Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II – TL 2201

MODUL 04
Aliran di Atas Ambang Lebar dan
Ambang Tajam

Nama Praktikan : Fachry Sihombing

NIM : 15321082

Kelompok/Shift : 7A

Tanggal Praktikum : 23 Februari 2023

Tanggal Pengumpulan : 2 Maret 2023

PJ Modul : Adjis Pramono (15319032)


Muhammad Fadhil Abbas (15320111)

Asisten : Clera Halla Zahira (15319062)


Fadhlurrahman Adriansyah (15320076)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
A.Ambang Lebar
1.Tujuan Praktikum
1.1 Menentukan nilai debit aktual (Q aktual) dengan menggunakan ambang lebar
sebagai alat ukur untuk menentukan kedalaman
1.2 Menentukan nilai koefisien discharge (Cd),
1.3 Menentukan nilai energi spesifik (Es),kedalaman kritis (Yc)
1.4 Menentukan nilai kedalaman kritis (Yc) dan bilangan Froude (Fr)
2. Data Awal
Massa beban : 2.5 kg Tinggi ambang lebar : 0.025 m
Massa air : 7.5 kg Lebar ambang : 0.077 m
Suhu awal : 28℃ Gravitasi : 9.81 m/s2
Suhu akhir : 27℃
Suhu rata-rata : 27.5℃
Tabel 2.1 Data awal hasil pengamatan waktu

Waktu (s)
Variasi
T1 T2 T3 T rata-rata

1 17.37 17.44 17.2 17.337

2 7.32 7.31 7.31 7.313

3 3.59 3.72 3.84 3.717

Tabel 2.2 Data awal hasil pengamatan kedalaman


Variasi Kedalaman (m)

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
1 0.0452 0.0465 0.0421 0.0364 0.0323 0.0044 0.0162 0.025

2 0.0636 0.0625 0.0594 0.0486 0.0449 0.0129 0.037 0.0356

3 0.0791 0.079 0.0721 0.062 0.0556 0.0235 0.0427 0.0484


Tabel 2.3 Data awal hasil pengamatan jarak
Jarak (m)
Variasi
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

1 1.08 1.44 1.55 1.6 1.65 1.7 1.95 2.86


2 1.08 1.44 1.55 1.6 1.65 1.7 2.26 2.86
3 1.08 1.44 1.55 1.6 1.65 1.75 2.21 3.54

Tabel 2.4 Data referensi massa jenis fluida terhadap temperatur

T(oc) Massa Jenis

(kg/m3 )

0 999,9

5 1000

10 999,7

15 999,1

20 998,2

30 995,7

40 992,2

50 988,1

60 983,2

70 977,8

80 971,8

90 965,3

100 958,4
(Sumber : Munson ,2009)

Tabel 2.5 Data referensi pengaruh suhu terhadap viskositas kinematis air

Temperatur Viskositas Kinematik


T (℃) V (m2/s)

0 0,000001792
5 0,000001519
10 0,000001308
15 0,000001141
20 0,000001007
30 0,000000804
40 0,000000661
50 0,000000556
60 0,000000447
70 0,000000415
80 0,000000367
90 0,000000328
100 0,000000296
(Sumber : Potter and Wigger 2008)

III.Pengolahan Data
III.1 Massa Jenis
Berdasarkan Tabel 2.4 Didapatkan sebuah persamaan antara suhu dan massa jenis,
yaitu dengan regresi yaitu :
Y = -0,0036𝑥 2 -0,00675x+1000,6
y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6
R² = 0.9992

Gambar 3.1 Grafik suhu terhadap massa jenis


Dari percobaan, didapat suhu awal fluida adalah 28℃ dan suhu akhir fluida adalah
27℃.Oleh karena itu, suhu rata-ratanya adalah :
27+28
Trata-rata = = 27,5℃.Massa Jenis fluida pada percobaan dapat dihitung
2

menggunakan persamaan tersebut, dengan variabel y sebagai massa jenis dan


variabel x sebagai suhu fluida rata-rata.Oleh karena itu, dengan memasukkan
variabel x = 27,5, nilai massa jenis fluida yang didapat adalah 996.02 kg/𝑚 3
III.2 Viskositas Fluida
Berdasarkan Tabel II.5 didapatkan sebuag persamaan antara suhu dan viskositas
,yaitu :
Y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06

y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06


R² = 0.9827

Gambar 3.2 Grafik viskositas terhadap suhu


Dari percobaan, didapat suhu awal fluida adalah 28℃ dan suhu akhir fluida adalah
27℃.Oleh karena itu, suhu rata-ratanya adalah :
27+28
Trata-rata = = 27,5℃ Viskositas fluida pada percobaan dapat dihitung
2

menggunakan persamaan tersebut, dengan variabel y sebagai viskositas dan


variabel x sebagai suhu fluida rata-rata.Oleh karena itu, dengan memasukkan
variabel x = 27,5, nilai viskositas fluida didapat sebesar 13.26 x 10-7 Ns/m2
III.3 Volume air
Volume air diperoleh dengan menggunakan data massa dan massa jenis air
yang telah diketahui.Volume air dalam percobaan ini konstan.
𝑚
V=
𝜌
7,5 𝑘𝑔
V=
996,02 𝑘𝑔/𝑚3

V = 0,00753 m3
III.4 Debit Aktual
Pengukuran Debit aktual pada praktikum ini adalah pengukuran berbasis massa
menggunakan hydraulic bench.Untuk menghitung debit aliran air pada variasi 1,
dapat menggunakan rumus dan perhitungan sebagai berikut
𝑉 𝑚 𝑎𝑖𝑟
Qaktual = =
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
7,5 𝑘𝑔
Qaktual = = 0,00043 𝑚 3 /s
17.337 𝑠 𝑥 996,02 𝑘𝑔/𝑚3

Perhitungan debit aktual untuk variasi lain dilakukan dengan proses


perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.Hasil Perhitungan
untuk debit aktual tiap variasinya dilampirkan pada Data akhir.
III.5 Luas Penampang
Perhitungan luas penampang adalah sebagai berikut.Kedalaman yang
digunakan adalah kedalaman rata-rata setiap variasi yang telah dihitung
sebelumnya,untuk variasi pada titik 1. maka perhitungannya sebagai berikut
A = b x Yrata-rata = 0,077 m x 0,0452 m = 0,00348 m2
Perhitungan luas penampang untuk variasi lain dan titik lain dilakukan
dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.
III.6 Tinggi muka air diatas ambang (y’)
Titik 3,4, dan 5 berada di atas ambang.Oleh karena itu, tinggi muka air pada titik
3,4,5 merupakan partambahan antara tinggi ambang (p) dengn kedalaman
aktualnya.Sementara pada titik lainnya, y’ adalah kedalaman air.Tinggi muka air
di atas ambang dapat dicati melalui persamaan berikut.
Y’= y-p
Tinggi muka air diatas ambang pada titik 3,4, dan 5 variasi debit 1 adalah sebagai
berikut
Y’3 = 0.0421 – 0.025 = 0.0171 m
Y’4 = 0.0364 – 0.025 = 0.0114 m
Y’5 = 0.0323 – 0.025 = 0.0073 m
Perhitungan yang sama berlaku juga untuk variasi selanjutnya.
III.7 Kecepatan aliran
Perhitungan kecepatan fluida adalah sebagai berikut.
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
V=
𝐴

