Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA 1 – TL 2201


MODUL 04
KEHILANGAN ENERGI DALAM SISTEM PERPIPAAN

Nama Praktikan : Ahmad Bin Laupe


NIM : 15317091
Kelompok/Shift : 5B
Tanggal Praktikum : 1 November 2018
Tanggal Pengumpulan : 8 November 2018
PJ Modul : Steven Gunawan (15315012)
Irham Dhafin (15316102)
Asisten yang Bertugas : Steven Gunawan (15315012)
Kadek Sri Anik Suci (15316001)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
1. Tujuan
1. Menghitung headloss major dan headloss minor dalam sistem
perpipaan.
2. Menghitung debit aktual yang melalui sistem perpipaan.

2. Data Awal
Suhu awal : 27 ℃
Suhu akhir : 27 ℃
Massa beban : 2,5 kg
Massa air : 7,5 kg
Massa jenis air : 996,1531 kg/m3
Viskositas dinamik : 0,000728351 kg/ms
Viskositas kinematik : 7,31164 x 10-7 m2/s
Diameter pipa kecil (biru tua) : 0,0136 m
Diameter pipa besar (biru muda) : 0,0262 m
1 – 2 Standar Elbow : 0,79 m
3 – 4 pipa lurus biru tua : 0,914 m
5 – 6 90 Sharp bend : 0,81 m
7 – 8 pelebaran : 0,185 m
8 – 9 pipa lurus biru muda : 0,914 m
9 – 10 penyempitan : 0,085 m
11 – 12 bend 4’’ : 0,81 m
13 – 14 bend 6’’ : 0,93 m
15 – 16 bend 2’’ : 0,91 m
Tabel 2.1 Data pengukuran waktu dan tinggi kolam air pada perpipaan biru
tua

Waktu (s) tinggi kolom air biru tua (m)


variasi Pipa gate standar 90
t1 t2 t3 trata-rata
lurus valve elbow sharpbend
1 36,69 31,95 33,44 34,02667 0,2475 0,005 0,375 0,485
2 41,71 44,81 49,55 45,35667 0,178 0,003 0,2685 0,335
3 47,35 48,1 49,27 48,24 0,2425 0,002 0,241 0,306
4 61,21 65,59 66,95 64,58333 0,106 0,002 0,156 0,197

Tabel 2.2 Data pengukuran waktu dan tinggi kolam air pada perpipaan biru
muda

Waktu (s) tinggi kolom air biru muda (m)


variasi Pipa globe bend
t1 t2 t3 trata-rata pelebaran penyempitan
lurus valve 2 4 6
1 37,99 38,71 39,96 38,88667 0,015 0,075 0,22 0,247 0,2725 0,06 0,238
2 49,3 50 47,57 48,95667 0,01 0,0525 0,17 0,1825 0,1995 0,0425 0,16
3 52,35 53,1 54,27 53,24 0,0075 0,046 0,141 0,156 0,175 0,039 0,145
4 66,21 70,59 71,95 69,58333 0,005 0,032 0,097 0,113 0,1225 0,0225 0,088

Tabel 2.3 Hubungan Suhu dan densitas


Suhu (℃) Densitas (kg/m3)
0 999,8
5 1000
10 999,7
15 999,1
20 998,2
25 997
30 995,7
40 992,2
50 988
60 983,2
70 977,8
80 971,8
90 965,3
100 958,4
Sumber : Finnemore, 2002
1005
1000
995
Densitas (kg/m3)

990
985
980
975
970
965 y = -0,0036x2 - 0,0675x + 1000,6
960 R² = 0,9992
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (℃)

Gambar 1 Grafik densitas terhadap suhu (dimana R = Korelasi antara x


dan y, R2 = Koefisien determinasi)

Tabel 2.4 Hubungan temperatur dengan viskositas fluida


Suhu (℃) Viskositas Dinamik (kg/ms)
0 0,001781
5 0,001518
10 0,001307
15 0,001139
20 0,001002
25 0,00089
30 0,000798
40 0,000653
50 0,000547
60 0,000466
70 0,000404
80 0,000354
90 0,000315
100 0,000282
0,002
0,0018
0,0016
0,0014
Viskositas air 0,0012
y = -3E-09x3 + 6E-07x2 - 5E-05x + 0.0017
0,001
0,0008
0,0006
0,0004
0,0002
0
0 20 40 60 80 100 120
Suhu

Gambar 2 Grafik hubungan suhu dengan viskositas air

3. Pengolahan Data
3.1 Suhu Rata-rata (Trata-rata)
Suhu rata-rata didapatkan dengan cara menjumlahkan suhu awal dan
akhirnya kemudian dibagi 2.
𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 27℃ + 27℃
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 27℃
2 2
3.2 Densitas
Densitas didapatkan dari persamaan hasil regresi kemudian
mensubstitusikan suhu rata-rata kedalam persamaan dimana y adalah
densitas dan x adalah suhu.
y = −0,0036𝑥 2 − 0,0675𝑥 + 1000,6
= −0,00396(27) − 0,0675(27) + 1000,6
= 996,1531 kg/𝑚3

3.3 Viskositas Dinamik dan Kinetik


Viskositas dinamik didapatkan dari persamaan hasil regresi kemudian
mensubstitusikan suhu rata-rata kedalam persamaan dimana y adalag
viskositas air dan x adalah suhu.
y = −3 × 10−9 𝑥 3 + 6 × 10−7 𝑥 2 − 5 × 10−5 𝑥 + 0,0017
= −3 × 10−9 (27)3 + 6 × 10−7 (27)2 − 5 × 10−5 (27) + 0,0017

= 0,000728351 kg/ms
Viskositas kinetik merupakan viskositas dinamik dibagi dengan densitas
air, sehingga
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 =
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟
0,000728351 kg/ms
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 =
996,1531 kg/𝑚3
𝑉 𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝐾𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 = 7,31164 x 10−7 𝑚2 /s

3.4 Debit aktual (Qaktual), Luas Penampang Pipa, dan Kecepaan Aliran
3.4.1 Sistem Perpipaan Biru Tua
Debit aktual didapatkan dengan menggunakan persamaan,
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = , sehingga untuk variasi pertama pertama
𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

didapatkan
7,5 kg 𝑚3
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = = 0,000221267
kg 𝑠
996,1531 3 × 34,02667 s
𝑚
Perhitungan juga dilakukan untuk variasi seterusnya. Luas penampang
pipa didapatkan dengan persamaan,
1 1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 (𝐴) = × 𝜋𝑑 2 = × 3,14 × (𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2
4 4
dimana diameter telah diketahui, maka
1
𝐴 = × 3,14 × (0.0136)2 = 0.00014527 𝑚2
4

