SISTEM ENERGI II
REVERSE OSMOSIS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Proses Energi II dan
Kinerja Sistem Energi II
Kelas/Kelompok : 3D-TKE/1
Nama Anggota : Azhar Sultan Ananda (211734004)
Dhea Octaviani (211734008)
Huzna Latifunisa Azizandini (211734014)
Reynaldi Saut Martupa Siahaan (211734022)
Riki Mauladi (211734025)
Salsabila Shafiyah (211734028)
A. Mengerti proses pemisahan kation dalam air baku dengan sistem reverse
osmosis
B. Membuat kurva hubungan antara kadar zat terlarut (solute) dialiran permeat
dan konsentrat terhadap waktu atau volume permeat,
D. Mengetahui pengaruh laju alir influent terhadap hasil dari proses reverse
osmosis berupa konsentrasi pada effluent.
2. DASAR TEORI
A. Reverse Osmosis
Proses Osmosis adalah proses perpindahan massa pelarut ( solvent) melalui pori
dalam filter atau membran semipermeabel dari larutan ( solution) yang berkonsentrasi
rendah ke larutan ( solution) yang berkonsentrasi tinggi. Sedangkan proses Reverse
Osmosis adalah proses perpindahan massa larutan ( solution) melalui pori dalam filter atau
membran semipermeabel dengan menggunakan driving force berupa perbedaan tekanan
yang melebihi tekanan osmosisnya. Tekanan yang digunakan adalah tekanan hidrostatis.
Reverse osmosis adalah suatu proses dimana air dipisahkan dari komponen terlarut melalui
selaput atau membran semipermeable.(Setiawan : 2017)
Berapa aplikasi penggunaan reverse osmosis dalam industri : Desalinasi (desalination) air
payau (brackish) dan air laut ( sea water ) ;Demineralisasi untuk air umpan boiler ( Boiler
Feed Water) ; Pemisahan protein dari whey ;Treatment khusus untuk industri kimia,
makanan, tekstil dan kertas; Pervaporasi ( pervarporation), misalnya permisahan alkohol-
air. (Ghozali, 2008)
konsentrasi atau kadar garam di aliran influent dan di aliran effluent (permeat) yang
ditulis sebagai berikut:
Intensitas Energi : Energi input dibagi produk yang dihasilkan = kWH/ton produk
Dengan :
● Data Umpan
%R TDS
Grafik Efisiensi Pemisahan Terhadap Waktu
Setelah itu mencari parameter selanjutnya yaitu massa permeat dengan cara mengalikan
volume permeat dengan massa jenisnya. Dikarenakan produk adalah air, maka massa
jenis air adalah 1 gr/mL.
𝑚𝑝 (𝑡𝑜𝑛) = 𝜌𝑎𝑖𝑟 ( 𝑔𝑟/𝑚𝐿) × 𝑉𝑝 (𝑚𝐿) / 10^6
= 1 𝑔𝑟/𝑚𝐿 × 595 𝑚𝐿 / 10^6
= 0,0006 𝑡𝑜𝑛 .
Kemudian mencari intensitas energi dengan cara membagi energi input dengan massa
permeat.
𝐼𝐸 = 𝐸𝑖𝑛 (𝑘𝑊ℎ) / 𝑚𝑝 (𝑡𝑜𝑛)
= 0,0036 𝑘𝑊ℎ / 0,0006 𝑡𝑜𝑛
= 6,022 𝑘𝑊ℎ/𝑡𝑜𝑛
Ulangi langkah perhitungan diatas untuk data lainnya. Setelah dilakukan perhitungan
didapat data yang disajikan pada tabel dibawah ini.
Tekanan
Waktu
Operasi Daya (kW) Volume (ml) Energi Intensitas Energi
(menit)
(bar) (kWh) Massa (ton) (kWh/ton)
5 0,043 595 0,0036 0,00060 6,022
10 0,083 460 0,0138 0,00046 30,072
Kemurnian dalam air dapat diketahui dari nilai DHL dan TDS yang terukur dan
nantinya akan dapat menghitung %Reject. Nilai TDS dapat dinyatakan kedalam seberapa
banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin besar nilai TDS maka semakin
banyak kandungan garam-garam terlarutnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kemurnian
air yang tinggi, maka harus diperoleh nilai TDS yang rendah yang dapat menyatakan bahwa di
dalam air tersebut sudah tidak ada lagi atau sedikit mengandung garam-garam terlarut.
Sedangkan nilai DHL sendiri ialah daya hantar listrik pada air. Dimana jika nilai DHL nya
tinggi maka daya hantar listriknya juga tinggi hal ini menandakan bahwa air masih memiliki
kandungan garam yang tinggi. Karena dengan konsentrasi garam yang larut dalam air tinggi
maka air menjadi lebih konduktif.
Pada percobaan kali ini kami melakukan 3 kali bentuk percoban dengan memberikan
perlakuan berbeda pada tekanan. Dimana pada percobaan pertama tekanan yang diberikan pada
system reverse osmosis ini bernilai 0,98 bar, pada percobaan kedua tekanan yang diberikan
ialah 1,96 bar. Dan pada percobaan ketiga tekanan yang diberikan ialah 3,14 bar Parameter
yang diamati pada setiap percobaan ialah mengenai kelistrikan dimana nilai tegangan arus
cosphi dan daya dicatat dalam table pengamatan untuk mengetahui intensitas energi yang
diperlukan untuk proses reverse osmosis ini. Pengambilan data dilakukan selama 30 menit
setiap percobaannya dengan rentang waktu 5 menit melakukan pengambilan data. Hal ini
dilakukan agar dapat melihat pengaruh waktu pada nilai parameter yang sudah ditentukan.
