COMPRESSIBLE FLOW
Praktikan:
DEPOK 2018
DAFTAR ISI
Kesimpulan _______________________________________________________________31
2
BAB I
PROSEDUR PERCOBAAN
3
8) Memberikan pendapat tentang pengaruh kompresibilitas terhadap efisiensi
difuser.
4
(Sumber : Petunjuk Praktikum Proses & Operasi Teknik I, Departemen Teknik
Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia 1989)
5
6) Mengukur suhu input dan suhu output dengan menggunakan termometer digital
kemudian catat suhunya.
7) Mengulangi langkah 4) sampai 6) dengan variasi laju alir udara dan beban
sebagai berikut : 34 kg/s dan 50 gr, 36 kg/s dn 60 gr, 40 kg/s dan 70 gr, 44 kg/s
dan 80 gr, 46 kg/s dan 90 gr, dan 48 kg/s dan 100 gr.
8) Menghitung efisiensi isothermal termodinamika dan efisiensi isothermal
keseluruhan dan buat tabelnya.
9) Menggambar grafik m terhadap (P3-P2), m terhadap 𝜔.Tr, m terdapat efisiensi
termodinamik, dan m terhadap efisiensi keseluruhan.
10) Berikan pendapat tentang bentuk – bentuk kurva karakteristik yang diperoleh
dan alasan perbedaan efisiensi termodinamika dengan efisiensi keseluruhan.
6
BAB II
2.1.3. Percobaan 4: Hubungan Antara Koefisien Friksi dengan Bilangan Reynold pada Pipa
7
Laju Udara P0-P1 P0-P2 P0-P3
No.
(Kg/s) (Psi) (Psi) (Psi)
1 20 0.14 0.16 0.17
2 25 0.16 0.18 0.20
3 30 0.17 0.20 0.24
4 35 0.19 0.23 0.28
5 40 0.21 0.26 0.33
6 45 0.23 0.31 0.38
7 50 0.25 0.34 0.44
8 55 0.28 0.38 0.50
9 60 0.31 0.44 0.56
10 65 0.34 0.48 0.64
8
2.2. Pengolahan Data
Sebelum melakukan pengolahan data, dihitung terlebih dahulu beberapa konstanta yang
dibutuhkan:
N2 0.79 28
O2 0.21 32
b. Densitas udara
Untuk dapat menghitung densitas udara digunakan persamaan gas ideal.
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑚 𝑚
𝑃 = 𝑅𝑇
𝜌 𝑀𝑟
𝑃 𝑀𝑟
𝜌=
𝑅𝑇
Berdasarkan pengamatan Tudara = 27.8°C (300.8 K), maka:
𝑔
1,013 × 105 𝑃𝑎 × 28,84 𝑔 𝑘𝑔
𝜌= 𝑚𝑜𝑙 = 1168,2 = 1.1682
𝑚3 𝑃𝑎 𝑚3 𝑚3
8,314 −1 −1 × 300,8 𝐾
𝑚𝑜𝑙 𝐾
2(𝑃0 − 𝑃1 )
𝑣1 = √
𝜌0
9
2(𝑃0 − 𝑃2 )
𝑣2 = √
𝜌0
𝑎1 2
𝑃0 − 𝑃2 = ( ) (𝑃0 − 𝑃1 )
𝑎2
Keterangan:
𝑃𝑜 − 𝑃2 adalah y
𝑎 2
(𝑎1 ) adalah b
2
(𝑃𝑜 − 𝑃1 ) sebagai x
3.00
2.50
y = 29.074x - 2.5837
R² = 0.9729
2.00
P0 - P2 (Psi)
1.50
1.00
0.50
0.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
P0 - P1 (Psi)
10
Tabel 7. Hasil Pengolahan Data Percobaan 1
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh besar kesalahan relative rata-rata antara
nilai kecepatan rata-rata eksperimen dengan kecepatan rata-rata teoritis sebesar
4,17%.