Keterangan:
V = kecepatan aliran (m/s)
Q = debit aliran (m3/s)
A= luas penampang (m2)
Perhitungan kecepatan aliran untuk variasi 1 titik 1adalah sebagai berikut
0,00043 𝑚3 /𝑠
V= = 0,1248 m/s
0,00348 𝑚2

Perhitungan kecepatan aliran untuk variasi lain dilakukan dengan proses


perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.Hasil Perhitungan
untuk kecepatan aliran dilampirkan pada tabel akhir
III.8 Keliling Basah
Perhitungan untuk menentukan keliling basah adalah sebagai
berikut.Untuk variasi 1 maka perhitungannya adalah :
P = (2 x Yrata-rata)+b
P = (2 x 0,0452m ) + 0,077 m = 0,1674 m
Perhitungan keliling basah untuk variasi lain dilakukan dnegan proses
perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.
III.9 Jari-Jari Hidrolis
Perhitungan jari-jari hidrolis menggunakan data luas penampang dan
keliling basah yang sudah dihitung sebelumnya.Perhitungannya untuk variasi 1
adalah sebagai berikut
𝐴 0,00348 𝑚2
R= = = 0,020789 m
𝑃 0,1674 𝑚

Perhitungan Jari-jari hidrolis untuk variasi lain dilakukan dengan proses


perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.Hasil Perhitungan
untuk jari-jari hidrolis dilampirkan pada Data akhir.
III.10 Bilangan Froude
Bilangan Froude digunakan untuk mengukur resistensi dari objek yang
bergerak melalui saluran air.Perhitungan bilangan Froude ditentukan sebagai
berikut.
𝑣
Nfr =
√𝑔𝑦

Sebagai contoh,diambil data kecepatan aliran dan kedalaman pada titik 1


variasi pertama
0,1248 m/s
Nfr = 𝑚
√9,81 2 𝑥 0,0452𝑚
𝑠

Nfr = 0,18742
Keterangan:
Nfr = bilangan Froude
V = kecepatan aliran di titik tinjauan
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
y = tinggi muka air di titik tinjauan (m)
Perhitungan bilangan Froude untuk variasi lainnya dilakukan dengan proses
perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.11 Energi Spesifik
Untuk menentukan Energi Spesifik dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
𝑣2
ES = y aktual +
2𝑔
m 2
(0,1248 s )
ES = 0,0452 + =0,12160
2 𝑥 9,81𝑚/𝑠2

Keterangan:
ES = energi spesifik
V = kecepatan aliran di titik tinjauan
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
y = tinggi muka air di titik tinjauan (m)
Selanjutnya, Perhitungan Energi Spesifik untuk variasi lainnya dilakukan
dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.12 Kedalaman di Atas Ambang
Kedalaman di atas ambang dapat ditentukan melalui persamaan sebagai berikut.
𝑦1+𝑦2
Hu = – tinggi ambang
2

Kedalaman di atas ambang pada percobaan variasi debit pertama adalah sebagai
berikut.
0.0452+0.0465
Hu = – 0.025
2

Hu = 0.02085 m
Selanjutnya, Perhitungan kedalaman diatas ambang untuk variasi lainnya
dilakukan dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.13 Debit Teoritis
Debit teoritis pada percobaan ini dapat ditentukan melalui rumus sebagai
berikut.
2
2 2𝑔
Q = 𝑥√ 𝑥 𝑏 𝑥 (ℎ𝑢)3
3 3

Nilai debit teoritis pada percobaan variasi pertama adalah sebagai berikut.
2
2 2 (9.81)
Q teo = 𝑥√ 𝑥 0.075 𝑚 𝑥 (0.02085)3
3 3

Q teo = 0.0003952 m3/s


Selanjutnya, Perhitungan Debit teoritis untuk variasi lainnya dilakukan dengan
proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.14 Kedalaman Kritis Teoritis (Yc)
Kedalaman kritis (yc) teoritis dapat ditemukan melalui persamaan sebagai berikut
3 𝑄2
Yc = √( )
𝑏2𝑔

Dengan demikian,kedalaman kritis teoritis pada variasi pertama adalah sebagai


berikut
3 0,000432
Yc teoritis = √ ( ) = 0.014803 (m)
0.0772𝑥9.81

Selanjutnya, Perhitungan kedalaman teoritis untuk variasi lainnya dilakukan


dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.15 Koefisien Discharge
Koefisien discharge aliran didapat dari persamaan sebagai berikut
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Cd =
𝑄 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

Nilai koefisien discharge pada variasi debit pertama adalah sebagai berikut
0,00043 𝑚3/s
Cd = = 1.099
0.0003952 m3/s

Selanjutnya, Perhitungan Koefisien Discharge untuk variasi lainnya dilakukan


dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
IV. Data Akhir
Setelah dilakukan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka didapatkan
hasil perhitungannya sebagai berikut :
Tabel IV.1 Hasil perhitungan parameter praktikum aliran diatas ambang lebar
Qakt A V
Variasi Titik y (m) y’ (m) V (m3) Fr Es(m) Yc(m)
(m3/s) (m2) (m/s)

1 0,0452 0,0452 0,0075 0,0004 0,0035 0,1248 0,1874 0,0460 0,0148

2 0,0465 0,0465 0,0075 0,0004 0,0036 0,1213 0,1796 0,0473 0,0148

3 0,0421 0,0171 0,0075 0,0004 0,0013 0,3299 0,8054 0,0226 0,0148

1 4 0,0364 0,0114 0,0075 0,0004 0,0009 0,4948 1,4797 0,0239 0,0148

5 0,0323 0,0073 0,0075 0,0004 0,0006 0,7727 2,8876 0,0377 0,0148

6 0,0044 0,0044 0,0075 0,0004 0,0003 1,2821 6,1709 0,0882 0,0148

7 0,0162 0,0162 0,0075 0,0004 0,0012 0,3482 0,8735 0,0224 0,0148

8 0,0250 0,0250 0,0075 0,0004 0,0019 0,2256 0,4556 0,0276 0,0148

1 0,0636 0,0636 0,0075 0,0010 0,0049 0,2103 0,2662 0,0659 0,0263

2 2 0,0625 0,0625 0,0075 0,0010 0,0048 0,2140 0,2732 0,0648 0,0263

3 0,0594 0,0344 0,0075 0,0010 0,0026 0,3887 0,6692 0,0421 0,0263

4 0,0486 0,0236 0,0075 0,0010 0,0018 0,5666 1,1776 0,0400 0,0263


5 0,0449 0,0199 0,0075 0,0010 0,0015 0,6720 1,5209 0,0429 0,0263

6 0,0129 0,0129 0,0075 0,0010 0,0010 1,0366 2,9140 0,0677 0,0263

7 0,0370 0,0370 0,0075 0,0010 0,0028 0,3614 0,5999 0,0437 0,0263

8 0,0356 0,0356 0,0075 0,0010 0,0027 0,3756 0,6356 0,0428 0,0263

1 0,0791 0,0791 0,0075 0,0020 0,0061 0,3327 0,3776 0,0847 0,0413

2 0,0790 0,0790 0,0075 0,0020 0,0061 0,3331 0,3784 0,0847 0,0413

3 0,0721 0,0471 0,0075 0,0020 0,0036 0,5587 0,8219 0,0630 0,0413

3 4 0,0620 0,0370 0,0075 0,0020 0,0028 0,7112 1,1804 0,0628 0,0413

5 0,0556 0,0306 0,0075 0,0020 0,0024 0,8599 1,5695 0,0683 0,0413

6 0,0235 0,0235 0,0075 0,0020 0,0018 1,1197 2,3320 0,0874 0,0413

7 0,0427 0,0427 0,0075 0,0020 0,0033 0,6162 0,9521 0,0621 0,0413

8 0,0484 0,0484 0,0075 0,0020 0,0037 0,5437 0,7890 0,0635 0,0413

Tabel IV.2 Hasil perhitungan parameter praktikum aliran diatas ambang lebar
Variasi Yc (m) Hu (m) Q teoritis Q aktual Cd b.hu3/2

