Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES ENERGI II & KINERJA

SISTEM ENERGI II
REVERSE OSMOSIS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Proses Energi II dan
Kinerja Sistem Energi II

Dosen Pengampu : Dra. Tina Mulya Gantina, M.T.

Kelas/Kelompok : 3D-TKE/1
Nama Anggota : Azhar Sultan Ananda (211734004)
Dhea Octaviani (211734008)
Huzna Latifunisa Azizandini (211734014)
Reynaldi Saut Martupa Siahaan (211734022)
Riki Mauladi (211734025)
Salsabila Shafiyah (211734028)

PROGRAM STUDI DIV-TEKNIK KONSERVASI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2023
1. TUJUAN

A. Mengerti proses pemisahan kation dalam air baku dengan sistem reverse
osmosis

B. Membuat kurva hubungan antara kadar zat terlarut (solute) dialiran permeat
dan konsentrat terhadap waktu atau volume permeat,

C. Menghitung persen zat terlarut yang ditolak (% Reject) .

D. Mengetahui pengaruh laju alir influent terhadap hasil dari proses reverse
osmosis berupa konsentrasi pada effluent.

2. DASAR TEORI

A. Reverse Osmosis

Proses Osmosis adalah proses perpindahan massa pelarut ( solvent) melalui pori
dalam filter atau membran semipermeabel dari larutan ( solution) yang berkonsentrasi
rendah ke larutan ( solution) yang berkonsentrasi tinggi. Sedangkan proses Reverse
Osmosis adalah proses perpindahan massa larutan ( solution) melalui pori dalam filter atau
membran semipermeabel dengan menggunakan driving force berupa perbedaan tekanan
yang melebihi tekanan osmosisnya. Tekanan yang digunakan adalah tekanan hidrostatis.
Reverse osmosis adalah suatu proses dimana air dipisahkan dari komponen terlarut melalui
selaput atau membran semipermeable.(Setiawan : 2017)

B. Prinsip Kerja Reverse Osmosis


Proses Reverse Osmosis menggerakkan air dari konsentrasi kontaminan yang tinggi
(sebagai air baku) menuju penampungan air yang memiliki konsentrasi kontaminan sangat
rendah. Dengan menggunakan air bertekanan tinggi di sisi air baku, sehingga dapat
menciptakan proses yang berlawanan (reverse) dari proses alamiah osmosis. Dengan tetap
menggunakan membran semi-permeable maka hanya akan mengijinkan molekul air yang
melaluinya dan membuang bermacam-macam kontaminan yang terlarut. Proses spesifik
yang terjadi dinamakan ion eksklusi, dimana sejumlah ion pada permukaan membran
sebagai sebuah pembatas mengijinkan molekul-molekul air untuk melaluinya seiring
melepas substansi- substansi lain.
Pada proses pemisahan menggunakan RO, membran akan mengalami perubahan karena
memampat dan menyumbat (fouling). Pemampatan atau fluks merosot itu serupa dengan
perayapan plastic atau logam ketika terkena beban tegangan kompresi. Makin besar tekanan
dan suhu biasanya membran makin mampat dan menjadi tidak reversible. Normalnya
membran bekerja pada suhu 21-35 derajat Celcius. Fouling membran dapat diakibatkan oleh
zat-zat dalam air baku seperti kerak, pengendapan koloid, oksida logam, bahan organik dan
silika. Oleh sebab itu cairan yang masuk ke proses reverse osmosis harus terbebas dari
partikel-partikel besar agar tidak merusak membran. Pada prakteknya, cairan sebelum masuk
ke proses reverse osmosis dilakukan serangkaian pengolahan terlebih dahulu, biasanya
dilakukan pre- treatment dengan koagulasi dan flokulasi yang dilanjutkan dengan adsorbsi
karbon aktif dan mikrofiltrasi.

C. Aplikasi Penggunaan Reverse Osmosis

Berapa aplikasi penggunaan reverse osmosis dalam industri : Desalinasi (desalination) air

payau (brackish) dan air laut ( sea water ) ;Demineralisasi untuk air umpan boiler ( Boiler
Feed Water) ; Pemisahan protein dari whey ;Treatment khusus untuk industri kimia,
makanan, tekstil dan kertas; Pervaporasi ( pervarporation), misalnya permisahan alkohol-
air. (Ghozali, 2008)

D. Penentuak Koefisien Rejection


Untuk menentukan keberhasilan proses pemisahan dengan cara tersebut, maka dapat
dilakukan dengan cara menentukan koefisien rejection (R) yang menyatakan hubungan
antara

konsentrasi atau kadar garam di aliran influent dan di aliran effluent (permeat) yang
ditulis sebagai berikut:

Dengan: Cm = konsentrasi zat terlarut di


aliran influen

Cp = konsentrasi zat terlarut di


aliran permeat.
Semakin besar nilai R, maka proses pemisahan semakin baik, artinya permeat
semakin murni. Efisiensi penyisihan membran RO yang tinggi menyebabkan terjadinya
penyisihan mineral-mineral alami pada air baku.

