikut.
m 3.0842
C= = = 214.7896756
√S √0.000206185567
Untuk mencari koefisien Chezy teoritis digunakan persamaan yang
telah dijelaskan pada Subbab V.3. Dimana koefisien Manning untuk
bahan fiberglass roving dan kedalaman kurang dari 15 cm, nilai
koefisien Manning didapat sebesar 0.028. Literatur yang digunakan
untuk menentukan koefisien Manning tersebut dapat dilihat pada Tabel
II.7. Kemudian, untuk jari-jari hidrolis rata-rata sebesar 0.01920048.,
perhitungan koefisien Chezy teoritis dilakukan sebagai berikut.
1 1
R6 0.019200486
C= = = 18.48107869
n 0.028
Galat koefisien Chezy dapat dihitung sebagai berikut.
Koefisien Teoritis − Koefisien Aktual
Galat = | | × 100%
Koefisien Teoritis
18.48107869 − 214.7896756
Galat = | | × 100% = 1062.21%
18.48107869
Galat hasil percobaan sangat besar yang menunjukkan bahwa hasil
percobaan masing belum sesuai dengan nilai teoritis. Maka dari itu,
dapat disimpulkan terdapat kesalahan selama percobaan berlangsung
yang mempengaruhi hasil percobaan.
V.2.4 Grafik Kecepatan Aliran Fluida (v) terhadap Jari-Jari Hidrolis
2
Pangkat Dua per Tiga (R3 )

0,6
0,5
0,4
v (m/s) 0,3
0,2 y = 5,9591x
R² = 0,9948
0,1
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
R^2/3 (m)

2
Gambar V.4 Grafik v (m/s) terhadap R3 (m)
Pada regresi linear kecepatan aliran (v) terhadap jari-jari hidrolis
pangkat 2/3 (R2/3 ) pada Gambar V.4 didapatkan persamaan y =
10.641x − 0. .3355 dan R2 sebesar 0.9618. Seperti yang telah
dijelaskan pada Bagian V.2.2, R2 atau koefisien determinasi
menunjukkan seberapa besar variabel independen mempengaruhi
variabel dependen (Ghozali, 2016). Maka, berdasarkan Gambar V.4
menunjukkan 99.48% kecepatan aliran (v) dipengaruhi jari-jari hidrolis
pangkat 2/3 (R2/3 ) dan 0.52% menunjukkan pengaruh variabel di luar
persamaan regresi power atau disebut juga variabel ketidaktelitian.
Untuk R atau koefisien korelasi yang juga telah dijelaskan memiliki
nilai 0.9974. Maka, dapat disimpulkan bahwa korelasi antara v terhadap
R2/3 kuat dan berbanding lurus.
Pada persamaan, x menunjukkan jari-jari hidrolis pangkat dua
pertiga (R2/3 ) dan y menunjukkan kecepatan aliran (v). Maka,
persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
2
v = 5.9591(R3 )
Untuk mendapatkan koefisien Manning aktual dari percobaan, maka
dilakukan penurunan persamaan Manning hingga memiliki bentuk
seperti persamaan regresi.
1 1 2
v = ( × S 2 ) × R3
n
Diketahui bahwa y = mx, maka :
1
m= × S1/2
n
1
5.9591 = × S1/2
n
√0.000206186
n= = 0.002409619
5.9591
Diketahui bahwa koefisien Manning untuk bahan fiberglass dan jari-jari
hidrolis rata-ata sebesar 0.01920048 m yaitu sebesar 0.028. Akibat
adanya perbedaan antara nilai teoritis dan aktual, maka terdapat galat
yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
Nilai Teoritis − Nilai Aktual
Galat = | | × 100%
Nilai Teoritis
0.028 − 0.002409619
Galat = | | × 100%
0.028
Galat = 91.39421%
Galat hasil percobaan sangat besar yang menunjukkan bahwa hasil
percobaan masing belum sesuai dengan nilai teoritis. Maka dari itu,
dapat disimpulkan terdapat kesalahan selama percobaan berlangsung
yang mempengaruhi hasil percobaan.

V.3 Analisis Hubungan Koefisien Chezy dengan Manning

Persamaan koefisien manning adalah sebagai berikut.


1
v= × R2/3 × S1/2
n
Dengan v menunjukkan kecepatan aliran (m/s), R menunjukkan jari-jari
hidrolis, n menunjukkan koefisien kekasaran manning, dan S menunjukkan
slope atau kemiringan saluran.
Pada praktikum kali ini, digunakan juga persamaan Chezy untuk
menentukan koefisien kekasaran Chezy (C). Persamaan koefisien kekasaran
Chezy adalah sebagai berikut.
v = C√R × S
Dari kedua persamaan di atas, terdapat hubungan antara koefisien manning
dan koefisien Chezy yang ditunjukkan pada persamaan berikut.
vkoef manning = vkoef chezy
1
× R2/3 × S1/2 = C√R × S
n
1
R6
C=
n
Dengan mengubah bentuk, didapatkan persamaan seperti di atas di mana C
menunjukkan koefisien kekasaran Chezy, R menunjukkan jari-jari hidrolis,
dan n menunjukkan koefisien Manning.