1 0,01480 0,02085 0,00040 0,00043 1,09901 0,00023

2 0,02632 0,03805 0,00097 0,00103 1,05677 0,00057

3 0,04133 0,05405 0,00165 0,00203 1,22823 0,00097

V.Analisis A
V.1 Analisis Cara Kerja
Sebelum memulai percobaan, dilakukan pengukuran suhu air menggunakan
termometer. Pengukuran suhu dilakukan untuk menentukan massa jenis air yang
akan mempengaruhi jenis aliran fluida yang mengalir. Selanjutnya, dilakukan
pengukuran lebar saluran dengan menggunakan penggaris. Sebelum melakukan
percobaan, alatuntuk mengukur kedalaman perlu dikalibrasi terlebih dahulu agar
titik acuannya 0.Tujuannya adalah supaya data yang dihasilkan lebih akurat karena
akan mempengaruhi pengolahan data. Selanjutnya, hydraulic bench dinyalakan dan
valve dibuka secukupnya agar air mengalir ke dalam saluran.Setelah itu, ambang
lebar diletakkan dan dilakukan penentuan 8 titik pengukuran dimana kedalaman
akan diukur Penentuan lokasi pengukuran ini bertujuan untuk untuk memudahkan
penggambaran profil permukaan aliran tiap debitnya, dan juga untuk dianalisis
penurunan dankenaikan bilangan Froude aliran tiap titik akibat peletakkan ambang
lebar. Percobaan ini dilakukan dengan memvariasikan 3 debit. Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah pengolahan data yaitu agar mendapatkan
pembanding yang konsisten sehingga meningkatkan ketelitian dalam menganalisis
data. Pengukuran waktu tiap variasi juga dilakukan pengulangan perhitungan
sebanyak 3 kali (triplo) agar data yang dihasilkan lebih akurat dengan mendapatkan
nilai rata-rata dari waktu yang didapatkan. Selain itu, dilakukan pula pengukuran
kedalaman aliran dari muka saluran hingga muka air pada 8 titik yang sudah
ditentukan sebelumnya. Kedalaman aliran ini merupakan nilai y yang akan
digunakan untuk pengolahan data.
V.2 Analisis Grafik
V.2.1 Grafik Profil Aliran
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
y (m)

0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Jarak (m)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3

Gambar V.2.1 Grafik profil aliran pada ambang lebar


Grafik di atas bertujuan untuk menggambarkan profil aliran yang terjadi
pada setiap kedalaman dan jarak di sepanjang saluran terbuka percobaan ambang
lebar.Diletakkannya ambang lebar pada saluran menyebabkan terjadinya perubahan
sifat kekritisan aliran.Perubahan kekritisan ini berkaitan erat dengan kecepatan
aliran dan akan berpengaruh kepada nilai bilangan Froude yang dihasilkan.
Pada titik 1, belum terjadi perubahan kedalaman aliran karena belum ada
pengaruh perletakkan ambang di titik-titik tersebut.Sifat aliran titik ini adalah
subkritis.Pada semua variasi debit, di titik 3.4, dan 5 terjadi penurunan tingkat
kedalaman air secara bertahap.Hal ini terjadi karena ketiga titik tersebut berada di
atas ambang sehingga ada faktor perubahan akibat mulai bertambahnya bilangan
Froude.Sifat aliran pada ketiga titik ini mulai beralih dari subkritis ke superkritis
seiring bertambahnya jarak, karena bilangan Froude yang makin bertambah apabila
jarak makin besar.Titik 6 adalah titik tepat sebelum terjadinya loncatan dan titik
dimana aliran mencapai kedalaman minimumnya.Sifat aliran pada titik ini adalah
superkritis dengan bilangan Froude yang lebih besar dari 1 dan nilainya
maksimum.Pada titik 7, terjadi loncatan hidrolis dan kedalaman Kembali
naik.Aliran mulai beralih menjadi subkritis Kembali diindikasikan dengan
berkurangnya bilangan Froude jika dibandingkan dengan titik 6.Pada titik 8, aliran
telah Kembali stabli dan bersifat subkritis.
V.2.2 Grafik Q aktual terhadap (b.hu) 3/2
0.0025

0.002 y = 2.0125x
R² = 0.9832
Qakt (m^3/s)

0.0015

0.001

0.0005

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
b.hu^(3/2)

Gambar V.2.2 Grafik q aktual terhadap (b.hu)3/2


Grafik di atas menunjukkan hubungan antara debit aktual dengan
(b.hu)3/2.Pada hasil regresi diatas didapat nilai koefisien determinasi R 2 =
0.9959.Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 99,59% nilai Q aktual pada
percobaan ini berpengaruh terhadap nilai (b.hu)3/2.Selain itu, nilai tersebut yang
cukup mendekati 1 juga menunjukkan keterkaitan antara kedua variabel sangat
kuat.Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan (b.hu)3/2
didapatkan persamaan y = 2,0125x.Diketahui hubungan persamaan Q aktual
dengan y = mx adalah sebagai berikut:
y = mx
Q aktual = Cd x 1,705 x (b.hu)3/2
𝑄
m= = Cd x 1,705
(b.hu)3/2
2,0125
Cd percobaan = = 1,180
1,705

Sementara itu, diketahui bahwa Cd teoritis ambang lebar adalah 0,577


(Finnermore,2002).Dari perbedaan tersebut, diperoleh galat koefisien discharge
sebagai berikut.
𝐶𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝐶𝑑 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Galat = | | x 100%
𝐶𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.577 −1.180
Galat = | | x 100% = 104,50%
0.577

Didapat galat kedalaman kritis untuk variasi debit kelima sebesar 104.5% dengan
galat yang sangat besar maka dapat disimpulkan bahwa faktor kesalahan Ketika
percobaan cukup besar
V.2.3 Grafik y’ terhadap Fr
0.09
0.08
0.07
y = 0.0413x-0.667
0.06
R² = 1
y' (m)

0.05
0.04 y = 0.0263x-0.667
R² = 1
0.03
y = 0.0148x-0.667
0.02
R² = 1
0.01
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Fr

Gambar V.2.3 Grafik y’ terhadap Fr


Grafik di atas menunjukkan hubungan antara y’dengan Fr.Pada hasil regresi
diatas didapat nilai koefisien determinasi R2 = 1 , Hal ini menunjukkan bahwa
variabel y’ dan bilangan Froude memiliki keterkaitan kedua variabel yang sangat
kuat .Jika dilihat secara teoritis,hubungan keduanya dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
𝑣
Fr =
√𝑔𝑦
𝑣
√𝑔𝑦 = 𝐹𝑟

g1/2 x y1/2 = v x Fr-1


y = v2 x Fr-2 x g-1
Secara sederhana,dapat dikatakan bahwa : y ≈ Fr-2
Untuk variasi debit pertama, dari persamaan y = 0,0413x-0,667, variasi debit kedua
y = 0,0263x-0,667, dan variasi debit ketiga y = 0,0148x-0,667 dimana sumbu y
merupakan y’ dan sumbu x merupakan Fr, dapat ditentukan nilai galat yang
dihasilkan sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑃𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Galat = | | x 100%
𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−2−(−0.667)
Galat variasi 1 = | | x 100% = 66,65%
−2
−2 −(−0.667)
Galat variasi 2 = | | x 100% = 66,65%
−2
−2 −(−0.667)
Galat variasi 3 = | | x 100% = 66,65%
−2

