II.3 Data Awal Waktu, Kedalaman Hulu, dan Kedalaman Hilir Setiap
Variasi Debit
Tabel II.3 Data Awal Waktu, Kedalaman Hulu, dan Kedalaman Hilir, Setiap
Variasi Debit
Variasi Waktu (s) Kedalaman Hulu (m) Kedalaman Hilir (m)
Debit
𝐭𝟏 𝐭𝟐 𝐭𝟑 𝐭 𝒂𝒗𝒈 𝐲𝟏 𝐲𝟐 𝐲𝟑 𝐲𝐚𝐯𝐠 𝐲𝟏 𝐲𝟐 𝐲𝟑 𝐲𝐚𝐯𝐠
1 10.44 10.91 10.94 10.763 0.0324 0.0321 0.0325 0.0323 0.0255 0.0209 0.0205 0.0223
2 5.53 4.22 5.63 5.1267 0.0473 0.0489 0.0475 0.0479 0.037 0.035 0.032 0.03467
3 4.22 4.06 4.06 4.1133 0.0578 0.0578 0.0572 0.0576 0.0455 0.0427 0.0374 0.04186
1010
Densitas Air (kg/m^3)
2,00E-06
Viskositas Kinematis
1,00E-06
5,00E-07
0,00E+00
0 50 100 150
Temperatur (˚C
Gambar III.2 Grafik Perubahan Viskositas Kinematis Air (m2 /s) terhadap
Temperatur (℃)
Pada Subbab III.1 telah dihitung suhu rata-rata air yaitu sebesar 27℃.
Setelah data suhu rata-rata dan persamaan y = (2 × 10−10 )𝑥 2 −
(3 × 10−8 )𝑥 + (2 × 10−6 ) pada Gambar III.2 diketahui, maka viskositas
kinematis air berdasarkan temperatur dapat dicari dengan mensubstitusi suhu
rata-rata sebagai variable x dan viskositas kinematis sebagai nilai variable y
ke dalam persamaan pada Gambar III.2.
y = (2 × 10−10 )𝑥 2 − (3 × 10−8 )𝑥 + (2 × 10−6 )
y = (2 × 10−10 )(27℃)2 − (3 × 10−8 )(27℃) + (2 × 10−6 )
y = 0.0000013358 m2 /s
Maka, nilai viskositas kinematis air sebesar 0.0000013358 m2 /s.
III.3 Pengolahan Data Waktu Aliran Rata-Rata (tavg )
Pada praktikum kali ini, dalam mencari waktu aliran rata-rata untuk tiap
variasi dilakukan sebanyak 3 variasi yang pada setiap variasinya percobaan
dilakukan 3 kali atau triplo. Tujuan pengulangan percobaan ini adalah untuk
meningkatkan akurasi dan presisi dari hasil pengukuran. Untuk menghitung
waktu rata-rata digunakan persamaan sebagai berikut.
t1 + t 2 + t 3
t avg =
3
Dengan tavg menunjukkan waktu rata-rata pada setiap variasi (s), t1
menunjukkan waktu pada pengukuran pertama (s), t2 menunjukkan waktu
pada pengukuran kedua (s), dan t3 menunjukkan waktu pada pengukuran
ketiga (s).
Perhitungan waktu rata-rata untuk variasi debit pertama adalah sebagai
berikut.
t1 + t 2 + t 3
tavg =
3
10.44 + 10.91 + 10.94
tavg =( )s
3
tavg = 10.7633 s
Waktu aliran rata-rata untuk debit kedua dan ketiga dihitung dengan
persamaan yang sama dan hasil perhitungan tertera pada data akhir.
