Anda di halaman 1dari 34

Laporan Sementara

Laboratorium Satuan Operasi dan Proses

ABSORPSI

Disusun oleh:
Kelompok C-6

Miftahul Arzaq 2104103010090


Renaldi Putra 2104103010024

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2023
I. Tujaun Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk melihat pengaruh laju alir
udara dan air terhadap penurunan tekanan, liquid hold-up, serta perbedaan
penurunan tekanan pada kolom basah dan kolom kering.

II. Dasar Teori


(Miftahul Arzaq) :
Absorpsi merupakan proses pemisahan salah satu zat dalam campuran gas
dengan mengontakkan cairan sehingga ada suatu komponen yang terserap dan
sedangkan komponen lainnya tidak terserap. Komponen yang diserap dinamakan
dengan absorbat sedangkan komponen yang menyerap biasanya disebut sebagai
absorben. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-
gaya fisika (asbsorpsi fisika) atau dapat pula dilakukan oleh suatu ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Selain itu absorpsi didefinisikan juga sebagai metode
pemisahan suatu bahan dari campuran gas dengan cara mengikat bahan tersebut
yang memiliki tujuan utama sebagai penghilang impuritis dari gas untuk
meningkatkan nilai guna dari suatu zat (Arisukma dkk., 2021).
Absorpsi pada umumnya memiliki dua jenis proses, yaitu absorpsi kimia
dan absorpsi fisika. Absorpsi kimia melibatkan reaksi kimia antara pelarut cair
dengan alir gas dan solut tetap di fase cair. Absorpsi fisika merupakan proses
absorpsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai dengan reaksi
kimia. Absorpsi kimia lebih menguntungkan untuk pemisahan karena dapat
meningkatkan nilai koefisien perpindahan massa. Meskipun demikian absorpsi
fisika menjadi penting jika dengan absorpsi tidak dapat dilakukan. Besarnya
absorben (cairan) tidak hanya ditentukan oleh jumlah gas yang diolah, melainkan
juga oleh daya pelarutan absorben dan kecepatan pelarutan. Untuk mendapatkan
penyerapan yang baik diperlukan cara tertentu untuk memperluas permukaan
kontak antara cairan dan gas. Salah satu caranya dengan menambahkan
perlengkapan alat seperti packing, tray dan lain-lain (Robiah dkk., 2021).
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju absorpsi yaitu laju alir fluida,
laju alir fluida akan mempengaruhi turbulensi, aliran fluida pada kolom absorpsi,
waktu kontak fluida dan tekanan dalam kolom absorpsi. Waktu kontak yang
semakin lama menyebabkan fluida berkontak dan bereaksi dengan baik, semakin
rendah laju alir fluida dan penyerapan akan semakin maksimal. Selanjutnya
konsentrasi gas, Perbedaan konsentrasi merupakan salah satu driving force dari
proses difusi yang terjadi antar dua fluida (Isya dan Purba, 2023).

(Renaldi Putra) :
Teknologi penyerapan gas banyak dikembangkan dalam industri dengan
berbagai metode diantaranya adalah adsorpsi, destilasi kriogenik, pemisahan
dengan membran, absorpsi baik secara fisik, maupun secara kimia. Diantara
teknologi ini, penyerapan secara kimia atau absorpsi reaktif yang paling banyak
digunakan karena ketersediaan tingkat removal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode lainnya. Absorpsi reaktif dilakukan melalui penyerapan CO 2 dari
gas oleh ikatan kovalen dalam molekul cairan penyerap. Ikatan kovalen yang kuat
antara molekul pelarut kimia dan molekul CO 2 membuat proses penyerapan kimia
yang lebih efisien dalam menyerap CO2 dan metana dalam pelarut itu. Penyerapan
kimia menyebabkan perbedaan kelarutan yang besar sehingga metan tidak ikut
terserap kedalam absorben (Marali dkk., 2018).
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan yang dilakukan dengan cara
mempertemukan suatu campuran gas dengan suatu cairan sebagai penyerap,
dengan tujuan untuk menghilangkan salah satu komponen dalam gas tersebut.
Penghilangan komponen gas dengan proses absorpsi bertujuan untuk
meningkatkan kualitas material. Salah satu aplikasi industri absorpsi adalah
penghilangan CO2 dari biogas. Penghilangan CO2 dalam biogas dilakukan dengan
cara mengkontakkan campuran gas dengan larutan Na2CO3 dimana proses
penyerapan berlangsung. Prinsip dasar absorpsi melibatkan difusi zat terlarut dari
fase gas melalui cairan yang terjadi dalam kolom absorpsi (Purba dan Cecellia,
2021).
Prinsip dasar proses absorpsi adalah proses kontak antara dua fasa yang
terjadi di dalam absorber. Umpan fase uap mengalir ke bagian bawah kolom.
sementara umpan fase cair mengalir ke bagian atas kolom. Kedua aliran ini
bertemu secara berlawanan atau berlawanan di sepanjang kolom absorpsi. Selain
itu, kolom absorpsi juga diisi dengan random packing yang membantu
meningkatkan area kontak antara fase gas dan cair (Ningrum dkk., 2019).