Setelah mengetahui debit aktual, kecepatan aliran dihitung menggunakan


persamaan sebagai berikut :
𝑄
𝑣 =
𝐴
Keterangan:
v = kecepatan aliran (m/s)
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas pipa (m2)

Dengan menggunakan variasi pertama, kecepatan aliran dihitung sebagai


berikut :
𝑚3
0,000221267
𝑣 = 𝑠
0.00014527 𝑚2
𝑣 = 1,52316892 m/s

Dengan perhitungan yang sama, maka didapatkan kecepatan untuk ketiga


variasi lainnya.
3.4.2 Sistem Perpipaan Biru Muda
Debit aktual didapatkan dengan menggunakan persamaan,
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = , sehingga untuk variasi pertama pertama
𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

didapatkan
7,5 kg 𝑚3
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = = 0,000193613
kg 𝑠
996,1531 3 × 38,88667 s
𝑚
Perhitungan juga dilakukan untuk variasi seterusnya. Luas penampang
pipa didapatkan dengan persamaan,
1 1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 (𝐴) = × 𝜋𝑑 2 = × 3,14 × (𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2
4 4
dimana diameter telah diketahui, maka
1
𝐴 = × 3,14 × (0.0262)2 = 0.00053913 𝑚2
4

Setelah mengetahui debit aktual, kecepatan aliran dihitung menggunakan


persamaan sebagai berikut :
𝑄
𝑣 =
𝐴
Keterangan:
v = kecepatan aliran (m/s)
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas pipa (m2)
Dengan menggunakan variasi pertama, kecepatan aliran dihitung sebagai
berikut :
𝑚3
0,000193613
𝑣 = 𝑠
0.00053913 𝑚2
𝑣 = 0,35912198 m/s

Dengan perhitungan yang sama, maka didapatkan kecepatan untuk ketiga


variasi lainnya.

3.5 Headloss Mayor Pipa Lurus


3.5.1 Sistem Perpipaan Biru Tua
Headloss mayor bisa didapatkan melalui pengamatan langsung terhadap
tinggi kolam air pada saat praktikum sehingga didapatkan untuk
keempat-empat variasi yaitu : 0,2475, 0,178, 0,2425, dan 0,106 dalam
satuan meter.
3.5.2 Sistem Perpipaan Biru Muda
Headloss mayor bisa didapatkan melalui pengamatan langsung terhadap
tinggi kolam air pada saat praktikum sehingga didapatkan untuk
keempat-empat variasi yaitu : 0,075, 0,0525, 0,046, dan 0,032 dalam
satuan meter.

3.6 Bilangan Reynolds


3.6.1 Sistem Perpipaan Biru Tua
Bilangan Reynolds (Re) didapatkan melalui persamaan berikut :

𝜌𝑑𝑣
𝑅𝑒 = , dimana
𝜇

 = Densitas air (kg/m3)

d = Diameter pipa kecil (Biru Tua) (m)

v = Kecepatan aliran air (m/s)

 = Viskositas dinamik (kg/ms)


Sehingga untuk variasi pertama, didapatkan

996,1531 𝑘𝑔/𝑚3 × 0,0136 𝑚 × 1,52316892 𝑚/𝑠


𝑅𝑒 =
0,000728351 𝑘𝑔/𝑚𝑠

𝑅𝑒 = 28331,681

Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.


3.6.2 Sistem Perpipaan Biru Muda
Dengan menggunakan perhitungan yang sama seperti pada sistem
perpipaan biru tua, untuk variasi pertama didapatkan

996,1531 𝑘𝑔/𝑚3 × 0,0262 𝑚 × 0,35912198 𝑚/𝑠


𝑅𝑒 =
0,000728351 𝑘𝑔/𝑚𝑠

𝑅𝑒 = 12868,52152

Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.


Pada sistem perpipaan biru muda, bilangan Reynolds untuk
aksesoris juga dihitung bertujuan untuk menghitung headloss minor yang
berlaku. Dengan menggunakan perhitungan yang sama dengan
sebelumnya, dan diketahui bahwa diameter aksesoris adalah 0,0135 m,
sehingga untuk variasi pertama, didapatkan

996,1531 𝑘𝑔/𝑚3 × 0,0136 𝑚 × 0,35912198 𝑚/𝑠


𝑅𝑒 =
0,000728351 𝑘𝑔/𝑚𝑠

𝑅𝑒 = 6679,843

Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.

3.7 Koefisien Friksi (f)


Terdapat 2 jenis koefisien friksi pada sistem perpipaan biru muda, yaitu
koefisien friksi pada pipa lurus dan pada aksesoris. Dengan
menggunakan diagram Moody, setelah didapatkan bilangan Reynoldsnya
serta nilai Ks/D adalah 0,0057251908, maka didapatkan koefisien friksi
untuk variasi satu hingga empat adalah 0,03721, 0,03837, 0,03883, dan
0,04052. Dengan menggunakan diagram Moody juga, setelah didapatkan
bilangan Reynolds untuk aksesorisnya serta nilai Ks/D adalah
0,0110294118, maka didapatkan koefisien friksi untuk aksesoris dari
variasi satu hingga empat adalah 0,04626, 0,04773, 0,04834, dan
0,05055.

3.8 Headloss Minor


3.8.1 Sistem Perpipaan Biru Tua
Pada sistem perpipaan biru tua, headloss minor berlaku pada aksesoris-
aksesoris perpipaan yaitu pada gate valve, standar elbow, dan 90
sharpbend.
Headloss pada gate valve untuk variasi pertama dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut.
ℎ𝐿 = 12,6 × ∆ℎ𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
ℎ𝐿 = 12,6 × (0,005)
ℎ𝐿 = 0.063 𝑚

Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.


Headloss pada standar elbow untuk variasi pertama dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝐿 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤
= ∆ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 − [ ] × ∆ℎ 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎.
𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
0,79
= 0,375 − [ ] × 0,2475.
0,914

= 0,161077681 𝑚.
Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.
Headloss pada 90 sharpbend untuk variasi pertama dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝐿 90 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝𝑏𝑒𝑛𝑑
= ∆ℎ 90 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝𝑏𝑒𝑛𝑑 − [ ] . ∆ℎ 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎.
𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
0,81
= 0,485 − [ ] × 0,2475.
0,914

= 0,265661926 𝑚.
Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.
3.8.2 Sistem Perpipaan Biru Muda
Pada sistem perpipaan biru muda, headloss minor berlaku pada
aksesoris-aksesoris perpipaan yaitu pada globe valve, bend 2”, bend 4”,
bend 6” dan reducer(pelebaran dan penyempitan).
Headloss pada globe valve untuk variasi pertama dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut.
ℎ𝐿 = 12,6 × ∆ℎ𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
ℎ𝐿 = 12,6 × (0,075)
ℎ𝐿 = 0.945 𝑚

Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.


