Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1

Aliran Fluida
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Mata Kuliah Operasi Teknik
Kimia 1

Dosen Pembimbing:
Dhyna Analyes, S.T., M.T.

Oleh:
2B – Teknik Kimia Produksi Bersih (Kelompok 3)
Maya Futri Nur Rachmat : 221424041
Mohamad Haerul Saleh : 221424042

Muhamad Zulfi Abizar : 221424043


Muhammad Zidan Amirullah : 221424044

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2022/2023
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mempelajari aliran fluida dalam sistem perpipaan yang sesuai dengan kondisi nyata di
industri.
2. Menentukan rejim aliran fluida dengan Bilangan Reynolds (Nre).
3. Menentukan koefisien hambatan (K) dan fanning friction (f) macam-macam alat ukur,
katup (valve), sambungan pipa dan pipa lurus dari masing-masing rejim.
4. Menentukan pressure drop dan head loss friction karena gesekan (h) aliran fluida pada
berbagai rejim aliran macam-macam alat ukur, katup (valve), sambungan pipa dan pipa
lurus.

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


2.1 Alat yang Digunakan
Alat utama ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Percobaan

2.2 Bahan yang Diperlukan


Tabel 1. Bahan yang Diperlukan

Air Raksa (Hg)

2.3 Prosedur Kerja

Kalibrasi Debit Aliran

Menghidupkan pompa
Membuka penuh semua sampai alirannya
valve steady

Menampung aliran
Mengatur bukaan
yang keluar selama t
katup ke-1
detik

Mencatat volume bak Melakukan langkah


penampung pada alat ke-4 dan 5 untuk
ukur level bukaan ke-2, 3, 4, dst.
Percobaan Praktikum

A. Menentukan Perbedaan Tekanan (ΔP) dan Laju Alir (Qa) di Pipa Lurus

Buka valve saluran ke


manometer pada titik Buka valve penghubung
pengukuran sistem dengan manometer
perpipaan

Hubungkan selang Mengatur ketinggian


sesuai dengan titik dua sisi manometer agar
pengukuran seimbang

Amati dan catat kembali Lakukan langkah yang


perbedaan kedua sisi sama untuk bukaan ke
manometer 2,3,4, dst.

B. Menentukan Perbedaan Tekanan (ΔP) dan Laju Alir (Qa) di Elbow 90°sama dengan
langkah kerja A
C. Menentukan Perbedaan Tekanan (ΔP) dan Laju Alir (Qa) di Gate Valve sama dengan
langkah kerja A
D. Menentukan Perbedaan Tekanan (ΔP) dan Laju Alir (Qa) di Orifice sama dengan langkah
kerja A

III. DATA PENGAMATAN


Tabel hasil pengukuran:
Bukaan Waktu (t) Pipa Lurus Elbow 90° Gate Valve Orifice
Katup Ke-
0 6,37 41 5 3 47
1 7,22 58 9 4 31
2 8,47 40 6 10 23
3 12,2 18 3 6 18
4 15,19 25 0 0,5 13

IV. PENGOLAHAN DATA


Hasil Pengukuran Pipa Lurus
 Perhitungan Untuk Bukaan Katup Ke-0
 Diameter dalam pipa, D=28 mm=0,028 m
 Panjang pipa=45 cm=0,45 m
 g=10 m/s2
 x pipa lurus=0,041
пD2 п.(0,028) 2
 A= 4 = =0,616 x 10-3m2
4
Qa 0,785𝑥10−3
 v= A =0,616𝑥10−3=1,274 m/sv2=1,624 m2/s2
D.v.ρ 0,028𝑥1,274𝑥1000
 NRe = = = 35.678,61
μ 10−3

 -ΔP=x.g.(ρraksa-ρair)
=0,041x10x(13.600-1000)
=5166 pa
𝛥𝐿 𝑣2
 ΔP=4f ρ (2)
𝐷
𝛥𝑃.𝐷 5166𝑥0,028
 f =2.𝛥𝐿.𝜌.𝑣 2 = 2𝑥0,45𝑥1000𝑥1,624 = 0,099