Intensitas Energi : Energi input dibagi produk yang dihasilkan = kWH/ton produk

Membran RO memiliki keterbatasan dalam pengoperasiannya, di antaranya:


● Tekanan air baku antara 40 – 70 psig (800 – 1.000 psi).
● Kekeruhan air baku tidak boleh lebih dari 1 NTU.
● pH operasi berkisar antara 4 – 11.
● TDS air baku tidak boleh lebih dari 35.000 ppm. Nilai TDS yang lebih
tinggi akan menurunkan kecepatan produksi.
● Suspended Solid air baku; (dinyatakan dengan SDI, Salt Density Index), harus
kurang dari 5.
● Sisa klor air baku harus nol (0).
3. ALAT

● Seperangkat alat reverse osmosis ( 3 tabung filter, berisi media filter)

● Alat ukur TDS dan DHL


● Stopwatch
● Gelas Kimia
● buah ember (tempat penampung permeat dan konsentrat)
● Gelas ukur 2 L
4. PROSEDUR KERJA

Mempelajari alat reverse osmosi yang terdiri dari


3

memeriksa aliran influen, permeat dan


konsentrat

membuka semua valve di aliran influen

menyalakan mesin reverse osmosi

mencatat tekanan operasi pada skala 1-3


Bar

Mengukur pH, DHL dan TDS di air umpan

memulai mengukur DHL, TDS dan volume air di dalam


permeat dan konsentrat dalam periode 10 menit

menampung hasil pengukuran di aliran permeat , dan


membuang hasil dari aliran konsentrat

mengukur debit aliran konsentrat sebelum memulai


percobaan
5. TUGAS dan PERHITUNGAN
A. Buat grafik TDS permeat dan konsentrat terhadap waktu

Perbandingan nilai TDS pada Permeat dan Konsentrat


B. Buat grafik pH permeat dan konsentrat terhadap waktu
C. Hitung efisiensi pemisahan (dalam % R)

Dengan :

Cm = Konsentrasi zat terlarut di aliran influent

Cp = Konsentrasi zat terlarut di aliran permeat

● Data Umpan

TDS = 181 mg/L

%R TDS
Grafik Efisiensi Pemisahan Terhadap Waktu

D. Hitung Intensitas Energi (dalam KWH/ton produk)


Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse osmosis
menghasilkan produk. Parameter yang dibutuhkan diantaranya energi input (kWh) dan
massa permeat/produk (ton). Sebagai contoh perhitungan intensitas energi akan
dilakukan pada data 5 menit pertama dengan tekanan 1 bar. Pertama-tama menghitung
energi input dengan rumus dibawah ini.
𝐸𝑖𝑛(𝑘𝑊ℎ) = 𝑃𝑖𝑛 (𝑘𝑊) × 𝑡 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) / 60
= 0,043 𝑘𝑊 × 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 / 60
= 0,0036 𝑘𝑊ℎ

Setelah itu mencari parameter selanjutnya yaitu massa permeat dengan cara mengalikan
volume permeat dengan massa jenisnya. Dikarenakan produk adalah air, maka massa
jenis air adalah 1 gr/mL.
𝑚𝑝 (𝑡𝑜𝑛) = 𝜌𝑎𝑖𝑟 ( 𝑔𝑟/𝑚𝐿) × 𝑉𝑝 (𝑚𝐿) / 10^6
= 1 𝑔𝑟/𝑚𝐿 × 595 𝑚𝐿 / 10^6
= 0,0006 𝑡𝑜𝑛 .

Kemudian mencari intensitas energi dengan cara membagi energi input dengan massa
permeat.
𝐼𝐸 = 𝐸𝑖𝑛 (𝑘𝑊ℎ) / 𝑚𝑝 (𝑡𝑜𝑛)
= 0,0036 𝑘𝑊ℎ / 0,0006 𝑡𝑜𝑛
= 6,022 𝑘𝑊ℎ/𝑡𝑜𝑛
Ulangi langkah perhitungan diatas untuk data lainnya. Setelah dilakukan perhitungan
didapat data yang disajikan pada tabel dibawah ini.