Headloss pada bend 2” untuk variasi pertama dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut.
𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 × 𝐿 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠×(𝑑 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎)5
= ∆ℎ 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 − [ ]×
𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠× 𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎×(𝑑 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠)5

∆ℎ 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎.


0,04624× 0,91×0,02625
= 0,22 − [ ] × 0,2475.
0,0654126×0,914× 0,01365

= −0,050126904 𝑚.
Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk bend 4” dan bend 6”.
Headloss pada penyempitan untuk variasi pertama dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 × 𝐿 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠×(𝑑 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎)5
= ∆ℎ 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 − [ ]×
𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠× 𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎×(𝑑 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠)5

∆ℎ 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎.


0,04624× 0,085×0,02625
= 0,06 − [ ] × 0,2475.
0,0654126×0,914× 0,01365

= −0,145763598 𝑚
Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk pelebaran.
3.9 Slope (s0,54)
3.9.1 Sistem Perpipaan Biru Tua
Pada sistem perpipaan biru tua,perhitungan slope variasi pertama dapat
dicari dengan persamaan sebagai berikut.
ℎ𝐿
𝑆 =
𝐿
0,2475 𝑚
𝑆 =
0,914 𝑚
𝑆 = 0,270787746
Sehingga didapatkan
𝑆 0,54 = 0,493877981

Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.

3.9.2 Sistem Perpipaan Biru Muda


Sama seperti sistem perpipaan biru tua,perhitungan slope variasi pertama
dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.
ℎ𝐿
𝑆 =
𝐿
0,015 𝑚
𝑆 =
0,914 𝑚
𝑆 = 0,016411379
Sehingga didapatkan
𝑆 0,54 = 0,108687183

Dengan perhitungan yang sama, untuk variasi kedua hingga keempat.


4. Data Akhir

Tabel 4.1 Hasil perhitungan Q aktual, kecepatan, dan headloss mayor pada
sistem perpipaan biru tua

Waktu (s) hl mayor


Qaktual vpipa
variasi Apipa (m2) pipa lurus
trata- (m3/s) (m/s)
t1 t2 t3 (m)
rata
1 36,69 31,95 33,44 34,03 0,00022 1,52 0,2475
2 41,71 44,81 49,55 45,36 0,00017 1,14 0,178
0,00014527
3 47,35 48,1 49,27 48,24 0,00016 1,07 0,2425
4 61,21 65,59 66,95 64,58 0,00012 0,80 0,106

Tabel 4.2 Hasil perhitungan headloss minor, bilangan Reynolds, koefisien


friksi, dan slope pada sistem perpipaan biru tua

hl minor (m)
S0.54 pipa
Re v2 (vk-vb)2
gate standard 90 sharp biru tua
valve elbow bend
0,063 0,161 0,266 0,494 28331,681 2,320 1,355
0,038 0,115 0,177 0,413 21254,487 1,306 0,735
0,025 0,031 0,091 0,488 19984,094 1,154 0,660
0,025 0,064 0,103 0,312 14926,958 0,644 0,362

Tabel 4.3 Hasil perhitungan Q aktual, kecepatan, dan headloss mayor pada
sistem perpipaan biru muda

Waktu (s) hl mayor


Qaktual 2 vpipa
Variasi Apipa (m ) pipa
trata- (m3/s) (m/s)
t1 t2 t3 lurus (m)
rata
1 37,99 38,71 39,96 38,87 0,000194 0,359 0,015
2 49,3 50 47,57 48,96 0,000154 0,285 0,01
0,00053913
3 52,35 53,1 54,27 53,24 0,000141 0,262 0,0075
4 66,21 70,59 71,95 69,58 0,000108 0,201 0,005
Tabel 4.4 Hasil perhitungan headloss minor, bilangan Reynolds, koefisien
friksi, dan slope pada sistem perpipaan biru muda

hl minor (m) S0.54 f dari f pipa


pipa moody lurus dari
Re Re aks untuk Darcy-
globe bend bend bend Pele Penyem biru
aksesoris Weisbach
valve 2" 4" 6" baran pitan muda
- - - 6679,84 0,04624 0,06541
0,945 0,003 0,212 0,109 12868,52
0,060 0,002 0,014
- 0,020 0,013 5305,85 0,04773 0,06912
0,662 0,005 0,143 0,087 10221,57
0,012
- 0,017 0,015 4878,98 0,04834 0,06131
0,580 0,007 0,130 0,075 9399,21
0,015
0,403 0,001 0,028 0,025 0,003 0,079 0,060 7191,577102 3733,032 0,05055 0,06982