Berdasarkan perhitungan diatas, untuk variasi 1 nilai galatnya yaitu sebesar


66,65% begitu pula dengan variasi 2 dan 3.Nilai galat tersebut, cukup besar, hal
ini menunjukkam bahwa cukup banyak kesalahan yang dilakukan saat praktikum.
V.2.4 Grafik y’ terhadap ES

Gambar V.2.4 Grafik y’ terhadap ES


Grafik di atas menunjukkan hubungan antara kedalaman dengan energi
spesifik untuk menentukan yc aktual tiap variasi.Yc aktual didapat dari perpotongan
2
parabola dengan garis y = Es sebagai berikut :
3

- Yc variasi 1 = 0,021 m
- Yc variasi 2 = 0,038 m
- Yc variasi 3 = 0,063 m
Maka,galat dari kedalaman kritis tiap variasi adalah sebagai berikut.
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Galat = | | x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.01480 −0.021
Galat1 = | | x 100% = 41,89%
0.01480
0.0263 −0.038
Galat2 = | | x 100% = 44,48%
0.0263
0.0413 −0.063
Galat3 = | | x 100% = 52,54%
0.0413

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, galat untuk variasi 1,2 dan 3 cukup besar .Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat kesalahaan yang dilakukan saat pengamatan.
V.3 Penurunan Q Teoritis
Penurunan Q teoritis pada ambang lebar diperoleh dari hubungan energi
𝑣2 2
spesifik (ES) dengan rumus ES2 = y + dan rumus yc = 𝐸𝑆2.Karena kontribusi
2𝑔 3

head kecepatan pada energi spesifik sangat kecil, dilakukan pendekatan nilai ES2
pada h.Maka,didapatkan penurunan rumus berikut :
2
Yc = ℎ𝑢
3

Rumus debit berdasarkan persamaan kontinuitas adalah sebagai berikut :


Q = A x Vc
Q = b x Yc xVc
Pada kondisi kritis,bilangan Froude pada aliran adalah 1 .Maka dapat dilakukan
pendekatan sebagai berikut
𝑣
Nfr =
√𝑔𝑦
𝑣𝑐
1=
√𝑔𝑦

√𝑔𝑦 = vc
Dengan mensubtitusikan variabel yc dan vc , didapat persamaan sebagai berikut
Q = b x yc x√𝑔. 𝑦𝑐
Q = b x√𝑔. 𝑦𝑐 3
Dengan mensubtitusi nilai yc pada persamaan diatas dengan persamaan Yc =
2
ℎ𝑢,akan didapat:
3

2
Q = b x √𝑔( ℎ𝑢)3 .
3

2
Q = b x √ 𝑔(ℎ𝑢)3 .
3

Sehingga didapat persamaan akhir sebagai berikut.


3
2 2𝑔
Q= √ 𝑥𝑏. (ℎ𝑢)2
3 3

V.3 Analisis Kesalahan


Pada saat melakukan percobaan masih terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan-
kesalahan yang menyebabkan hasil dari percobaan tidak sesuai dengan kondisi
idealnya.
Beberapa kesalahan tersebut dapat meliputi kesalahan dalam pembacaan skala pada
pengukuran kedalaman air.
Saat melakukan pembacaan skala terdapat kemungkinan matatidak sejajar
dengan skala sehingga data yang digunakan dalam perhitungan kurang
tepat.Kesalahan lain adalah saat melakukan kalibrasi alat pengukur kedalam,
terdapatkemungkinan kalibrasi alat tidak sempurna sehingga terdapat faktor bias
dari alatpengukur kedalaman.
Kesalahan lain yang mungkin terjadi adalah saat menggambar grafik
ketinggian muka air terhadap energi spesifik di milimeter kurang akurat dan presisi
sehingga memengaruhi penentuan titik kritis aktual.
Kesalahan yang mungkin terjadi adalah seperti saat melakukan pengukuran
waktu stopwatch tidak dinyalakan tepat saat tuas terangkat dan beban diletakkan
atau tidak dimatikan tepat saat tuas terangkat kembali.
VI.Analisis B
Dibidang Teknik lingkungan, banyak sekali aplikasi aliran ambang lebar
yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari .Contohnya adalah sebagai berikut :
V.1 Pengukuran Debit Saluran Drainase
Gambar VI.3 Pengukuran debit menggunakan ambang lebar
(Sumber: usbr.gov,2012)

Sesuai dengan prinsipnya, bangunan ambang ini, dalam keilmuan teknik


lingkungan dapat diaplikasikan dalam perencanaan pembangunan drainase.
Drainase merupakan salah satu contoh saluran terbuka. Untuk dapat mengetahui
debit yang mengalir di saluran tersebut, tentu diperlukan suatu metode pengukuran
yang hemat dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Salah satunya
adalah melalui pembangunan bangunan ambang ini. Bangunan ambang ini dapat
digunakan sebagai alat ukur debit aliran di saluran terbuka. Oleh karena itu,
bangunan ambang banyak ditemukan dalam instalasi infrastruktur-infrastruktur
saluran terbuka.

VI.2 Bendung

Gambar VI.2 Penerapan ambang lebar pada bendung


(Sumber: putusukmakurniawan.blogspot.com,2013)
Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka
air atau untuk mendapatkan tinggi terjun. Sebuah bendung memiliki fungsi yaitu
untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai
yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam
saluran mellaui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi.
VI.3 Irigasi

Gambar VI.3 Saluran irigasi


(Sumber : kanalkalimantan.com)
Ambang lebar banyak digunakan pada saluran irigasi yang fungsinya
menentukan debit dari air yang mengalir pada saluran tersebut. Ambang lebar ini
berguna untuk meninggikan muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga
dapat mengairi areal persawahan
VII. Kesimpulan
VII.1 Nilai debit aktual terlampir pada tabel IV.1
VII.2 Nilai koefisien discharge terlampir pada tabel IV.2
VII.3 Nilai energi spesifik (Es) dan kedalaman kritis terlampir pada tabel IV.1
VII.4 Nilai bilangan Froude terlampir pada tabel IV.1
V.III Daftar Pustaka
American Water Works. 2006. AWWA Manual M45, Fiberglass Pipe Design.
Denver : Glacier Publishing Services, Inc
Bansal,R.K.2004.Fluid Mechanics and Hydraulic Machine.New Delhi : Laxmi
Publications
Chanson,Hubert.2004.Hydraulics of Open Channel Flow : An introduction
Queensland:Elsevier Publications
Engineering ToolBox. (2021). Engineeringtoolbox.com website:
https://www.engineeringtoolbox.com/
Potter,Merle,and David C.Wiggert.2014.Schaum’Outline of Fluid Mechanics.New
York: The MCGraw-Hill Companies,Inc
Subramanya, K. 2009. Flow in Open Channel 3rd Edition. New Delhi : Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limited
IX.Lampiran

Grafik literatur koefisien discharge


(sumber :Kindswater and Carter,1957)