Tekanan
Waktu
Operasi Daya (kW) Volume (ml) Energi Intensitas Energi
(menit)
(bar) (kWh) Massa (ton) (kWh/ton)
5 0,043 595 0,0036 0,00060 6,022
10 0,083 460 0,0138 0,00046 30,072

15 0,086 430 0,0215 0,00043 50,000


0,98
20 0,074 440 0,0247 0,00044 56,061

25 0,088 440 0,0367 0,00044 83,333

30 0,056 440 0,0280 0,00044 63,636


5 0,074 860 0,0062 0,00086 7,171
10 0,056 790 0,0093 0,00079 11,814

15 0,074 910 0,0185 0,00091 20,330


1,96
20 0,084 920 0,0280 0,00092 30,435

25 0,072 920 0,0300 0,00092 32,609

30 0,066 930 0,0330 0,00093 35,484

5 0,072 1230 0,0060 0,00123 4,878


10 0,078 1470 0,0130 0,00147 8,844

3,14 15 0,071 1180 0,0178 0,00118 15,042

20 0,073 1310 0,0243 0,00131 18,575

25 0,065 1310 0,0271 0,00131 20,674


30 0,069 1250 0,0345 0,00125 27,600
6. PEMBAHASAN

6.1 Azhar Sultan Ananda (211734004)

Kemurnian dalam air dapat diketahui dari nilai DHL dan TDS yang terukur dan
nantinya akan dapat menghitung %Reject. Nilai TDS dapat dinyatakan kedalam seberapa
banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin besar nilai TDS maka semakin
banyak kandungan garam-garam terlarutnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kemurnian
air yang tinggi, maka harus diperoleh nilai TDS yang rendah yang dapat menyatakan bahwa di
dalam air tersebut sudah tidak ada lagi atau sedikit mengandung garam-garam terlarut.
Sedangkan nilai DHL sendiri ialah daya hantar listrik pada air. Dimana jika nilai DHL nya
tinggi maka daya hantar listriknya juga tinggi hal ini menandakan bahwa air masih memiliki
kandungan garam yang tinggi. Karena dengan konsentrasi garam yang larut dalam air tinggi
maka air menjadi lebih konduktif.

Pada percobaan kali ini kami melakukan 3 kali bentuk percoban dengan memberikan
perlakuan berbeda pada tekanan. Dimana pada percobaan pertama tekanan yang diberikan pada
system reverse osmosis ini bernilai 0,98 bar, pada percobaan kedua tekanan yang diberikan
ialah 1,96 bar. Dan pada percobaan ketiga tekanan yang diberikan ialah 3,14 bar Parameter
yang diamati pada setiap percobaan ialah mengenai kelistrikan dimana nilai tegangan arus
cosphi dan daya dicatat dalam table pengamatan untuk mengetahui intensitas energi yang
diperlukan untuk proses reverse osmosis ini. Pengambilan data dilakukan selama 30 menit
setiap percobaannya dengan rentang waktu 5 menit melakukan pengambilan data. Hal ini
dilakukan agar dapat melihat pengaruh waktu pada nilai parameter yang sudah ditentukan.
Grafik TDS permeat dan konsentrat

Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa TDS permeat pada percobaan 1 cenderung
mengalami penurunan terutama pada menit 15 dan 25, hal itu membuktikan bahwa kandungan
partikel padat yang ada pada air tersebut semakin bertambahnya waktu itu semakin menurun.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada waktu awal membrane semipermeable memiliki kinerja
yang baik untuk membuang berbagai macam kontaminan yang terlarut. Atau dapat dikatakan
terjadi fouling membrane. Beda hal nya dengan TDS permeat pada percobaan 2 dan 3 yang
cenderung mengalami kenaikan, Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti peningkatan tekanan pada sistem filtrasi, penggunaan membran yang semakin jenuh,
atau adanya kontaminasi dalam proses filtrasi.

Pada grafik di atas menunjukan TDS pada aliran konsentrat, dapat dilihat bahwa pada
percobaan 1 niai TDS konsentrat mengalami penurunan di menit 15 dan 20 dan kembali naik
di menit 25, lalu pada percobaan 2 nilai TDS kosentrat mengalami penurunan di menit 20, dan
pada percobaan 3 nilai TDS konsentrat mengalami penurunan di menit 25. Hal ini menunjukan
jika nilai TDS konsesntrat naik seiring berjalannya waktu menandakan bahwa aliran produk
lebih baik karena semakin banyak TDS yang terbuang pada aliran konsentrat.
Selanjutnya dapat dilihat dalam grafik bahwa pada percobaan pertama dengan tekanan
0,98 bar, percobaan kedua dengan tekanan 1,96 bar dan pada percobaan 3 dengan tekanan 3,14
bar memiliki perbedaan yang cukup signifikan terhadap nilai TDS nya. pada percobaan ketiga
memiliki nilai TDS yang lebih kecil pada aliran konsentrat sedangkan pada aliran permeat
memiliki nilai aliran yang lebih besar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 1 dan
2 presentase system reverse osmosis ini berjalan lebih baik dibandingankan dengan pada
percobaan 3. Hal ini terjadi dikarenakan reverse osmosis sangat dipengaruhi oleh tekanan.
Dimana ketika tekanan meningkat maka mutu air dalam permeat semakin meningkat atau dapat
dikatakan juga nilai TDS nya akan semakin kecil. Oleh karena itu tekanan memiliki peranan
penting bagi laju permeate yang terjadi pada proses membrane. Sehingga nilai TDS pada aliran
permeat 1,96 bar memiliki nilai yang lebih kecil/ mutu yang lebih baik dari pada percobaan
dengan tekanan 0,98 bar dan 3,14 bar.