Grafik TDS permeat dan konsentrat
Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa TDS permeat pada percobaan 1 cenderung
mengalami penurunan terutama pada menit 15 dan 25, hal itu membuktikan bahwa kandungan
partikel padat yang ada pada air tersebut semakin bertambahnya waktu itu semakin menurun.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada waktu awal membrane semipermeable memiliki kinerja
yang baik untuk membuang berbagai macam kontaminan yang terlarut. Atau dapat dikatakan
terjadi fouling membrane. Beda hal nya dengan TDS permeat pada percobaan 2 dan 3 yang
cenderung mengalami kenaikan, Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti peningkatan tekanan pada sistem filtrasi, penggunaan membran yang semakin jenuh,
atau adanya kontaminasi dalam proses filtrasi.
Pada grafik di atas menunjukan TDS pada aliran konsentrat, dapat dilihat bahwa pada
percobaan 1 niai TDS konsentrat mengalami penurunan di menit 15 dan 20 dan kembali naik
di menit 25, lalu pada percobaan 2 nilai TDS kosentrat mengalami penurunan di menit 20, dan
pada percobaan 3 nilai TDS konsentrat mengalami penurunan di menit 25. Hal ini menunjukan
jika nilai TDS konsesntrat naik seiring berjalannya waktu menandakan bahwa aliran produk
lebih baik karena semakin banyak TDS yang terbuang pada aliran konsentrat.
Selanjutnya dapat dilihat dalam grafik bahwa pada percobaan pertama dengan tekanan
0,98 bar, percobaan kedua dengan tekanan 1,96 bar dan pada percobaan 3 dengan tekanan 3,14
bar memiliki perbedaan yang cukup signifikan terhadap nilai TDS nya. pada percobaan ketiga
memiliki nilai TDS yang lebih kecil pada aliran konsentrat sedangkan pada aliran permeat
memiliki nilai aliran yang lebih besar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 1 dan
2 presentase system reverse osmosis ini berjalan lebih baik dibandingankan dengan pada
percobaan 3. Hal ini terjadi dikarenakan reverse osmosis sangat dipengaruhi oleh tekanan.
Dimana ketika tekanan meningkat maka mutu air dalam permeat semakin meningkat atau dapat
dikatakan juga nilai TDS nya akan semakin kecil. Oleh karena itu tekanan memiliki peranan
penting bagi laju permeate yang terjadi pada proses membrane. Sehingga nilai TDS pada aliran
permeat 1,96 bar memiliki nilai yang lebih kecil/ mutu yang lebih baik dari pada percobaan
dengan tekanan 0,98 bar dan 3,14 bar.
Pada grafik diatas menunjukan hubungan pH terhadap waktu baik itu permeat maupun
konsentrat. Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa pada pH permeat 0,98 bar mengalami
penurunan di menit 20, pada pH permeat 1,96 bar mengalami penurunan dari awal pengukuran
hingga menit 20 lalu terjadi kenaikan di menit 25 dan 30, dan pada pH permeat 3,14 bar
mengalami penurunan dari awal pengukuran dan terjadi kenaikan di menit 25 dan 30. Dalam
hal ini menandakan jika pH permeat naik maka jumlah ion basa dalam larutan mengalami
peningkatan, begitupun sebaliknya jika pH permeat turun maka jumlah ion basa dalam larutan
mengalami pengurangan. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing sesuai dengan
kebutuhan, Kenaikan pH permeat dapat berguna untuk meningkatkan kelarutan senyawa
tertentu atau mencegah presipitasi. Namun, penurunan pH permeat dapat mengurangi korosi
atau menghambat pertumbuhan mikroba. Jika dilihat dalam grafik terdapat pH konsentrat, pada
pH konsentrat 0,98 bar mengalami penurunan di menit 25, pada pH konsentrat 1,96 bar terjadi
penurunan di menit 15 dan 20 lalu terjadi kenaikan di menit 25 dan mengalami penurunan lagi
pada menit 30, dan pada pH konsentrat 3,14 bar mengalami penurunan dari menit 10 hingga
25. Hal yang mempengaruhi pH konsentrat ini naik maupun turun diantara lain seperti
komposisi awal larutan, reaksi kimia dalam proses, penambahan bahan kimia, atau pertukaran
ion. Penambahan asam akan menurunkan pH, sementara penambahan basa akan
meningkatkannya. Kontaminasi atau pertukaran ion juga dapat memengaruhi pH konsentrat
dalam aplikasi pemurnian atau proses kimia tertentu.
Jika dibandingkan antara percobaan 0,98 bar, 1,98 bar dan 3,14 bar. %Reject pada TDS
pada percobaan 2 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan percobaan 1 dan 3. Hal
ini menandakan bahwa tekanan yang diberikan pada reverse osmosis mempenaruhi nilai
efesiensinya pemisahann. Yang artinya jika efisiensi pemisahan (%reject) mengalami
peningkatan maka baik garam atau padatan terlarut pada air umpan tidak lolos dari proses
reverse osmosis sehingga air semakin murni.
Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse osmosis
menghasilkan produk. Parameter yang dibutuhkan diantaranya energi input (kWh) dan massa
permeat/produk (ton). Berdasarkan hasil perhitungan, dimana pada tekanan 0,98 bar dapat
dilihat intensitas energi yang digunakan berada pada range 6,022-63,636 kWh/ton, jika dilihat
didalam grafik nilai nya cenderung mengalami kenaikan walaupun pada menit 30 terjadi
penrunan. Sedangkan pada percobaan 2 dengan tekanan 1,98 bar nilai intensitas energi yang
digunakan untuk reverse osmosis ini memiliki nilai dengan range 7,171 - 35,484 kWh/ton,
dapat dilihat juga didalam grafik bahwa pada percobaan dua ini selalu mengalami kenaikan.
Dan terakhir pada percobaan 3 dengan tekanan 3,14 bar nilai intensitas energi yang digunakan
untuk reverse osmosis ini memiliki nilai dengan range 4,878 - 27,600 kWh/ton, dapat dilihat
juga didalam grafik bahwa pada percobaan dua ini selalu mengalami kenaikan.
Dari ketiga percobaan ini juga dapat dilihat bahwa pada percobaan dengan tekanan
rendah yaitu 0,98 bar mengkonsumsi intensitas energi lebih banyak dari pada percobaan dua
maupun tiga. Hal ini terjadi karena daya input dan volume permeat pada tekanan 0,98 bar tidak
stabil perlima menitnya oleh karena itu intensitas energinya lebih tidak stabil dan melonjak
sedangkan jika dibandingkan dengan daya input dan volume permeat pada 1,98 bar dan 3,14
bar lebih stabil perlima menitnya maka bisa disimpulkan tekanan yang lebih kecil akan
berpengaruh terhadap intensitas energinya sehingga daya listrik yang dibutuhkan untuk
menghasilkan volume permeatnya lebih besar apabila tekanannya kurang dari standarnya atau
lebih kecil.
6.2 Dhea Octaviani (211734008)
Proses pemisahan kation dalam air baku dengan system reverse osmosis (RO) adalah
salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan ion-ion kation yang terlarut
dalam air. RO merupakah teknologi filtrasi membran yang memanfaatkan tekanan untuk
memisahkan zat-zat terllarut dalam air. Adapun proses di mana air baku akan melewati
beberapa tahapan yaitu:
1. filter sedimen untuk mengurangi partikel seperti kotoran, debu, dan karat.
2. filter karbon untuk mengurangi senyawa organic yang mudah menguap, klorin,
dan kontaminan lainnya yang berpotensi memberikan air rasa atau bau yang tidak
sedap.
3. membran reverse osmosis untuk menghilangkan hingga 98% dari total padatan
terlarut (TDS)
Mula-mula air baku akan dipompa ke dalam unit RO dengan tekanan yang disesuaikan
untuk melewati prefiltrasi yaitu filter karbon dan filter sedimen. Kemudian selanjutnya
air akan melewati membran reverse osmosis di mana partikel terlarut dihilangkan,
karena membran ini bersifat semi permeable di mana memungkinkan air untuk melewati,
sementara menghalangi ion-ion kation dan kontaminan lainnya. Kemudian setelah itu
air murni yang telah melewati membran ditampung sebagai air permeat atau air hasil
akhir.
Pada percobaan ini kami melakukan percobaan dengan tiga variasi tekanan yaitu
secara berurutan sebesar 0,98bar; 1,96 bar; dan 3,14 bar. Pada setiap variasi tekanan
kami mengambil sebanyak enam data setiap lima menit.
Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan jumlah padatan atau partikel yang
terlarut di dalam air yang disebut TDS (Total Dissolved Solids) dengan satuan PPM (Part Per
Million) terhadap waktu per 5 menit. Dengan perbedaan tiga variasi tekanan, terlihat nilai TDS
konsentrat mengalami fluktuasi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengaturan tekanan yang
tidak stabil pada saat percobaan dikarenakan jarum penunjuk pada pengatur tekanan cukup
sulit dikendalikan, sehingga dibutuhkan waktu dan juga penjagaan agar nilai tekanan dapat
diatur sesuai nilai yang diinginkan.
Kemudian pada permeat, kenaikan tekanan yang diberikan menunjukkan fluktuasi yang
menuju konstan. Karena saat tekanan dinaikkan, hanya molekul air yang lolos (makin banyak)
sedangkan molekul kontaminannya tertahan oleh membrane. Tekanan yang digunakan akan
mempengaruhi laju alir bahan pelarut yang melalui membran. Tekanan yang semakin
meningkat membuat laju alir menjadi semakin meningkat pula sehingga mutu air olahan
(permeate) juga akan semakin meningkat. (Sari, 2010).
Sedangkan pada konsentrat cenderung mengalami penurunan jumlah molekul air yang
cukup banyak dan jumlah kontaminannya cenderung tetap. Terlihat pada grafik bahwa nilai
TDS pada kondisi awal mengalami kenaikan disertai sedikit kenaikan pada menit selanjutnya,
sehingga menujukan bahwa jumlah kontaminan yang tetap dan molekul airnya yang berkurang.
