ABSORPSI
Disusun oleh:
Kelompok C-6
(Renaldi Putra) :
Teknologi penyerapan gas banyak dikembangkan dalam industri dengan
berbagai metode diantaranya adalah adsorpsi, destilasi kriogenik, pemisahan
dengan membran, absorpsi baik secara fisik, maupun secara kimia. Diantara
teknologi ini, penyerapan secara kimia atau absorpsi reaktif yang paling banyak
digunakan karena ketersediaan tingkat removal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode lainnya. Absorpsi reaktif dilakukan melalui penyerapan CO 2 dari
gas oleh ikatan kovalen dalam molekul cairan penyerap. Ikatan kovalen yang kuat
antara molekul pelarut kimia dan molekul CO 2 membuat proses penyerapan kimia
yang lebih efisien dalam menyerap CO2 dan metana dalam pelarut itu. Penyerapan
kimia menyebabkan perbedaan kelarutan yang besar sehingga metan tidak ikut
terserap kedalam absorben (Marali dkk., 2018).
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan yang dilakukan dengan cara
mempertemukan suatu campuran gas dengan suatu cairan sebagai penyerap,
dengan tujuan untuk menghilangkan salah satu komponen dalam gas tersebut.
Penghilangan komponen gas dengan proses absorpsi bertujuan untuk
meningkatkan kualitas material. Salah satu aplikasi industri absorpsi adalah
penghilangan CO2 dari biogas. Penghilangan CO2 dalam biogas dilakukan dengan
cara mengkontakkan campuran gas dengan larutan Na2CO3 dimana proses
penyerapan berlangsung. Prinsip dasar absorpsi melibatkan difusi zat terlarut dari
fase gas melalui cairan yang terjadi dalam kolom absorpsi (Purba dan Cecellia,
2021).
Prinsip dasar proses absorpsi adalah proses kontak antara dua fasa yang
terjadi di dalam absorber. Umpan fase uap mengalir ke bagian bawah kolom.
sementara umpan fase cair mengalir ke bagian atas kolom. Kedua aliran ini
bertemu secara berlawanan atau berlawanan di sepanjang kolom absorpsi. Selain
itu, kolom absorpsi juga diisi dengan random packing yang membantu
meningkatkan area kontak antara fase gas dan cair (Ningrum dkk., 2019).
Tabel 4.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Udara Pada Kolom Basah.
Tabel 4.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Udara Pada Kolom Basah (Lanjutan).
Laju Alir
Laju Alir Laju Air P Percobaan DO
(mmH
Udara Waktu
Air Masuk Keluar 2O)
Masuk (menit) (mg/L)
(L/menit) (L/menit)
(L/menit) Udara Air
45 2 1,66 13,20 12,30 8,85
0 9,03
15 2,84 11,70 11,20 7,80
3
30 2,81 12,50 12,00 9,07
55 45 2,78 14,60 14,00 9,11
0 9,14
15 3,65 18,00 17,20 9,17
4
30 3,53 18,50 17,80 7,80
45 3,48 19,30 18,10 9,21
65 0 9,25
15 1,67 13,70 12,90 9,27
2
30 1,65 13,83 13,00 9,31
45 1,64 16,90 15,60 7,80
0 9,33
15 2,85 14,40 13,50 9,43
3
30 2,73 14,60 13,80 9,47
45 2,63 17,10 16,70 9,56
0 4 8,85
15 3,50 20,70 19,80 9,03
30 3,38 22,75 21,40 7,80
45 3,36 25,00 24,60 9,07
5.2 Pembahasan
5.2.1 Penurunan Tekanan
5.2.1.1 Pengaruh Laju Alir Udara Terhadap Nilai Pressure Drop Pada Kolom
Kering
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau tabung ke hilir titik yang
disebabkan oleh faktor gesekan pada pipa, diameter pipa, dan bilangan Reynold
(Mulyana dan Riyandi, 2019). Pada percobaan absoprsi dengan jenis kolom
kering digunakan variasi laju alir udara secara berturut–turut yaitu 45; 55; dan 65
L/menit. Adapun pengaruh laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom
kering dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut.
40
Pressure Drop (mmH2O) 35
30
25
20
15 Teoritis
10 Percobaan
5
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.1 Hubungan antara Laju Alir Udara terhadap pressure drop pada Kolom
Kering
Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir udara yang
diberikan maka nilai pressure drop yang dihasilkan akan semakin besar. Pada laju
alir udara 45, 55, dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop berturut-turut
sebesar 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O. Nilai pressure drop yang besar dipengaruhi
oleh besarnya laju alir. Hal ini disebabkan karena laju aliran dapat meningkatkan
turbulensi sehingga gesekan antar molekul akan semakin besar. Semakin besar
pressure drop, semakin besar perbedaan antara tekanan masuk dan tekanan keluar
(Gultom, 2023).