Grafik pH permeat dan konsentrat

Pada grafik diatas menunjukan hubungan pH terhadap waktu baik itu permeat maupun
konsentrat. Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa pada pH permeat 0,98 bar mengalami
penurunan di menit 20, pada pH permeat 1,96 bar mengalami penurunan dari awal pengukuran
hingga menit 20 lalu terjadi kenaikan di menit 25 dan 30, dan pada pH permeat 3,14 bar
mengalami penurunan dari awal pengukuran dan terjadi kenaikan di menit 25 dan 30. Dalam
hal ini menandakan jika pH permeat naik maka jumlah ion basa dalam larutan mengalami
peningkatan, begitupun sebaliknya jika pH permeat turun maka jumlah ion basa dalam larutan
mengalami pengurangan. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing sesuai dengan
kebutuhan, Kenaikan pH permeat dapat berguna untuk meningkatkan kelarutan senyawa
tertentu atau mencegah presipitasi. Namun, penurunan pH permeat dapat mengurangi korosi
atau menghambat pertumbuhan mikroba. Jika dilihat dalam grafik terdapat pH konsentrat, pada
pH konsentrat 0,98 bar mengalami penurunan di menit 25, pada pH konsentrat 1,96 bar terjadi
penurunan di menit 15 dan 20 lalu terjadi kenaikan di menit 25 dan mengalami penurunan lagi
pada menit 30, dan pada pH konsentrat 3,14 bar mengalami penurunan dari menit 10 hingga
25. Hal yang mempengaruhi pH konsentrat ini naik maupun turun diantara lain seperti
komposisi awal larutan, reaksi kimia dalam proses, penambahan bahan kimia, atau pertukaran
ion. Penambahan asam akan menurunkan pH, sementara penambahan basa akan
meningkatkannya. Kontaminasi atau pertukaran ion juga dapat memengaruhi pH konsentrat
dalam aplikasi pemurnian atau proses kimia tertentu.

Grafik efisiensi pemisahan (dalam % R)

Jika dibandingkan antara percobaan 0,98 bar, 1,98 bar dan 3,14 bar. %Reject pada TDS
pada percobaan 2 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan percobaan 1 dan 3. Hal
ini menandakan bahwa tekanan yang diberikan pada reverse osmosis mempenaruhi nilai
efesiensinya pemisahann. Yang artinya jika efisiensi pemisahan (%reject) mengalami
peningkatan maka baik garam atau padatan terlarut pada air umpan tidak lolos dari proses
reverse osmosis sehingga air semakin murni.

Grafik Intensitas Energi

Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse osmosis
menghasilkan produk. Parameter yang dibutuhkan diantaranya energi input (kWh) dan massa
permeat/produk (ton). Berdasarkan hasil perhitungan, dimana pada tekanan 0,98 bar dapat
dilihat intensitas energi yang digunakan berada pada range 6,022-63,636 kWh/ton, jika dilihat
didalam grafik nilai nya cenderung mengalami kenaikan walaupun pada menit 30 terjadi
penrunan. Sedangkan pada percobaan 2 dengan tekanan 1,98 bar nilai intensitas energi yang
digunakan untuk reverse osmosis ini memiliki nilai dengan range 7,171 - 35,484 kWh/ton,
dapat dilihat juga didalam grafik bahwa pada percobaan dua ini selalu mengalami kenaikan.
Dan terakhir pada percobaan 3 dengan tekanan 3,14 bar nilai intensitas energi yang digunakan
untuk reverse osmosis ini memiliki nilai dengan range 4,878 - 27,600 kWh/ton, dapat dilihat
juga didalam grafik bahwa pada percobaan dua ini selalu mengalami kenaikan.