III.4 Pengolahan Data Kedalaman Rata-Rata Di Hulu dan Hilir
(yavg hulu dan yavg hilir )
Pada praktikum modul 1, terdapat tiga titik pengukuran kedalaman di
hulu dan hilir. Perhitungan kedalaman rata-rata menggunakan persamaan
sebagai berikut.
y1 + y2 + y3
yavg =
3
Dengan keterangan, yavg menyatakan kedalaman rata-rata (m). Sementara
y1, y2 , dan y3 menyatakan kedalaman 1, 2, dan 3 (m). Jika nilai kedalaman
pada masing-masing titik di hulu disubstitusikan ke persamaan di atas, maka
didapat hasil sebagai berikut.
y1 + y2 + y3
yavg hulu =
3
0.0324 + 0.0321 + 0.0325
yavg hulu = ( )m
3
yavg hulu = 0.03233 m
Untuk perhitungan kedalaman rata-rata di hilir unutk variasi debit pertama
adalah sebagai berikut.
y1 + y2 + y3
yavg hilir =
3
0.0255 + 0.0209 + 0.0205
yavg hilir = ( )m
3
yavg hilir = 0.0223 m
Selanjutnya, nilai kedalaman rata-rata di hulu maupun hilir dirata-ratakan
untuk mendapatkan nilai kedalaman rata-rata yang sesunggungnya pada
aliran terbuka. Dengan demikian, diperoleh nilai kedalaman rata-rata
sesungguhnya pada variasi debit pertama sebagai berikut.
yhulu + yhilir
yavg =
2
0.03233 + 0.0223
yavg =( )m
2
yavg = 0.02731677 m
Diperoleh nilai kedalaman rata-rata pada variasi debit pertama sebesar
0.02731677 m. Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan
kedalaman rata-rata dengan langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk
kedalaman rata-rata tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.1.
III.5 Menentukan Luas Penampang Basah
Luas penampang basah dapat diperoleh melalui persamaan sebagai
berikut.
A = b × yavg
Dengan keterangan, A menyatakan luas penampang basah (m2 ), b
menyatakan lebar saluran (m), dan yavg menyatakan kedalaman rata-rata
yang telah dihitung pada Subbab III.4.
A = b × yavg
A = 0.077 m × 0.02731677 m
A = 0.0021034 m2
Diperoleh nilai luas penampang basah (A) variasi debit pertama sebesar
0.0021034 m2 . Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan luas
penampang basah dengan langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk
kedalaman rata-rata tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.2.
III.6 Menentukan Keliling Basah
Keliling basah dapat diperoleh melalui persamaan berikut.
P = (2 × yavg) + b
Dengan keterangan, P menyatakan keliling basah (m), yavg menyatakan
kedalaman rata-rata, dan b menyatakan lebar saluran. Diketahui bahwa
besar lebar saluran ialah 0.077 m dan yavg untuk variasi debit pertama
sebesar 0.02731667 m. Dengan demikian, diperoleh keliling basah dari
aliran variasi pertama sebagai berikut.
P = (2 × yavg ) + b
P = (2 × 0.02731667 m) + 0.077 m
P = 0.1316333 m
Diperoleh nilai keliling basah variasi debit pertama sebesar 0.1316333 m.
Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan keliling basah dengan
langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk kedalaman rata-rata tiap
variasinya dilampirkan pada data akhir.
III.7 Menentukan Jari-Jari Hidrolis (R)
Jari-jari hidrolis dapat diperoleh melalui persamaan sebagai berikut.
A
R=
P
Dengan keterangan, R menyatakan jari-jari hidrolis (m), A menyatakan luas
penampang basah (m), dan P menyatakan keliling basah (m). Diketahui
bahwa A variasi pertama adalah 0.0021034 m2 dan P variasi pertama
sebesar 0.1316333 m. Dengan demikian, diperoleh jari-jari hidrolis dari
aliran variasi pertama sebagai berikut.
A
R=
P
0.0021034 m2
R=
0.1316333 m
R = 0.015979 m
Diperoleh nilai jari-jari hidrolis (R) variasi debit pertama sebesar 0.015979
m. Kemudian, untuk variasi debit lain akan didapatkan jari-jati hidrolis (R)
dengan langkah yang sama. Hasil perhitungan untuk kedalaman rata-rata
tiap variasinya dilampirkan pada Tabel IV.1.