5. Analisa
5.1 Langkah Kerja
Pada percobaan modul ini, ditujukan untuk memperoleh besar
kehilangan energi pada suatu sistem perpipaan. Seperti beberapa modul
sebelumnya, percobaan ini juga dilakukan menggunakan hydraulic bench.
Namun pada percobaan ini, air mengalir melalui sebuah sistem perpipaan. Air
dialirkan dengan menghubungkan outlet hydraulic bench menuju alat dan
outlet alat menuju hydraulic bench. Percobaan diawali dengan
manghubungkan bench ke sumber listrik 110 V. Hal ini dilakukan agar bisa
menyalakan pompa untuk memompa air. Ukur suhu fluida sebelum percobaan
dimana pengukuran suhu awal ini dimaksudkan untuk mengetahui massa
jenis fluida dan viskositas. Tutup valve bench tidak mengalirkan air, lalu
nyalakan pompa untuk mulai memompa air. Periksa apakah terjadi kebocoran
di perpompaan, perpipaan, atau bagian lain, hal ini dilakukan agar praktikum
berjalan dengan baik tanpa berlakunya galat yang cukup besar. Tutup drain di
bak dalam weight tank dengan memutar cam, tujuannya adalah untuk
membuang air yang masih tersisa pada alat percobaan sehingga habis agar
tidak terjadinya galat pada data percobaan. mengukur suhu terlebih dahulu..
Selanjutnya adalah dilakukan kalibrasi terhadap manometer dengan
mengeluarkan udara yang terjebak di dalam manometer. Pengeluaran udara
yang terjebak ini dimaksudkan untuk memaksimalkan keakuratan data yang
diperoleh ketika melakukan percobaan. Pada sistem perpipaan ini terdapat
dua pipa dengan warna yang berbeda yaitu biru tua dan biru muda. Dalam
proses pengukuran ini, ketika melakukan pengukuran pada satu jenis pipa
(biru muda atau biru tua), katup pipa yang lain harus ditutup. Hal ini
dimaksudkan agar aliran dalam pipa tidak terbagi dan tidak terjadi aliran
balik sehingga pengukuran menghasilkan data yang tepat. Percobaan kali ini
kelak akan menentukan debit berbasis massa dengan mengacu pada massa
beban hydraulic bench. Pada percobaan ini, dilakukan empat variasi debit
secara triplo. Hal ini dilakukan agar mendapatkan data yang lebih akurat
dalam perhitungannya. Pengaturan debit diatur pada hydraulic bench,
Dilakukan dengan urutan debit terbesar hingga ke terkecil, hal ini dilakukan
agar data yang didapatkan lebih terurut dan Perlakuan ini dimaksudkan untuk
meminimalisasi kesalahan yang terjadi dalam perolehan data. Buka valve di
bench (air akan mengalir ke alat percobaan dan kembali ke bench) Jalankan
stopwatch tepat saat lengan (yang menghubungkan bak dan tempat beban)
bergerak ke atas. Pasang lengan segera, maka lengan akan turun ke bawah.
Setelah beberapa saat lengan akan naik keatas dimana berat beban dan air.
Matikan stopwatch tepat saat lengan bergerak ke atas, dimana menurut
prinsip tuas kesetimbangan, posisi tersebut berada pada kesetimbangan dan
gaya yang bekerja adalah nol. Catat berat beban yang digunakan (berat air
adalah 3 kali berat beban yang digunakan). Catat waktu yang tertera pada
stopwatch sebagai data awal. Ulangi percobaan sesuai kebutuhan, dengan
membuang air dalam bak melalui pengaturan cam lever. Tutup valve di
bench. Matikan pompa. Cabut fitting stop kontak sumber listrik, semua itu
dilakukan ketika selesai melakukan semua percobaan pada variasi yang
berbeda. Ukur suhu fluida sesudah percobaan, dari hasil pengukuran suhu di
awal dan di akhir, maka didapatkan suhu rata-rata untuk mencari densitas air.
5.2 Penurunan Rumus
Berikut merupakan penurunan rumus untuk mencari nilai headloss
minor pada sistem perpipaan biru muda :
Diketahui bahwa headloss total dalam sistem perpipaan biru muda
merupakan hasil penjumlahan dari headloss mayor dan headloss minor nya.
ℎ𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 = ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠 + ℎ𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠
sehingga untuk mencari headloss minor,
ℎ𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 = ℎ𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑠 − ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠 ......(1)
dimana headloss total merupakan Δhpengukuran pada aksesorisnya dan untuk
mencari headloss mayor aksesoris dilakukan penurunan seperti berikut :
𝐿 𝑎𝑘𝑠 𝑣 𝑎𝑘𝑠 2
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 (𝑓 𝑎𝑘𝑠 × × 2𝑔 )
𝐷 𝑎𝑘𝑠
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = =
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝐿 𝑝𝑙 𝑣 𝑝𝑙2
(𝑓 𝑝𝑙 × ×
𝐷 𝑝𝑙 2𝑔 )
𝑄 2
𝐿 𝑎𝑘𝑠 (𝐴 𝑎𝑘𝑠)
(𝑓 𝑎𝑘𝑠 × ×
𝐷 𝑎𝑘𝑠 2𝑔 )
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = =
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑄 2
( )
𝐿 𝑝𝑙 𝐴 𝑝𝑙
(𝑓 𝑝𝑙 × ×
𝐷 𝑝𝑙 2𝑔 )

4𝑄 2
𝐿 𝑎𝑘𝑠 (𝜋 × 𝐷 𝑎𝑘𝑠 2 )
(𝑓 𝑎𝑘𝑠 × × )
𝐷 𝑎𝑘𝑠 2𝑔
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜 𝑟𝑖𝑠
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = =
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 4𝑄
( )2
𝐿 𝑝𝑙 𝜋 × 𝐷 𝑝𝑙2
(𝑓 𝑝𝑙 × × )
𝐷 𝑝𝑙 2𝑔

𝐿 𝑎𝑘𝑠 1
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 (𝑓 𝑎𝑘𝑠 × 𝐷 𝑎𝑘𝑠 × 𝐷 𝑎𝑘𝑠 2 )
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = =
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝐿 𝑝𝑙 1
(𝑓 𝑝𝑙 × × )
𝐷 𝑝𝑙 𝐷 𝑝𝑙2

ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 (𝑓 𝑎𝑘𝑠 × 𝐿 𝑎𝑘𝑠 × (𝐷 𝑝𝑙)5 )


ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = =
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 (𝑓 𝑝𝑙 × 𝐿 𝑝𝑙 × (𝐷 𝑎𝑘𝑠)5 )

sehingga didapatkan persamaan,


ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 (𝑓 𝑎𝑘𝑠 × 𝐿 𝑎𝑘𝑠 × (𝐷 𝑝𝑙)5 )
=
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 (𝑓 𝑝𝑙 × 𝐿 𝑝𝑙 × (𝐷 𝑎𝑘𝑠)5 )
(𝑓 𝑎𝑘𝑠×𝐿 𝑎𝑘𝑠×(𝐷 𝑝𝑙)5 )
ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 = (𝑓 𝑝𝑙×𝐿 𝑝𝑙×(𝐷 𝑎𝑘𝑠)5 )
× ℎ𝑙 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠....(2)

Masukkan persamaan (2) kedalam persamaan (1), dimana headloss total


aksesoris adalah Δhpengukuran aksesoris dan headloss mayor pipa lurus adalah
Δhpengukuran pipa lurus, maka didapatkan
𝒉𝒍 𝒎𝒊𝒏𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔
(𝒇 𝒂𝒌𝒔 × 𝑳 𝒂𝒌𝒔 × (𝑫 𝒑𝒍)𝟓 )
= 𝜟𝒉𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒔 − [ ]
(𝒇 𝒑𝒍 × 𝑳 𝒑𝒍 × (𝑫 𝒂𝒌𝒔)𝟓 )
× 𝜟𝒉𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔

5.3 Analisa Grafik


5.3.1 Sistem Perpipaan Biru Tua
0,00025

0,0002 y = 0,0004x
R² = 0,6334
Debit aktual (m3/s)

0,00015

0,0001

0,00005

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
S0,54

Gambar 3 Grafik hubungan debit aktual terhadap slope pada sistem


perpipaan biru tua

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,0004x, ditinjau


dari persamaan Q = 0,2785.C.D2,63.S0,54, diketahui bahwa sumbu y adalah
debit aktual dan sumbu x adalah S0,54. Diketahui bahwa 0.2785.C.D2.63
merupakan gradiennya merujuk pada persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥, dan
berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah 0,0004, sehingga kita bisa
mendapatkan koefisien Hazen-Williams seperti berikut.
0,0004 = 0,2785 𝐶 𝐷2,63
0,0004
𝐶 =
0,2785 𝑥 (0,0136 𝑚)2,63
𝐶 = 116,4199645765