𝛥𝐿.𝑣 2 0,45 1,629


 h = 4f = 4 x 0,0099 x 0,028 x = 5,164
𝐷.2 2

Tabel Hasil Pengukuran pada Pipa Lurus


Bukaan 𝑽 (-ΔP) fcalc fgraph NRe h
Qa= 𝒕
Katup (Pa) (J/kg)
(m3/s)x10-3
Ke-
0 0,785 5166 0,099 0,024 35678,61 5,164
1 0,693 7308 0,180 0,022 31478,22 7,305
2 0,590 5040 0,171 0,020 26832,67 5,038
3 0,410 2268 0,159 0,016 18628,91 2,267
4 0,314 1890 0,226 0,014 14293,88 1,889

Hasil Pengukuran Elbow 90°


 Perhitungan Untuk Bukaan Katup Ke-1
 Diameter dalam pipa, D=28 mm=0,028 m
 Panjang pipa=45 cm=0,45 m
 g=10 m/s2
 x elbow 90°=0,009
пD2 п.(0,028) 2
 A= = =0,616 x 10-3 m2
4 4

 v=1,124 m/s
 v2=1,264 m2/s2
 NRe=31478,22
 -ΔP = x.g.(ρraksa-ρair)
= 0,009 x 10 (13.600-1000)
= 1134 Pa
2(−𝛥𝑃) 2 𝑥 1134
 K= = = 1,794
𝜌𝑣 2 1000 𝑥 1,264

𝑣2 1,264
 h=k( 2 )=1,794( )=1,134 J/Kg
2
𝛥𝑃.𝐷 1134 𝑥 𝑜,𝑜28
 f = 2.𝛥𝐿.𝜌.𝑣 2 = 2 𝑥 0,45 𝑥 1000 𝑥 1,264 = 0,031

Tabel Hasil Pengukuran pada Elbow 90°


Bukaan 𝑽 (-ΔP) fcalc fgraph NRe 𝑸𝒂 K h
Qa= 𝒕 v2=[ 𝑨 ]2
Katup (Pa) (J/Kg)
(m3/s)x10-3 (m2/s2)
Ke-
0 0,785 630 0,014 0,024 35678,61 1,624 0,776 0,630
1 0,693 1134 0,031 0,022 31478,22 1,264 1,794 1,134
2 0,590 756 0,029 0,020 26832,67 0,918 1,647 0,756
3 0,410 378 0,030 0,016 18628,91 0,443 1,707 0,378
4 0,314 0 0,000 0,014 14293,88 0,261 0,000 0,000

Hasil Pengukuran Gate Valve


 Perhitungan Untuk Bukaan Ke-2
 Diameter dalam pipa, D=28 mm=0,028 m
 Panjang pipa=45 cm=0,45 m
 g=10 m/s2
 x valve=0,01
пD2 п.(0,028) 2
 A= = =0,616 x 10-3 m2
4 4

 v = 0,958 m/s
 v2 = 0,918 m2/s2
 NRe = 26832,67
 -ΔP = x.g.(ρraksa-ρair)
= 0,01 x 10 (13.600-1000)
= 1260 Pa
2 (𝛥𝑃) 2 𝑥 (1260)
 K= = 1000 𝑋 0,918 = 2,745
𝜌𝑣 2
0,918
 h = 2,745 ( ) = 1,26 J/Kg
2
𝛥𝑃.𝐷 1260 𝑥 0,028
 f= = = 0,77
2.𝛥𝐿.𝜌.𝑣 2 2 𝑥 0,25 𝑥 1000 𝑥 1,264

Tabel Hasil Pengukuran pada Gate Valve


Bukaan 𝑽 (-ΔP) fcalc fgraph NRe 𝑸𝒂 K h
Qa= v2=[ ]2
𝒕 𝑨
Katup (Pa) (J/Kg)
(m3/s)x10-3 (m2/s2)
Ke-
0 0,785 378 0,013 0,024 35678,61 1,624 0,466 0,378
1 0,693 504 0,022 0,022 31478,22 1,264 0,797 0,504
2 0,590 1260 0,077 0,020 26832,67 0,918 2,745 1,260
3 0,410 756 0,096 0,016 18628,91 0,443 3,413 0,756
4 0,314 63 0,014 0,014 14293,88 0,261 0,483 0,063