III. Prosedur Percobaan


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Gelas beker 500 mL
2. Stopwatch
3. Kolom absorpsi
4. Kompressor
5. Pompa
6. DO meter
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Air
2. Udara

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Prosedur Absorpsi pada Kolom Kering
1. Kabel kompressor disambungkan ke stop kontak, lalu saklar listrik
dihidupkan. Kompressor dinyalakan dan valve kompressor dibuka searah
45o.
2. Kolom terlebih dahulu dikeringkan dengan melewati laju alir udara
maksimum sampai tanda-tanda yang menunjukkan kelembaoan packing
hilang.
3. Laju alir udara diatur sesuai penugasan dengan flowmeter udara.
4. Perbedaan tekanan yang terbaca pada manometer diamati dan dicatat pada
setiap laju alir udara yang ditentukan.
5. Langkah-langkah diatas diulangi untuk laju alir udara yang lainnya.
3.2.2 Prosedur Absorpsi pada Kolom Basah
1. Kabel kompressor disambungkan ke stop kontak, lalu saklar listrik
dihidupkan. Kompressor dinyalakan dan valve kompressor dibuka searah
45o.
2. Kolom terlebih dahulu dikeringkan dengan melewati laju alir udara
maksimum sampai tanda-tanda yang menunjukkan kelembaban packing
hilang.
3. Laju alir udara diatur sesuai penugasan dengan flowmeter udara.
4. Pompa air dihidupkan untuk memulai percobaan, lalu tangki reservoir
diisi dengan air sampai ¾ bagian.
5. Laju alir air diatur sesuai dengan penugasan.
6. Perbedaan tekanan yang terbaca pada manometer diamati dan dicatat
disetiap laju alir udara yang ditentukan.
7. Air yang keluar menuju tangki reservoir ditampung dengan menggunakan
gelas beker 500 mL, kemudian laju alir keluarnya dihitung.
8. Langkah-langkah diatas diulangi untuk laju alir udara yang lainnya.
IV. Data Pengamatan
Tabel 4.1 Penurunan Tekanan dengan Laju Alir Udara pada Kolom Kering
Laju Alir Udara (L/menit) P Percobaan (mmH 2O)
45 1,2
55 1,6
65 1,8

Tabel 4.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Udara Pada Kolom Basah.

Laju Alir P Percobaan (mmH


Laju Alir Laju Air
Udara Waktu 2O)
DO
Air Masuk Keluar
Masuk (menit) (mg/L)
(L/menit) (L/menit) Udar
(L/menit) Air
a
0 7,80
15 2 1,89 10,20 9,90 7,95
30 1,87 11,50 10,20 8,13
45 1,86 14,80 12,50 8,19
0 8,22
15 3 2,88 10,40 10,00 7,80
45
30 2,82 12,10 11,30 8,49
45 2,73 15,70 13,00 8,51
0 8,53
15 3,76 11,40 10,80 8,58
4
30 3,61 14,60 13,50 7,80
45 3,50 19,10 18,60 8,27
55 0 2 8,4
15 1,76 10,90 10,10 8,45
30 1,73 12,00 11,30 8,48

Tabel 4.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Udara Pada Kolom Basah (Lanjutan).

Laju Alir
Laju Alir Laju Air P Percobaan DO
(mmH
Udara Waktu
Air Masuk Keluar 2O)
Masuk (menit) (mg/L)
(L/menit) (L/menit)
(L/menit) Udara Air
45 2 1,66 13,20 12,30 8,85
0 9,03
15 2,84 11,70 11,20 7,80
3
30 2,81 12,50 12,00 9,07
55 45 2,78 14,60 14,00 9,11
0 9,14
15 3,65 18,00 17,20 9,17
4
30 3,53 18,50 17,80 7,80
45 3,48 19,30 18,10 9,21
65 0 9,25
15 1,67 13,70 12,90 9,27
2
30 1,65 13,83 13,00 9,31
45 1,64 16,90 15,60 7,80
0 9,33
15 2,85 14,40 13,50 9,43
3
30 2,73 14,60 13,80 9,47
45 2,63 17,10 16,70 9,56
0 4 8,85
15 3,50 20,70 19,80 9,03
30 3,38 22,75 21,40 7,80
45 3,36 25,00 24,60 9,07

V. Hasil dan Pembahasan


5.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 5.1 Liquid hold-up pada Kolom Basah
Laju Alir Laju Alir Air Laju Alir Air
Waktu Liquid hold-
Udara Masuk Masuk Keluar
(Menit) up (L/menit)
(L/menit) (L/menit) (L/menit)
0
15 1,89 0,06
2
30 1,87 0,11
45 1,86 0,13
0
15 2,88 0,12
45 3
30 2,82 0,18
45 2,73 0,27
0
15 3,76 0,24
4
30 3,61 0,39
45 3,50 0,50
55 0
15 1,76 0,24
2
30 1,73 0,27
45 1,66 0,34
0 3
15 2,84 0,16
30 2,81 0,19
45 2,78 0,22
0
4
15 3,65 0,35
Tabel 5.1 Liquid hold-up pada Kolom Basah(Lanjutan)
Laju Alir Laju Alir Air Laju Alir Air
Waktu Liquid hold-
Udara Masuk Masuk Keluar
(Menit) up (L/menit)
(L/menit) (L/menit) (L/menit)
30 3,53 0,47
55 4
45 3,48 0,52
0
15 1,67 0,33
30 2 1,65 0,35
45 1,64 0,36
0
15 14,40 0,15
65 3
30 14,60 0,27
45 17,10 0,37
0
15 20,70 0,50
4
30 22,75 0,62
45 25,00 0,64

Tabel 5.2 Pressure Drop Teoritis pada Kolom Kering


Laju Alir Udara Laju Alir Bilangan Pressure Drop
(L/menit) Volumetrik Reynold (NRe) Teoritis (mmH2O)
(L/menit)
45 0,00087563 3786,00 16,63
55 0,00107021 4627,33 24,74
65 0,00126479 5468,66 34,46
Tabel 5.3 Pressure Drop Teoritis pada Kolom Basah
Laju Alir Udara Laju Alir Air Debit (Q) Pressure Drop Teoritis
(L/menit) (L/menit) (mmH2O)
(lb/menit)
2 6,95 0,56
45 3 6,95 1,08
4 6,95 2,09
2 8,49 0,83
55 3 8,49 1,61
4 8,49 3,12
2 10,04 1,16
65 3 10,04 2,25
4 10,04 4,36

5.2 Pembahasan
5.2.1 Penurunan Tekanan
5.2.1.1 Pengaruh Laju Alir Udara Terhadap Nilai Pressure Drop Pada Kolom
Kering
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau tabung ke hilir titik yang
disebabkan oleh faktor gesekan pada pipa, diameter pipa, dan bilangan Reynold
(Mulyana dan Riyandi, 2019). Pada percobaan absoprsi dengan jenis kolom
kering digunakan variasi laju alir udara secara berturut–turut yaitu 45; 55; dan 65
L/menit. Adapun pengaruh laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom
kering dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut.
40
Pressure Drop (mmH2O) 35
30
25
20
15 Teoritis
10 Percobaan
5
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 5.1 Hubungan antara Laju Alir Udara terhadap pressure drop pada Kolom
Kering

Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir udara yang
diberikan maka nilai pressure drop yang dihasilkan akan semakin besar. Pada laju
alir udara 45, 55, dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop berturut-turut
sebesar 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O. Nilai pressure drop yang besar dipengaruhi
oleh besarnya laju alir. Hal ini disebabkan karena laju aliran dapat meningkatkan
turbulensi sehingga gesekan antar molekul akan semakin besar. Semakin besar
pressure drop, semakin besar perbedaan antara tekanan masuk dan tekanan keluar
(Gultom, 2023).