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Hazen-Williamsnya yaitu


116,4199645765 . Jika dibandingkan dengan nilai koefisien Hazen-
Williams secara literatur, nilai koefisien Hazen Williams untuk
galvanized iron (lampiran gambar 22 koefisien C literatur) adalah 120
sehingga galatnya adalah :
|𝐶𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐶𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐶𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

|120 − 116,4199645765 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
120

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 2,983%

Maka galat untuk koefisien Hazen-Williams adalah 2,983%. Hal ini


menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh dibawah galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sudah cukup
akurat. Pada grafik diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2
yaitu 0,3845 dan belum mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan
dalam percobaan belum cukup baik dan hubungan variabel bebas dan
variabel terikatnya belum cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan
jenis grafik linier dan dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif,
maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara debit aktual dan slope
berbanding lurus.
0,35
y = 0,1307x
0,3
R² = 0,0894
0,25

Headloss (m)
0,2

0,15

0,1

0,05

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
v2 (m2/s2)

Gambar 4 Grafik hubungan headloss pipa lurus biru tua terhadap


kuadrat kecepatan pada sistem perpipaan biru tua

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,1307x, ditinjau


𝐿 𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝑓 , diketahui bahwa sumbu y adalah headloss
𝐷 2𝑔

pipa lurus dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan. Pada grafik diatas,
didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,0894 dan belum
mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan belum
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya belum
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss pipa lurus biru tua dan
kuadrat kecepatan berbanding lurus.
0,07
y = 0,0273x
0,06 R² = 0,8923

0,05

hl gate valve (m)


0,04

0,03

0,02

0,01

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
v2 (m2/s2)

Gambar 5 Grafik hubungan headloss gate valve terhadap kuadrat


kecepatan pada sistem perpipaan biru tua

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,0273x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss gate valve dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan. Diketahui


𝐾𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒
bahwa merupakan gradiennya merujuk pada persamaan
2𝑔

𝑦 = 𝑚𝑥, dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah 0,0273,


sehingga kita bisa mendapatkan koefisien Kgate valve seperti berikut.

𝐾𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒
0,0273 =
2𝑔
𝐾𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 0,0273 𝑥 2(9,81)
𝐾𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 0,535626

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Kgate valve adalah 0,535626 . Jika


dibandingkan dengan nilai koefisien Kgate valve secara literatur, nilai
koefisien Kgate valve literatur adalah 0,15 sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
|0,15 − 0,535626|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0,15

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 257,084%

Maka galat untuk koefisien Kgate valve adalah 257,084%. Hal ini
menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada grafik
diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,8923 dan hampir
mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan sudah
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya sudah
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss gate valve dan kuadrat
kecepatan berbanding lurus.

0,18
0,16 y = 0,068x
R² = 0,6582
0,14
hl standart elbow (m)

0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
v2 (m2/s2)

Gambar 6 Grafik hubungan headloss standar elbow terhadap kuadrat


kecepatan pada sistem perpipaan biru tua
Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,068x, ditinjau dari
𝑣2
persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss standart elbow dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan.


𝐾𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤
Diketahui bahwa merupakan gradiennya merujuk pada
2𝑔

persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥, dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah


0,068, sehingga kita bisa mendapatkan koefisien Kstandart elbow seperti
berikut.

𝐾𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤
0,068 =
2𝑔
𝐾𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 = 0,068 𝑥 2(9,81)
𝐾𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 = 1,33416

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Kstandart elbowadalah 1,33416 . Jika


dibandingkan dengan nilai koefisien Kstandart elbow secara literatur, nilai
koefisien Kstandart elbow literatur adalah 0,9 sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

|0,9 − 1,33416|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0,9

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 48,24%

Maka galat untuk koefisien Kstandart elbow adalah 48,24%. Hal ini
menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada grafik
diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,6582 dan belum
mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan belum
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya belum
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss standar elbow dan kuadrat
kecepatan berbanding lurus.

0,3
y = 0,1154x
0,25 R² = 0,8298
hl 90 sharpbend (m)

0,2

0,15

0,1

0,05

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
v2 (m2/s2)

Gambar 7 Grafik hubungan headloss 90 sharpbend terhadap kuadrat


kecepatan pada sistem perpipaan biru tua

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,1154x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾90 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝𝑏𝑒𝑛𝑑 , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss 90 sharpbend dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan.


𝐾90 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝𝑏𝑒𝑛𝑑
Diketahui bahwa merupakan gradiennya merujuk pada
2𝑔

persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥, dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah


0,1154, sehingga kita bisa mendapatkan koefisien K90 sharpbend seperti
berikut.

𝐾90 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝𝑏𝑒𝑛𝑑
0,1154 =
2𝑔
𝐾90 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝𝑏𝑒𝑛𝑑 = 0,1154 𝑥 2(9,81)
𝐾90 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝𝑏𝑒𝑛𝑑 = 2,264148
Sehingga didapatkan bahwa koefisien K90 sharpbend adalah 2,264148 .
Jika dibandingkan dengan nilai koefisien K90 sharpbend secara literatur,
nilai koefisien K90 sharpbend literatur adalah 1,3 sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

|1,3 − 2,264148 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
1,3

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 74,165%

Maka galat untuk koefisien K90 sharpbend adalah 74,165%. Hal ini
menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada grafik
diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,8298 dan hampir
mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan sudah
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya sudah
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss 90 sharpbend dan kuadrat
kecepatan berbanding lurus.
5.3.2 Sistem Perpipaan Biru Muda
0,00025

0,0002 y = 0,0018x
R² = 0,9832
Debit aktual (m3/s) 0,00015

0,0001

0,00005

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
S0,54

Gambar 8 Grafik hubungan debit aktual terhadap slope pada sistem


perpipaan biru muda

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,0018x, ditinjau


dari persamaan Q = 0,2785.C.D2,63.S0,54, diketahui bahwa sumbu y adalah
debit aktual dan sumbu x adalah S0,54. Diketahui bahwa 0.2785.C.D2.63
merupakan gradiennya merujuk pada persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥, dan
berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah 0,0018, sehingga kita bisa
mendapatkan koefisien Hazen-Williams seperti berikut.

0,0018 = 0,2785 𝐶 𝐷2,63


0,0018
𝐶 =
0,2785 𝑥 (0,0262 𝑚)2,63
𝐶 = 93,39312543

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Hazen-Williamsnya yaitu


93,39312543 . Jika dibandingkan dengan nilai koefisien Hazen-
Williams secara literatur, nilai koefisien Hazen Williams untuk
galvanized iron (lampiran gambar 22 koefisien C literatur) adalah 120
sehingga galatnya adalah :
|𝐶𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐶𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐶𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

|120 − 93,39312543 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
120

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 22,17239548%

Maka galat untuk koefisien Hazen-Williams adalah 22,17239548%. Hal


ini menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas
galat yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan
masih kurang akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal
perhitungan. Pada grafik diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau
R2 yaitu 0,9832 dan sangat mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan
dalam percobaan cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel
terikatnya sangat cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis
grafik linier dan dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara debit aktual dan slope
berbanding lurus.