` Tabel data-data air terhadap temperature


(sumber : Flow in Open Channel 3rd Edition,2009)
BAmbang Tajam
I.Tujuan Praktikum
1.1 Menentukan nilai debit aktual (Q aktual) dengan menggunakan ambang tajam
sebagai alat ukur untuk menentukan kedalaman
1.2 Menentukan nilai koefisien discharge (Cd),
1.3 Menentukan nilai energi spesifik (Es),kedalaman kritis (Yc)
1.4 Menentukan nilai kedalaman kritis (Yc) dan bilangan Froude (Fr)
2. Data Awal
Massa beban : 2.5 kg Tinggi ambang tajam : 0.04 m
Massa air : 7.5 kg Lebar ambang : 0.077 m
Suhu awal : 28℃ Gravitasi : 9.81 m/s2
Suhu akhir : 27℃
Suhu rata-rata : 27.5℃
Tabel 2.1 Data awal hasil pengamatan waktu

Waktu (s)
Variasi
T1 T2 T3 T rata-rata

1 17.37 17.44 17.2 17.337

2 7.32 7.31 7.31 7.313

3 3.59 3.72 3.84 3.717

Tabel 2.2 Data awal hasil pengamatan kedalaman


Variasi Kedalaman (m)

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
1 0.0647 0.0621 0.0504 0.0246 0.0047 0.0065 0.0273 0.025

2 0.0813 0.0775 0.0718 0.0643 0.0117 0.0155 0.0334 0.0321

3 0.0975 0.0924 0.0881 0.0826 0.0192 0.0262 0.0465 0.0481


Tabel 2.3 Data awal hasil pengamatan jarak
Jarak (m)
Variasi
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

1 1.08 1.61 1.62 1.63 1.67 2.27 2.36 3.1

2 1.08 1.61 1.62 1.63 1.69 2.32 2.42 2.83

3 1.08 1.61 1.62 1.63 1.73 2.89 3.04 3.54

Tabel 2.4 Data referensi massa jenis fluida terhadap temperatur

T(oc) Massa Jenis


(kg/m3 )

0 999,9

5 1000

10 999,7

15 999,1

20 998,2

30 995,7

40 992,2

50 988,1

60 983,2

70 977,8

80 971,8

90 965,3

100 958,4
(Sumber : Munson ,2009)

Tabel 2.5 Data referensi pengaruh suhu terhadap viskositas kinematis air

Temperatur Viskositas Kinematik


T (℃) V (m2/s)

0 0,000001792
5 0,000001519
10 0,000001308
15 0,000001141
20 0,000001007
30 0,000000804
40 0,000000661
50 0,000000556
60 0,000000447
70 0,000000415
80 0,000000367
90 0,000000328
100 0,000000296
(Sumber : Potter and Wigger 2008)

III.Pengolahan Data
III.1 Massa Jenis
Berdasarkan Tabel 2.4 Didapatkan sebuah persamaan antara suhu dan massa jenis,
yaitu dengan regresi yaitu :
Y = -0,0036𝑥 2 -0,00675x+1000,6
y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6
R² = 0.9992

Gambar 3.1 Grafik suhu terhadap massa jenis


Dari percobaan, didapat suhu awal fluida adalah 28℃ dan suhu akhir fluida adalah
27℃.Oleh karena itu, suhu rata-ratanya adalah :
27+28
Trata-rata = = 27,5℃.Massa Jenis fluida pada percobaan dapat dihitung
2

menggunakan persamaan tersebut, dengan variabel y sebagai massa jenis dan


variabel x sebagai suhu fluida rata-rata.Oleh karena itu, dengan memasukkan
variabel x = 27,5, nilai massa jenis fluida yang didapat adalah 996.02 kg/𝑚 3
III.2 Viskositas Fluida
Berdasarkan Tabel II.5 didapatkan sebuag persamaan antara suhu dan viskositas
,yaitu :
Y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06

y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06


R² = 0.9827

Gambar 3.2 Grafik viskositas terhadap suhu


Dari percobaan, didapat suhu awal fluida adalah 28℃ dan suhu akhir fluida adalah
27℃.Oleh karena itu, suhu rata-ratanya adalah :
27+28
Trata-rata = = 27,5℃ Viskositas fluida pada percobaan dapat dihitung
2

menggunakan persamaan tersebut, dengan variabel y sebagai viskositas dan


variabel x sebagai suhu fluida rata-rata.Oleh karena itu, dengan memasukkan
variabel x = 27,5, nilai viskositas fluida didapat sebesar 13.26 x 10-7 Ns/m2
III.3 Volume air
Volume air diperoleh dengan menggunakan data massa dan massa jenis air
yang telah diketahui.Volume air dalam percobaan ini konstan.
𝑚
V=
𝜌
7,5 𝑘𝑔
V=
996,02 𝑘𝑔/𝑚3

V = 0,0075299 m3
III.4 Debit Aktual
Pengukuran Debit aktual pada praktikum ini adalah pengukuran berbasis massa
menggunakan hydraulic bench.Untuk menghitung debit aliran air pada variasi 1,
dapat menggunakan rumus dan perhitungan sebagai berikut
𝑉 𝑚 𝑎𝑖𝑟
Qaktual = =
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
7,5 𝑘𝑔
Qaktual = = 0,00043 𝑚 3 /s
17.337 𝑠 𝑥 996,02 𝑘𝑔/𝑚3

Perhitungan debit aktual untuk variasi lain dilakukan dengan proses


perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.Hasil Perhitungan
untuk debit aktual tiap variasinya dilampirkan pada Data akhir.
III.5 Luas Penampang
Perhitungan luas penampang adalah sebagai berikut.Kedalaman yang
digunakan adalah kedalaman rata-rata setiap variasi yang telah dihitung
sebelumnya,untuk variasi pada titik 1. maka perhitungannya sebagai berikut
A = b x Yrata-rata = 0,077 m x 0,0647 m = 0,004982 m2
Perhitungan luas penampang untuk variasi lain dan titik lain dilakukan
dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.
III.6 Tinggi muka air diatas ambang (y’)
Titik 2,3, dan 4 berada di atas ambang.Oleh karena itu, tinggi muka air pada titik
2,3,4 merupakan partambahan antara tinggi ambang (p) dengn kedalaman
aktualnya.Sementara pada titik lainnya, y’ adalah kedalaman air.Tinggi muka air
di atas ambang dapat dicati melalui persamaan berikut.
Y’= y-p
Tinggi muka air diatas ambang pada titik 2,3, dan 4 variasi debit 1 adalah sebagai
berikut
Y’2 = 0.0621 – 0.04 = 0.0221 m
Y’3 = 0.0504 – 0.04 = 0.0104 m
Y’4 = 0.0246 – 0.04 = -0.0154 m
Perhitungan yang sama berlaku juga untuk variasi selanjutnya.
III.7 Kecepatan aliran
Perhitungan kecepatan fluida adalah sebagai berikut.
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
V=
𝐴

Keterangan:
V = kecepatan aliran (m/s)
Q = debit aliran (m3/s)
A= luas penampang (m2)
Perhitungan kecepatan aliran untuk variasi 1 titik 1adalah sebagai berikut
0,00043 𝑚3 /𝑠
V= = 0,0872 m/s
0,004982 𝑚2