Hasil Pengukuran Orifice


 Pengukuran Untuk Bukaan Ke-3
 D1 = 0,028 m
 D2 = 0,022 m
п𝐷11 3,14 𝑥 (0,028)2
 A1= 4
= 4
= 0,00062 = 0,62 x 10-3 m2
п𝐷12 3,14 𝑥 (0,022)2
 A1= = = 0,00038 = 0,38 x 10-3 m2
4 4

 ɑ = 1 (Turbulen)
𝑄𝑎 0,41𝑥10−3
 v2 = 𝐴2 = 0,38 𝑥10−3 = 1,08 m/s

 v22 = 1,16 m2/s2


 NRe = 18.628,81
 -ΔP = x.g.(ρraksa-ρair)
= 0,018 x 10 (13.600-1000)
= 2268 Pa
1 1
 f=2 =2 = 0,004
√𝑁𝑅𝑒 √18.628,81

2 (−𝛥𝑃) 2 (2268)
 Q= A1 x A2 √𝜌 (𝐴11 −𝐴22 ) = (0,62 x 10-3) (0,38 x 10-3)√1000 (0,62 x 10−3) (0,38 x 10−3)

= 1,029 x 10-3 m3/s


𝑄𝑎 0,41 𝑥 10−3
 Co = = 1,029 𝑥 10−3 = 398,599
𝑄

0,38 𝑥 10−3 (1,164)2


 hc = 0,55 (1-0,62 𝑥 10−3) x ( ) = 0,015 J/Kg
2

Tabel Hasil Pengukuran pada Orifice


Bukaan 𝑽 (-ΔP) fcalc fgraph NRe Co h K
Qa= 𝒕
Katup (Pa) (J/Kg)
(m3/s)x10-3
Ke-
0 0,785 5922 0,003 0,024 35678,61 472,291 0,054 0,025
1 0,693 3906 0,003 0,022 31478,22 513,383 0,042 0,025
2 0,590 2898 0,003 0,020 26832,67 507,431 0,030 0,025
3 0,410 2268 0,004 0,016 18628,91 398,599 0,015 0,025
4 0,314 1638 0,004 0,014 14293,88 359,209 0,009 0,025

V. PEMBAHASAN
Pembahasan Maya Futri Nur Rachmat (221424041)
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari aliran fluida dalam sistem
perpipaan yang sesuai dengan kondisi nyata di industri. Praktikum ini juga bertujuan untuk
menentukan rejim aliran fluida dengan menentukan bilangan Reynolds, koefisien
hambatan (k), dan fanning friction (f), serta head loss dalam sistem perpipaan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah melakukan kalibrasi
laju alir yang bertujuan untuk ketepatan pengukuran laju alir pada setiap bukaan valve.
Setelah semua alat dinyalakan dan semua valve dibuka agar aliran masuk dan mengalir ke
semua pipa pengujian tanpa adanya hambatan dari valve, akan ada aliran air yang keluar.
Aliran air yang melewati pipa lurus harus ditunggu hingga mengalir dengan sempurna
tanpa ada gelembung udara pada alirannya (steady state), karena adanya gelembung udara
akan mengganggu pengukuran yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
Selanjutnya, dilakukan percobaan untuk mengetahui pressure drop dan head loss
dalam sistem perpipaan. Percobaan dilakukan dengan penentuan pressure drop dan head
loss gabungan pipa lurus, elbow, gate vakve, dan orifice menggunakan manometer raksa.
Penentuan rejim aliran dilakukan dengan menghitung bilangan Reynold terlebih dahulu.
Jika bilangan Reynold nya kurang dari 2100, maka aliran fluidanya bersifat laminer.
Sedangkan aliran fluida bersifat turbulen jika bilangan Reynold nya lebih dari 4000.
Percobaan dilakukan dengan 0,1,2,3,4 bukaan pada bypass dan didapatkan bilangan
Reynold lebih dari 4000 pada masing-masing bukaan, sehingga dapat disimpulkan rezim
aliran tersebut yaitu turbulen. Koefisien hambatan semakin kecil seiring dengan semakin
besarnya bilangan Reynold. Hal ini dikarenakan pada aliran turbulen, aliran fluida lebih
tercampur sehingga gaya gesekan antar fluida dengan pipa semakin kecil.
Pada praktikum ini, ada beberapa data yang kurang tepat atau melenceng seperti
pressure drop yang kurang tepat. Kesalahan ini disebabkan karena adanya kebocoran pada
selang dan manometer yang kurang bagus. Untuk meningkatkan akurasi hasil praktikum
beberapa hal dapat dilakukan seperti menggunakan manometer yang lebih akurat, dan
melakukan perbaikan pada selang agar tidak bocor.

