Dari perhitungan di atas, didapatkan luas penampang untuk tiap traverse point
sebesar 0.00161 m2 .
III.3Menentukan ∆P (Pkecepatan )
∆Pstd
CpA = Cpstd × √
∆P
∆Pstd
CpA = Cpstd × √
∆P
12.5 mmH2 O
CpA = 0.99 × √
15.4 mmH2 O
∆Pstd
CpB = Cpstd × √
∆P
∆Pstd
CpB = Cpstd × √
∆P
12.5 mmH2 O
CpB = 0.99 × √
16.5 mmH2 O
CpB = 0.861684397 ≈ 0.86168
Dari perhitungan di atas, diperoleh data koefisien kalibrasi pada kaki B
pitot S untuk posisi 4 sebesar 0.86168. Untuk data posisi pengukuran
selanjutnya diperoleh dengan cara yang sama.
Untuk menghitung kecepatan serta debit aliran gas, satuan ukur tekanan
yang akan digunakan adalah mmHg. Namun, data yang terukur masih berada
dalam satuan mmH2 O, sehingga satuan perlu dikonversi ke mmHg. Berikut
merupakan persamaan untuk mengonversi satuan.
1
mmHg = × mmH2 O
13.6
Misal, menggunakan data posisi pengukuran ke-1 yang tertera pada Tabel II.5,
diperoleh Ptotal sebesar 60.4 mmH2 O. Maka Ptotal dapat dikonversikan
menjadi tekanan dengan satuan mmHg dengan cara berikut.
1
Ptotal(mmHg) = × mmH2 O
13.6
1
Ptotal(mmHg) = × 60.4 mmH2 O
13.6
Ptotal(mmHg) = 4.441176471mmHg
Konversi ini akan dilakukan untuk seluruh data tekanan yang digunakan pada
praktikum dan tertera pada data akhir.
0.5
Tgas × ∆P
𝑣𝑠 = CpS × Kp × ( )
(Pbar + Pstat ) × Mgas
Dengan keterangan, 𝑣𝑆 adalah kecepatan alir gas (m/s), CpS menyatakan
koefisien kalibrasi pada kaki pitot S yang telah dipilih sebelumnya pada
Subbab III.4.5 sebesar 0.8582839313, Kp menyatakan konstanta kecepatan,
Tgas menyatakan temperature gas yang mengalis (K), ∆P emnyatakan tekanan
kecepatan (mmHg), Pbar menyatakan tekanan barometric (mmHg), Pstat
menyatakan tekanan statis (mmHg), dan Mgas menyatakan berat molekul gas.
Kp, Tgas, Pbar, dan Mgas tertera pada Bab II Data Awal, masing-masing
sebesar 34.97, 302.8 K, 720 mmHg, dan 29 g/gmol. Dengan menggunakan data
posisi pengukuran ke-1, diperoleh kecepatan alir gas sebagai berikut.
0.5
Tgas × ∆P
𝑣𝑠 = CpS × Kp × ( )
(Pbar + Pstat) × Mgas
0.5
302.8 K × 0.764706 mmHg
𝑣𝑠 = 0.8583 × 34.97 × ( )
(720 mmHg + 3.6764 mmHg) × 29 g/gmol
𝑣𝑠 = 3,27410796 m/s
Kemudian, besar kecepatan alir gas posisi selanjutnya diperoleh dengan cara
yang sama.
Nilai debit aliran gas tiap traverse point dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut.
Dengan keterangan, Q menyatakan debit aliran gas (m3 /s), BH2 O menyatakan
fraksi mol uap air, 𝑣𝑠 menyatakan kecepatan alir gas (m/s), A menyatakan luas
penampang (m2 ), Tstd menyatakan temperature standar (K), Pbar menyatakan
tekanan barometrik (mmHg), dan Pstat menyatakan tekanan standar (mmHg).