Laju
P3-P2 P1-P2 Efisiensi
No. Udara
(Psi) (Psi) (%)
(Kg/s)
1 20 0.30 0.30 100.00
2 25 0.42 0.46 91.30
3 30 0.54 0.62 87.10
4 35 0.69 0.80 86.25
5 40 0.88 1.03 85.44
6 45 1.03 1.21 85.12
7 50 1.30 1.51 86.09
8 55 1.46 1.82 80.22
9 60 1.66 2.12 78.30
10 65 1.92 2.37 81.01
11
b. Membuat kurva dengan 𝑃3 − 𝑃2 sebagai ordinat dan 𝑃1 − 𝑃2 sebagai absis. Gradien
yang dihasilkan merupakan efisiensi dari difuser.
2.50
1.00
0.50
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
P1 - P2
2.2.3. Percobaan 4 : Hubungan antara Koefisien Friksi dengan Bilangan Reynold pada Pipa
Proses pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah berikut :
a. Menghitung persamaan koefisien friksi
𝑑(𝑃3 − 𝑃2 )
𝑓=
4𝑙𝑘(𝑃0 − 𝑃1 )
dengan
k : faktor koreksi kemiringan pipa, bernilai 1.
d : diameter tube, bernilai 0.05 m.
l : panjang tube, bernilai 1.2 m.
12
𝜇 : viskositas udara, bernilai 1.26 x 10 -5 N.s/m2
c. Memeriksa apakah hubugan antara bilangan Reynold dan koefisien friksi sesuai
dengan persamaan Blasius.
𝑓 = 0.079𝑁𝑅−0.25
−4
𝑓
𝑁𝑅 = ( )
0.0079
dengan NR = bilangan Reynold.
d. Memeriksa apakah hubungan antara bilangan Reynold dan koefisien friksi sesuai
dengan persamaan Nikuradse-von Karman.
1 0.396
= 4.0 log(𝑁𝑅 √𝑓 )
√𝑓
1/0.396
1
√𝑓
log(𝑁𝑅 √𝑓 ) =
4
( )
Q
f KR
udara P0-P1 P0-P2 P0-P3 P2-P3 f NR log NR
blausius (%)
(kg/s)
13
55.00 0.31 0.33 0.45 0.12 0.0016 111146.7021 5.0459 0.0043 63
Dengan menggunakan persamaan Blausius dan von Karman, didapatkan data – data
sebagai berikut :
Q udara log f
NR f f Blasius log NR log f
(Kg/s) Blasius
14
Grafik log f vs log NR
-1.90
4.40 4.50 4.60 4.70 4.80 4.90 5.00 5.10 5.20
Log f -2.10
-2.30
-2.50
-2.70
-2.90
Log NR
Blausius Data
15
Grafik 1/√𝑓 vs NR√𝑓
27.00
25.00
23.00
1/√𝑓
21.00
19.00
17.00
15.00
13.00
11.00
3.00 3.10 3.20 3.30 3.40 3.50 3.60 3.70 3.80
log NR√𝑓
von Karman Data
a. Menghitung nilai 𝑃2 − 𝑃3
1 𝐴
(𝑃0 − 𝑃1 ) = 𝐶 2 (𝑃 − 𝑃3 )
1 − 𝑛 𝐴2𝑖 2
2
𝑦 = 𝑚𝑥
Persamaan tersebut merupakan penurunan dari persamaan aliran melalui pipa yaitu;
2𝜌2 (𝑃2 − 𝑃3 )
𝑚̇ = 𝐶 𝐴 √
1 − 𝑛2
16
𝑃2 −𝑃1
koefisien pelepasan (C) dipengaruhi oleh dan laju alirnya dapat dihitung
𝑃2
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑚̇ = 𝐴1 √2𝜌0 𝑘(𝑃0 − 𝑃1 )
Lalu dengan mensubstitusi dan mengkuadratkan kedua persamaan laju alir, akan
diperoleh:
𝐴2
2𝐴21 𝜌0 𝑘(𝑃0 − 𝑃1 ) = 𝐶 2 2𝜌 (𝑃 − 𝑃3 )
1 − 𝑛2 2 2
Pada tekanan yang relatif rendah, nilai densitas udara 𝜌0 dan 𝜌2 dapat diasumsikan
sama besar, maka persamaan di atas dapat diubah ke dalam bentuk:
𝐴2
𝐴21 𝑘(𝑃0 − 𝑃1 ) = 𝐶 2 (𝑃 − 𝑃3 )
1 − 𝑛2 2
1 𝐴2
𝑘(𝑃0 − 𝑃1 ) = 𝐶 2 (𝑃 − 𝑃3 )
1 − 𝑛2 𝐴21 2
Dan persamaan tersebut akan digunakan sebagai persamaan garis yang akan
digambarkan dalam grafik, dan nilai 𝑘 merupakan faktor koreksi. Dalam
perhitungan percobaan ini, digunakan faktor koreksinya bernilai 1.