Pembahasan Mohamad Haerul Saleh (221424042)


Pada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari aliran fluida dalam sistem
perpipaan yang sesuai dengan kondisi nyata di industri, menentukan rejim atau pola aliran
fluida dengan menentukan bilangan reynold, menentukan koefisien hambatan (k) dan
fanning friction (f) serta head loss pada sistem perpipaan.
Fluida mengalir dari tangki penampung bawah melalui sistem perpipaan menuju
tangki atas. Langkah pertama yaitu mengkalibrasi debit aliran dengan mengukur volume
(mL) persatuan detik. Kemudian keran bypass diatur dan dibuka untuk menentukan rejim
aliran. Perbedaan ketinggian pada manometer diukur pada setiap alat dan dicatat untuk
menentukan pressure drop. Pada literatur, semakin panjang lintasan pipa semakin besar
penurunan tekananya dan semakin besar koefisien hambatan antar fluida dengan pipa.
Pengukuran perbedaan ketinggian pada manometer dilakukan pada pipa lurus, valve,
orifice, dan elbow 90°.
Untuk menentukan pola aliran, terlebih dahulu bilangan reynold dihitung. Aliran
fluida bersifat laminer apabila bilangan reynold kurang dari 2100, dan turbulen apabila
bilangan reynold lebih dari 4000. Percobaan dilakukan pada 0,1,2,3,dan 4 bukaan bypass
didapatkan bilangan reynold masing masing lebih dari 4000. Maka pada setiap bukaan
tersebut, memiliki rezim aliran turbulen.
Pada aliran turbulen memiliki koefisien hambatan lebih kecil dari laminer, sehingga
memiliki koefisien gesekan (fanning fraction factor) yang kecil. Pada tabel pengamatan,
semakin kecil aliran bypass semakin besar debit aliran yang masuk ke sistem perpipaan,
maka bilangan reynoldnya semakin besar dan semakin turbulen fluida sehingga semakin
cepat kecepatan linear fluida tersebut. Semakin besar Kecepatan linear, semakin kecil
koefisien hambatan dan kerugian gesekan.
Pada tabel ada beberapa data yang kurang tepat atau melenceng dengan literatur.
Misalnya, ada pressure drop yang kurang tepat, karena semakin kecil aliran bypass yang
dibuka maka semakin besar tekanan yang mengalir pada sistem perpipaan sehingga
pressure drop semakin kecil. Hal ini mungkin disebabkan karena manometer yang kurang
bagus serta adanya kebocoran pada selang.

Pembahasan Muhamad Zulfi Abizar (221424043)