III.8 Menentukan Debit Aliran (Q)
Dalam menentukan besar debit aliran, akan digunakan pengukuran
berbasis massa dengan prinsip hydraulic bench. Untuk menentukan debit
aliran tersebut digunakan penurunan persamaan sebagai berikut.
mair
ρair = sehingga mair = ρair × Vair
vair
V
Vair = Q × tavg sehingga Q = t air
avg
V. Analisa A
V.1 Cara Kerja
Dalam pelaksanaan praktikum, langkah kerja modul 1 dan modul 2
digabung untuk mengefisienkan waktu. Untuk praktikum modul 1 dimulai
dengan diukurnya temperature awal fluida dan dicatata. Data suhu ini akan
digunakan untuk menentukan densitas fluida yang berupa air tersebut melalui
perhitungan pada Subbab III.1 serta viskositas kinematis melalui
perhitungan pada Subbab III.2. Kemudian hydraulic bench dihubungkan ke
sumber listrik sebesar 110 Volt. Seharusnya, hydraulic bench disambungkan
ke 220 Volt, tetapi dikarenakan ada kemungkinan terjadi kebocoran di
laboratorium akibat meluapnya air pada saluran, hydraulic bench
disambungkan ke sumber listrik sebesar 110 Volt.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran kemiringan saluran. Percobaan
diawali dengan dinyalakannya hydraulic bench. Setelah itu, valve diputar
sampai air mengalir ke saluran terbuka atau open channel. Sesaat air
mengalir, pencegat seperti katup pada ujung bagian hilir saluran diturunkan
agar air mengalir di saluran terbuka. Debit yang diatur tidak terlalu besar agar
air tidak meluap. Setelah saluran terisi air, valve diputar sampai debit 0 dan
hydraulic bench dimatikan. Air pada saluran tersebut akan bergelombang
sehingga harus ditunggu terlebih dahulu sampai air stabil. Air bergelombang
dikarenakan terdapat katup yang tertutup di hilir sehingga air kembali ke
hulu. Sebelum kedalaman pada titik diukur, air pada saluran harus dalam
keadaan stabil atau tidak bergelombang. Setelah air stabil, dipilih dua titik (1
titik hulu dan 1 titik hilir) untuk diukur ketinggiannya. Pada percobaan, titik
yang dipilih adalah titik 1 dan 8. Titik tersebut diukur menggunakan alat
pengukur ketinggian dan hasilnya dicatat. Kemudian, jarak antara kedua titik
tersebut diukur menggunakan meteran.
Selanjutnya, percobaan pada modul 1 dilakukan dengan ditetapkannya
tiga titik di hulu serta tiga titik di hilir saluran untuk diukur kedalamannya
untuk tiga variasi debit. Hydraulic bench dinyalakan lalu valve diputar sesuai
debit yang diinginkan. Katup yang terdapat pada ujung hilir dibuka kembali.
Setelah saluran stabil, ketinggian pada enam titik tadi diukur dan dicatat.
Kemudian, jarak enak titik terhadap ujung hulu saluran diukur menggunakan
meteran dan dicatat.
Di sisi lain, tangka pada hydraulic bench dikosongkan terlebih dahulu
dengan menurunkan cam lever. Setelah kosong, cam lever dinaikkan untuk
mengisi tangki. Tepat saat beam bergerak naik, beban segera dipasang dan
waktu diukur menggunakan stopwatch sebanyak tiga kali atau triplo.
Stopwatch dimatikan ketika beam mencapai kesetimbangan atau ketika berat
air pada measuring tank telah mencapai 3 kali berat beban yang dipasang.
Sebelum percobaan diulangi, measuring tank yang awalnya berisi air harus
dikosongkan terlebih dahulu dengan menurunkan cam lever. Setelah variasi
pertama dilakukan, percobaan dilanjutkan dengan percobaan modul 2 lalu
diuangi kembali untuk modul 1 dan begitu seterusnya sampai percobaan
selesai. Setelah selesai, hydraulic bench dimatikan dan suhu fluida diukur
kembali.