Dari ketiga percobaan ini juga dapat dilihat bahwa pada percobaan dengan tekanan
rendah yaitu 0,98 bar mengkonsumsi intensitas energi lebih banyak dari pada percobaan dua
maupun tiga. Hal ini terjadi karena daya input dan volume permeat pada tekanan 0,98 bar tidak
stabil perlima menitnya oleh karena itu intensitas energinya lebih tidak stabil dan melonjak
sedangkan jika dibandingkan dengan daya input dan volume permeat pada 1,98 bar dan 3,14
bar lebih stabil perlima menitnya maka bisa disimpulkan tekanan yang lebih kecil akan
berpengaruh terhadap intensitas energinya sehingga daya listrik yang dibutuhkan untuk
menghasilkan volume permeatnya lebih besar apabila tekanannya kurang dari standarnya atau
lebih kecil.
6.2 Dhea Octaviani (211734008)

Proses pemisahan kation dalam air baku dengan system reverse osmosis (RO) adalah
salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan ion-ion kation yang terlarut
dalam air. RO merupakah teknologi filtrasi membran yang memanfaatkan tekanan untuk
memisahkan zat-zat terllarut dalam air. Adapun proses di mana air baku akan melewati
beberapa tahapan yaitu:

1. filter sedimen untuk mengurangi partikel seperti kotoran, debu, dan karat.
2. filter karbon untuk mengurangi senyawa organic yang mudah menguap, klorin,
dan kontaminan lainnya yang berpotensi memberikan air rasa atau bau yang tidak
sedap.
3. membran reverse osmosis untuk menghilangkan hingga 98% dari total padatan
terlarut (TDS)

Mula-mula air baku akan dipompa ke dalam unit RO dengan tekanan yang disesuaikan
untuk melewati prefiltrasi yaitu filter karbon dan filter sedimen. Kemudian selanjutnya
air akan melewati membran reverse osmosis di mana partikel terlarut dihilangkan,
karena membran ini bersifat semi permeable di mana memungkinkan air untuk melewati,
sementara menghalangi ion-ion kation dan kontaminan lainnya. Kemudian setelah itu
air murni yang telah melewati membran ditampung sebagai air permeat atau air hasil
akhir.

Pada percobaan ini kami melakukan percobaan dengan tiga variasi tekanan yaitu
secara berurutan sebesar 0,98bar; 1,96 bar; dan 3,14 bar. Pada setiap variasi tekanan
kami mengambil sebanyak enam data setiap lima menit.

Hubungan TDS permeat dan konsentrat terhadap waktu

Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan jumlah padatan atau partikel yang
terlarut di dalam air yang disebut TDS (Total Dissolved Solids) dengan satuan PPM (Part Per
Million) terhadap waktu per 5 menit. Dengan perbedaan tiga variasi tekanan, terlihat nilai TDS
konsentrat mengalami fluktuasi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengaturan tekanan yang
tidak stabil pada saat percobaan dikarenakan jarum penunjuk pada pengatur tekanan cukup
sulit dikendalikan, sehingga dibutuhkan waktu dan juga penjagaan agar nilai tekanan dapat
diatur sesuai nilai yang diinginkan.

Kemudian pada permeat, kenaikan tekanan yang diberikan menunjukkan fluktuasi yang
menuju konstan. Karena saat tekanan dinaikkan, hanya molekul air yang lolos (makin banyak)
sedangkan molekul kontaminannya tertahan oleh membrane. Tekanan yang digunakan akan
mempengaruhi laju alir bahan pelarut yang melalui membran. Tekanan yang semakin
meningkat membuat laju alir menjadi semakin meningkat pula sehingga mutu air olahan
(permeate) juga akan semakin meningkat. (Sari, 2010).

Sedangkan pada konsentrat cenderung mengalami penurunan jumlah molekul air yang
cukup banyak dan jumlah kontaminannya cenderung tetap. Terlihat pada grafik bahwa nilai
TDS pada kondisi awal mengalami kenaikan disertai sedikit kenaikan pada menit selanjutnya,
sehingga menujukan bahwa jumlah kontaminan yang tetap dan molekul airnya yang berkurang.
Nilai TDS merupakan nilai molekul kontaminan dibagi nilai molekul kontaminan yang sudah
ditambah dengan nilai molekul air.

Hubungan pH permeat dan konsentrat terhadap waktu

Grafik pertama menunjukan nilai pH permeat terhadap waktu dalam tiga


keadaan tekanan yang berbeda. Pada tekanan 0,98 bar diawali dengan kenaikan
pH dan menuju konstan seiring waktu. Kemudian tekanan dinaikkan pada 1,96 bar
dengan diawali penurunan pH hingga menit ke-20 dan selanjutnya Kembali naik.
Ketika tekanan dinaikan menjadi 3,16 bar nilai pH cenderung konstan walaupun
mengalami fluktuasi. Nilai pH permeat rata-rata setiap tekanan berurutan sebesar
7,9; 7,9; dan 7,5 (nilai pH menurun seiring dengan peningkatan tekanan yang
diberikan).
Grafik kedua menunjukkan nilai pH konsentrat terhadap waktu pun berfluktuasi.
Namun pada tekanan 3,14 bar terlihat kurva lebih konstan daripada pada
pengaturan nilai tekanan lainnya. Nilai pH konsentrat rata-rata setiap tekanan
berurutan sebesar 7,9; 7,8; dan 7,45 (nilai pH menurun seiring dengan peningkatan
tekanan yang diberikan).