Untuk nilai 𝑣𝑠 , tiap traverse point dapat diperoleh dari pengolahan data
Subbab III.6, A diperoleh dari pengolahan data Subbab III.2, Pstat dari data
pada Tabel II.5 yang telah dikonversi ke mmHg melalui pengolahan data pada
Subbab III.5, dan tertera pada Tabel IV.1, serta Tgas , Pstd , Pbar, BH2 O diperoleh
pada Bab II Data Awal, masing-masing sebesar 302.8 K, 760 mmHg, 720
mmHg, dan 0.22. Dengan data yang sudah diketahui, dapat dihitung debit
aliran gas untuk posisi ke-1 adalah sebagai berikut.
m
Q = 3600 × (1 − 0.22) × 3.27 × 0.00161m2
s
298 𝐾 × (720 mmHg + 3.6764 mmHg)
×
302.8 K × 760 mmHg
Q = 13.87098265 m3 /s
Q total = Q1 + Q 2 + Q 3 + Q 4 + Q 5 + Q6 + Q7 + Q 8 + Q 9
Q total = 116.8873845 m3 /s
Maka dari itu, besar debit aliran gas total yang mengalir pada wind tunnel
sebesar 116.8873845 m3 /s.
IV. Data Akhir
Tabel IV.1 Hasil Pengolahan Data Praktikum Modul 05 Mekanika Fluida I
𝐏𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐬𝐭𝐚𝐭𝐢𝐬 ∆𝐏 𝒗𝑺 Q
Posisi
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (m/s) (𝐦𝟑 /𝐬)
1 4.441176471 3.676470588 0.7647058824 3.27410796 13.87098265
2 4.433823529 3.705882353 0.7279411765 3.194369115 13.53371358
3 4.452941176 3.707352941 0.7455882353 3.232853593 13.69679017
4 4.5 3.676470588 0.7235294118 3.184739212 13.49236583
5 4.5 3.632352941 0.8676470588 3.487631311 14.77468819
6 4.452941176 3.747794118 0.7051470588 3.143867464 13.32052257
7 4.242647059 3.823529412 0.4191176471 2.423648483 10.27003938
8 4.411764706 3.802941176 0.6088235294 2.921147917 12.37780603
9 4.345588235 3.81544117 0.530147058 2.725851941 11.55047613
Q total(m3 /s) 116.8873845
V. Analisis A
V.1 Cara Kerja
V.1.1 Penentuan Jenis Fluida
Pada percobaan modul ini, alat yang digunakan bernama wind
tunnel atau cerobong asap yang ukurannya sesuai untuk penggunaan
skala laboratorium. Penentuan jenis fluida yang digunakan dilakukan
untuk mengetahui jenis fluida yang dianalisis melalui cerobong
(partikulat atau nonpartikulat). Partikulat merupakan partikel padatan
yang terbawa dalam gas buang atau emisi. Secara umum, ukuran partikel
ini bervariasi, partikulat yang berdiameter <10 𝜇m disebut sebagai
partikulat kasar (coarse), sedangkan partikulat berdiameter <2.5 𝜇m
disebut sebagai partikulat halus (fine). Non-partikulat merupakan
pencemar murni berfasa gas tanpa campuran padatan maupun cairan di
dalamnya. Umumnya, pencemar pada udara lebih mudah diasumsikan
pencemar dalam cerobong sebagai non-partikulat dengan kata lain
merupakan gas ideal. Udara yang mengalir pada wind tunnel dianggap
murni karena wind tunnel yang steril dari partikulat (particulat berjumlah
sangat kecil sehingga dapat diabaikan). Pada penentuan jenis fluid aini,
sumber literatur SNI 7117.13-2009 dijadikan acuan untuk mengetahui
metode yang akan digunakan dalam menentukan letak dan jumlah
traverse point.
V.1.2 Penentuan Traverse Point
Traverse Point adalah titik pengambilan contoh uji yang
dianggap mewakili aliran fluida pada lintang cerobong. Pada percobaan
kali ini, traverse point pada wind tunnel ditentukan berdasarkan data
diameter cerobong dan jarak lubang sampling dari belokan (EPA Method
1).
Sama seperti sebelumnya, SNI 7117.13-2009 dijadikan acuan
dalam menentukan traverse point ini. Di mana pemilihan lokasi
pengambilan contoh uji yang ideal dilaksanakan pada posisi minimal 8
kali diameter (8D) cerobong dari gangguan bawah (hulu) dan 2 kali
diameter (2D) dari gangguan atas (hilir). Apabila tidak bisa memenuhi
persyaratan di atas, maka lokasi pengambilan contoh uji dapat
dilaksaksanakan minimal 2 kali diameter dari gangguan bawah dan 0.5
kali diameter gangguan atas dengan jumlah titik lintas yang lebih banyak.