V.2 Analisi Data dan Grafik
V.2.1 Grafik Tinggi Muka Air (y) terhadap Jarak Horizontal (x)
0,07
0,06
0,05
y (m)
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 1 2 3 4 5
X (m)
Gambar V.1 Grafik Tinggi Muka Air (y) terhadap Jarak Horizontal (x)
Berdasarkan Gambar V.1, dapat terlihat profil aliran untuk
setiap titik dan variasi dalam percobaan modul 1. Berdasarkan gambar
tersebut, dapat disimpulkan semakin besar debit aliran yang digunakan,
ketinggiannya juga akan semakin besar. Hal ini ditandai dengan
semakin tingginya ketinggian variasi ke-1 hingga variasi ke-3
dikarenakan variasi ke-1 memiliki debit terkecil dan semakin besar
pada variasi 2 dan 3.
Idealnya, profil aliran seragam berupa garis lurus karena
ketinggian ketinggian tiap titik tidak mengalami perubahan. Secara
teoritis, terdapat dua kriteria aliran seragam, yaotu energi, slope, dan
muka air (ketinggian) sejajar serta diferensial kecepatan terhadap jarak
horizontalnya sama dengan 0. Kemudian, jika terdapat hambatan seperti
belokan dalam memasuki saluran tersebut harus berlawanan dengan
gaya gravitasi sehingga hambatan bisa diimbangi dengan gaya gravitasi.
Jika terjadi perubahan kedalaman pada aliran di saluran terbuka maka
aliran dapat dikatakan tidak seragam. Oleh karena itu, grafik profil
aliran pada Gambar V.1 tidak menunjukkan profil aliran seragam yang
sempurna.
V.2.2 Grafik Tinggi Muka Air Rata-Rata (yavg) terhadap Debit Aktual
Q akt )
Setelah mendapatkan data kedalaman rata-rata dan debit aktual
untuk setiap variasi pada Tabel IV.1, diperoleh grafik yang
merepresentasikan yavg (sumbu-y) terhadap Q akt (sumbu-x) tiap variasi
sebagai berikut.
0,06
Kedalaman Rata-Rata
0,05 y = 2,2177x0,6061
0,04 R² = 0,9891
0,03
(m)
0,02
0,01
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
Q aktual (m^3/s)
Kecepatan (m/s)
0,4
0,3 y = 3,0842x
0,2 R² = 0,9918
0,1
0
0,125 0,13 0,135 0,14 0,145 0,15
R^0.5 (m)
1
Gambar V.3 Grafik v terhadap R2
Dari regresi linear di atas, didapatkan nilai R2 sebesar 0.9918.
Nilai R2 merupakan koefisien determinasi yang menunjukan besarnya
pengaruh variable; bebas (sumbu-x) terhadap variabel terikat (sumbu-y)
(Hair, Jr., Joseph F., et. al. (2011)). Maka, grafik di atas menunjukkan
bahwa 99.18% dari nilai kecepatan aliran fluida tiap variasi dipengaruhi
oleh akar radius dan sebesar 0.82% nilai kecepatan aliran fluida tiap
variasi dipengaruhi oleh faktor lain. Dari nilai R2 didapatkan nilai R
atau koefisien korelasi sebesar 0.9958 yang berada di range -1 hingga
1. Dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran fluida berkolerasi lurus
atau berbanding lurus sebesar 99.58% dengan akar radius.
Selain itu, didapat persamaan regresi linear yang mana kecepatan
aliran direpresentasikan oleh sumbu-y dan akar radius direpresentasikan
oleh sumbu-x, sehingga persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
y = 3.0842 x
Untuk mendapatkan koefisien Chezy aktual dari percobaan, kita dapat
menurunkan persamaan Chezy ke persamaan regresi sebagai berikut.
v = C√R × S
1
v = C√S × R2
1
Seperti yang sudah diketahui bahawa, sumbu-y = v dan sumbu-x= R2 .