Maka hubungan laju alir dengan pressure drop berbanding lurus. Hal ini
dibuktikan dengan penurunan rumusnya sebagai berikut:

Dp. v . ρ ( 4 rH ) . v . ρ
'
4ε v ρ
NRe= = = . Dp. .
μ μ (
6 1−ε ) ε μ
'
4 Dp . v . ρ
NRe= .
6(1−ε ) μ
' '
Dp. v . ρ Dp. G
NRe= = … … … … … … … … … … … … … … … … … …(5.1)
( 1−ε ) μ ( 1−ε ) μ
( )
'
V
32 μ ∆L 2
32 μv ∆ L ε 72 μ v ' ∆ L ( 1−ε )
∆ p= 2
= =
Dp ( 4 rH )2 3
ε D p
2

2
150 μ v ' ∆ L (1−ε )
∆ p= .
D2 p ε2
' 2 ' 2
3 fρ ( v ) ∆ L 1−ε 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
∆ P= . 3 = . 3
Dp ε Dp ε
' 2
150 μ v ' ∆ L (1−ε ) 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
2
∆ P= . + . 3
2
D p ε
3
Dp ε
3
∆ p . ρ Dp ε 150
2
. . = +1.75 … … … … … … … … … … … … … … … … .(5.2)
( G' ) ∆ L 1−ε NRe
Keterangan:
∆ P = Pressure drop (mmH2O)
ρ = Densitas (1.1675 Kg/M3=1.1675 x 10-3 kg/L)
' 2
G = Faktor Bilangan Reynold (kg/m .s)
Dp= Diameter packing (cm)
∆ L = Tinggi Kolom (m)
ε = Efisiensi Packing (%)
μ= Viskositas (1.866 x 10-5 kg/mg)
v= Laju alir Udara (L/menit)
v’=Laju Alir Air (Kg/s)
rH=Jari-jari hidrolik untuk aliran

5.2.1.2 Pengaruh Laju Alir Udara dan Laju Alir Air Terhadap Pressure
Drop pada Kolom Basah
Pada pratikum ini digunakan variasi laju alir udara masuk sebesar 45; 55;
dan 65 L/menit. Sedangkan laju alir air masuk yang digunakan adalah 2 L/menit,
3 L/menit, dan 4 L/menit. Adapun hubungan antara laju alir air dan udara
terhadap pressure drop pada kolom basah dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut.
5
Pressure Drop (mmH2O)
4

3
2 L/menit
2
3 L/menit
1 4 L/menit

0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 5.2 Hubungan Antara Laju Alir Udara Dan Laju Alir Air Terhadap
Pressure Drop Pada Kolom Basah

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir maka
pressure drop juga akan semakin besar. Pada waktu 15 menit dengan laju alir air
2 L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop
secara berturut turut adalah 0,56; 0,83; dan 1,16 mmH 2O. Pada laju alir air 3
L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop
secara berturut turut adalah 1,08; 1,61; dan 2,25 mmH2O. Sedangkan pada laju alir
air 4 L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure
drop secara berturut turut adalah 2,09; 3,12; dan 4,36 mmH2O. Berdasarkan data
yang diperoleh dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju alir udara dan laju alir air
maka akan meningkatkan perolehan nilai pressure drop. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi laju alir, maka bilangan Reynold yang dihasilkan juga akan
semakin besar sehingga menyebabkan pressure drop semakin tinggi (Marali dkk,
2018).
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat hubungan laju alir terhadap
pressure drop berbanding lurus dimana semakin tinggi laju alir maka pressure
drop akan semakin besar hal ini dibuktikan dengan persamaan dibawah:
2 μL
∆p ρL G
=γ (10 ) .
h ρG
( )
2
Q
π 2
μL .Di
∆p ρL
4
=γ (10 ) .
h ρG

( )
μL 2
∆ p . ρ. G ρL V .ρ
=γ (10 ) .
h π 2
.Di
4

( )( )
μL 2
v.ρ h
∆ p=γ ( 10 ) ρL . . … … … … … … … … … … … … … …(5.3)
π ρG
. D i2
4

Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =Densitas gas (lb/ft3)
ρ L=Densitas cairan (lb/ft3)
h=Tinggi kolom (m)
μ=Viskositas (7,2 × 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =Densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1,39 ×10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)

5.2.1.3 Perbandingan Pressure Drop Pada Kolom Kering dan Kolom Basah
Pada praktikum ini diamati bagaimana perbandingan antara pressure drop
yang diperoleh pada kolom kering dan kolom basah. Pada kolom kering dan basah
digunakan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit, serta laju alir air 2; 3; dan 4
L/menit. Adapun perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan
kolom basah dapat dilihat pada Gambar 5.3.
15
Pressure Drop (mmH2O)
12

6 Kolom Kering
Kolom Basah
3

0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 5.3 Perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan kolom
basah

Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa pressure drop yang


diperoleh pada kolom basah lebih besar dari pada pressure drop yang diperoleh
pada kolom kering. Pada laju alir air 2 L/menit, kolom kering dengan laju alir
udara 45; 55; dan 65 L/menit didapatkan nilai pressure drop percobaan yang
diperoleh secara berturut – turut yaitu 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH 2O. Sedangkan pada
kolom basah dengan laju alir udara 45; 55; 65 L/menit diperoleh pressure drop
secara berturut turut adalah 9,90; 10,10; dan 12,90 mmH 2O. Semakin banyak
kontak yang terjadi maka semakin besar pula nilai pressure drop yang diperoleh.
Nilai pressure drop pada kolom basah lebih besar dibandingkan pada kolom
kering. Hal ini disebabkan karena pada kolom basah terjadi kontak antara air dan
udara dalam kolom dengan air yang dialirkan dari kolom bagian atas. Selain itu
gesekan antara air dengan dinding kolom akan menimbulkan perbedaan tekanan
yang besar. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh akumulasi cairan yang
berlebihan di kolom (Ardhiany, 2018).
Adapun hubungan antara laju alir udara terhadap pressure drop pada
kolom kering dan kolom basah dijelaskan pada persamaan berikut.
' 2
150 μ v ' ∆ L (1−ε ) 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
2
∆ P= . + . 3
2
D p ε
3
Dp ε
3
∆ p . ρ Dp ε 150
. . = +1.75
' 2
( G ) ∆ L 1−ε NRe

( )( )
μL
ρL v.ρ 2 h
∆ p=γ ( 10 ) . . … … … … … … … … … … … … … … … .(5.4)
π 2 ρG
.Di
4

Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =densitas gas (lb/ft3)
ρ L= densitas cairan (lb/ft3)
h=tinggi kolom (m)
μ=viskositas (7,2 × 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1,39 ×10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)
ρ = Densitas (1.1675 Kg/M3=1,1675 × 10-3 kg/L)
' 2
G =Faktor Bilangan Reynold (kg/m .s)
Dp=Diameter packing (cm)
∆ L =Tinggi Kolom (m)
ε =Efisiensi Packing (%)
μ=Viskositas (1,866 × 10-5 kg/mg)
v’=Laju Alir Volumetrik(Kg/s)

5.2.1.4 Perbandingan antara Pressure Drop Teoritis dan Pressure Drop


Percobaan pada Kolom Kering dan Kolom Basah
Pada praktikum ini dapat dilihat adanya perbedaan antara nilai pressure
drop percobaan dan teoritis baik pada kolom kering maupun pada kolom basah.
Adapun perbedaan antara nilai pressure drop teoritis dan percobaan pada kolom
kering dapat dilihat pada Gambar 5.4 dan pada kolom basah dapat dilihat pada
Gambar 5.5 berikut.

40
35
Pressure Drop (mmH2O)

30
25
20
15 Teoritis
10 Percobaan
5
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 5.4 Hubungan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada
kolom kering.

15
Pressure Drop (mmH2O)

12

6 Teoritis
Percobaan
3

0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 5.5 Hubungan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada
kolom basah

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa perbedaan nilai pressure


drop teoritis dan pressure drop percobaan pada kolom kering memiliki perbedaan
yang cukup besar. Nilai pressure drop teoritis pada laju alir udara masuk 45; 55;
dan 65 L/menit berturut-turut adalah 16,63; 24,74; dan 34,46 mmH2O. Sedangkan
nilai pressure drop percobaan yang diperoleh secara percobaan berturut-turut
adalah 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
pressure drop percobaan yang didapatkan lebih kecil dibandingkan pressure drop
teoritis. Secara teoritis, pressure drop pada kolom kering diperoleh melalui
persamaan berikut.
' 2
150 μ v ' ∆ L (1−ε ) 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
2
∆ P= . + . 3 … … … … … … … … … … …(5.5)
2
D p ε
3
Dp ε
3
∆ p . ρ Dp ε 150
. . = +1.75 … … … … … … … … … … … … … … … … …(5.6)
' 2
( G ) ∆ L 1−ε NRe
Keterangan :
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ = Densitas (1.1675 Kg/M3=1.1675 ×10-3 kg/L)
' 2
G =Faktor Bilangan Reynold (kg/m .s)
Dp=Diameter packing (cm)
∆ L =Tinggi Kolom (m)
ε =Efisiensi Packing (%)
μ=Viskositas (1.866 × 10-5 kg/mg)
v’=Laju Alir Air (Kg/s)
Berdasarkan Gambar 5.5 dapat dilihat perolehan nilai pressure drop
teoritis dan pressure drop percobaan pada kolom basah. Nilai pressure drop
teoritis pada laju alir udara masuk 45; 55; dan 65 L/menit berturut-turut adalah
0,56; 0,83; dan 1,16 mmH2O. Sedangkan nilai pressure drop percobaan yang
diperoleh secara berturut-turut adalah 9,90; 10,10 dan 12,90 mmH2O. Perbedaan
nilai pressure drop teoritis dan percobaan ini karena kurang optimalnya
manometer H2O akibat terjadi penumpukan material pengotor yang menghambat
tekanan dari kolom absorber menuju manometer, sehinga pembacaan alat
manometer menjadi kurang akurat (Christiawan dan Trisno, 2019). Secara teoritis,
pressure drop pada kolom basah diperoleh melalui persamaan berikut.
μL 2
∆p ρL G
=γ (10 ) .
h ρG
( )
2
Q
π 2
μL .Di
∆p ρL
4
=γ (10 ) .
h ρG

( )
μL 2
∆ p . ρ. G ρL v.ρ
=γ (10 ) .
h π 2
.Di
4

( )( )
μL 2
v.ρ h
∆ p=γ ( 10 ) ρL . . … … … … … ... … … … … … … … … … … (5.7)
π ρG
. D i2
4

Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =Densitas gas (lb/ft3)
ρ L= Densitas cairan (lb/ft3)
h=Tinggi kolom (m)
μ=Viskositas (7.2 x 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =Densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1.39 x 10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)