1 𝐴2
Slope = 𝑚 = 𝐶 2
1 − 𝑛2 𝐴21
𝑚
𝐶=
√ 1 𝐴2
1 − 𝑛2 𝐴21
Dengan nilai 𝐴 merupakan luas penampang Orifice, dan 𝐴1 adalah luas penampang
pipa. Tabel pengolahan data dapat ditulis sebagai berikut:
17
2 38 0.13 0.14 0.31 0.31
3 41 0.13 0.15 0.34 0.34
4 44 0.14 0.15 0.38 0.38
5 47 0.14 0.15 0.41 0.40
6 50 0.15 0.16 0.45 0.44
7 53 0.15 0.16 0.49 0.50
8 56 0.15 0.17 0.54 0.57
9 59 0.16 0.17 0.57 0.63
10 62 0.16 0.17 0.63 0.72
0.15
0.14
0.14
0.13
0.13
0.12
0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80
P2-P3
Dari trendline garis linier, diperoleh persamaan garis dari metode regresi yaitu:
𝑦 = 0.0765𝑥 + 0.109
(𝑃0 − 𝑃1 ) = 0.0765(𝑃2 − 𝑃3 ) + 0.109
Diketahui diameter pipa adalah 3.8 cm atau 0.038 m dan diameter Orifice adalah 2
cm atau 0.02 m sehingga dapat dihitung nilai n:
𝜋 2 𝜋
𝐴1 = 𝑑 = (0.0382 ) = 0.0011335 𝑚2
4 1 4
𝜋 𝜋
𝐴 = 𝑑 2 = (0.022 ) = 0.000314 𝑚2
4 4
𝐴 0.000314
𝑛= = = 0.27665
𝐴1 0.0011335
18
Setelah memperoleh nilai n, dapat dihitung koefisien pelepasan sebagai berikut:
𝑚
𝐶=
√ 1 𝐴2
1 − 𝑛2 𝐴21
0.0765
𝐶=
√ 1 0.0003142
(1 − 0.27665 ) 0.00113352
2
𝐶 = 0.46
a. Menentukan laju alir massa udara berdasarkan persamaan (4.4) sebagai berikut:
𝑚̇ = 𝑎1 √2𝜌0 𝑘(𝑃0 − 𝑃1 )
𝑃3 − 𝑃2 𝑃3 − 𝑃2
𝜌0 (1 − 2𝑃0 )
𝛾
𝛾 − 1 𝑅(𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 )
𝑃3 − 𝑃2 𝑃3 − 𝑃2
𝑚̇ 𝜌0 (1 − 2𝑃0 )
𝜔𝑇𝑟
Tout-
P0-P1 P3-P2 ω Gaya Tr m Eff. Eff.
No. Tin ω.Tr
(Pa) (Pa) (rad/s) (N) (N.m) (Kg/s) Termo Keseluruhan
(°C)
1 68.93 137.86 1.9 111.99 0.490 0.1676 18.77 0.0257 0.4287 0.1643
19
2 137.86 206.79 2.1 126.23 0.686 0.2346 29.61 0.0363 0.6423 0.2208
3 206.79 275.71 2.2 150.09 0.882 0.3016 45.27 0.0445 0.8558 0.2358
4 206.79 275.71 2.8 162.02 1.078 0.3687 59.73 0.0445 0.8539 0.1787
5 275.71 413.57 3.6 187.04 1.274 0.4357 81.49 0.0513 1.2763 0.2267
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60
Laju Alir Massa Udara
Gambar 10. Grafik hubungan (P3-P2) Terhadap Laju Alir Massa Udara
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Laju Alir Massa Udara
Gambar 11. Grafik hubungan ω.Tr Terhadap Laju Alir Massa Udara
20
Grafik Eff. Termo vs Laju Alir Udara
1.4
1.2
1
Eff. Termo
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60
Laju Alir Massa Udara
Gambar 12. Grafik hubungan Eff. Termo Terhadap Laju Alir Massa Udara
0.2
Eff. Keseluruhan
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60
Laju Alir Massa Udara
Gambar 13. Grafik hubungan Eff. Keseluruhan Terhadap Laju Alir Massa Udara
21
BAB III
ANALISIS
a. Analisis Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh kompresi pada aliran udara
di dalam saluran konvergen-divergen. Sistem pipa konvergen-divergen, yaitu pipa
yang diameternya mengecil kemudian membesar.