Maka hubungan laju alir dengan pressure drop berbanding lurus. Hal ini
dibuktikan dengan penurunan rumusnya sebagai berikut:
Dp. v . ρ ( 4 rH ) . v . ρ
'
4ε v ρ
NRe= = = . Dp. .
μ μ (
6 1−ε ) ε μ
'
4 Dp . v . ρ
NRe= .
6(1−ε ) μ
' '
Dp. v . ρ Dp. G
NRe= = … … … … … … … … … … … … … … … … … …(5.1)
( 1−ε ) μ ( 1−ε ) μ
( )
'
V
32 μ ∆L 2
32 μv ∆ L ε 72 μ v ' ∆ L ( 1−ε )
∆ p= 2
= =
Dp ( 4 rH )2 3
ε D p
2
2
150 μ v ' ∆ L (1−ε )
∆ p= .
D2 p ε2
' 2 ' 2
3 fρ ( v ) ∆ L 1−ε 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
∆ P= . 3 = . 3
Dp ε Dp ε
' 2
150 μ v ' ∆ L (1−ε ) 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
2
∆ P= . + . 3
2
D p ε
3
Dp ε
3
∆ p . ρ Dp ε 150
2
. . = +1.75 … … … … … … … … … … … … … … … … .(5.2)
( G' ) ∆ L 1−ε NRe
Keterangan:
∆ P = Pressure drop (mmH2O)
ρ = Densitas (1.1675 Kg/M3=1.1675 x 10-3 kg/L)
' 2
G = Faktor Bilangan Reynold (kg/m .s)
Dp= Diameter packing (cm)
∆ L = Tinggi Kolom (m)
ε = Efisiensi Packing (%)
μ= Viskositas (1.866 x 10-5 kg/mg)
v= Laju alir Udara (L/menit)
v’=Laju Alir Air (Kg/s)
rH=Jari-jari hidrolik untuk aliran
5.2.1.2 Pengaruh Laju Alir Udara dan Laju Alir Air Terhadap Pressure
Drop pada Kolom Basah
Pada pratikum ini digunakan variasi laju alir udara masuk sebesar 45; 55;
dan 65 L/menit. Sedangkan laju alir air masuk yang digunakan adalah 2 L/menit,
3 L/menit, dan 4 L/menit. Adapun hubungan antara laju alir air dan udara
terhadap pressure drop pada kolom basah dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut.
5
Pressure Drop (mmH2O)
4
3
2 L/menit
2
3 L/menit
1 4 L/menit
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.2 Hubungan Antara Laju Alir Udara Dan Laju Alir Air Terhadap
Pressure Drop Pada Kolom Basah
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir maka
pressure drop juga akan semakin besar. Pada waktu 15 menit dengan laju alir air
2 L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop
secara berturut turut adalah 0,56; 0,83; dan 1,16 mmH 2O. Pada laju alir air 3
L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop
secara berturut turut adalah 1,08; 1,61; dan 2,25 mmH2O. Sedangkan pada laju alir
air 4 L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure
drop secara berturut turut adalah 2,09; 3,12; dan 4,36 mmH2O. Berdasarkan data
yang diperoleh dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju alir udara dan laju alir air
maka akan meningkatkan perolehan nilai pressure drop. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi laju alir, maka bilangan Reynold yang dihasilkan juga akan
semakin besar sehingga menyebabkan pressure drop semakin tinggi (Marali dkk,
2018).
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat hubungan laju alir terhadap
pressure drop berbanding lurus dimana semakin tinggi laju alir maka pressure
drop akan semakin besar hal ini dibuktikan dengan persamaan dibawah:
2 μL
∆p ρL G
=γ (10 ) .
h ρG
( )
2
Q
π 2
μL .Di
∆p ρL
4
=γ (10 ) .
h ρG
( )
μL 2
∆ p . ρ. G ρL V .ρ
=γ (10 ) .
h π 2
.Di
4
( )( )
μL 2
v.ρ h
∆ p=γ ( 10 ) ρL . . … … … … … … … … … … … … … …(5.3)
π ρG
. D i2
4
Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =Densitas gas (lb/ft3)
ρ L=Densitas cairan (lb/ft3)
h=Tinggi kolom (m)
μ=Viskositas (7,2 × 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =Densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1,39 ×10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)
5.2.1.3 Perbandingan Pressure Drop Pada Kolom Kering dan Kolom Basah
Pada praktikum ini diamati bagaimana perbandingan antara pressure drop
yang diperoleh pada kolom kering dan kolom basah. Pada kolom kering dan basah
digunakan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit, serta laju alir air 2; 3; dan 4
L/menit. Adapun perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan
kolom basah dapat dilihat pada Gambar 5.3.