5.2.1.5 Persentase Kesalahan pada Perbandingan Pressure Drop Teoritis dan


Percobaan
Pada praktikum ini dapat dilihat adanya persentase kesalahan antara nilai
pressure drop percobaan dan teoritis baik pada kolom kering maupun pada kolom
basah. Adapun perbedaan persentase kesalahan antara nilai pressure drop teoritis
dan percobaan pada kolom kering dapat dilihat pada Gambar 5.6.
100
Persen Kesalahan (%) 90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Kolom Kering Kolom Basah


Gambar 5.6 Persentase kesalahan antara pressure drop teoritis dan pressure drop
percobaan pada kolom basah

Berdasarkan Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa persentase kesalahan antara


nilai pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan antara kolom kering dan
kolom basah berbeda. Nilai persentase kesalahan pada kolom kering dengan laju
alir udara 45 L/menit adalah 92,78% . Sedangkan nilai persentase kesalahan pada
kolom basah yang diperoleh dengan laju alir yang sama adalah 16,82%.
Persentase kesalahan kolom kering yang besar terjadi karena perbedaan
nilai Pressure drop teoritis dan nilai aktual yang cukup jauh. Hal ini terjadi karena
adanya kesalahan pada saat proses percobaan yang bisa dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti alat yang kurang akurat. Alat yang tidak dikalibrasi sebelum
digunakan dapat mengurangi kinerja alat sehingga berpengaruh terhadap
persentase kesalahan. Oleh karena itu, kalibrasi alat dibutuhkan supaya dapat
meningkatkan efisiensi kinerja alat yang akan digunakan (Andriyan dkk., 2021).

5.2.2 Pengaruh Laju Alir Air dan Udara Terhada Liquid Hold Up
Liquid hold up dapat didefinisikan sebagai jumlah volume cairan yang
ditahan dalam menara packed. Cairan akan ditahan oleh packing yang berada
dalam menara packed pada saat proses pengoperasian (Son dan Won, 2019).
Hubungan antara variasi laju alir air dan udara terhadap liquid hold pada waktu 30
menit dapat dilihat pada Gambar 5.7.

0.70
Liquid Hold Up (L/menit)

0.60
0.50
0.40
0.30 2 L/menit
0.20 3 L/menit
4 L/menit
0.10
0.00
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 5.7 Hubungan antara variasi laju alir air dan udara terhadap liquid hold
pada waktu 30 menit

Berdasarkan Gambar 5. Dapat dilihat hubungan antara variasi laju alir air
dan udara terhadap nilai liquid hold up pada waktu 30 menit. Laju alir udara yang
digunakan yaitu 45; 55; dan 65 L/menit. Sedangkan untuk laju alir air digunakan
variasi 2; 3; dan 4 L/menit. Laju udara 45; 55; dan 65 L/menit dan laju alir air 2
L/menit diperoleh nilai liquid hold up pada waktu 30 menit sebesar 0,13; 0,27;
dan 0,35 L/menit. Untuk laju udara yang sama dengan variasi laju alir 3 L/menit
diperoleh nilai liquid hold up sebesar 0,18; 0,19; dan 0,27 L/menit. Pada laju alir
udara yang sama dan variasi laju alir air 4 L/menit diperoleh nilai liquid hold up
sebesar 0,39; 0,47; dan 0,62 L/menit. Hasil percobaan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai laju alir udara maka nilai liquid hold up
akan semakin tinggi juga. Pada saat laju alir udara terlalu tinggi maka proses
penyerapan kadar oksigen akan semakin kecil karena air tertahan diatasnya
sehingga tidak terjadi kontak yang maskimal (Maulizar dkk., 2023).

5.2.3 Pengaruh Laju Alir Air dan Laju Udara Terhadap Dissolved Oxygen
Pada percobaan ini diukur nilai DO untuk melihat konsentrasi oksigen
yang terkandung dalam air. Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) adalah
jumlah oksigen terlarut dalaam air yang dinyatakan dalam Mg/ L (Sudirman dkk.,
2023). Hubungan variasi laju alir udara dan air terhadap dissolved oxygen dapat
dilihat pada Gambar 5.8.

10.00
Dissolved OXygen (Mg/L)

9.50
9.00
8.50
2 L/menit
8.00 3 L/menit
4 L/menit
7.50
7.00
45 55 65
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 5.8 Hubungan Variasi Laju Alir Udara dan Air Terhadap Dissolved
Oxygen Pada Waktu 30 Menit

Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa nilai dissolved oxygen pada
laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit dan laju alir air 2; 3; dan 4 L/menit. Pada
laju alir air 2 L/menit diperoleh nilai DO berturut-turut adalah 8,13; 8,52; dan 9,11
mg/L. Untuk laju alir 3 L/menit diperoleh nilai DO berturut-turut yaitu 8,51; 8,60;
dan 9,25 mg/L. Sedangkan untuk laju alir air 4 L/menit diperoleh nilai DO sebesar
8,4; 8,82; dan 9,43 mg/L. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi
laju alir udara dan air maka nilai DO yang diperoleh akan semakin meningkat
pula. Kenaikan DO terjadi karena adanya peningkatan turbulensi aliran saat laju
udara dinaikkan sehingga menyebabkan tahanan pada film gas-cair menurun.
Dalam kondisi tersebut, kontak antara udara dan gas akan semakin besar sehingga
nilai koefisien DO dalam air akan semakin meningkat karena Oksigen dalam
udara bebas akan berdifusi ke dalam air (Mistoro dkk., 2023).

5.2.4 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Dissolved Oxygen


Pada percobaan ini dilakukan proses absorpsi dengan interval waktu 15;
30; dan 45 menit. Variasi interval waktu dilakukan untuk melihat kandungan
oksigen di udara bebas yang terserap ke dalam air sehingga meningkatkan
konsentrasi oksigennya. Sebelum melakukan proses absorpsi diukur terlebih
dahulu nilai oksigen yang terkandung dalam air pada waktu 0 menit di mana nilai
yang diperoleh sebesar 7,80 mg/L. Alat yang digunakan untuk mengukur nilai DO
adalah DO meter (Fadzry dkk., 2020). Hubungan waktu kontak terhadap
dissolved oxygen dapat dilihat pada Gamabr 5.9.