Pengaruh pH pada waktu dalam system reverse osmosis ini bergantung pada
kondisi awal air, jenis membrane RO yang digunakan, serta tujuan pengolahan air.

Perbandingan Rata-rata Efisiensi Pemisahan (%R)

Diagram di atas menunjukan perbandingan dari nilai rata-rata efisiensi


pemisahan (%R) antara tekanan ke-1 sebesar 0,98 bar dengan nilai efisiensi 80,662%,
tekanan ke-2 sebesar 1,96 bar dengan nilai efisiensi 83,149%, serta tekanan ke-3
sebesar 3,14 bar dengan nilai efisiensi 81,399%. Dari percobaan dan perbandingan dari
diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa alat dapat mendapatkan efisien pemisahan
paling baik ketika diatur pada tekanan 1,96 bar.

Semakin tingginya tekanan operasi yang diberikan pada membran, maka semakin
meningkat prosentase penyisihan TDS dalam air payau dan air olahan atau permeate
(debit aliran keluar) yang dikeluarkan juga semakin banyak, sebaliknya jika semakin
kecil tekanan operasi pada membran maka semakin kecil pula prosentase penyisihan
kadar TDS dan air olahan atau permeate (debit aliran keluar) yang dikeluarkan juga
semakin sedikit (Etika Sari dkk. 2010).

Dalam percobaan ini hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori di atas, hal tersebut
dapat terjadi karena faktor pemberian tekanan yg diberikan perbedaan nilainya tidak
terlalu jauh. Sehingga nilai tersebut cenderung fluktuatif, dan faktor lainnya bisa
disebabkan oleh berkurangnya performa dari membrane RO itu sendiri.

Intensitas Energi

Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse osmosis
menghasilkan produk. Parameter yang dibutuhkan diantaranya energi input (kWh) dan
massa permeat/produk (ton). Untuk mencari intensitas energi yaitu dengan membagi
energi input dengan massa permeat.

Dari hasil perhitungan dapat dilihat dari diagram di atas bahwa konsumsi energi
rata-rata pada tekanan rendah jumlahnya lebih besar dibandingkan pada tekanan yang
lebih tinggi. Pada percobaan ini saat tekanan yang lebih rendah digunakan dalam sistem
RO, intensitas energi yang dibutuhkan lebih tinggi. Sehingga ini berarti bahwa dengan
kata lain diperlukan investasi lebih banyak energi untuk menghasilkan air murni dalam
jumlah yang sama dibandingkan dengan tekanan yang lebih tinggi.
6.3 Huzna Latifunisa Azizandini (211734014)

Teknologi membrane Reverse Osmosis dapat digunakan untuk memisahkan


padatan yang terlarut di dalam air baik berupa ion, senyawa, koloid dengan
menggunakan tekanan sebagai driving force, sehingga cairan dapat melewati membrane
semipermeable ke cairan dengan konsentrasi (TDS) rendah. Pada praktikum kali ini dilakukan
menggunakan seperangkat alat Reverse Osmosis, yang dimana tekanan operasi di set pada 0,98
bar; 1,96 bar dan 3,14 bar. Air yang digunakan adalah air baku, yang dimana berasal dari keran
(torn) yang tidak dilakukan treatment awal.

Nilai Total Dissolve Solid (TDS) diukur menggunakan konduktometer sebagai parameter
dari air pada aliran influent dan effluent. Aliran influent merupakan air baku, sedangkan aliran
effluent berupa aliran permeat dan aliran konsentrat. Pengukuran tersebut dilakukan setiap 5
menit untuk mengetahui hubungan nilai TDS pada kedua aliran terhadap waktu. Variasi pada
laju alir dilakukan untuk mengetahui pengaruh laju air terhadap kualitas produk keluaran yaitu
TDS di aliran permeat dan konsentrat. Diperoleh hasil praktikum sebagai berikut:

● Perbandingan nilai TDS pada Permeat dan Konsentrat

Dalam sistem Reverse Osmosis, tekanan memainkan peran penting dalam proses
pemisahan. Tekanan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan efisiensi pemisahan
TDS dari air, tetapi tetap ada batasan terhadap sejauh mana tekanan dapat ditingkatkan.

TDS pada aliran permeat, pada tekanan 0,98 bar menunjukan bahwa semakin lama
waktu operasi maka kasar TDS semakin kecil, begitu pula pada tekanan 1,96 bar (meski
penurunannya kecil) hal ini disebabkan karena pada saat awal pengoperasian masih
merupakan tahap penyesuaian dan membrane yang masih baru memiliki ukuran pori
membrane yang masih besar, dimana hal ini membuat zat padatan yang seharusnya
menempel di permukaan membrane lolos. Namun, seiring berjalannya waktu, air
semakin efisien dan mengurangi konsentrasi TDS dalam permeat. Ini adalah salah satu
indikator efektivitas proses Reverse Osmosis dalam menghilangkan padatan terlarut dari
air.