Bila kriteria 2D dan 8D dipenuhi, maka jumlah minimum titik
lintas memenuhi :
1. 12 titik unutk cerobong berbentuk bulat atau empat persegi
panjang dengan De>0.61 m
2. 8 titik untuk cerobong bulat dengan De = 0,30 – 0,61 m
3. 9 titik untuk cerobong empat persegi panjang dengan De =
0,30 – 0,61 m
Pada percobaan, wind tunnel dianggap cerobong dengan
penampang persegi dan dalam kondisi ideal sehingga memenuhi
persyaratan 2D dan 8D serta jarak lubang sampling dari belokan yang
ditentukan melalui EPA Method. Dengan demikian, didapat sembilan
titik lintas yang ditunjukkan pada gambar berikut.
7 8 9
6 5 4
1 2 3
Gambar V.1 Ilustrasi Traverse Point Pada Penampang
Wnd Tunnel
(Sumber : Modul Praktikum Mekanika Fluida I. 2022)
Dari sembilan titik lintas dipilih tiga titik yang digunakan untuk kalibrasi
pitot yaitu posisi 4, 5, dan 6. Hal ini dikarenakan letaknya berada di
tengah sehingga tidak ada headloss yang disebabkan oleh adanya
gesekan dengan dinding wind tunnel sehingga data yang didapat lebih
akurat.
V.1.3 Pengukuran Tekanan
Setelah traverse point didapat, percobaan diawali dengan
dinyalakannya wind tunnel dengan ditekannya tombol hijau dekat
blower. Setelah itu, temperatur gas pada awal percobaan diukur
menggunakan thermocouple, kemudian dicatat. Setelah itu, 𝛥𝑃 diukur
menggunakan manometer pada pitot standar. Untuk mengukur 𝛥𝑃,
selang disambungkan ke manometer dan pitot standar. Nilai tekanan
yang terbaca pada manometer menyatakan tekanan kecepatan (𝛥𝑃) atau
selisih antara tekanan total serta tekanan statis gas yang mengalir pada
wind tunnel. Apabila hasil yang didapatkan negatif, selang yang
menyambungkan pitot standar dan manometer harus ditukar terlebih
dahulu. Pengukuran 𝛥𝑃 dilakukan untuk posisi ke-4, 5, dan 6.
Kemudian, tekanan diukur kembali menggunakan kedua kaki
pada pitot S. Pada pitot S terdapat dua kaki, yaitu kaki A dan B sehingga
tekanan kecepatan (𝛥𝑃) diukur secara bergantian. Untuk mengukur 𝛥𝑃
pada posisi ke-4, 5, dan 6, selang yang menyambungkan pitot S pada
kedua kaki disambungkan ke manometer. Ketika 𝛥𝑃 pada kaki A diukur,
kaki A pitot S bagian hilir (bawah) diposisikan berlawanan dengan arah
gas yang ada di wind tunnel supaya gas dapat masuk ke inlet. Kemudian,
nilai yang diperoleh pada manometer dicatat. Apabila hasil yang
didapatkan negatif, selang pada manometer harus ditukar terlebih dahulu.
Untuk mengukur 𝛥𝑃 pada kaki B, diulangi langkah yang sama seperti
halnya mengukur 𝛥𝑃 pada kaki A. Namun, kaki B pitot S bagian hilir
(bawah) diposisikan berlawanan dengan arah gas yang ada di wind
tunnel. Dalam percobaan menggunakan pitot S, daerah wind tunnel
sekitar percobaan harus ditutupi dengan kain. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kebocoran gas yang terjadi.