8.60
Dissolved Oxygen (Mg/L)

8.40
8.20
8.00
2 L/menit
7.80 3 L/menit
7.60 4 L/menit

7.40
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu (menit)

Gambar 5.9 Hubungan Waktu Kontak Terhadap Dissolved Oxygen

Berdasarkan Gambar 5.9 dapat dilihat hubungan waktu kontak laju alir
udara 45 L/menit dan laju alir air 2; 3; dan 4 L/menit terhadap nilai DO. Pada laju
air 2 L/menit diperoleh nilai DO sebesar 7,95; 8,13; dan 8,19 mg/L. Sedangkan
pada laju alir air 3 L/menit diperoleh nilai DO berturu-turut yaitu 8,49; 8,51; dan
8,53 mg/L. Untuk laju alir air 4 L/menit nilai DO yang diperoleh secara berutut-
turut adalah 8,27; 8,40; dan 8,45 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
waktu kontak antara udara dan air maka nilai DO yang diperoleh juga semakin
meningkat. Hubungan waktu kontak ini dapat juga dilihat berdasarkan persamaan
berikut:
dc
=−Kla(Cs−C)
dt
c t
dC
∫ ( cs−c) =−Kla ∫ dt
cs 0

ln ln ( Cs−Ct )=−Kla .t−ln ¿ )

ln ln ( Cs−Ct
Cs−co )
=−Kla . t

……………………………………………………(5.8)

Keterangan:
Cs = Konsentrasi DO saat jenuh (mg/L)
Ct = Konsentrasi DO pada waktu t (mg/L)
C0 = Konsentrasi DO pada awal (mg/L)
t= Waktu Kontak (menit)
KLa = Koefisien transfer gas (menit-1)