Dengan demikian,
y = C√S 𝑥
y = m𝑥
m = C√S
m
C=
√S
Dapat diperoleh koefisien Chezy aktual sebagai berikut.
m 3.0842
C= = = 214.7896756
√S √0.000206185567
Untuk mencari koefisien Chezy teoritis digunakan persamaan yang
telah dijelaskan pada Subbab V.3. Dimana koefisien Manning untuk
bahan fiberglass roving dan kedalaman kurang dari 15 cm, nilai
koefisien Manning didapat sebesar 0.028. Literatur yang digunakan
untuk menentukan koefisien Manning tersebut dapat dilihat pada Tabel
II.7. Kemudian, untuk jari-jari hidrolis rata-rata sebesar 0.01920048.,
perhitungan koefisien Chezy teoritis dilakukan sebagai berikut.
1 1
R6 0.019200486
C= = = 18.48107869
n 0.028
Galat koefisien Chezy dapat dihitung sebagai berikut.
Koefisien Teoritis − Koefisien Aktual
Galat = | | × 100%
Koefisien Teoritis
18.48107869 − 214.7896756
Galat = | | × 100% = 1062.21%
18.48107869
Galat hasil percobaan sangat besar yang menunjukkan bahwa hasil
percobaan masing belum sesuai dengan nilai teoritis. Maka dari itu,
dapat disimpulkan terdapat kesalahan selama percobaan berlangsung
yang mempengaruhi hasil percobaan.
V.2.4 Grafik Kecepatan Aliran Fluida (v) terhadap Jari-Jari Hidrolis
2
Pangkat Dua per Tiga (R3 )
0,6
0,5
0,4
v (m/s) 0,3
0,2 y = 5,9591x
R² = 0,9948
0,1
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
R^2/3 (m)
2
Gambar V.4 Grafik v (m/s) terhadap R3 (m)
Pada regresi linear kecepatan aliran (v) terhadap jari-jari hidrolis
pangkat 2/3 (R2/3 ) pada Gambar V.4 didapatkan persamaan y =
10.641x − 0. .3355 dan R2 sebesar 0.9618. Seperti yang telah
dijelaskan pada Bagian V.2.2, R2 atau koefisien determinasi
menunjukkan seberapa besar variabel independen mempengaruhi
variabel dependen (Ghozali, 2016). Maka, berdasarkan Gambar V.4
menunjukkan 99.48% kecepatan aliran (v) dipengaruhi jari-jari hidrolis
pangkat 2/3 (R2/3 ) dan 0.52% menunjukkan pengaruh variabel di luar
persamaan regresi power atau disebut juga variabel ketidaktelitian.
Untuk R atau koefisien korelasi yang juga telah dijelaskan memiliki
nilai 0.9974. Maka, dapat disimpulkan bahwa korelasi antara v terhadap
R2/3 kuat dan berbanding lurus.
Pada persamaan, x menunjukkan jari-jari hidrolis pangkat dua
pertiga (R2/3 ) dan y menunjukkan kecepatan aliran (v). Maka,
persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
2
v = 5.9591(R3 )
Untuk mendapatkan koefisien Manning aktual dari percobaan, maka
dilakukan penurunan persamaan Manning hingga memiliki bentuk
seperti persamaan regresi.
1 1 2
v = ( × S 2 ) × R3
n
Diketahui bahwa y = mx, maka :
1
m= × S1/2
n
1
5.9591 = × S1/2
n
√0.000206186
n= = 0.002409619
5.9591
Diketahui bahwa koefisien Manning untuk bahan fiberglass dan jari-jari
hidrolis rata-ata sebesar 0.01920048 m yaitu sebesar 0.028. Akibat
adanya perbedaan antara nilai teoritis dan aktual, maka terdapat galat
yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
Nilai Teoritis − Nilai Aktual
Galat = | | × 100%
Nilai Teoritis
0.028 − 0.002409619
Galat = | | × 100%
0.028
Galat = 91.39421%
Galat hasil percobaan sangat besar yang menunjukkan bahwa hasil
percobaan masing belum sesuai dengan nilai teoritis. Maka dari itu,
dapat disimpulkan terdapat kesalahan selama percobaan berlangsung
yang mempengaruhi hasil percobaan.