Perhitungan kecepatan aliran untuk variasi lain dilakukan dengan proses


perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.Hasil Perhitungan
untuk kecepatan aliran dilampirkan pada tabel akhir
III.8 Keliling Basah
Perhitungan untuk menentukan keliling basah adalah sebagai
berikut.Untuk variasi 1 maka perhitungannya adalah :
P = (2 x Yrata-rata)+b
P = (2 x 0,0647m ) + 0,077 m = 0,2064 m
Perhitungan keliling basah untuk variasi lain dilakukan dnegan proses
perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.
III.9 Jari-Jari Hidrolis
Perhitungan jari-jari hidrolis menggunakan data luas penampang dan
keliling basah yang sudah dihitung sebelumnya.Perhitungannya untuk variasi 1
adalah sebagai berikut
𝐴 0,004982 𝑚2
R= = = 0,0241 m
𝑃 0,2064 𝑚

Perhitungan Jari-jari hidrolis untuk variasi lain dilakukan dengan proses


perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya.Hasil Perhitungan
untuk jari-jari hidrolis dilampirkan pada Data akhir.
III.10 Bilangan Froude
Bilangan Froude digunakan untuk mengukur resistensi dari objek yang
bergerak melalui saluran air.Perhitungan bilangan Froude ditentukan sebagai
berikut.
𝑣
Nfr =
√𝑔𝑦

Sebagai contoh,diambil data kecepatan aliran dan kedalaman pada titik 1


variasi pertama
0,0872 m/s
Nfr = 𝑚
√9,81 2 𝑥 0,0647𝑚
𝑠

Nfr = 0,1094
Keterangan:
Nfr = bilangan Froude
V = kecepatan aliran di titik tinjauan
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
y = tinggi muka air di titik tinjauan (m)
Perhitungan bilangan Froude untuk variasi lainnya dilakukan dengan proses
perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.11 Energi Spesifik
Untuk menentukan Energi Spesifik dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
𝑣2
ES = y aktual +
2𝑔
m 2
(0,10872 )
s
ES = 0,0647 + =0,0651
2𝑥 9,81𝑚/𝑠2

Keterangan:
ES = energi spesifik
V = kecepatan aliran di titik tinjauan
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
y = tinggi muka air di titik tinjauan (m)
Selanjutnya, Perhitungan Energi Spesifik untuk variasi lainnya dilakukan
dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.12 Kedalaman di Atas Ambang
Kedalaman di atas ambang dapat ditentukan melalui persamaan sebagai berikut.
𝑦1+𝑦2
Hu = – tinggi ambang
2

Kedalaman di atas ambang pada percobaan variasi debit pertama adalah sebagai
berikut.
0.0647+0.0621
Hu = – 0.04
2

Hu = 0.0247 m
Selanjutnya, Perhitungan kedalaman diatas ambang untuk variasi lainnya
dilakukan dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.13 Debit Teoritis
Debit teoritis pada percobaan ini dapat ditentukan melalui rumus sebagai
berikut.
3
2 2𝑔
Q = 𝑥√ 𝑥 𝑏 𝑥 (ℎ𝑢)2
3 3

Nilai debit teoritis pada percobaan variasi pertama adalah sebagai berikut.
3
2 2 (9.81)
Q teo = 𝑥√ 𝑥 0.04 𝑚 𝑥 (0.0234)2
3 3

Q teo = 0.00051m3/s
Selanjutnya, Perhitungan Debit teoritis untuk variasi lainnya dilakukan dengan
proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.14 Kedalaman Kritis Teoritis (Yc)
Kedalaman kritis (yc) teoritis dapat ditemukan melalui persamaan sebagai berikut
3 𝑄2
Yc = √( )
𝑏2𝑔

Dengan demikian,kedalaman kritis teoritis pada variasi pertama adalah sebagai


berikut
3 0,000432
Yc teoritis = √ ( ) = 0.014803 (m)
0.042𝑥9.81

Selanjutnya, Perhitungan kedalaman teoritis untuk variasi lainnya dilakukan


dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
III.15 Koefisien Discharge
Koefisien discharge aliran didapat dari persamaan sebagai berikut
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Cd =
𝑄 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

Nilai koefisien discharge pada variasi debit pertama adalah sebagai berikut
0,00043 𝑚3 /s
Cd = = 0.8523
0.0004699 m3/s

Selanjutnya, Perhitungan Koefisien Discharge untuk variasi lainnya dilakukan


dengan proses perhitungan dan persamaan yang sama seperti sebelumnya
IV. Data Akhir
Setelah dilakukan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka didapatkan
hasil perhitungannya sebagai berikut :
Tabel IV.1 Hasil perhitungan parameter praktikum aliran diatas ambang lebar
Qakt A V
Variasi Titik y (m) y’ (m) V (m3) Fr Es(m) Yc(m)
(m3/s) (m2) (m/s)

1 0,0647 0,0647 0,0075 0,0004 0,0050 0,0872 0,1094 0,0651 0,0148

2 0,0621 0,0221 0,0075 0,0004 0,0017 0,2553 0,5482 0,0254 0,0148

3 0,0504 0,0104 0,0075 0,0004 0,0008 0,5424 1,6981 0,0254 0,0148

1 4 0,0246 0,0154 0,0075 0,0004 0,0012 0,3663 0,9424 0,0222 0,0148

5 0,0047 0,0047 0,0075 0,0004 0,0004 1,2002 5,5896 0,0781 0,0148

6 0,0065 0,0065 0,0075 0,0004 0,0005 0,8679 3,4368 0,0449 0,0148

7 0,0273 0,0273 0,0075 0,0004 0,0021 0,2066 0,3993 0,0295 0,0148

8 0,0250 0,0250 0,0075 0,0004 0,0019 0,2256 0,4556 0,0276 0,0148

1 0,0813 0,0813 0,0075 0,0010 0,0063 0,1645 0,1842 0,0827 0,0263

2 2 0,0775 0,0375 0,0075 0,0010 0,0029 0,3566 0,5879 0,0440 0,0263

3 0,0718 0,0318 0,0075 0,0010 0,0024 0,4205 0,7529 0,0408 0,0263

4 0,0643 0,0243 0,0075 0,0010 0,0019 0,5503 1,1271 0,0397 0,0263


5 0,0117 0,0117 0,0075 0,0010 0,0009 1,1429 3,3736 0,0783 0,0263

6 0,0155 0,0155 0,0075 0,0010 0,0012 0,8627 2,2125 0,0534 0,0263

7 0,0334 0,0334 0,0075 0,0010 0,0026 0,4004 0,6994 0,0416 0,0263

8 0,0321 0,0321 0,0075 0,0010 0,0025 0,4166 0,7424 0,0409 0,0263

1 0,0975 0,0975 0,0075 0,0020 0,0075 0,2699 0,2760 0,4548 0,0413

2 0,0924 0,0524 0,0075 0,0020 0,0040 0,5022 0,7004 1,2893 0,0413

3 0,0881 0,0481 0,0075 0,0020 0,0037 0,5471 0,7964 1,5160 0,0413

3 4 0,0826 0,0426 0,0075 0,0020 0,0033 0,6177 0,9555 1,9140 0,0413

5 0,0192 0,0192 0,0075 0,0020 0,0015 1,3705 3,1578 9,2318 0,0413

6 0,0262 0,0262 0,0075 0,0020 0,0020 1,0043 1,9810 4,9736 0,0413

7 0,0465 0,0465 0,0075 0,0020 0,0036 0,5659 0,8378 1,6171 0,0413

8 0,0481 0,0481 0,0075 0,0020 0,0037 0,5471 0,7964 1,5160 0,0413

Tabel IV.2 Hasil perhitungan parameter praktikum aliran diatas ambang lebar
Variasi Yc (m) Hu (m) Q teoritis Q aktual Cd b.hu3/2