Nilai TDS merupakan nilai molekul kontaminan dibagi nilai molekul kontaminan yang sudah
ditambah dengan nilai molekul air.
Pengaruh pH pada waktu dalam system reverse osmosis ini bergantung pada
kondisi awal air, jenis membrane RO yang digunakan, serta tujuan pengolahan air.
Semakin tingginya tekanan operasi yang diberikan pada membran, maka semakin
meningkat prosentase penyisihan TDS dalam air payau dan air olahan atau permeate
(debit aliran keluar) yang dikeluarkan juga semakin banyak, sebaliknya jika semakin
kecil tekanan operasi pada membran maka semakin kecil pula prosentase penyisihan
kadar TDS dan air olahan atau permeate (debit aliran keluar) yang dikeluarkan juga
semakin sedikit (Etika Sari dkk. 2010).
Dalam percobaan ini hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori di atas, hal tersebut
dapat terjadi karena faktor pemberian tekanan yg diberikan perbedaan nilainya tidak
terlalu jauh. Sehingga nilai tersebut cenderung fluktuatif, dan faktor lainnya bisa
disebabkan oleh berkurangnya performa dari membrane RO itu sendiri.
Intensitas Energi
Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse osmosis
menghasilkan produk. Parameter yang dibutuhkan diantaranya energi input (kWh) dan
massa permeat/produk (ton). Untuk mencari intensitas energi yaitu dengan membagi
energi input dengan massa permeat.
Dari hasil perhitungan dapat dilihat dari diagram di atas bahwa konsumsi energi
rata-rata pada tekanan rendah jumlahnya lebih besar dibandingkan pada tekanan yang
lebih tinggi. Pada percobaan ini saat tekanan yang lebih rendah digunakan dalam sistem
RO, intensitas energi yang dibutuhkan lebih tinggi. Sehingga ini berarti bahwa dengan
kata lain diperlukan investasi lebih banyak energi untuk menghasilkan air murni dalam
jumlah yang sama dibandingkan dengan tekanan yang lebih tinggi.
6.3 Huzna Latifunisa Azizandini (211734014)
Nilai Total Dissolve Solid (TDS) diukur menggunakan konduktometer sebagai parameter
dari air pada aliran influent dan effluent. Aliran influent merupakan air baku, sedangkan aliran
effluent berupa aliran permeat dan aliran konsentrat. Pengukuran tersebut dilakukan setiap 5
menit untuk mengetahui hubungan nilai TDS pada kedua aliran terhadap waktu. Variasi pada
laju alir dilakukan untuk mengetahui pengaruh laju air terhadap kualitas produk keluaran yaitu
TDS di aliran permeat dan konsentrat. Diperoleh hasil praktikum sebagai berikut:
Dalam sistem Reverse Osmosis, tekanan memainkan peran penting dalam proses
pemisahan. Tekanan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan efisiensi pemisahan
TDS dari air, tetapi tetap ada batasan terhadap sejauh mana tekanan dapat ditingkatkan.
TDS pada aliran permeat, pada tekanan 0,98 bar menunjukan bahwa semakin lama
waktu operasi maka kasar TDS semakin kecil, begitu pula pada tekanan 1,96 bar (meski
penurunannya kecil) hal ini disebabkan karena pada saat awal pengoperasian masih
merupakan tahap penyesuaian dan membrane yang masih baru memiliki ukuran pori
membrane yang masih besar, dimana hal ini membuat zat padatan yang seharusnya
menempel di permukaan membrane lolos. Namun, seiring berjalannya waktu, air
semakin efisien dan mengurangi konsentrasi TDS dalam permeat. Ini adalah salah satu
indikator efektivitas proses Reverse Osmosis dalam menghilangkan padatan terlarut dari
air.
Sedangkan pada tekanan 3,14 bar menunjukan hasil permeat yang tinggi yaitu
memiliki rentang 5 PPM terhadap waktu awal dan akhir. Semakin tinggi tekanan pada
proses ini dapat meningkatkan kualitas permeat dalam hal mengurangi nilai TDS dalam
air. Tekanan yang dalam tinggi dalam Reverse Osmosis membantu memaksa air
melalui membrane Reverse Osmosis dengan lebih efisien dan meningkatkan proses
pemisahan padatan terlarut.
pH permeat dan konsentrat dalam sistem Reverse Osmosis, tentu juga bisa
mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Namun, perubahan pH tergantung
pada berbagai faktor seperti komposisi air masukan, jenis membrane reverse osmosis
yang digunakan dan kondisi operasional.
· Komposisi air masukan, jika pH air masukan stabil dan dalam kisaran yang
diinginkan, maka pH permeat dan konsentrat cenderung akan
mencerminkan pH masukan dengan sedikit perubahan seiring waktu.
· Reaksi kimia, dimisalkan penghilangan asam atau ion hidroksida dari air
masukan dapat mempengaruhi pH permeat atau konsentrat.
· Kondisi pada saat operasional, seperti tekanan, suhu dan aliran air.