Kemudian, dilakukan perhitungan koefisien kalibrasi (Cp) pada
kaki A dan B pitot S berdasarkan tekanan kecepatan standar dan pitot S,
serta koefisien pitot standar yang telah diolah pada pengolahan data
Subbab III.4.1 untuk kaki A dan III.4.3 untuk kaki B. Nilai Cp yang
didapat dari pengukuran ketiga traverse point dirata-ratakan kemudian
dibandingkan terhadap nilai Cp pitot S ideal yang tertera pada Bab II
Data Awal sebesar 0.84. Pada praktikum, didapatkan nilai Cp rata-rata
untuk kaki B sebesar 0. 8582839313 dan untuk kaki A sebesar
0.8913400843. Maka dari itu, nilai Cp rata-rata untuk kaki B lebih dekat
ke nilai Cp ideal daripada Cp rata-rata untuk kaki A. Dengan demikian,
tekanan pada kaki B pitot S dijadikan data acuan atau besaran yang
digunakan untuk penghitungan kecepatan serta debit alir gas.
Setelah mendapatkan hasil kalibrasi, maka yang diukur ialah
Ptotal dan Pstatis dari kaki B pitot S. Ketika pengukuran dengan kaki B
dilakukan maka selang kaki A tidak dihubungkan dengan manometer
karena dapat menimbulkan kerancuan pada pengukuran. Dalam
percobaan dengan pitot S, daerah wind tunnel sekitar percobaan harus
ditutupi dengan kain. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran gas
yang terjadi.
Pada kaki B, tabung pitot S diputar sehingga kaki B bagian bawah
(hilir) membelakangi atau berlawanan arah dengan aliran gas untuk
mendapatkan nilai tekanan statis (Pstatis) pada manometer. Hal ini
dikarenakan tekanan statis memiliki tekanan yang sama atau tetap
sehingga aliran gas tidak perlu masuk ke dalam inlet. Pengukuran
dilakukan pada posisi pertama hingga kesembilan. Sebaliknya, tabung
pitot S diputar sehingga kaki B bagian bawah (hilir) searah dengan aliran
gas untuk mendapatkan nilai tekanan total (Ptotal) pada manometer. Hal
ini dikarenakan tekanan total memiliki tekanan keseluruhan yang
mengalir pada wind tunnel sehingga aliran gas perlu masuk ke dalam
inlet. Pengukuran dilakukan pada posisi pertama hingga kesembilan.
Kemudian, besar yang tertera pada manometer dicatat. Setelah
didapatkan semua data, percobaan diakhiri dengan diukurnya suhu gas
menggunakan thermocouple. Setelah itu, wind tunnel dimatikan dengan
ditekannya tombol merah yang berada dekat blower.
Setelah seluruh data dicatat, data akan diolah untuk memperoleh
kecepatan dan debit aliran gas dengan menggunakan persamaan yang
sudah dijabarkan pada pengolahan data sesuai dalam EPA Method 2.
Setelah itu, dari data yang sudah dioleh, akan dibuat profil kecepatan
aliran gas dalam cerobong (2D dan 3D) pada arah penampang saluran
dengan menggunakan aplikasi Surfer yang akan dijelaskan pada bagian
selanjutnya.
(Sumber : infolabling.com)
g × ws × ds 3 × (TS − T∝ )
Fb =
4 × Ts
1 2
1.6 × ws × Fb 3 × (𝑥 )3
∆h =
u
Keterangan :
VI. Analisis B
Pada praktikum modul 5 dilakukan pengukuran kecepatan gas dalam
cerobong. Kecepatan gas dalam cerobong merupakan informasi penting
terkait dengan pencemaran udara. Semakin besar kecepatan gas dalam
cerobong, maka semakin besar juga bahan pencemar yang akan terdispersi,
sehingga konsentrasi yang dikeluarkan ke lingkungan akan semakin kecil.
Kecepatan alir gas dapat diaplikasikan dalam bidang Teknik Lingkungan, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Pemantauan Kualitas Udara Emisi Isokinetik
Dalam kegiatan industri, salah satu limbah yang dihasilkan adalah limbah
udara yang dapat berupa partikulat maupun gas. Untuk memantau emisi
yang dikeluarkan, diperlukan cerobong yang dibuat dengan memenuhi
standar tertentu seperti memiliki lubang sampling, tangga, platform, alat
pengangkut peralatan, pagar pengamanan, serta sumber listrik.