15
Pressure Drop (mmH2O)
12
6 Kolom Kering
Kolom Basah
3
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.3 Perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan kolom
basah
( )( )
μL
ρL v.ρ 2 h
∆ p=γ ( 10 ) . . … … … … … … … … … … … … … … … .(5.4)
π 2 ρG
.Di
4
Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =densitas gas (lb/ft3)
ρ L= densitas cairan (lb/ft3)
h=tinggi kolom (m)
μ=viskositas (7,2 × 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1,39 ×10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)
ρ = Densitas (1.1675 Kg/M3=1,1675 × 10-3 kg/L)
' 2
G =Faktor Bilangan Reynold (kg/m .s)
Dp=Diameter packing (cm)
∆ L =Tinggi Kolom (m)
ε =Efisiensi Packing (%)
μ=Viskositas (1,866 × 10-5 kg/mg)
v’=Laju Alir Volumetrik(Kg/s)
40
35
Pressure Drop (mmH2O)
30
25
20
15 Teoritis
10 Percobaan
5
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.4 Hubungan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada
kolom kering.
15
Pressure Drop (mmH2O)
12
6 Teoritis
Percobaan
3
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.5 Hubungan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada
kolom basah
( )
μL 2
∆ p . ρ. G ρL v.ρ
=γ (10 ) .
h π 2
.Di
4
( )( )
μL 2
v.ρ h
∆ p=γ ( 10 ) ρL . . … … … … … ... … … … … … … … … … … (5.7)
π ρG
. D i2
4
Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =Densitas gas (lb/ft3)
ρ L= Densitas cairan (lb/ft3)
h=Tinggi kolom (m)
μ=Viskositas (7.2 x 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =Densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1.39 x 10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)
5.2.2 Pengaruh Laju Alir Air dan Udara Terhada Liquid Hold Up
Liquid hold up dapat didefinisikan sebagai jumlah volume cairan yang
ditahan dalam menara packed. Cairan akan ditahan oleh packing yang berada
dalam menara packed pada saat proses pengoperasian (Son dan Won, 2019).
Hubungan antara variasi laju alir air dan udara terhadap liquid hold pada waktu 30
menit dapat dilihat pada Gambar 5.7.
0.70
Liquid Hold Up (L/menit)
0.60
0.50
0.40
0.30 2 L/menit
0.20 3 L/menit
4 L/menit
0.10
0.00
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.7 Hubungan antara variasi laju alir air dan udara terhadap liquid hold
pada waktu 30 menit
Berdasarkan Gambar 5. Dapat dilihat hubungan antara variasi laju alir air
dan udara terhadap nilai liquid hold up pada waktu 30 menit. Laju alir udara yang
digunakan yaitu 45; 55; dan 65 L/menit. Sedangkan untuk laju alir air digunakan
variasi 2; 3; dan 4 L/menit. Laju udara 45; 55; dan 65 L/menit dan laju alir air 2
L/menit diperoleh nilai liquid hold up pada waktu 30 menit sebesar 0,13; 0,27;
dan 0,35 L/menit. Untuk laju udara yang sama dengan variasi laju alir 3 L/menit
diperoleh nilai liquid hold up sebesar 0,18; 0,19; dan 0,27 L/menit. Pada laju alir
udara yang sama dan variasi laju alir air 4 L/menit diperoleh nilai liquid hold up
sebesar 0,39; 0,47; dan 0,62 L/menit. Hasil percobaan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai laju alir udara maka nilai liquid hold up
akan semakin tinggi juga. Pada saat laju alir udara terlalu tinggi maka proses
penyerapan kadar oksigen akan semakin kecil karena air tertahan diatasnya
sehingga tidak terjadi kontak yang maskimal (Maulizar dkk., 2023).
5.2.3 Pengaruh Laju Alir Air dan Laju Udara Terhadap Dissolved Oxygen
Pada percobaan ini diukur nilai DO untuk melihat konsentrasi oksigen
yang terkandung dalam air. Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) adalah
jumlah oksigen terlarut dalaam air yang dinyatakan dalam Mg/ L (Sudirman dkk.,
2023). Hubungan variasi laju alir udara dan air terhadap dissolved oxygen dapat
dilihat pada Gambar 5.8.