Efisiensi pemisahan pada system reverse osmosis merujuk pada kemampuan sistem
untuk menghilangkan padatan terlarut dari air dengan tingkat keberhasilan tertentu. Efisiensi
ini diukur dengan membandingkan konsentrasi padatan terlarut dalam permeat dengan
konsentrasi padatan terlarut dalam air masukan. Berdasarkan grafik di atas terlihat pada
tekanan 0,98 bar mengalami kenaikan yang fluktuatif, dimana terjadi kenaikan pada menit ke
15 dan 25. Sama halnya dengan penggunaan tekanan 3,14 bar yang mana menghasilkan nilai
efisiensi pemisahan yang paling rendah terlihat dari grafik bahwa setelah kenaikan di menit 10,
hasil menurun konstan sampai di menit terakhir. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti pada saat operasional tekanan mengalami gangguan yang menyebabkannya tidak stabil,
komposisi air masukan, pH yang dihasilkan dan lain sebagainya.
Kemudian pada tekanan 1,96 bar menghasilkan nilai efisiensi pemisahan yang paling
tinggi, meski kenaikan hanya pada menit ke 10, namun nilai efisiensi pemisahan masih tetap
tinggi dibandingkan dengan tekanan pertama dan ketiga. Hal ini disebabkan oleh konsistennya
system pada saat pengoperasian. Dikarenakan semakin besar nilai efisiensi pemisahan pada
system reverse osmosis semakin baik, maka pada praktikum kali ini penggunaan tekanan 1,96
bar lebih efektif untuk menghilangkan padatan terlarut dan kontaminan dari air masukan
sehingga menghasilkan air permeat yang lebih bersih.
Maka dari itu dapat dikatakan bahwa efisiensi pemisahan yang lebih tinggi berarti
bahwa system reverse osmosis dapat menghasilkan air permeat dengan konsentrasi padatan
yang lebih rendah. Hal ini dapat dievaluasi dengan mengukur parameter seperti TDS dalam air.
Semakin tinggi efisiensi pemisahan, semakin rendah konsentrasi TDS dalam permeat, yang
merupakan indikator kualitas air yang lebih baik.
● Intensitas Energi
Intensitas energi dalam sistem reverse osmosis dapat bervariasi seiring dengan
berjalannya waktu, dan berdasarkan grafik di atas yang dihasilkan berdasarkan hasil
perhitungan, menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan secara fluktuasi pada setiap tekanan
yang diberikan. Terlihat pada tekanan 0,98 bar yang dimana mengalami kenaikan yang cukup
konstan meski memiliki rentang penurunan 19,697 kWh/ton pada menit ke 25 dan 30. Hal ini
dikarenakan adanya ketidakstabilan pada system pada saat pengoperasian, yang menyebabkan
tekanan operasi tidak stabil pada sepuluh menit terakhir.
Kemudian pada tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar juga mengalami kenaikan yang konstan
(tidak mengalami penurunan pada menit terakhir) maka dari itu dapat dikatakan pada kedua
tekanan ini terjadi secara linier. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa pada tekanan 3,14 bar memiliki nilai intensitas energi yang paling rendah,
maka dalam hal ini tekanan 3,14 bar efisien untuk digunakan dalam system reverse osmosis
kali ini.
Intensitas energi merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse
osmosis dengan satuan kWh/ton. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dilihat
dari diagram di atas bahwasanya penggunaan tekanan 0,98 bar menghasilkan rata-rata
intensitas energi yang lebih besar, dibandingkan pada tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar. Maka hal
ini dapat dikatakan bahwa semakin rendah tekanan proses yang digunakan maka penggunaan
energi yang digunakan lebih besar pula.
6.4 Reynaldi Saut Martupa Siahaan (211734022)
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengolah air baku menggunakan metode reverse
osmosis (RO). Reverse osmosis merupakan peristiwa perpindahan molekul pelarut (dalam
praktikum ini air) dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut tinggi menuju larutan dengan
konsentrasi zat terlarut rendah melewati membran semipermeabel. Prinsip dari reverse
osmosis merupakan kebalikan dari peristiwa osmosis. Pada reverse osmosis, perpindahan
molekul pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Oleh karena itu agar proses
reverse osmosis terjadi, diperlukan driving force yang berupa perbedaan tekanan sehingga
melebihi tekanan osmosisnya. Aliran keluaran dari alat reverse osmosis merupakan air bersih
(permeat) yang kandungan DHL dan TDSnya rendah dibandingkan dengan aliran
influentnya. Hal ini dikarenakan partikel-partikel pengotor pada air seperti garam, klorin, dll
tertahan oleh membran yang kemudian partikel-partikel yang tersaring tersebut disebut aliran
konsentrat.
Pada percobaan kali ini kami melakukan 3 kali percoban dengan tekanan variasi
tekanan yang berbeda. Dimana pada percobaan pertama tekanan yang diberikan pada system
reverse osmosis ini bernilai 0,98 bar, pada percobaan kedua tekanan yang diberikan ialah
1,96 bar. Dan pada percobaan ketiga tekanan yang diberikan ialah 3,14 bar Parameter yang
diamati pada setiap percobaan ialah mengenai kelistrikan dimana nilai tegangan arus cosphi
dan daya dicatat dalam table pengamatan untuk mengetahui intensitas energi yang diperlukan
untuk proses reverse osmosis ini. Pengambilan data dilakukan selama 30 menit setiap
percobaannya dengan rentang waktu 5 menit melakukan pengambilan data. Hal ini dilakukan
agar dapat melihat pengaruh waktu pada nilai parameter yang sudah ditentukan.
Total Dissolved Solid atau TDS merupakan jumlah zat padat terlarut pada air.