Langkah pertama pada praktikum ini adalah memasang set pipa konvergen-
divergen pada meja percobaan. Selanjutnya, mengukur perbedaan tekanan pada
titik-titik yang ditentukan. Pengukuran dilakukan menggunakan manometer digital.
Set pipa tersebut sudah memiliki 3 lubang, yaitu di depan mulut pipa (titik 0), di
daerah konvergen pipa (diameter pipa mengecil) (titik 1), dan di daerah divergen
pipa (diameter pipa membesar) (titik 2). Praktikan melakukan pengambilan data
pada titik 0 sebagai titik awal dikarenakan pada titik ini nilai tekanan belum
dipengaruhi oleh keadaan lain atau dapat diasumsikan tekanan di luar pipa. Titik ini
dijadikan titik acuan (P0). Kemudian mengukur besarnya perubahan tekanan pada
titik 1 (P0-P1) dan titik 2 (P0-P2) dengan memvariasikan laju alir udara yang
dimulai pada 20kg/s. variasi laju udara dilakukan pada kompresor dengan cara
memutar pengatur laju alir udara yang terdapat pada bagian kanan bawah
Compressible Flow Bench Set. Interval laju udara yang digunakan sebesar 5 kg/s
sampai 65 kg/s. sehingga diperoleh 10 data agar percobaan lebih akurat.
22
ditentukan dengan cara membandingkan antara luas penampang di titik satu dan di
titik dua lalu mengalikannya dengan P0-P1. Setelah melakukan perhitungan,
perbedaan antara P0-P2 teoritis rata-rata lebih kecil dari P0-P2 hasil percobaan.
Namun ada juga P0-P2 teoritis lebih besar dari P0-P2 hasil percobaan. Adanya
keseimbangan antara P0-P2 teoritis dan P0-P2 hasil percobaan, menyebabkan
kesalahan relatif pada percobaan ini tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil
penghitungan, nilai kesalahan relatif rata-rata pada percobaan ini diperoleh sebesar
4,17 %.
c. Analisis Grafik
Berdasarkan grafik yang didapatkan, terdapat kecenderungan bahwa jika laju alir
dinaikkan maka nilai tekanan akan semakin naik. Hal ini menunjukkan bahwa laju
alir dan tekanan berbanding lurus. Laju alir massa secara matematis berperan
sebagai konstanta, di mana sebenarnya dapat diabaikan. Namun, energi yang
dihasilkan kompresor akan semakin besar sehingga akan meningkatkan kecepatan
fluida dan menaikkan pressure drop. Dari percobaan didapatkan grafik hubungan
antara nilai P0 – P1 dengan P0 – P2, di mana P0 – P1 merupakan sumbu-x dan P0
– P2 merupakan sumbu y. Dari grafik dapat diperoleh persamaan garis 𝑦 = 29,074𝑥
– 2,5837 dengan R2 = 0.9729. Dari persamaan tersebut, diperoleh grafik
mempunyai slope yang positif, yaitu 29,074. Hal ini menunjukkan bahwa seiring
dengan naiknya P0-P1, maka nilai P0-P2 juga akan naik.
d. Analisis Kesalahan
Pada percobaan ini terdapat beberapa kesalahan yang terjadi. Hal ini menyebabkan
terjadinya penyimpangan dan kurang baiknya hasil regresi. Pengukuran nilai
tekanan (P0-P1) dan (P0-P2), bisa tidak akurat karena dilakukan pada saat kondidi
aliran belum steady. Hal ini disebabkan oleh kesalahan praktikan yang terlalu cepat
mengukur tekanan setiap mengubah laju alir udara. Selain itu, perbedaan tekanan
yang kecil dapat tidak terbaca oleh manometer digital dimana manometer digital
hanya menunjukkan dua angka dibelakang koma. Praktikan juga mengabaikan
kehilangan energy akibat friksi dan kehilanan kalor ke lingkungan. Hal ini
menyebabkan perbedaan antar hasil eksperimen dengan teoritis. Selain itu, aliran
udara yang sebenarnya tidak menyerupai gas idela sehingga tidak
merepresentasikan keadaan yang sebenarnya.