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu


kontak antara gas dan cair maka akan terjadi penyerapan oksigen bebas pada
udara secara maksimal sehingga dapat meningkatkan nilai DO (Sunaryanto,
2023). Kenaikan nilai DO juga berhubungan dengan konsep difusi, di mana
konsentrasi zat yang tinggi akan berpindah kepada konsentrasi zat yang rendah
sehingga akan terjadi kesetimbangan konsentrasi ( Febrianti dkk., 2023). Pada
kondisi ini, konsentrasi oksigen pada udara bebas lebih tinggi daripada
konsentrasi oksigen dalam air sehingga oksigen dalam udara berdifusi ke dalam
air.
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan Absorpsi yaitu:
1. Pada kolom kering, nilai pressure drop akan semakin tinggi seiring dengan
meningkatnya laju alir. Pada laju alir udara masuk 45, 55, dan 65 L/menit
didapatkan nilai pressure drop berturut-turut sebesar 1,2; 1,6; dan 1,8
mmH2O.
2. Pada kolom basah, semakin besar laju alir udara dan air yang diberikan
maka semakin besar pula nilai pressure drop. Pada laju alir air 2L/Menit
dengan laju alir udara 45, 55, dan 65 L/menit didapatkan nilai pressure drop
0,56; 0,83; dan 1,16 mmH2O.
3. Nilai pressure drop yang diperoleh pada kolom basah lebih tinggi daripada
kolom kering, Pada kolom kering dengan laju alir udara 45; 55 dan 65
L/menit nilai pressure drop percobaan yang diperoleh secara berturut – turut
yaitu 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O. Sedangkan pada kolom basah dengan laju
alir udara yang sama pada laju alir air 2 L/menit diperoleh pressure drop
secara berturut turut adalah 9,90; 10,10; dan 12,90 mmH2O.
4. Nilai pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada kolom kering
memiliki perbedaan yang cukup besar. Nilai pressure drop teoritis pada laju
alir udara masuk 45; 55; dan 65 L/menit berturut-turut adalah 16,63; 24,74;
dan 34,46 mmH2O. Sedangkan nilai pressure drop percobaan yang
diperoleh secara percobaan berturut-turut adalah 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O.
Sementara nilai pressure drop teoritis pada kolom basah pada laju alir udara
masuk 45; 55; dan 65 L/menit berturut-turut adalah 0,56; 0,83; dan 1,16
mmH2O. Sedangkan nilai pressure drop percobaan yang diperoleh secara
berturut-turut adalah 9,90; 10,10 dan 12,90 mmH2O.
5. Nilai persentase kesalahan pada kolom kering dengan laju alir udara 45
L/Menit adalah 92,78% . Sedangkan nilai persentase kesalahan pada kolom
basah yang diperoleh dengan laju alir yang sama adalah 16,82%.
6. Semakin besar laju alir air, maka semakin besar volume liquid hold up nya.
Nilai Liquid Hold up terbesar diperoleh pada laju alir air 4 L/menit
diperoleh nilai liquid hold up sebesar 0,39; 0,47; dan 0,62 L/menit.
7. Semakin tinggi laju alir maka nilai Dissolved Oxygen akan semakin besar.
Pada laju alir air 2 L/menit diperoleh nilai DO berturut-turut adalah 8,13;
8,52; dan 9,11 mg/L. Untuk laju alir 3 L/menit diperoleh nilai DO berturut-
turut yaitu 8,51; 8,60; dan 9,25 mg/L. Sedangkan untuk laju alir air 4
L/menit diperoleh nilai DO sebesar 8,4; 8,82; dan 9,43 mg/L.
8. Semakin lama waktu kontak maka semakin tinggi nilai Dissolved Oxygen
yang didapat. Pada laju udara 45 L/menit dan laju alir air 2 L/menit
diperoleh nilai DO sebesar 7,95; 8,13; dan 8,19 mg/L. Sedangkan pada laju
alir air 3 L/menit diperoleh nilai DO berturu-turut yaitu 8,49; 8,51; dan 8,53
mg/L. Untuk laju alir air 4 L/menit nilai DO yang diperoleh secara berutut-
turut adalah 8,27; 8,40; dan 8,45 mg/L.
VII. Daftar Pustaka
Andriyan, M., Harijanto, A., dan Prastowo, S. H. B. 2021. Rancang Bangun Alat
Praktikum Penentuan Indeks Bias Zat Cair Berbantuan Arduino dan
Sensor Jarak HC-SR04. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha. 11(2): 19-29.
Ardhiany, S. 2018. Proses Absorpsi Gas CO2 dalam Biogas Menggunakan Alat
Absorber Tipe Packing Dengan Analisa Pengaruh Laju Alir Absorben
NaOH. Jurnal Teknik Patra Akademika. 9(2): 55-61.
Arisukma, P., Purnomo, N. A., dan Udyani, K. 2021. Studi Desain Absorber
Untuk Penyerapan CO2, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan IX 2021. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Christiawan, A., dan Trisno, R. 2019. Analysis Of Air Pressure Drop In Cement
Transfer Pipelines Using Pneumatic Conveying. Prosiding Snttm Xviii. 9-
10 Oktober 2019, Ke-18.
Fadzry, N., Hidayat, H., dan Eniati, E. 2020. Analisis COD, BOD Dan DO Pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Balai Pengelolaan Infrastruktur
Air Limbah Dan Air Minum Perkotaan Dinas PUP-ESDM
Yogyakarta. Indonesian Journal Of Chemical Research. 5(2):80-89.
Febrianti, I. S., Djafar, M. K., Budiman, H., Somayasa, W., dan Pimpi, L. 2023.
Penyelesaian Analitis Persamaan Adveksi-Difusi Dengan Menggunakan
Metode Pemisahan Variabel: Penyelesaian Analitis Persamaan Adveksi-
Difusi Dengan Menggunakan Metode Pemisahan Variabel. Jurnal
Matematika Komputasi Dan Statistika. 3(2): 330-336.
Gultom, G. 2023) Fenomena Kekentalan Fluida Minyak Kelapa Sawit Terhadap
Kemampuan Pompa Sentrifugal Pada Unit Vacuum Dyer. Jurnal Vokasi
Teknik. 1(1): 1-9.
Isya, I. M., dan Purba, E. 2023. Absorpsi Gas Karbondioksida Dalam Biogas
Dengan Variasi Laju Alir Biogas dan Laju Alir Absorben. Jurnal
Teknologi dan Inovasi Industri (JTII). 4(1): 1-5.
Marali, A. M., Slamet, W., dan Nurkholis, H. 2018. Analisa Perpindahan Panas
Dan Pressure Drop Fluida Nano Al2O3-Air Proses Pendinginan Dengan
Metode Simulasi. Jurnal Rekayasa Mesin. 9(2) : 103- 108.
Maulizar, A. R., Putra, A., dan Yunus, M. 2023. Optimasi Laju Alir Tri-Ethylene
Glycol Terhadap Efisiensi Penyerapan Air Pada Kolom Absorbsi Di PT.
Pertamina Hulu Energi. Jurnal Teknologi. 23(1): 7-12.
Mistoro, N. H., Saraswati, S. P., Ahmad, J. S. M., dan Wiratni, W. 2023. Analisis
Pengaruh Variasi Debit Air (QL) Dan Debit Gas (QG) Terhadap Koefisien
Transfer Oksigen (KLa) Pada Performa Microbubble Generator.
In Seminar Nasional Teknik Kimia" Kejuangan". Pp. 12-1.
Mulyana, C., dan Riyandi, N. 2019. Model Pengaruh Diameter Pipa terhadap
Pressure Drop pada Pipa PLTP Dominasi Uap. JIIF (Jurnal Ilmu dan
Inovasi Fisika). 3(1): 26-32.
Ningrum, S.S., Aswati, M., Mukhlisin, H., dan Syafrima, W. 2019. Pemodelan
Matematis dan penyelesaian Numeris Pada Absorpsi CO2 Dalam Biogas
Menggunakan Kolom Bahan Isian Dengan Larutan Methyldiethanolamine
(MDEA). JurnalTeknologi. 7(1): 26-39.
Purba, E., dan Cecellia, N.R.B. 2021. CO2 Gas Absorption in Biogas Using
Absorber Bubble Column with Variation of NaOH Absorbent
Concentration and Sparger Forms. Indonesian Journal of Chemical
Science. 10 (1): 68-74.
Robiah, R., Renaldi, U., dan Melani, A. 2021. Kajian Pengaruh Laju Alir NaOH
dan Waktu Kontak Terhadap Absorpsi Gas CO 2 Menggunakan Alat
Absorber Tipe Sieve Tray, Jurnal Distilasi. 6(2): 27-35.
Son, Y., dan Won, W. 2019. Liquid Holdup And Pressure Drop In Packed
Column With Structured Packing Under Offshore Conditions. Chemical
Engineering Science. 195: 894-903.
Sudarman, A. R., Suyitno, S., dan Siringoringo, M. 2023. Pemodelan Regresi
Weibull Pada Data Kontinu Yang Diklasifikasikan (Studi Kasus: Data
Indikator Pencemaran Air Dissolved Oxygen Pada DAS Mahakam
Kalimantan Timur Tahun 2020). Eksponensial. 14(1): 51-60.
Sunaryanto, R. 2023. Pengaruh Waktu Aerasi Terhadap Limbah Kedelai
Menggunakan Bakteri Pseudomonas Putida. Jurnal Techlink. 7(1): 31-39.