Tingginya nilai TDS dapat memperlihatkan hubungan negatif dengan beberapa parameter
kualitas air yang dapat menyebabkan peningkatan toksisitas pada organisme dalam suatu air.
Sehingga nilai TDS yang diperbolehkan menurut SNI 01-3553-2006 tentang standar mutu air
demineral yaitu kandungan TDS maksimal 10 mg/L.
Seperti yang tertera pada grafik diatas, bahwa pada Hubungan TDS Permeat terhadap
waktu memiliki grafik yang cenderung menurun, dan sebaliknya pada hubungan TDS
Konsentrat terhadap waktu memiliki grafik yang cenderung meningkat. Hal tersebut dapat
terjadi karena membrane semipermeable bekerja untuk membuang kontaminan yang terlarut
pada waktu awal. Jika diperhatikan secara keseluruhan, nilai TDS pada aliran permeat
cenderung mengalami penurunan, hal tersebut memperjelas bahwa zat-zat terlarut yang ada
pada aliran umpan tertahan di filter membrane semipermeable.
Berbeda dengan aliran permeat, pada aliran konsentrat nilai TDS cenderung
mengalami kenaikan nilai. Ini berarti aliran produk menjadi lebih baik karena TDS yang
terbuang semakin banyak pada aliran konsentrat. Hal ini berpengaruh langsung kepada nilai
TDS Permeat dan juga Konsentrat dimana seiring berjalannya waktu TDS pada aliran
permeat mengalami penurunan sedangkan pada aliran konsentrat mengalami kenaikan yang
berarti system reverse osmosis pada percobaan kali ini berjalan dengan baik karena seiring
bertambahnya waktu Konsentrasi TDS pada tersaring ke aliran konsentrat dengan baik.
Lalu dapat dilihat pada grafik bahwa pada percobaan pertama dengan tekanan 0,98
bar, percobaan kedua dengan tekanan 1,96 bar dan pada percobaan 3 dengan tekanan 3,14 bar
memiliki perbedaan yang cukup signifikan terhadap nilai TDSnya. Nilai TDS pada percobaan
ketiga lebih kecil pada aliran konsentrat sedangkan pada aliran permeat memiliki nilai aliran
yang lebih besar. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 1 dan 2
presentase system reverse osmosis ini berjalan lebih baik dibandingkan dengan percobaan 3.
Hal ini terjadi dikarenakan reverse osmosis sangat dipengaruhi oleh tekanan. Dimana ketika
tekanan meningkat maka mutu air dalam permeat semakin meningkat atau dapat dikatakan
juga nilai TDS nya akan semakin kecil. Oleh karena itu tekanan memiliki peranan penting
bagi laju permeate yang terjadi pada proses membrane. Sehingga pada praktikum kali ini nilai
TDS pada aliran permeat 1,96 bar memiliki nilai yang lebih kecil/ mutu yang lebih baik dari
pada percobaan dengan tekanan 0,98 bar dan 3,14 bar.
Dari grafik diatas, terlihat bahwa hubungan pH terhadap waktu. Dapat dilihat dari
grafik di atas bahwa pada pH permeat 0,98 bar mengalami penurunan di menit 20, pada pH
permeat 1,96 bar mengalami penurunan dari awal pengukuran hingga menit 20 lalu terjadi
kenaikan di menit 25 dan 30, dan pada pH permeat 3,14 bar mengalami penurunan dari awal
pengukuran dan terjadi kenaikan di menit 25 dan 30. Dalam hal ini menandakan jika pH
permeat naik maka jumlah ion basa dalam larutan mengalami peningkatan, begitupun
sebaliknya jika pH permeat turun maka jumlah ion basa dalam larutan mengalami
pengurangan. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing sesuai dengan kebutuhan,
Kenaikan pH permeat dapat berguna untuk meningkatkan kelarutan senyawa tertentu atau
mencegah presipitasi. Namun, penurunan pH permeat dapat mengurangi korosi atau
menghambat pertumbuhan mikroba.
Jika dilihat dalam grafik terdapat pH konsentrat, pada pH konsentrat 0,98 bar
mengalami penurunan di menit 25, pada pH konsentrat 1,96 bar terjadi penurunan di menit 15
dan 20 lalu terjadi kenaikan di menit 25 dan mengalami penurunan lagi pada menit 30, dan
pada pH konsentrat 3,14 bar mengalami penurunan dari menit 10 hingga 25. Hal yang
mempengaruhi pH konsentrat ini naik maupun turun diantara lain seperti komposisi awal
larutan, reaksi kimia dalam proses, penambahan bahan kimia, atau pertukaran ion. Penambahan
asam akan menurunkan pH, sementara penambahan basa akan meningkatkannya. Kontaminasi
atau pertukaran ion juga dapat memengaruhi pH konsentrat dalam aplikasi pemurnian atau
proses kimia tertentu.
Efisiensi pemisahan (dalam % R)
Koefesien rejection ini dapat membantu kita untuk menentukan keberhasilan proses
pemisahan. %reject menunjukkan kemampuan membran untuk menahan atau melewatkan
padatan terlarut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi %reject ini diantaranya laju alir
dan tekanan.