a. Analisis Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tekanan sepanjang saluran
divergen agar dapat ditentukan besar efisiensinya. Prinsip percobaan ini adalah
mengukur beda tekanan pada titik awal bagian konvergen (titik 1) dengan titik
throat (titik 2) dan pada titik ujung bagian divergen (titik 3). Dalam percobaan ini
efisiensi diffuser, dapat dihitung dengan persamaan:
23
𝑃3 − 𝑃2
𝜂= 𝑥 100%
𝑃1 − 𝑃2
Berdasarkan rumus di atas, untuk mendapatkan efiensi diffuser yang besar, maka
P3-P2 harus lebih kecil daripada P1–P2. Hal ini sesuai dengan tujuan dari diffuser,
yaitu untuk meningkatkan tekanan. Pada aliran kompresibel tekanan yang masuk
akan berbeda dengan tekanan yang keluar, sementara untuk aliran inkompresibel
tidak ada perbedaan tekanan dari yang masuk maupun yang keluar. Sehingga
efisiensi untuk aliran inkompresibel akan mendekati 1 karena P3 = P1. Percobaan
ini dilakukan dengan mengukur nilai P3-P2 dan P1-P2 dengan menggunakan
manometer digital, dan memvariasikan laju alir udara dari 20 kg/s sampai 65 kg/s
untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
c. Analisis Grafik
Dalam percobaan ini diperoleh grafik yang merupakan hubungan antara P1-P2
sebagai sumbu x dan P3-P2 sebagai sumbu y. Setelah dilakukan plotting, diperoleh
persamaan garis y = 0,7714x + 0,0758. Dapat dilihat bahwa hubungan antara P3-
P2 dan P1-P2 membentuk hubungan berbanding lurus dan bersifat mendekati linier
dengan gradien yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan P3-P2
berbanding lurus dengan P1-P2 dalam berbagai laju alir massa udara. Nilai gradien
dari persamaan yang diperoleh menunjukkan efisiensi difuser dari seluruh
percobaan sebesar 0,7714 sehingga efiensi diffuser menjadi 77,14%. Nilai ini cukup
berbeda dengan nilai efisiensi rata-rata, namun keduanya tidak dapat dibandingkan
karena nilai efisiensi akan makin tinggi sesuai dengan kenaikan laju alir massa
udara atau kenaikan beda tekanan P1-P2.
24
d. Analisis Kesalahan
Berdasarkan data yang diperoleh, percobaan sudah cukup akurat, hal ini dapat
dilihat dari grafik yang terbentuk memiliki nilai R2 mendekati 1. Hal ini
menyatakan bahwa percobaan sudah dilakukan dengan baik serta sesuai prosedur.
Namun, dalam percobaan ini tentunya terdapat kesalahan-kesalahan baik itu dari
faktor praktikan maupun dari faktor alat. Kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya
adalah praktikan tidak menunggu laju alir udara hingga kondisi steady setelah
mengubah laju alir massa udara dalam kompresor sehingga terjadi kesalahan
pengambilan data. Dari faktor alat kesalahannya adalah ketidakakuratan manometer
dalam menentukan beda tekanan dinding pipa yang mungkin menambah faktor
friksi pipa.
a. Analisis Percobaan
Percobaan empat ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara koefisien
friksi dengan bilangan Reynold. Agar terdapat friksi pada pipa, digunakan pipa
panjang yang memiliki permukaan kasar dengan nilai kekaasaran tertentu. Pada
percobaan ini, udara digunakan sebagai fulida. Hal tersebut dikarenakan udara
memiliki viskositas yang rendah. Viskositas yang rendah bisa menyebabkan data
yang didapatkan lebih akurat karena dapat memperkecil pengaruh gaya gesek.
Koefisien friksi dapat dipelajari dari hubungannya dengan bilangan Reynold.
Pokok dari percobaan 4 ini adalah melakukan pengukuran perbedaan tekanan
di tiga titik yang ada pada pipa yaitu titik 0 – 1, 0 – 2, dan 0 – 3, sesuai gambar 2.