Prinsip praktikum aliran fluida adalah untuk mempelajari karakteristik aliran fluida,
seperti laju alir, head loss, dan jenis aliran.
Dalam praktikum ini, digunakan alat ukur laju alir, seperti orificemeter dan
venturimeter. Alat-alat ini digunakan untuk mengukur laju alir fluida dalam pipa. Selain
itu, juga digunakan alat ukur head loss, seperti manometer. Alat ini digunakan untuk
mengukur penurunan tekanan fluida akibat gesekan antara fluida dengan pipa.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka praktikum aliran fluida biasanya
dilakukan dengan langkah-langkah yang dimulai dari menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan. Mengatur kondisi aliran fluida, seperti tekanan pada manometer kemuadian
melakukan pengukuran laju alir dan head loss.
Berdasarkan hasil praktikum, dapat dilihat bahwa laju alir fluida berbanding lurus
dengan perbedaan tekanan antara dua titik. Hal ini sesuai dengan persamaan Bernoulli,
yang menyatakan bahwa total energi fluida di sepanjang alirannya tetap konstan.
Selain itu, head loss juga berbanding lurus dengan laju alir fluida. Hal ini juga sesuai
dengan persamaan Darcy-Weisbach, yang menyatakan bahwa head loss akibat gesekan
antara fluida dengan pipa berbanding lurus dengan laju alir fluida kemudian jenis aliran
fluida dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran
laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran
fluida yang tidak stabil dan tidak teratur.Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan
bahwa bilangan Reynold (Re) dapat digunakan untuk membedakan antara aliran laminar
dan aliran turbulen. Aliran laminar terjadi jika Re < 2.000, sedangkan aliran turbulen terjadi
jika Re > 4.000.
Pembahasan Muhammad Zidan Amirullah (221424044)
Aliran fluida merupakan perpindahan yang membentuk garis aliran dengan
kecepatan tertentu. Percobaan aliran fluida bertujuan untuk mempelajari aliran fluida
dalam sistem perpipaan yang sesuai dengan kondisi nyata pengaplikasiannya di dalam
industri. Variable yang akan diketahui setelah melakukan percobaan adalah rejim aliran
fluida berdasarkan Bilangan Reynold (NRe), pressure drop (−∆P), fanning fraction (𝑓),
konstanta koefisien hambatan (K), dan head loss friction (ℎ). Maka dari itu, digunakan
empat jenis hambatan seperti pipa lurus, plat orifice, elbow 90 serta venturi untuk
mengetahui hubungan semua variable tersebut.
Prinsip kerjanya adalah dengan mengalirkan sebuah fluida cair dengan variasi
bukaan valve pada sistem perpipaan yang kemudian dapat di ukur perbedaan tekanannya
(pressure drop) pada setiap hambatan. Pressure drop adalah penurunan tekanan dari satu
titik di dalam fluida ke titik lain yang mempunyai tekanan lebih rendah. Hal tersebut terjadi
karena sifat fluida yang tidak dapat mempertahankan bentuknya secara permanen, sehingga
adanya gesekan antar lapisan fluida dengan dinding pipa, serta pengaruh adanya katup,
belokan dan sambungan pipa akan mengubah bentuk aliran fluida itu sendiri. Pembacaan
pressure drop tiap aliran dilakukan dengan menggunakan manometer. Manometer adalah
alat yang menggunakan kolom cairan untuk mengukur tekanan.
Terdapat dua jenis manometer, yaitu monometer raksa dan monometer minyak.
Pada percobaan manometer minyak tidak digunakan karena pada dasarnya digunakan pada
aliran laminar yang menghasilkan tekanan rendah sehingga hanya akan mendorong minyak
pada manometer dikarenakan massa jenis minyak lebih rendah dibandingankan dengan
raksa. Sedangkan pada manometer raksa biasanya digunakan pada aliran turbulen, dimana
tekanan yang dihasilkan akan tinggi sehingga dapat mendorong raksa yang mengartikan
terjadinya perubahan tekanan yang terbaca berdasarkan perbedaan ketinggian. Jenis aliran
yang digunakan pada percobaan bergantung pada bukaan valve.
Dilakukan kalibrasi terlebih dulu untuk mengukur ketepatan pengukuran laju alir
yang dihasilkan pada setiap bukaan valve. Pengukuran tersebut menghasilkan debit air
yang menghitung tertampungnya volume oleh fluida cair dengan fungsi waktu.
Dari pengamatan pressure drop yang didapat diperoleh beberapa hubungan berikut :
 Bilangan Reynolds (NRe)
Nilai NRe diperoleh dari perhitungan akumulasi hambatan yang berbanding lurus
dengan nilai debit aliran fluida. Semakin kecil bukaan valve maka akan terjadi peningkatan
kecepatan volumetrik fluida di dalam pipa. Kondisi ini sesuai dengan persamaan nilai
teoritis penentuan bilangan Reynold, dimana besarnya bilangan Reynold berbanding lurus
terhadap terhadap kecepatan volumetrik fluida. Nilai NRe yang diperoleh dari tiap
hambatan selalu lebih besar dari (>) 400, sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan
dilakukan pada rejim aliran turbulen. Selain itu, pada hasil pengolahan data didapatkan
bahwa semakin kecil debit yang dihasilkan maka nilai NRe nya juga akan semakin kecil
sesuai dengan teoritisnya.
 Fanning Fraction (𝒇)
Friksi gesekan dipengaruhi oleh besar debit dalam aliran, secara teoritis salah satu
pengaruh adanya pressure drop yaitu hasil dari gaya gaya-gaya friksi. Sehingga semakin
besar nilai pressure drop maka nilai friksi juga semakin besar. Selain itu terdapat juga
hubungan antara bilangan Reynold dengan friksi gesekan, yaitu semakin besar bilangan
Reynold maka faktor gesekan akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena pada bilangan
Reynold yang besar, kontak antara fluida yang mengalir dengan dinding pipa semakin
cepat, sehingga gesekan yang dihasilkan semakin berkurang. Maka dari itu, percobaan
membuktikan kesesuain dengan teoritisnya.
 Konstanta Koefisien Hambatan (K)
Nilai koefisien hambatan (K) dipengaruhi adanya faktor gesekan (f) yang menjadi
penghambat pada rejim tersebut dimana K akan berbanding lurus dengan f. Terdapat juga
hubungan antara besar kapasitas (Qa) dengan K, yaitu berdasarkan percobaan semakin
kecil debit alir yang mengalir maka semakin besar adanya gaya mendorong balik/gaya
gesek yang ada didalam aliran fluida. Sehingga besar nilai Qa akan berbanding terbalik
dengan nilai K.
 Head Loss Friction (𝒉)
Head loss disebabkan karena adanya gesekan antar lapis-lapis fluida dan antara fluida
dengan permukaan pipa yang dilewatinya. Oleh karena itu secara teoritis, semakin besar
konstanta koefisien hambatan maka akan semakin besar nilai h yang didapatkan. Berbeda
dengan hubungannya dengan kapasitas (Qa) semakin besar debit aliran fluida maka
semakin nilai h yang diperoleh.