Dapat dilihat dari diagram perbandingan nilai rata-rata efisiensi pemisahan pada
percobaan pertama dengan tekanan sebesar 0,98 bar memperoleh nilai rata-rata sebesar
80,66298167%, pada percobaan kedua dengan tekanan sebesar 1,98 bar memperoleh nilai
rata-rata sebesar 83,14917167%, dan pada percobaan ketiga dengan sebesar 3,14 bar
memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,39996783%. Dapat diihat juga dari diagram tersebut
bahwa alat yang digunakan pada praktikum kali ini bekerja dengan efisiensi yang paling baik
adalah ketika diatur pada tekanan 1,98 bar.
Dalam percobaan ini, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori dimana semakin
tinggi tekanan operasi yang diberikan pada membran maka presentase penyisihan TDS dalam
permeat atau air olahan dan air payau yang dikeluarkan juga makin semakin banyak, dan hal
sebaliknya akan terjadi ketika tekanan operasi pada membran semakin kecil maka presentase
penyisihan kadar TDS dan air olahan atau permeat yang dikeluarkan juga semakin sedikit.
Hal tersebut bisa saja terjadi karena faktor pemberian teknan yang diberikan perbeedaan
nilainya tidak terlalu jauh, sehingga data yang diperoleh bernilai cenderung fluktuatif dan
bisa juga disebabkan oleh performa dari membrane RO sendiri yang kurang optimal.
Koefesien rejection ini dapat membantu kita untuk menentukan keberhasilan proses
pemisahan. %reject menunjukkan kemampuan membran untuk menahan atau melewatkan
padatan terlarut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi %reject ini diantaranya laju alir
dan tekanan.
Intensitas Energi
Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse osmosis
menghasilkan produk. Parameter yang dibutuhkan diantaranya energi input (kWh) dan massa
permeat/produk (ton). Untuk mencari intensitas energi yaitu dengan membagi energi input
dengan massa permeat.
Dari hasil pengolahan dan perhitungan data yang diambil dari 3 kali percobaan
pada praktikum kali ini, diperoleh seperti pada diagram diatas. Terlihat bahwa pada
tekanan yang lebih rendah maka konsumsi energi akan lebih banyak, sedangkan pada
tekanan yang lebih tinggi konsumsi energinya malah lebih sedikit. Maka dapat
disimpulkan dari percobaan dan pengolahan data yang telah dilakukan, bahwa
intensitas energi yang dibutuhkan pada tekanan rendah akan lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan yang lebih tinggi untuk menghasilkan air murni pada jumlah yang
sama.
6.5 Riki Mauladi (211734025)
Pada grafik TDS permeat terhadap waktu menunjukkan perbedaan di mana pada
tekanan 0,98 bar cenderung mengalami penurunan sedangkan pada tekanan 1,96 bar
dan 3,14 bar cenderung mengalami kenaikkan. Selain itu, pada grafik konsentratnya
juga cenderung mengalami fluktuasi pada berbagai kondisi tekanan. Fluktuasi yang
terjadi pada kedua grafik tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan yang diberikan tidak
stabil sehingga terjadi fluktuasi. KEtidakstabilan tersebut ditunjukkan ketika kami ingin
mengganti tekanan selanjutnya, jarum penunjuk tekanan cukup sulit untuk stabil. Lalu,
TDS ini juga dapat dipengaruhi oleh temperature di sekitar (Bevilacqua, 1998).
R² = 0,816
100
80 Permeat
60 Konsentrat
35 30,5 33,66666667
40
20 y = -0,5063x + 34,082
R² = 0,0561
0
0 1 2 3 4
Tekanan (Bar)
Berdasarkan pengaruh tekanan, nilai TDS ini tentunya sangat berpengaruh. Pada
permeat, kenaikkan tekanan yang diberikan menunjukkan penurunan atau fluktuasi
yang menuju konstan. Hal tersebut diakiabatkan oleh Ketika tekanan dinaikkan
hanya molekul air yang lolos (makin banyak) sedangkan molekul kontaminannya
tertahan oleh membran. Sedangkan pada sisi konsentrat cenderung mengalami
pengurangan jumlah molekul air yang banyak sedangkan jumlah kontaminannya
cenderung tetap. Hal tersbut ditunjukkan dengan nilai TDS yang awalnya naik lalu
pada akhirnya cenderung naik sedikit yang mana menunjukkan jumlah kontaminan
yang tetap sedangkan molekul air yang berkurang
𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛
(𝑇𝐷𝑆 = 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛+𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝐴𝑖𝑟).
Pada Kedua grafik di atas menunjukkan hubungan yang fluktuatif pada sisi permeat
untuk nilai pH nya. Bahkan untuk tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar cenderung mangalami
penurunan sedangkan pada tekanan 0,98 bar cenderung mengalami kenaikkan sampai
menit ke 15. Fluktuasi tersebut dapat dipengaruhi oleh temperature dari air yang mana
pada saat pengukuran dilakukan di ruangan terbuka dengan cuca saat itu yng cukup
cerah dan Terik.
Grafk pH
8,5 y = -0,1917x + 8,1722
R² = 0,75
8
pH
7,5 Permeat
y = -0,1667x + 8,0111
7 R² = 0,9868
Konsentrat
0,98 1,96 3,14
Tekanan (Bar)
Jika dihubungkan dengan pengaruh tekanan yang diberikan, pada sisi konsentrat dan
permeat keduanya cenderung mengalami penurunan dengan sisipermeat memiliki
rata-rata pH yang lebih tinggi.