0,016
y = 0,117x
0,014
R² = 0,9886
0,012
Headloss (m)

0,01
0,008
0,006
0,004
0,002
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14
v2 (m2/s2)

Gambar 9 Grafik hubungan headloss pipa lurus biru muda terhadap


kuadrat kecepatan pada sistem perpipaan biru muda
Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,117x, ditinjau dari
𝐿 𝑣2
persamaan ℎ𝑙 = 𝑓 , diketahui bahwa sumbu y adalah headloss pipa
𝐷 2𝑔

lurus dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan. Pada grafik diatas,


didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,9886 dan sangat
mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan sudah
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya sangat
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss pipa lurus biru muda dan
kuadrat kecepatan berbanding lurus.

1,2

y = 7,8291x
1
R² = 0,9073
hl globe valve (m)

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14
v2 (m2/s2)

Gambar 10 Grafik hubungan headloss globe valve terhadap kuadrat


kecepatan pada sistem perpipaan biru muda

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 7,8291x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss globe valve dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan. Diketahui


𝐾𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒
bahwa merupakan gradiennya merujuk pada persamaan
2𝑔
𝑦 = 𝑚𝑥, dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah 7,8291,
sehingga kita bisa mendapatkan koefisien Kglobe valve seperti berikut.

𝐾𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒
7,8291 =
2𝑔
𝐾𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 7,8291𝑥 2(9,81)
𝐾𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 153,606942

Sehingga didapatkan bahwa koefisien K globe valve adalah 153,606942 .


Jika dibandingkan dengan nilai koefisien K globe valve secara literatur, nilai
koefisien K globe valve literatur adalah 10 sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

|10 − 153,606942|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
10

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 1436,06942%

Maka galat untuk koefisien Kglobe valve adalah 1436,06942%. Hal ini
menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada grafik
diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,9073 dan sangat
mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan sudah erat.
Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan dapat dilihat
dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan headloss globe valve dan kuadrat kecepatan berbanding lurus.
0,010

0,000
0 0,5 1 1,5 2 2,5
-0,010

hl bend 2" (m)


-0,020

-0,030

-0,040
y = -0,0195x
-0,050 R² = 0,7013

-0,060

-0,070
v2 (m2/s2)

Gambar 11 Grafik hubungan headloss bend 2” terhadap kuadrat


kecepatan pada sistem perpipaan biru muda

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = -0,0195x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 2" , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss bend 2” dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan. Diketahui


𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 2"
bahwa merupakan gradiennya merujuk pada persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥,
2𝑔

dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah -0,0195, sehingga kita


bisa mendapatkan koefisien Kbend 2” seperti berikut.

𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 2”
7,8291 =
2𝑔
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 2” = −0,0195 𝑥 2(9,81)
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 2” = −0,38259

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Kbend 2” adalah −0,38259 . Jika


dibandingkan dengan nilai koefisien Kbend 2” secara literatur, nilai
koefisien Kbend 2” literatur ditentukan dengan persamaan berikut :
r/D , dimana r : jari-jari kelengkungan (m)
D : Diameter aksesoris (m)
Sehingga,
r/D = 0,0508/0,0136 = 3,735, dibulatkan keatas menjadi 4. Dengan
mengetahui r/D = 4, didapatkan Kbend 2” literatur sebesar 0,27 (lampiran
Gambar 23 Referensi K literatur) sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

|0,27 + 0,38259|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0,27

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 41,7%

Maka galat untuk koefisien Kbend 2” adalah 41,7%. Hal ini menunjukkan
bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat yang umumnya
diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang akurat atau
mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada grafik diatas,
didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,7013 dan belum
mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan belum
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya belum
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan headloss bend 2” dan kuadrat kecepatan
berbanding lurus.

0,025

0,020

0,015 y = 0,5215x
hl bend 4" (m)

R² = -0,008

0,010

0,005

0,000
0,000 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 0,030
-0,005
v2 (m2/s2)
Gambar 12 Grafik hubungan headloss bend 4” terhadap kuadrat
kecepatan pada sistem perpipaan biru muda

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,5215x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 4" , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss bend 4” dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan. Diketahui


𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 4"
bahwa merupakan gradiennya merujuk pada persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥,
2𝑔

dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah 0,5215, sehingga kita


bisa mendapatkan koefisien Kbend 4” seperti berikut.

𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 4”
0,5215 =
2𝑔
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 4” = 0,5215 𝑥 2(9,81)
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 4” = 10,23183

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Kbend 4” adalah 10,23183 . Jika


dibandingkan dengan nilai koefisien Kbend 4” secara literatur, nilai
koefisien Kbend 4” literatur ditentukan dengan persamaan berikut :
r/D , dimana r : jari-jari kelengkungan (m)
D : Diameter aksesoris (m)
Sehingga,
r/D = 0,1016/0,0136 = 7,4706, dibulatkan keatas menjadi 8. Dengan
mengetahui r/D = 8, didapatkan Kbend 4” literatur sebesar 0,41 (lampiran
Gambar 23 Referensi K literatur) sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
|0,41 − 10,23183|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0,41

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 2395,568293%

Maka galat untuk koefisien Kbend 4” adalah 2395,568293%. Hal ini


menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada
grafik diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu -0,008 dan
tidak mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan tidak
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya tidak
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss bend 4” dan kuadrat
kecepatan berbanding lurus.

0,020

0,015

0,010 y = 0,3926x
R² = 0,1637
hl bend 6" (m)

0,005

0,000
0,000 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 0,030
-0,005

-0,010

-0,015

-0,020
v2 (m2/s2)

Gambar 13 Grafik hubungan headloss bend 6” terhadap kuadrat


kecepatan pada sistem perpipaan biru muda

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,3926x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 6" , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss bend 6” dan sumbu x adalah kuadrat kecepatan. Diketahui


𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 6"
bahwa merupakan gradiennya merujuk pada persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥,
2𝑔

dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah 0,3926, sehingga kita


bisa mendapatkan koefisien Kbend 6” seperti berikut.
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 6”
0,3926 =
2𝑔
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 6” = 0,3926 𝑥 2(9,81)
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 6” = 7,702812

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Kbend 6” adalah 7,702812 . Jika


dibandingkan dengan nilai koefisien Kbend 6” secara literatur, nilai
koefisien Kbend 6” literatur ditentukan dengan persamaan berikut :
r/D , dimana r : jari-jari kelengkungan (m)
D : Diameter aksesoris (m)
Sehingga,
r/D = 0,1524/0,0136 = 11,206, dibulatkan keatas menjadi 12. Dengan
mengetahui r/D = 12, didapatkan Kbend 6” literatur sebesar 0,51(lampiran
Gambar 23 Referensi K literatur) sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 6” − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑏𝑒𝑛𝑑 6”
|0,51 − 7,702812|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0,51

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 1410,355294%

Maka galat untuk koefisien Kbend 6” adalah 1410,355294%. Hal ini


menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada
grafik diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu 0,1637 dan
tidak mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan tidak
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya tidak
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss bend 6” dan kuadrat
kecepatan berbanding lurus.
0,008
0,007
y = 0,0048x
0,006 R² = -1,731

hl pelebaran (m)
0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
(vk-vb)2 (m2/s2)

Gambar 14 Grafik hubungan headloss pelebaran terhadap kuadrat


selisih kecepatan pada sistem perpipaan biru muda

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,0048x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑝𝑒𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛 , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss pelebaran dan sumbu x adalah kuadrat selisih kecepatan.