1 0,01480 0,02470 0,00051 0,00043 0,8523 0,00030

2 0,02632 0,0413 0,00110 0,00103 0,9345 0,00065

3 0,04133 0,0575 0,00181 0,00203 1,1194 0,00106

V. Analisis A

V.1 Analisis Cara Kerja


Sebelum memulai percobaan, dilakukan pengukuran suhu air menggunakan
termometer. Pengukuran suhu dilakukan untuk menentukan massa jenis air yang
akan mempengaruhi jenis aliran fluida yang mengalir. Selanjutnya, dilakukan
pengukuran lebar saluran dengan menggunakan penggaris. Sebelum melakukan
percobaan, alat untuk mengukur kedalaman perlu dikalibrasi terlebih dahulu agar
titik acuannya 0.Tujuannya adalah supaya data yang dihasilkan lebih akurat karena
akan mempengaruhi pengolahan data. Selanjutnya, hydraulic bench dinyalakan dan
valve dibuka secukupnya agar air mengalir ke dalam saluran.Setelah itu, ambang
tajam diletakkan dan dilakukan penentuan 8 titik pengukuran dimana kedalaman
akan diukur Penentuan lokasi pengukuran ini bertujuan untuk untuk memudahkan
penggambaran profil permukaan aliran tiap debitnya, dan juga untuk dianalisis
penurunan dankenaikan bilangan Froude aliran tiap titik akibat peletakkan ambang
tajam. Percobaan ini dilakukan dengan memvariasikan 3 debit. Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah pengolahan data yaitu agar mendapatkan
pembanding yang konsisten sehingga meningkatkan ketelitian dalam menganalisis
data. Pengukuran waktu tiap variasi juga dilakukan pengulangan perhitungan
sebanyak 3 kali (triplo) agar data yang dihasilkan lebih akurat dengan mendapatkan
nilai rata-rata dari waktu yang didapatkan. Selain itu, dilakukan pula pengukuran
kedalaman aliran dari muka saluran hingga muka air pada 8 titik yang sudah
ditentukan sebelumnya. Kedalaman aliran ini merupakan nilai y yang akan
digunakan untuk pengolahan data.
V.2 Analisis Grafik
V.2.1 Profil Aliran
0.12

0.1

0.08
y (m)

0.06

0.04

0.02

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Jarak (m)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3

Gambar V.2.1 Grafik profil aliran pada ambang tajam


Grafik di atas bertujuan untuk menggambarkan profil aliran yang terjadi pada setiap
kedalaman dan jarak di sepanjang saluran terbuka percobaan ambang
tajam.Diletakkannya ambang tajam pada saluran menyebabkan terjadinya
perubahan sifat kekritisan aliran.Perubahan kekritisan ini berkaitan erat dengan
kecepatan aliran dan akan berpengaruh kepada nilai bilangan Froude yang
dihasilkan.
Pada titik 1, belum terjadi perubahan kedalaman aliran karena belum ada
pengaruh perletakkan ambang di titik-titik tersebut.Sifat aliran titik ini adalah
subkritis.Pada semua variasi debit, di titik 2.3, dan 4 terjadi penurunan tingkat
kedalaman air secara bertahap.Hal ini terjadi karena ketiga titik tersebut berada di
atas ambang sehingga ada faktor perubahan akibat mulai bertambahnya bilangan
Froude.Sifat aliran pada ketiga titik ini mulai beralih dari subkritis ke superkritis
seiring bertambahnya jarak, karena bilangan Froude yang makin bertambah apabila
jarak makin besar.Titik 5 adalah titik tepat sebelum terjadinya loncatan dan titik
dimana aliran mencapai kedalaman minimumnya.Sifat aliran pada titik ini adalah
superkritis dengan bilangan Froude yang lebih besar dari 1 pada titik 6, terjadi
loncatan hidrolis.Sifat aliran masih superkritis.Aliran mulai beralih menjadi
subkritis Kembali diindikasikan dengan berkurangnya bilangan Froude jika
dibandingkan dengan titik 5.Pada titik 7 merupakan titik dimana loncatan hidrolis
mencapai ketinggian maksimumnya dan bilangan Froude telah mencapai kurang
dari 1 sehingga sifat aliran subkritis.Pada titik 8, aliran telah Kembali stabil dan
bersifat subkritis
V.2.2 Q aktual terhadap (b.hu)3/2
0.0025

0.002 y = 1.933x
R² = 0.9694
Qakt (m^3/s)

0.0015

0.001

0.0005

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
b,hu^3/2

Gambar V.2.2 Grafik q aktual terhadap (b.hu)3/2


Grafik di atas menunjukkan hubungan antara debit aktual dengan (b.hu)3/2.Pada
hasil regresi diatas didapat nilai koefisien determinasi R 2 = 0.9926.Hal ini
menunjukkan bahwa sebanyak 99,26 % nilai Q aktual pada percobaan ini
berpengaruh terhadap nilai (b.hu)3/2.Selain itu, nilai tersebut yang cukup mendekati
1 juga menunjukkan keterkaitan antara kedua variabel sangat kuat.Berdasarkan plot
data hubungan antara debit aktual dengan (b.hu)3/2 didapatkan persamaan :
(Sumber : Akan,A.Osman,2006)
Berdasarkan grafik diatas, nilai koefisien discharge literatur didapatkan dari
persamaan berikut :
𝑄
m= = Cd x 1,705
(b.hu)3/2
1,933
Cd percobaan = = 1,133
1,705

Sementara itu, diketahui bahwa Cd teoritis ambang lebar adalah 0,8319


(Finnermore,2002).Dari perbedaan tersebut, diperoleh galat koefisien discharge
sebagai berikut.
𝐶𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝐶𝑑 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Galat = | | x 100%
𝐶𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.8319 −1.133
Galat = | | x 100% = 36,19%
0.8319

Didapat galat kedalaman kritis untuk variasi debit kelima sebesar 36,19% dengan
galat yang sangat besar maka dapat disimpulkan bahwa faktor kesalahan Ketika
percobaan cukup besar
V.2.3 y’ terhadap Fr
0.12 y = 0.0413x-0.667
0.1 R² = 1
y = 0.0263x-0.667
0.08
R² = 1
y' (m)

0.06
y = 0.0148x-0.667
0.04 R² = 1
0.02
0
0 1 2 3 4 5 6
Fr

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3


Power (Variasi 1) Power (Variasi 2) Power (Variasi 3)

Gambar V.2.3 Grafik y’ terhadap Fr


Grafik di atas menunjukkan hubungan antara y’dengan Fr.Pada hasil regresi
diatas didapat nilai koefisien determinasi R2 = 1 , Hal ini menunjukkan bahwa
variabel y’ dan bilangan Froude memiliki keterkaitan kedua variabel yang sangat
kuat .Jika dilihat secara teoritis,hubungan keduanya dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
𝑣
Fr =
√𝑔𝑦
𝑣
√𝑔𝑦 = 𝐹𝑟
1/2 1/2
g xy = v x Fr-1
y = v2 x Fr-2 x g-1
Secara sederhana,dapat dikatakan bahwa : y ≈ Fr-2
Untuk variasi debit pertama, dari persamaan y = 0,0413x-0,667, variasi debit kedua
y = 0,0263x-0,667, dan variasi debit ketiga y = 0,0148x-0,667 dimana sumbu y
merupakan y’ dan sumbu x merupakan Fr, dapat ditentukan nilai galat yang
dihasilkan sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑃𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Galat = | | x 100%
𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−2−(−0.667)
Galat variasi 1 = | | x 100% = 66,65%
−2
−2 −(−0.667)
Galat variasi 2 = | | x 100% = 66,65%
−2
−2 −(−0.667)
Galat variasi 3 = | | x 100% = 66,65%
−2