Sedangkan pada tekanan 3,14 bar menunjukan hasil permeat yang tinggi yaitu
memiliki rentang 5 PPM terhadap waktu awal dan akhir. Semakin tinggi tekanan pada
proses ini dapat meningkatkan kualitas permeat dalam hal mengurangi nilai TDS dalam
air. Tekanan yang dalam tinggi dalam Reverse Osmosis membantu memaksa air
melalui membrane Reverse Osmosis dengan lebih efisien dan meningkatkan proses
pemisahan padatan terlarut.

Semakin tinggi tekanan Reverse Osmosis, semakin efisien proses pemisahan


TDS, dan semakin rendah konsentrasi TDS dalam konsentratnya. Hal ini dikarenakan
semakin banyak TDS yang terbuang, karena tujuan utamanya yaitu untuk
menghilangkan sebanyak mungkin TDS dari air untuk menghasilkan air bersih atau air
murni. Dari grafik diatas, TDS lebih banyak terijeksi Ketika laju alir umpan yang
diberikan tekanan operasi sebesar 3,14 bar. Sedangkan semakin kecil tekanan yang
diberikan, TDS cenderung semakin kecil. Yang artinya semakin besar tekanan yang
diberikan maka semakin banyak padatan yang tertahan dan terbawa oleh aliran
konsentrat. Selain itu, hubungan antara tekanan, waktu dan nilai TDS dalam konsentrat
sangat bergantung pada kondisi spesifik dari sistem Reverse Osmosis yang digunakan,
termasuk jenis membrane, ukuran system dan karakteristik air masukan.

● pH permeat dan konsentrat terhadap waktu

pH permeat dan konsentrat dalam sistem Reverse Osmosis, tentu juga bisa
mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Namun, perubahan pH tergantung
pada berbagai faktor seperti komposisi air masukan, jenis membrane reverse osmosis
yang digunakan dan kondisi operasional.
· Komposisi air masukan, jika pH air masukan stabil dan dalam kisaran yang
diinginkan, maka pH permeat dan konsentrat cenderung akan
mencerminkan pH masukan dengan sedikit perubahan seiring waktu.

· Reaksi kimia, dimisalkan penghilangan asam atau ion hidroksida dari air
masukan dapat mempengaruhi pH permeat atau konsentrat.

· Kondisi membrane, membrane yang aus atau rusak mungkin dapat


mempengaruhi pH.

· Perubahan kualitas air masukan, seperti fluktuasi pH yang signifikan, dapat


mengakibatkan perubahan pH dalam sistem RO.

Dari grafik di atas menunjukan, bahwa nilai pada masing-masing tekanan


mengalami fluktuasi. Yang dimana berdasarkan teori, pH permeate dalam sistem
reverse osmosis seharusnya cenderung stabil seiring berjalannya waktu pada kondisi
operasional yang konsisten. Namun, pada praktikum ini dihasilkan nilai yang fluktuasi
dikarenakan adanya perubahan yang cukup signifikan dalam komposisi air masukan.
Ada pula beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pH permeat, seperti:

· Kondisi pada saat operasional, seperti tekanan, suhu dan aliran air.

· Perubahan kualitas air masukan.

· Pemeliharaan, alat yang buruk dapat mempengaruhi pengambilan nilai pH.

Dari grafik diatas menunjukan bahwa nilai konsentrasi pH terhadap waktu


mengalami fluktuasi. Pada tekanan 0,98 bar terlihat bahwa nilai pH meningkat seiring
berjalannya waktu, namun mengalami penurunan yang cukup signifikan di menit ke 25
dengan rentang 0,5 hal ini dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi ion hidroksida
(OH-) dalam air konsentrat. Kemudian pada tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar nilai pH
konsentrat menurun seiring dengan berjalannya waktu, hal ini dapat disebabkan adanya
peningkatan konsentrasi asam atau garam dalam konsentrat.

● Efisiensi pemisahan (%R)

Efisiensi pemisahan pada system reverse osmosis merujuk pada kemampuan sistem
untuk menghilangkan padatan terlarut dari air dengan tingkat keberhasilan tertentu. Efisiensi
ini diukur dengan membandingkan konsentrasi padatan terlarut dalam permeat dengan
konsentrasi padatan terlarut dalam air masukan. Berdasarkan grafik di atas terlihat pada
tekanan 0,98 bar mengalami kenaikan yang fluktuatif, dimana terjadi kenaikan pada menit ke
15 dan 25. Sama halnya dengan penggunaan tekanan 3,14 bar yang mana menghasilkan nilai
efisiensi pemisahan yang paling rendah terlihat dari grafik bahwa setelah kenaikan di menit 10,
hasil menurun konstan sampai di menit terakhir. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti pada saat operasional tekanan mengalami gangguan yang menyebabkannya tidak stabil,
komposisi air masukan, pH yang dihasilkan dan lain sebagainya.