10.00
Dissolved OXygen (Mg/L)
9.50
9.00
8.50
2 L/menit
8.00 3 L/menit
4 L/menit
7.50
7.00
45 55 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.8 Hubungan Variasi Laju Alir Udara dan Air Terhadap Dissolved
Oxygen Pada Waktu 30 Menit
Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa nilai dissolved oxygen pada
laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit dan laju alir air 2; 3; dan 4 L/menit. Pada
laju alir air 2 L/menit diperoleh nilai DO berturut-turut adalah 8,13; 8,52; dan 9,11
mg/L. Untuk laju alir 3 L/menit diperoleh nilai DO berturut-turut yaitu 8,51; 8,60;
dan 9,25 mg/L. Sedangkan untuk laju alir air 4 L/menit diperoleh nilai DO sebesar
8,4; 8,82; dan 9,43 mg/L. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi
laju alir udara dan air maka nilai DO yang diperoleh akan semakin meningkat
pula. Kenaikan DO terjadi karena adanya peningkatan turbulensi aliran saat laju
udara dinaikkan sehingga menyebabkan tahanan pada film gas-cair menurun.
Dalam kondisi tersebut, kontak antara udara dan gas akan semakin besar sehingga
nilai koefisien DO dalam air akan semakin meningkat karena Oksigen dalam
udara bebas akan berdifusi ke dalam air (Mistoro dkk., 2023).
8.60
Dissolved Oxygen (Mg/L)
8.40
8.20
8.00
2 L/menit
7.80 3 L/menit
7.60 4 L/menit
7.40
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu (menit)
Berdasarkan Gambar 5.9 dapat dilihat hubungan waktu kontak laju alir
udara 45 L/menit dan laju alir air 2; 3; dan 4 L/menit terhadap nilai DO. Pada laju
air 2 L/menit diperoleh nilai DO sebesar 7,95; 8,13; dan 8,19 mg/L. Sedangkan
pada laju alir air 3 L/menit diperoleh nilai DO berturu-turut yaitu 8,49; 8,51; dan
8,53 mg/L. Untuk laju alir air 4 L/menit nilai DO yang diperoleh secara berutut-
turut adalah 8,27; 8,40; dan 8,45 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
waktu kontak antara udara dan air maka nilai DO yang diperoleh juga semakin
meningkat. Hubungan waktu kontak ini dapat juga dilihat berdasarkan persamaan
berikut:
dc
=−Kla(Cs−C)
dt
c t
dC
∫ ( cs−c) =−Kla ∫ dt
cs 0
ln ln ( Cs−Ct
Cs−co )
=−Kla . t
……………………………………………………(5.8)
Keterangan:
Cs = Konsentrasi DO saat jenuh (mg/L)
Ct = Konsentrasi DO pada waktu t (mg/L)
C0 = Konsentrasi DO pada awal (mg/L)
t= Waktu Kontak (menit)
KLa = Koefisien transfer gas (menit-1)
Sehingga dapat dihitung pressure drop pada laju alir udara 45 L/menit sebagai
berikut:
Laju alir volumetrik (v)
v = 45 L/menit × 1,1675 × 10-3 kg/L
= 52,5375 × 10-3 kg/menit × 1 menit/60 s
= 0,00087563 kg/s
Bilangan Reynold (NRe)
v
G=
Sp
0,00087563 kg /s
=
0,0006 m2
= 1,41 kg/m2s
Nre dapat dicari menggunakan persamaan 3.1-15, Geankoplis:
Do . G
NRe =
(1−ε )μ
kg
( 0 , 01 ) m(1 , 41) 2
m s
NRe =
kg
( 1−0 , 8 ) (0,00001866)
ms
= 3786
Dimana: Do = diameter luar (cm)
G = faktor bilangan Reynold (kg/m2s)
ε = efisiensi packing (%)
μ = viskositas (kg/m.s)
Dari data di atas dapat diperoleh ΔP (pressure drop) teoritis dari persamaan:
∆ P . ρ Dp ε
3
150
= +1 ,75 ………(Pers. 3.1-21 Geankoplis)
(G)
2
∆ L (1−ε) Nℜ
∆ P(1,1675) 0 , 01 0 , 83 150
= + 1, 75
(1 , 41)
2
1 , 4 (1−0 ,8) 3786
ΔP = 166,28 kg/m.s2 = 16,63 mmH2O
h ρG
h ρG
−3
7 , 2× 10 (4777 ,85) 2
∆P −8 62,168 (130 , 96)
=1 , 39× 10 (10)
4,593 0,0733
lb
∆ P = 0,06 2
ft
lb
0 ,05 2
× 33 ,93 × 12
ft s
∆ P=
14 , 7 ×144
H2O
= 0,0096∈
ft
(
∆ P= 0,0096∈
H2 O
ft )
( 2,014 ft )(25 , 4
mm
ft
)
= 0,56 mmH2O