Pengambilan data pada titik 0 -1 bertujuan untuk menghitung besarnya laju alir dari
fluida. Data yang diambil perbedaan tekanan 0 – 1 karena pada titik 1 fluida belum
banyak dipengaruhi oleh shear stress. Oleh karena itu, laju alir yang terukur akan
sesuai dengan laju alir yang sebenarnya. Pengambilan data perbedaan tekanan pada
titik 0 – 2 dan 0 – 3 digunakan untuk mengukur besarnya perbedaan tekanan di titik
2 dan titik 3 yang besarnya digunakan untuk menghitung besarnya koefisien friksi.
Perhitungan perbedaan dilakukan di titik 2 dan 3 agar sudah terbentuk profil
kecepatan berkembang penuh (fully developed). Besarnya koefisien friksi dapat
diinterpretasikan dari besarnya perbedaan tekanan. Hal tesebut karena persamaan
Bernoulli pada gambar 2 hanya terdapat energi yang berasal dari perbedaan
tekanan dan energi dari shear stress. Oleh karena itu, akan didapatkan nilai
koefisien friksi.
Agar didapatkan data yang lebih akurat, dilakukan pengambilan data dengan
laju alir udara pada kompresor yang berbeda – beda. Pada praktikum kali ini,
diambil sepuluh data dengan laju alir pertama adalah 20 kg/s dan setelah
ditambahkan 5 kg/s sehingga data diambil dengan laju alir 20 kg/s sampai 65 kg/s.
25
Interval dibuat hanya 5 kg/s agar perbedaan tekanan di titik 2 dan titik 3 sudah
terbentuk profil kecepatan yang bersifat fully developed.
Setelah semua data diolah berdasarkan persamaan yang sudah ada, data – data
tersebut dibandingkan dengan hasil dari perhitungan Blasius dan von Karman. Dua
persamaan tersebut digunakan karena percobaan yang sudah dilakukan berada
dalam range kedua persamaan tersebut. Persamaan Blasius berlaku untuk N R 2100
– 100000 dan persamaan von Karman berlaku untuk NR 4 x 103 sampai 3,4 x 106.
c. Analisis Grafik
Untuk mengetahui apakah suatu data percobaan fit dengan persamaan atau
tidak, harus dilakukan plotting dengan persamaan yang sudah dimodifikasi menjadi
linier. Dari hasil linieritas persamaan akan didapatkan bahwa grafik gambar 7
memiliki sumbu x yaitu log NR dan sumbu y yaitu log f. Dari hasil linieritas
persamaan akan didapatkan bahwa grafik gambar 8 memiliki sumbu x yaitu log
NR√𝑓 dan sumbu y yaitu 1/√𝑓. Grafik pada gambar 7 dan gambar 8 memiliki tren
yang sama dengan grafik hasil dari perhitungan persamaan Blasius dan von
Karman. Namun, hanya titik kedua yang tidak mengikuti pola persamaan Blasius
dan von Karman. Dan juga, kedua grafik tidak saling tindih yang berarti data harus
dikalikan dengan faktor koreksi sehingga hasilnya sama dengan hasil persamaan
Blasius dan persamaan Von Karman.
d. Analisis Kesalahan
Jika dilihat dari grafik gambar 7 dan gambar 8, hasil praktikum sudah cukup
baik karena tren dari data eksperimen dan data hasil perhitungan persamaan Blasius
dan persamaan von Karman sudah sama. Namun masih belum cukup akurat, karena
grafiknya tidak tepat sama dengan hasil persamaan. Hal tersebut mungkin terjadi
karena ada beberapa alat yang belum dilakukan kalibrasi sehingga semua hasil data
eksperimen bergeser dan juga bisa terjadi karena pada titik 2 dan titik 3 bukan
26
merupakan daerah fully developed. Data titik kedua tidak mengikuti tren bisa terjadi
karena pengamatan yang kurang baik dari praktikan dan juga karena getaran yang
cukup besar sehingga pengamatan perbedaan tekanannya tidak tepat.
a. Analisis Percobaan
Percobaan 5 dengan judul Aliran Melalui Orifice memiliki tujuan untuk mencari
hubungan laju alir dengan beda tekanan (pressure drop) pada aliran pipa yang
melalui Orifice. Selain itu, percobaan ini juga bertujuan untuk menghitung
koefisien pelepasan Orifice (discharge coefficient). Dengan variasi laju alir yang
berbeda-beda, praktikan mengukur beda tekanan masing-masing pada Orifice. Hal
tersebut menandakan bahwa laju alir berperan sebagai variabel bebas dan beda
tekanan merupakan variabel terikatnya. Semakin besar laju alir fluida yang
dialirkan ke dalam pipa, perbedaan tekanan yang terjadi akan semakin besar pula.