Beberapa kesalahan atau galat dalam percobaan yang membuat pengambil data
menjadi kurang akurat diantaranya adalah kurang teliti dalam membaca manometer, serta
adanya pipa atau selang yang bocor yang membuat sulit nya peng kalibrasian manometer
serta penandaan volume dan pencatatan waktu kurang teliti.

VI. KESIMPULAN
Pada praktikum ini telah dipelajari aliran fluida dalam sistem perpipaan yang sesuai
kondisi nyata di industri. Pada percobaan dilakukan dengan variasi bukaan aliran bypass
yaitu dari 0 sampai 4 bukaan, dimana rejim aliran yang terjadi pada semua bukaanbersifa
bersifat turbulen. Pada praktikum ini diperoleh konstanta hambatan (k), fanning friction
factor (f), dimana semakin turbulen aliran tersebut maka konstanta hambatan (k) dan
fanning friction factor (f) semakin kecil. Kedua faktor ini berkaitan dengan penurunan
tekanan fluida (pressure drop sehingga menyebabkan kehilangan energi (head loss) karena
adanya gesekan atau hambatan tersebut. Faktor-faktor tersebut dianalisis pada setiap
komponen sistem perpipaan seperti pada pipa lurus, valve, elbow, orifice dengan
menggunakan bantuan manometer raksa, yaitu berdasarkan perbedaan ketinggian raksa.
Pada dasarnya semakin panjang suatu pipa maka semakin besar pressure drop nya, namun
pada data tabel diatas menunjukan beberapa error atau kesalahan yang mungkin disebabkan
oleh manometer yang kurang bagus serta ada gate dan selang yang sedikit bocor.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Batchelor, G. K., An Introduction to Fluid Dynamics. Cambridge University Press.
ISBN-0-521-66396-2.1967.
2. Clancy, L.J., Aerodynamics. Pitman Publishing, London. ISBN-0-273-01120-0.1975.
3. Lamb, H., Hydrodynamics, 6th ed., Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-
45868-9. Originally published in 1879; the 6th extended edition appeared first in 1993.
4. Landau, L.D.;Lifshitz, E.M., Fluid Mechanics. Course of Theoritical Physics (2nd
ed.). Pargamon Press. ISBN-0-7506-2767-0. 1984.
5. Chanson, H., Applied Hydrodynamics: An Introduction to Ideal and Real Fluid
Flows. CRC Press, Taylor & Francis Group. ISBN 978-0-415-49721-3, 2009.
6. Geankoplis, C. J. Transport Process and Unit Operation. 3th ed. University of
Minesota.
7. P t R Prentice-Hall, Inc.. A. Simon & Schuster Company Englewood Cliffs, New
Jersey 07632, 1993.

Anda mungkin juga menyukai