V.4 Analisis Kesalahan


Berdasarkan perhitungan galat pada analisis grafik Subbab V.2,
diperoleh galat yang cukup besar. Hal ini menandakan bahwa terjadi
kesalahan-kesalahan yang dilakukan praktikan selama praktikum
berlangsung. Berikut adalah kesalahan-kesalahan tersebut.
1. Ketidaktepatan pembacaan nilai ketinggian pada alat pengukur
ketinggian yang berupa jangka sorong. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca ketinggian pada
masing-masing titik dikarenakan alat tersebut memiliki skala yang
kecil dan angka yang kurang terlihat. Hal ini dapat memengaruhi
perhitungan baik luas permukaan, keliling basah, jari-jari hidrolis, dan
slope saluran mengingat dalam mencari besaran tersebut dibutuhkan
ketinggian air pada enam titik.
2. Ketidaktepatan dalam peletakkan jarum jangka sorong. Idealnya,
ketika melakukan perhitungan ketinggian muka air, jarum jangka
sorong berada di atas permukaan air. Namun, sangat mungkin terjadi
praktikan meletakkan jarum tersebut tidak tepat di atas pemrukaan air.
Dengan demikian, dalam pembacaan kedalaman pun dapat berbeda
sehingga data kurang akurat.
3. Ketidaktepatan pembacaan waktu oleh praktikan. Seharusnya waktu
dihitung ketika beban diletakkan hingga beban terangkat. Namun, ada
kemungkinan praktikan lalai dan menghitung waktu tidak tepat beban
terangkat sehingga mengakibatkan besar debit yang terhitung.
4. Ketidaktepatan pembacaan nilai jarak pada meteran. Hal ini
disebabkan kurang stabilnya praktikan dalam memegang meteran
sehingga perhitungan slope tidak akurat yang berdampak pada
koefisien Chezy dan koefisien Manning.
VI. Analisa B
Pada praktikum modul 1, praktikan melakukan analisis terhadap aliran
pada saluran terbuka. Di bawah ini merupakan penerapan atau pengaplikasian
aliran pada saluran terbuka di bidang Teknik Lingkungan.
1. Sistem Drainase
Sistem drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan
limpahan air hujan atau kelebihan air lainnya dari satu tempat ke
tempat lainnya, seperti wadah air, baik yang alamiah maupun buatan.
Saluran drainase bukanlah saluran alami. Dengan demikian, dimensi
saluran direncanakan sedemikian rupa agar mampu mengalirkan air
dengan kapasitas tertentu untuk suatu luas penampang (A) dan
kemiringan saluran tertentu. Saluran drainase yang paling umum
digunakan adalah saluran dengan penampang trapezium yang
membutuhkan pertimbangan mengenai efisiensi hidrolika dan faktor
ekonomi ketika pembuatannya.

Gambar VI.1 Saluran Drainase Berpenampang Terbuka


(Sumber : www.precast.co.id)
2. Kanal Irigasi
Saluran Irigasi berawal dari intake sampai badan air yang dipakai
untuk menerima air yang sudah atau bekas dipakai dan kelebihan air
ada pada daerah irigasi. Umumnya pengaliran air irigasi menggunakan
saluran terbuka yang memiliki permukaan air bebas. System kanal ini
dibuat dengan konsep regim alisan yang didesain agar aliran air
terkontrol dala aliran seragam. Dengan demikian, prinsip aliran
terbuka dan seragam dapat digunakan untuk mendesain kanal irigasi.

Gambar VI.2 Kanal Irigasi


(Sumber : sda.pu.go.id)
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan antara kedalaman
rata-rata enam titik dengan jarak antar titik pada masing-masing
variasi debit menghasilkan profil aliran seperti yang tertera pada
Gambar V.1. Namun, setelah ditinjau, terdapat perbedaan kedalaman
sehingga profil tersebut kurang tepat untuk menunjukan profil aliran
seragam
2. Nilai koefisien Chezy (C), koefisien Manning (n), dan bilangan
Reynolds pada masing-masing variasi debit aliran pada percobaan
tertera pada Tabel IV.2.
3. Korelasi antara koefisien Chezy (C) dengan koefisien Manning (n)
adalah berbanding terbalik sebagaimana direpresentasikan dalam
persamaan berikut.
1
R6
C=
n

4. Di bidang Teknik Lingkungan, aliran seragam dan kemiringan saluran


dapat digunakan untuk mendukung dalam proses pembuatan kanal
irigasi dan saluran drainase.
VIII. Daftar Pustaka
Finnemore, E. J. and J. B. Franzini. (2002). Fluid Mechanics with
Engineering Applications. Mc. Graw Hill, New York. Diakses pada 31
Januari 2023.
Precast. 2020. Jenis dan Definisi Drainase. Jenis dan Definisi Drainase -
Beton Precast. Diakses pada 8 Februari 2023
Tim Praktikum Mekanika Fluida TL2201. (2023). Modul Praktikum
Mekanika Fluida II. Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan ITB.
ToolBox, E. (2004). Manning’s Roughness Coefficients for common
materials.https://www.engineeringtoolbox.com/mannings-
roughness d_799.html. Diakses pada 7 Februari 2023.
IX. Lampiran
Platform : Microsoft excel untuk data pengolahan dan internet untuk sumber
data lain

Lampiran IX.1 Pengolahan Data (1)


Lampiran IX.2 Pengolahan Data (2)

Anda mungkin juga menyukai