Aliran udara dalam pipa juga terhambat oleh adanya friksi atau gaya gesekan
antara fluida dengan dinding pipa. Orifice dipasang di tengah-tengah pipa sehingga
udara yang masuk akan mengalir melalui pipa panjang dan tiba-tiba mengalami
penyempitan dan perluasan karena adanya Orifice. Penyempitan dan perluasan
penampang secara tiba-tiba tersebut menyebabkan adanya pressure loss yang besar
dibandingkan aliran penyempitan seperti pada venturimeter. Dibandingkan dengan
venturimeter, orificemeter memiliki nilai koefisien lepas yang lebih besar
dibandingkan dengan venturimeter karena tidak ada tabung konvergen dan divergen
pada Orifice sehingga energi yang hilang jauh lebih besar dan koefisien
pelepasannya akan menurun.
Pada percobaan, dapat diamati bahwa ketika daya motor dinaikkan, kecepatan
tangensial kompresor akan semakin besar pula sehingga kompresor akan menarik
udara lebih kuat. Lalu pada aliran di tengah Orifice, terjadi penurunan tekanan yang
sangat drastis, akibatnya laju alir massa akan bertambah setelah melalui Orifice
karena perbedaan tekanan yang sangat besar. Terjadi penghilangan massa pula
akibat friksi di dinding pipa dan massa yang hilang ini akan semakin banyak
ditandai dengan koefisien pelepasan yang semakin kecil.
Pengukuran beda tekanan menggunakan manometer digital. Pengukuran harus
dilakukan setelah kompresor beroperasi sekitar kurang lebih 30 detik sehingga
diharapkan aliran udara dalam pipa sudah stabil. Namun, walaupun memakai
manometer digital, terjadi beberapa kesalahan alat yang akan dibahas di analisis
kesalahan.
27
besar dibanding daerah masuknya fluida (pressure loss). Perbedaan tekanan juga
dipengaruhi oleh adanya gaya gesek antara udara dengan dinding pipa maupun
gesekan antara udara dengan Orifice. Penurunan tekanan pada daerah sekitar
Orifice juga disebabkan oleh adanya tumbukan yang terjadi pada permukaan
penampang Orifice.
Koefisien pelepasan (discharge coefficient) merupakan suatu besaran yang
menunjukkan seberapa ideal Orifice tersebut ketika digunakan. Range besar
koefisien pelepasan adalah antara 0 sampai 1. Nilai koefisien pelepasan sama
dengan 1 berarti Orifice tersebut sangat ideal dimana gesekan antara fluida dengan
dinding pipa nilainya sangat kecil.
Dari hasil pengolahan data, praktikan memperoleh bahwa nilai koefisien
pelepasan pada Orifice dalam percobaan ini adalah 0.46 berarti Orifice yang
digunakan ini jauh dari keadaan ideal dan berdasarkan literatur, seharusnya Orifice
memiliki koefisien pelepasan sekitar 0.6 sampai 0.7. Nilai koefisien pelepasan
tersebut menandakan bahwa friksi yang terjadi selama percobaan lebih kecil dari
nilai friksi Orifice secara teoritis. Akibatnya koefisien pelepasannya bernilai lebih
kecil dan jauh dari nilai 1.
c. Analisis Grafik
Grafik yang dihasilkan dari pengolahan data percobaan adalah grafik yang
menunjukkan hubungan nilai 𝑃0 − 𝑃1 terhadap 𝑃2 − 𝑃3 dengan gradient (slope)
yang diperoleh dari persamaan garis linier dapat digunakan untuk menghitung
koefisien pelepasannya. Nilai 𝑃0 − 𝑃1 sebagai sumbu y dan nilai 𝑃2 − 𝑃3 sebagai
sumbu x. Nilai gradient yang dihasilkan bernilai positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa nilai perbedaan tekanan pada titik 0 dan 1 berbanding lurus dengan
perbedaan tekanan pada titik 2 dan 3. Namun, pada praktiknya grafik yang
dihasilkan tidak linier dan memiliki nilai kelinieritas yang belum mendekati 1
disebabkan oleh beberapa faktor.