VIII. Contoh Perhitungan


8.1 Menghitung Liquid Hold Up
Pada laju alir udara 45 L/menit dan laju alir air 2 L/menit Pada waktu 30
menit dimana laju alir yang keluar yaitu,
Hold Up = cairan masuk – cairan keluar
= 2 L/menit –1,87 L/menit
= 0,13 L/ menit

8.2 Menghitung Porositas Packing


Diketahui:
- Volume total packing = 500 mL
- Volume air acuan = 900 mL
Untuk menghitung porositas packing dapat menggunakan persamaan 3.1-6,
Geankoplis:
volume air acuan−volume total packing
ε packing =
volume total packing
900−500
=
500
= 0,8

8.3 Pehitungan Permukaan Spesifik Packing


Pada perhitungan luas total permukaan packing (a) diketahui diameter
luar (Do) = 1 cm dan Dimater dalam (Di) = 0,8 cm, sehingga:
VP (Volume packing)
1 2
Vp = π Di t p
4
1
= ( 3,14) (0,8 cm)2 (1 cm)
4
= 0,5024 cm3
= 5,024 x 10-7 m3

Sp (Luas permukaan packing)


1 2 2
Sp = π tp ( D O + Di ) + π ( DO −D i )
2
1
= (3,14) (1 cm) (1+0,8) cm + (3,14) (12−¿ 0,82) cm2
2
= 5,652 cm2 + 0.5652 cm2
= 6,2172 cm2
= 6,2172 x 10-4 m2

Sehingga diperoleh permukaan spesifik packing (a):


Sp
a=
Vp
−4 2
6,2172× 10 m
¿ −7 3
5,024 ×10 m
= 1236,60 m-1
Dimana: Do = diameter luar packing (cm)
Di = diameter dalam packing (cm)
Sp = luas permukaan packing (m2)
Vp = volume packing (m3)
a = permukaan spesifik packing (m-1)
8.4 Perhitungan Pressure Drop (∆ P ) Teoritis pada Kolom Kering
Dari Appendiks A.3-3 Geankoplis properties untuk udara pada suhu 30˚C
diperoleh:
ρ = 1,1675 kg/m3
μ = 1,866 × 10-5 kg/m.s
Dop = 1 cm = 0,01 m

Sehingga dapat dihitung pressure drop pada laju alir udara 45 L/menit sebagai
berikut:
Laju alir volumetrik (v)
v = 45 L/menit × 1,1675 × 10-3 kg/L
= 52,5375 × 10-3 kg/menit × 1 menit/60 s
= 0,00087563 kg/s
Bilangan Reynold (NRe)
v
G=
Sp
0,00087563 kg /s
=
0,0006 m2
= 1,41 kg/m2s
Nre dapat dicari menggunakan persamaan 3.1-15, Geankoplis:
Do . G
NRe =
(1−ε )μ
kg
( 0 , 01 ) m(1 , 41) 2
m s
NRe =
kg
( 1−0 , 8 ) (0,00001866)
ms
= 3786
Dimana: Do = diameter luar (cm)
G = faktor bilangan Reynold (kg/m2s)
ε = efisiensi packing (%)
μ = viskositas (kg/m.s)

Dari data di atas dapat diperoleh ΔP (pressure drop) teoritis dari persamaan:
∆ P . ρ Dp ε
3
150
= +1 ,75 ………(Pers. 3.1-21 Geankoplis)
(G)
2
∆ L (1−ε) Nℜ
∆ P(1,1675) 0 , 01 0 , 83 150
= + 1, 75
(1 , 41)
2
1 , 4 (1−0 ,8) 3786
ΔP = 166,28 kg/m.s2 = 16,63 mmH2O

8.5 Perhitungan Pressure Drop (∆ P ) Teoritis pada Kolom Basah


Untuk menghitung pressure drop pada kolom basah dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
φL2
∆P ρ G
=γ (10) L

h ρG

Berdasarkan data dari Appendiks A.3-3 Geankoplis properties untuk udara


pada suhu 30˚C diperoleh:
3
kg 2,2046 lb 1m
ρG =1,1675 3
x x 3
m 1 kg 35,313 ft
lb
ρG =0,072 3
ft

Laju alir udara 45 L/menit


60 menit 2,2046 lb
Q = (45 L/menit) × (1,1675 × 10-3 kg/L) × ×
1 jam 1 kg
= 6,95 lb/jam
Sehingga:
Q
G= π
( )D i2
4
lb
6 , 95
jam
= dimana Di = 0,008 m = 0,26 ft
() π
4
(0 , 26 ft)2

= 130,86 lb/jam ft2


Untuk laju alir air 2 L/menit, laju alir volumetriknya:
60 menit 2,2046 lb
Q = (2 L/menit) × (958,38 × 10-3 kg/L) × ×
1 jam 1 kg
= 253,54 lb/jam
Q
v= π
( )D i2
4
lb
253 , 54
jam
=
( π4 )(0 , 26 ft) 2

= 4777,85 lb/jam ft2


Data untuk raschig ring 1/2 inadalah:
γ = 1,39 × 10-8
φ = 7,2 × 10-3
dimana:
3,2808 ft
h = 1,48 m ×
1m
= 4,593 ft
Jadi:
2 φL
∆P ρ G
=γ (10) L

h ρG
−3
7 , 2× 10 (4777 ,85) 2
∆P −8 62,168 (130 , 96)
=1 , 39× 10 (10)
4,593 0,0733
lb
∆ P = 0,06 2
ft
lb
0 ,05 2
× 33 ,93 × 12
ft s
∆ P=
14 , 7 ×144
H2O
= 0,0096∈
ft

(
∆ P= 0,0096∈
H2 O
ft )
( 2,014 ft )(25 , 4
mm
ft
)

= 0,56 mmH2O

8.6 Perhitungan Persentase Kesalahan


8.6.1 Perhitungan Persentase Kesalahan Pada kolom Kering
Pada laju alir udara 45 L/menit diperoleh nilai persen kesalahan sebagai
berikut.
Pressure Drop teoritis−Pressure Drop aktual
Persentase Kesalahan = × 100%
Pressure Drop teoritis
16 , 63 mmH 2 O−1 , 2 mmH 2O
= × 100%
16 , 63 mmH 2 O
= 92,78 %
8.6.2 Perhitungan Persentase Kesalahan Pada Kolom Basah
Pada laju alir udara 45 L/menit dan laju alir air 2 L/menit diperoleh nilai
persen kesalahan sebagai berikut.
Pressure Drop teoritis−Pressure Drop aktual
Persentase Kesalahan = ×
Pressure Drop teoritis
100%
0 ,56 mmH 2 O−9 , 90 mmH 2 O
= × 100%
0 , 56 mmH 2 O
= 16,82 %

Anda mungkin juga menyukai