𝐾𝑝𝑒𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛
Diketahui bahwa merupakan gradiennya merujuk pada
2𝑔

persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥, dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah


0,0048, sehingga kita bisa mendapatkan koefisien Kpelebaran seperti
berikut.

𝐾𝑝𝑒𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛
0,0048 =
2𝑔
𝐾𝑝𝑒𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛 = 0,0048 𝑥 2(9,81)
𝐾𝑝𝑒𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛 = 0,094176

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Kpelebaran adalah 0,094176 . Jika


dibandingkan dengan nilai koefisien Kpelebaran secara literatur, nilai
koefisien Kpelebaran literatur ditentukan dengan persamaan berikut :
Dpipa kecil /Dpipa besar , dimana Dpipa kecil : Diameter pipa kecil (m)
Dpipa besar : Diameter pipa besar (m)
Sehingga,
Dpipa kecil /Dpipa besar = 0,0136/0,0262 = 0,51. Dengan mengetahui Dpipa kecil
/Dpipa besar = 0,51, didapatkan Kpelebaran literatur sebesar 0,56 (lampiran
grafik 24 K literatur untuk aksesoris) sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
|0,56 − 0,094176|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0,56

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 83,182857%

Maka galat untuk koefisien Kpelebaran adalah 83,182857%. Hal ini


menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada
grafik diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R2 yaitu -1,731 dan
tidak mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan tidak
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya tidak
cukup erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan
dapat dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara headloss pelebaran dan kuadrat
selisih kecepatan berbanding lurus.
0,25
y = 0,1722x
R² = 0,8559
0,2

hl penyempitan (m)
0,15

0,1

0,05

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
(vk-vb)2 (m2/s2)

Gambar 15 Grafik hubungan headloss penyempitan terhadap kuadrat


selisih kecepatan pada sistem perpipaan biru muda

Berdasarkan hasil regresi, didapatkan persamaan y = 0,1722x, ditinjau


𝑣2
dari persamaan ℎ𝑙 = 𝐾𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛 , diketahui bahwa sumbu y adalah
2𝑔

headloss penyempitan dan sumbu x adalah kuadrat selisih kecepatan.


𝐾𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛
Diketahui bahwa merupakan gradiennya merujuk pada
2𝑔

persamaan 𝑦 = 𝑚𝑥, dan berdasarkan grafik, nilai gradiennya adalah -


0,1722, sehingga kita bisa mendapatkan koefisien Kpenyempitan seperti
berikut.

𝐾𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛
0,1722 =
2𝑔
𝐾𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛 = 0,1722 𝑥 2(9,81)
𝐾𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛 = 3,378564

Sehingga didapatkan bahwa koefisien Kpenyempitan adalah 3,378564 . Jika


dibandingkan dengan nilai koefisien Kpelebaran secara literatur, nilai
koefisien Kpelebaran literatur ditentukan dengan persamaan berikut :
Dpipa kecil /Dpipa besar , dimana Dpipa kecil : Diameter pipa kecil (m)
Dpipa besar : Diameter pipa besar (m)
Sehingga,
Dpipa kecil /Dpipa besar = 0,0136/0,0262 = 0,51. Dengan mengetahui Dpipa kecil
/Dpipa besar = 0,51, didapatkan Kpelebaran literatur sebesar 0,38 (lampiran
grafik 24 K literatur untuk aksesoris) sehingga galatnya adalah :
|𝐾𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛 − 𝐾𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 |
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐾𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛
|0,38 − 3,378564|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
0,38

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 789,0957%

Maka galat untuk koefisien Kpenyempitan adalah 789,0957%. Hal ini


menunjukkan bahwa besar persentase galat yang diperoleh diatas galat
yang umumnya diterima pada praktikum yaitu sebesar 10%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan masih kurang
akurat atau mungkin terjadi kesalahan dalam hal perhitungan. Pada
2
grafik diatas, didapatkan Koefisien determinasi atau R yaitu 0,8859 dan
hampir mendekati 1, hal ini menunjukkan ketepatan dalam percobaan
cukup baik dan hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya cukup
erat. Karena grafik diatas menggunakan jenis grafik linier dan dapat
dilihat dari pangkatnya yang bernilai positif, maka dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara headloss penyempitan dan kuadrat selisih
kecepatan berbanding lurus.

5.4 Perbedaan Headloss Mayor dan Minor


Headloss mayor dan minor merupakan kehilangan energi yang terjadi
pada sistem perpipaan, perbedaannya adalah headloss mayor terjadi
dikarenakan oleh gesekan pada perpipaan, manakala headloss minor
terjadi dikarenakan oleh aksesori-aksesoris (valve,belokan, penyempitan,
pelebaran, dll) pada sistem perpipaan. Untuk meninjau manakah antara
kedua headloss ini yang lebih besar tergantung pada sistem perpipaannya
itu sendiri, apakah lebih dominan pipa lurus atau aksesorisnya. Jika pada
suatu sistem perpipaan itu lebih banyak pipa lurus ketimbang
aksesorisnya, maka headloss yang lebih besar pastinya headloss mayor,
dan jika pada suatu sistem perpipaan itu lebih banyak aksesoris
ketimbang pipa lurusnya, maka headloss yang lebih besar pastinya
headloss minor. Umumnya headloss minor bisa dibilang sangat kecil dan
dikatakan bisa diabaikan, akan tetapi jika sistem perpipaan itu memiliki
aksesoris yang cukup banyak, headloss yang terbilang kecil jika
diakumulasikan bisa mencapai headloss yang cukup besar.

5.5 Perbedaan Gate Valve dan Globe Valve


Gate valve adalah jenis stopper yang ditempatkan pada sistem instalasi
perpipaan yang berguna untuk memblokir aliran fluida. Valve ini
mencegah lewatnya aliran cairan / liquid menggunakan lempengan yang
bergerak bergeser keluar dan kedalam pipa (Royen A., 2014).