d. Analisis Kesalahan
Data-data yang diperoleh dari hasil percobaan kurang sesuai karena grafik yang
dihasilkan tidak sesuai dengan dengan apa yang diharapkan. Garis linier yang
dihasilkan juga banyak terjadi penyimpangan titik-titik sehingga dapat dikatakan
hasil perhitungan percobaan kurang akurat. Kesalahan tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain kesalahan praktikan saat melakukan pengukuran
tekanan dengan manometer yaitu tidak mengkalibrasi alat sebelum digunakan
sehingga pengukuran tidak akurat dan posisi manometer kurang sejajar dengan
pipa. Kesalahan juga dapat disebabkan oleh adanya rongga pada sambungan pipa
dengan kompresor yang menyebabkan ada udara yang keluar melalui rongga
tersebut karena sambungan tidak begitu rapat. Kesalahan terakhir yang mungkin
terjadi adalah dengan tidak memperhatikan perubahan densitas pada fluida. Pada
perhitungan, diasumsikan bahwa densitas fluida relatif sama sepanjang aliran.
Namun, pada kenyataannya pada aliran fluida kompresibel seperti udara, terjadi
perbedaan densitas pada setiap titik aliran.
28
3.5. Analisis Percobaan 6: Kompresor
a. Analisis Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perbedaan tekanan,
efisiensi isotermal, serta input daya pada laju alir tertentu. Percobaan dilakukan
dengan melakukan variasi pada laju alir fluida dan beban pada kompresor. Pada
setiap laju alir, akan diberikan variasi beban. Beban tersebut diberikan untuk
mengetahui nilai torsi kompresor terhadap beban yang digunakan. Adapun pada
setiap variasi laju alir dan beban, perbedaan tekanan dan suhu diukur, agar dapat
menghitung efisiensi isotermal termodinamika dan efisiensi isotermal keseluruhan.
Selain itu, nilai RPM poros kompresor diukur dengan menggunakan tachometer.
Pembacaan tachometer yang tepat adalah ketika titik putih yang terdapat pada
kompresor tampak berhenti berputar karena frekuensi kedip sinar sama dengan
RPM kompresor. Adapun besarnya RPM dipengaruhi oleh laju alir fluida yang
digunakan. Di mana semakin besar laju alirnya, nilai RPM pun akan semakin besar
pula.
c. Analisis Grafik
29
terhadap laju alir massa udara adalah y = 11.447x - 238.3 dengan nilai R2 sebesar
0.9662.
d. Analisis Kesalahan
Kesalahan-kesalahan dalam praktikum ini dapat disebabkan oleh kesalahan
praktikan saat melakukan praktikum. Seperti, saat mengukur dengan menggunakan
manometer digital, posisi manometer lebih rendah/tinggi dibandingkan dengan
pipa, sehingga hasil pengukuran yang didapatkan menjadi kurang akurat. Selain itu,
dapat juga terjadi saat mengukur RPM menggunakan tachometer, di mana
praktikan kesulitan untuk mengatur agar titik putih pada pelat kompresor tepat
berhenti, sehingga data yang didapatkan pun menjadi kurang akurat.
30
KESIMPULAN
Percobaan 6: Kompresor
Peningkatan laju alir massa udara membutuhkan kenaikan torsi dan RPM kompresor
yang lebih besar.
Semakin besar laju alir massa udara yang masuk kompresor, maka semakin besar
efisiensi termodinamika.
Semakin besar laju alir massa udara yang masuk kompresor, maka semakin besar
efisiensi termodinamika keseluruhan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Modul Praktikum Proses dan Operasi Teknik 1. Depok: Departemen Teknik
Gas dan Petrokimia.
De Nevers, Noel. 1991. Fluid Mechanics for Chemical Engineering (2nd ed.). New York:
Marcel Dekker, Inc.
McCabe, W. L., Smith, J. C., & Harriott, P. 1993. Unit Operations of Chemical Engineering
(5th ed.). New York; London: McGraw-Hill.
32