Pada praktikum Reverse Osmosis ini menggunakan air baku dari keran, dan
dilakukan dengan 3 variasi tekanan, tekanan pertama yaitu 0,98 bar, tekanan kedua
sebesar 1,96 bar, serta tekanan ketiga sebesar 3,14 bar. Dalam pengukuran ini terdapat
dua aliran yang mengalir yaitu aliran permeat dan aliran konsentrat. Aliran permeat ini
merupakan hasil dari proses pemurnian dimana air sudah terbebas dari kation dan volume
yang dihasilkan akan lebih sedikit dari aliran konsentrat. Aliran konsentrat akan
terhubung ke saluran pembuangan dimana aliran in merupakan aliran buangan yang
mengandung kation dan padatan terlarut dari proses. Semua aliran ini terhubung pada
bak penampung yang nantinya volume air akan diukur dengan gelas ukur. Setelah aliran
ini tertampung, parameter yang diambil pada percobaan kali ini yaitu tekanan,daya,
tegangan, arus, cos phi, PH aliran, volume aliran, nilai TDS.
TDS Meter (Total Dissolved Solid) berfungsi untuk mengukur partikel padatan
terlarut di air yang tidak tampak oleh mata, seperti kandungan logam. Alat TDS meter
ini biasa digunakan untuk mengukur kadar kemurnian dan kandungan mineral air.
Analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas
umum dari air.
Berdasarkan hasil pengukuran dan grafik di atas, besar nilai TDS pada aliran
konsentrat lebih besar daripada aliran permeat. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari
ion yang tersaring oleh membran RO. Untuk aliran konsentrat nilai TDS berfluktuasi di
setiap tekanan, tekanan pertama dan kedua cenderung menurun meskipun pada menit
terakhir ada sedikit kenaikan, sedangkan tekanan 3 pun berfluktuasi yang cenderung
meningkat pula. Dimana rentang nilai TDS berkisar pada 119 PPM – 175 PPM. Pada
aliran permeat hasil nilai dari TDS lebih rendah yaitu berkisar 27 PPM – 38 PPM. Pada
aliran permeat tekanan pertama di menit awal lebih tinggi kemudian menit selanjutnya
mengalami penurunan. Lalu pada tekanan kedua dan ketiga, di menit awal nilainya lebih
kecil dan kemudian terus meningkat. Hal yang menyebabkan nilai tersebut berfluktasi
yaitu dapat dipengaruhi oleh tekanan yang kurang stabil ketika pergantian tekanan
operasi dilakukan. Selain itu, ada kemungkinan dari alat TDS meter itu sendiri yang
sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu pada setiap pengukuran agar nilainya lebih akurat.
Semakin kecil nilai TDS, maka akan sebaik pula kemurnian air yang dihasilkan.
pH merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 -
14. Tingkat pH adalah ukuran kuantitatif dari ion hidrogen mewakili keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Larutan asam memiliki ion hidrogen bebas banyak dan larutan
alkali memiliki ion hidrogen bebas lebih sedikit. Beberapa zat kimia, seperti ion hidrogen
yang menurunkan pH suatu larutan, Ini benar-benar dipertimbangkan sebagai asam, Zat
kimia lain seperti ion hidroxide, menaikkan pH sebuah larutan yang disebut basa.
Berdasarkan hasil pengukuran pH dan grafik yang ditunjukkan diatas, dapat
terlihat nilai berfluktuasi. Pada pengukuran pH permeat berkisar pada 7,3 – 8,4. Untuk
tekanan 0,98 bar nilai cenderung meningkat hingga terjadi sedikit penurunan pada
pertengahan percobaan. Sedangkan di tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar hasilnya berbanding
terbalik. Dimana pada menit awal nilai sudah lebih tinggi dan cenderung menurun, saat
di menit 20 terjadi kenaikan hingga akhir percobaan. Perubahan dalam konsentrasi ion-
ion dapat memengaruhi pH air permeat. Air permeat dapat memiliki pH yang lebih tinggi
karena kehilangan kemampuan air untuk menetralkan keasaman (menghilangkan ion
H+).
Hasil keseluruhan dari %Rejection percobaaan ini yaitu berkisar antara 79,01% -
85,08% dan rata-rata setiap tekanan sebesar 81%. Maka, dapat dikatakan bahwa reverse
osmosis berjalan dengan cukup baik meskipun kurang sempurna dikarenakan permeat
yang dihasilkan masih terdapat sedikit kandungan zat terlarutnya atau tidak murni.
Dimana seharusnya semakin besar % rejection atau idealnya berksar pada 90% keatas,
maka akan semakin sempurna karena permeat yang dihasilkan sudah tidak terdapat
kandungan zat terlarutnya.
Dalam praktikum ini, penting untuk memantau dan mengukur konsumsi energi,
terutama energi listrik yang digunakan oleh pompa, untuk mengevaluasi efisiensi proses.
Tujuan umumnya untuk mencapai pemurnian yang diinginkan dengan menggunakan
jumlah energi yang sesedikit mungkin. Ini dapat dicapai dengan mengoptimalkan kondisi
operasi, pemilihan membran yang sesuai, dan pemilihan pompa yang efisien.
KESIMPULAN