Gambar 16 Gate valve


Sumber : abi-blog.com, 2014

Globe valve adalah valve yang memiliki arah gerak linier dan dirancang
sebagai stopping ( menghentikan aliran), membuka aliran dan mengatur
aliran (Royen A., 2014).
Gambar 17 Globe valve
Sumber : abil-blog.com, 2014

Perbedaan antara keduanya dilihat dari bentuknya di cara kerjanya,


dimana penyekat aliran gate valve berbentuk lempengan yang bergerak
keluar dan kedalam (bergerak dengan arah vertikal) dan globe valve
berbentuk globe yang bergerak secara linier. Gate valve dengan bentuk
dan cara kerjanya tersebut, akan mengakibatkan lebih banyak headloss
yang terjadi jika tidak dibuka atau ditutup sepenuhnya. Manakala globe
valve dengan bentuk dan cara kerjanya tersebut tidak mengakibatkan
terlalu banyak headloss yang terjadi seperti gate valve.

5.6 Kesalahan-Kesalahan
Dalam pelaksanaan praktikum, adanya galat pada hasilnya. Hal ini bisa
dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya :
a. Pada saat pengukuran waktu, terjadi keterlambatan dalam menyalakan
atau menghentikan stopwatch sehingga mempengaruhi data yang ada
sehingga mempengaruhi waktu rata-ratanya.
b. Pada saat pengukuran tinggi kolam air, kemungkinan terjadi kesalahan
dalam membaca ketinggiannya dan hal ini juga berpengaruh terhadap
data yang ada.
c. Dalam proses pengolahan data sebelumnya, terjadi beberapa kali
kesalahan dalam perhitungan sehingga berpengaruh terhadap hasil
akhirnya. Maka dilakukan beberapa kali perhitungan dan pengolahan
data lagi.
d. Pada saat praktikum dimulai, praktikan tidak melakukan pemeriksaan
terhadap alatnya terlebih dulu sehingga terdapat banyak data yang
tidak tepat dan berpengaruh akan hasil akhirnya.

6. Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan


Pada praktikum ini, ditentukan headloss dari masing-masing variasi debit.
Pada keadaan nyata di bidang Teknik lingkungan, pengaplikasian modul
ini dapat terlihat melalui system perpipaan penyaluran air minum menuju
masyarakat. Dalam sistem perpipaan ini terdapat tipe-tipe aksesoris
seperti standar elbow, 90 sharpbend, dan sebagainya yang kemudian akan
menghasilka akumulasi dari nilai headloss. Nilai headloss ini kemudian
sebaiknya diperhitungkan agar yang sampai di masyarakat adalah
maksimal adanya. Selain itu juga diaplikasikan dalam sistem pengolahan
air limbah yang tidak jauh beda dari konsep perpipaan air minum.

Gambar 18 Sistem perpipaan


Sumber : cdn2.tstatic.net

Gate valve umumnya dipakai untuk aplikasi on/off atau keperluan isolasi,
small drain, dan venting. Sedangkan globe valve dipakai pada sistem
bendungan air karena globe valve secara umum mengatur laju aliran.
Selain itu pada praktikum ini kita mengetaui nilai koefisien Hazen-
Williams. Nilai koefisien ini membantu menentukan material apa yang
paling sedikit menyebabkan headloss dalam sistem perpipaan.
Gambar 19 Bendungan air
Sumber : ksmtour.com

7. Kesimpulan
1. Pada sistem perpipaan biru tua, didapatkan headloss mayor dan minor
seperti berikut :
Tabel 7.1 Headloss mayor pada sistem perpipaan biru tua

hl mayor pipa lurus (m)

0,2475
0,178
0,2425
0,106

Tabel 7.2 Headloss minor pada sistem perpipaan biru tua

hl minor (m)

gate
standard elbow 90 sharp bend
valve
0,063 0,161077681 0,265661926
0,0378 0,114648796 0,177253829
0,0252 0,031399344 0,091092998
0,0252 0,064380744 0,103061269
Pada sistem perpipaan biru muda, didapatkan headloss mayor dan
minor seperti berikut :
Tabel 7.3 Headloss mayor pada sistem perpipaan biru muda

hl mayor pipa lurus (m)

0,015
0,01
0,0075
0,005

Tabel 7.4 Headloss minor pada sistem perpipaan biru muda

hl minor (m)

globe
bend 2" bend 4" bend 6" Pelebaran Penyempitan
valve
0,945 -0,060 -0,002 -0,014 0,003 0,212
0,662 -0,012 0,020 0,013 0,005 0,143
0,580 -0,015 0,017 0,015 0,007 0,130
0,403 0,001 0,028 0,025 0,003 0,079

2. Pada sistem perpipaan biru tua, didapatkan debit aktual seperti berikut
:
Tabel 7.5 Debit aktual pada sistem perpipaan biru tua

Qaktual (m3/s)

0,000221267
0,000165995
0,000156073
0,000116577
Pada sistem perpipaan biru muda, didapatkan debit aktual seperti
berikut :
Tabel 7.6 Debit aktual pada sistem perpipaan biru muda

Qaktual (m3/s)

0,000193613
0,000153788
0,000141416
0,000108201

8. Daftar Pustaka
FishXing. Manning Engineering ToolBox. Manning’s Roughness
Coefficients. https://www.engineeringtoolbox.com/mannings-roughness-
d_799.html. Diakses pada 6 November 2018.
Finnemore, E. John and Joseph B.Franzini. 2002. Fluid Mechanics with
Engineering Application. California : The McGraw Companies.
http://abi-blog.com/mengenal-apa-itu-gate-valve/. Diakses pada 4 November
2018.
http://abi-blog.com/mengenal-apa-itu-globe-valve-pembahasan-dan-
penjelasan/. Diakses pada 4 November 2018.
https://me623.wordpress.com/2015/07/23/k-value-for-equivalent-length-of-
pipe-and-absolute-roughness-value-table/. Diakses pada 6 November
2018.
http://www.metropumps.com/ResourcesFrictionLossData.pdf. Diakses pada 7
November 2018.
https://www.google.co.id/amp/s/me623.wordpress.com/2015/07/23/k-value-f
or-equivalent-length-of-pipe-and-absolute-roughness-value-table/amp/.
Diakses pada 7 November 2018.
https://www.engineeringtoolbox.com/hazen-williams-coefficients-
d_798.html. Diakses pada 6 November 2018.
LAMPIRAN

Gambar 20 K literatur
Sumber : me623.wordpress.com, 2014

Gambar 21 Tabel Densitas


Sumber : Finnemore, 2002
Sumber : FishXing, 2014
Gambar 22 Koefisien C literatur
Sumber : engineeringtoolbox.com, 2010
Gambar 23 Referensi K literatur
Sumber : metropumps.com, 2010
Gambar 24 K literatur untuk aksesoris
Sumber : metropumps.com, 2010

Anda mungkin juga menyukai