Berdasarkan perhitungan diatas, untuk variasi 1 nilai galatnya yaitu sebesar


66,65% begitu pula dengan variasi 2 dan 3.Nilai galat tersebut, cukup besar, hal
ini menunjukkam bahwa cukup banyak kesalahan yang dilakukan saat praktikum.
V.2.4 y’ terhadap ES

Gambar V.2.4 Grafik y’ terhadap ES


Grafik di atas menunjukkan hubungan antara kedalaman dengan energi
spesifik untuk menentukan yc aktual tiap variasi.Yc aktual didapat dari perpotongan
2
parabola dengan garis y = Es sebagai berikut :
3

- Yc variasi 1 = 0,022 m
- Yc variasi 2 = 0,039 m
- Yc variasi 3 = 0,062 m
Maka,galat dari kedalaman kritis tiap variasi adalah sebagai berikut.
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Galat = | | x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.01480 −0.022
Galat1 = | | x 100% = 48,64%
0.01480
0.0263 −0.039
Galat2 = | | x 100% = 48,28%
0.0263
0.0413 −0.062
Galat3 = | | x 100% = 50.12%
0.0413

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, galat untuk variasi 1,2 dan 3 cukup besar .Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat kesalahaan yang dilakukan saat pengamatan.
V.3 Penurunan Q Teoritis

Gambar 5.9.1 Ilustrasi air di atas ambang tajam


(Sumber : Bilhan, 2016)
Rumus luas penampang air yang melimpah diatas ambang berdasarkan gambar di
atas adalah sebagai berikut
A= bxh
Berdasarkan persamaan kontinuitas, rumus debit aliran adalah sebagai berikut
Q=Axv
Q = bh x √2𝑔ℎ
∫ 𝑑𝑄 = ∫ 𝑏 𝑥 √2𝑔ℎ 𝑑ℎ

Untuk mendapatkan total discharge dapat dicari dengan mencari integral dari
persamaan diatas,discharge dengan batas 0 sampai H sehingga :
𝐻
Q = b x √2𝑔ℎ ∫0 ℎ1/2
2
Q = 𝑏ℎ3/2 √2𝑔
3

Apabila koefisien discharge tidak diabaikan,didapat persamaan sebagai berikut.


𝐻
Q = ∫0 𝐶𝑑 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑ℎ 𝑥 √2𝑔ℎ
𝐻
Q = Cd x b x √2𝑔 ∫0 ℎ1/2 𝑑ℎ
Sehingga apabila disederhanakan,didapat :
2
Q = 𝐶𝑑 𝑥 𝑏 𝑥 √2𝑔𝐻3
3
V.3 Analisis Kesalahan
Pada saat melakukan percobaan masih terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan-
kesalahan yang menyebabkan hasil dari percobaan tidak sesuai dengan kondisi
idealnya.
Beberapa kesalahan tersebut dapat meliputi kesalahan dalam pembacaan skala pada
pengukuran kedalaman air.
Saat melakukan pembacaan skala terdapat kemungkinan mata tidak sejajar
dengan skala sehingga data yang digunakan dalam perhitungan kurang
tepat.Kesalahan lain adalah saat melakukan kalibrasi alat pengukur kedalam,
terdapat kemungkinan kalibrasi alat tidak sempurna sehingga terdapat faktor bias
dari alat pengukur kedalaman.
Kesalahan lain yang mungkin terjadi adalah saat menggambar grafik
ketinggian muka air terhadap energi spesifik di milimeter kurang akurat dan presisi
sehingga memengaruhi penentuan titik kritis aktual.
Kesalahan yang mungkin terjadi adalah seperti saat melakukan pengukuran
waktu stopwatch tidak dinyalakan tepat saat tuas terangkat dan beban diletakkan
atau tidak dimatikan tepat saat tuas terangkat kembali.
VI. Analisis B
Dibidang Teknik lingkungan, banyak sekali aplikasi aliran ambang lebar yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari .Contohnya adalah sebagai berikut
VI.1 Penggunaan PLTA
Gambar 6.3 Sistem pembangkit listrik tenaga air
(Sumber: Konversi, 2010)

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit tenaga


listrik yang mengubah energi potensial air (energi gravitas air) menjadi energi
listrik. Mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air untuk mengubah energi
potensial air menjadi kerja mekanis poros yang akan memutar rotor generator
untuk menghasilkan energi listrik.
Air sebagai bahan baku PLTA dapat diperoleh dari sungai secara langsung
disalurkan untuk memutar turbin, atau dengan cara ditampung dahulu (bersamaan
dengan air hujan) dengan menggunakan kolam tando atau waduk sebelum
disalurkan untuk memutar turbin. Maka dengan prinsip ambang tajam, akan
terbentuk aliran air yang superkritis, yang menghasilkan energi yang sangat besar
untuk memutar turbin. Maka listrik yang dihasilkan lebih besar.
VI.2 Pengukuran Debit Saluran Drainase

Gambar 6.1 Ambang tajam


(Sumber : jfccivilengineer, 2015)
Sesuai dengan prinsipnya, bangunan ambang ini, dalam keilmuan teknik
lingkungan dapat diaplikasikan dalam perencanaan pembangunan drainase.
Drainase merupakan salah satu contoh saluran terbuka. Untuk dapat mengetahui
debit yang mengalir di saluran tersebut, tentu diperlukan suatu metode pengukuran
yang hemat dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Salah satunya
adalah melalui pembangunan bangunan ambang ini. Bangunan ambang ini dapat
digunakan sebagai alat ukur debit aliran di saluran terbuka. Oleh karena itu,
bangunan ambang banyak ditemukan dalam instalasi infrastruktur-infrastruktur
saluran terbuka.
VII. Kesimpulan
VII.1 Nilai debit aktual terlampir pada tabel IV.1
VII.2 Nilai koefisien discharge terlampir pada tabel IV.2
VII.3 Nilai energi spesifik (Es) dan kedalaman kritis terlampir pada tabel IV.1
VII.4 Nilai bilangan Froude terlampir pada tabel IV.1
V.III Daftar Pustaka

American Water Works. 2006. AWWA Manual M45, Fiberglass Pipe Design.
Denver : Glacier Publishing Services, Inc
Bansal,R.K.2004.Fluid Mechanics and Hydraulic Machine.New Delhi : Laxmi
Publications
Chanson,Hubert.2004.Hydraulics of Open Channel Flow : An introduction
Queensland:Elsevier Publications
Engineering ToolBox. (2021). Engineeringtoolbox.com website:
https://www.engineeringtoolbox.com/
Potter,Merle,and David C.Wiggert.2014.Schaum’Outline of Fluid Mechanics.New
York: The MCGraw-Hill Companies,Inc
Subramanya, K. 2009. Flow in Open Channel 3rd Edition. New Delhi : Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limited
IX. Lampiran

Grafik literatur koefisien discharge


(sumber :Kindswater and Carter,1957)

` Tabel data-data air terhadap temperature


(sumber : Flow in Open Channel 3rd Edition,2009)

Anda mungkin juga menyukai