Kemudian pada tekanan 1,96 bar menghasilkan nilai efisiensi pemisahan yang paling
tinggi, meski kenaikan hanya pada menit ke 10, namun nilai efisiensi pemisahan masih tetap
tinggi dibandingkan dengan tekanan pertama dan ketiga. Hal ini disebabkan oleh konsistennya
system pada saat pengoperasian. Dikarenakan semakin besar nilai efisiensi pemisahan pada
system reverse osmosis semakin baik, maka pada praktikum kali ini penggunaan tekanan 1,96
bar lebih efektif untuk menghilangkan padatan terlarut dan kontaminan dari air masukan
sehingga menghasilkan air permeat yang lebih bersih.
Maka dari itu dapat dikatakan bahwa efisiensi pemisahan yang lebih tinggi berarti
bahwa system reverse osmosis dapat menghasilkan air permeat dengan konsentrasi padatan
yang lebih rendah. Hal ini dapat dievaluasi dengan mengukur parameter seperti TDS dalam air.
Semakin tinggi efisiensi pemisahan, semakin rendah konsentrasi TDS dalam permeat, yang
merupakan indikator kualitas air yang lebih baik.

● Intensitas Energi

Intensitas energi dalam sistem reverse osmosis dapat bervariasi seiring dengan
berjalannya waktu, dan berdasarkan grafik di atas yang dihasilkan berdasarkan hasil
perhitungan, menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan secara fluktuasi pada setiap tekanan
yang diberikan. Terlihat pada tekanan 0,98 bar yang dimana mengalami kenaikan yang cukup
konstan meski memiliki rentang penurunan 19,697 kWh/ton pada menit ke 25 dan 30. Hal ini
dikarenakan adanya ketidakstabilan pada system pada saat pengoperasian, yang menyebabkan
tekanan operasi tidak stabil pada sepuluh menit terakhir.

Kemudian pada tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar juga mengalami kenaikan yang konstan
(tidak mengalami penurunan pada menit terakhir) maka dari itu dapat dikatakan pada kedua
tekanan ini terjadi secara linier. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa pada tekanan 3,14 bar memiliki nilai intensitas energi yang paling rendah,
maka dalam hal ini tekanan 3,14 bar efisien untuk digunakan dalam system reverse osmosis
kali ini.
Intensitas energi merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse
osmosis dengan satuan kWh/ton. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dilihat
dari diagram di atas bahwasanya penggunaan tekanan 0,98 bar menghasilkan rata-rata
intensitas energi yang lebih besar, dibandingkan pada tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar. Maka hal
ini dapat dikatakan bahwa semakin rendah tekanan proses yang digunakan maka penggunaan
energi yang digunakan lebih besar pula.
6.4 Reynaldi Saut Martupa Siahaan (211734022)

Praktikum kali ini dilakukan untuk mengolah air baku menggunakan metode reverse
osmosis (RO). Reverse osmosis merupakan peristiwa perpindahan molekul pelarut (dalam
praktikum ini air) dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut tinggi menuju larutan dengan
konsentrasi zat terlarut rendah melewati membran semipermeabel. Prinsip dari reverse
osmosis merupakan kebalikan dari peristiwa osmosis. Pada reverse osmosis, perpindahan
molekul pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Oleh karena itu agar proses
reverse osmosis terjadi, diperlukan driving force yang berupa perbedaan tekanan sehingga
melebihi tekanan osmosisnya. Aliran keluaran dari alat reverse osmosis merupakan air bersih
(permeat) yang kandungan DHL dan TDSnya rendah dibandingkan dengan aliran
influentnya. Hal ini dikarenakan partikel-partikel pengotor pada air seperti garam, klorin, dll
tertahan oleh membran yang kemudian partikel-partikel yang tersaring tersebut disebut aliran
konsentrat.

Pada percobaan kali ini kami melakukan 3 kali percoban dengan tekanan variasi
tekanan yang berbeda. Dimana pada percobaan pertama tekanan yang diberikan pada system
reverse osmosis ini bernilai 0,98 bar, pada percobaan kedua tekanan yang diberikan ialah
1,96 bar. Dan pada percobaan ketiga tekanan yang diberikan ialah 3,14 bar Parameter yang
diamati pada setiap percobaan ialah mengenai kelistrikan dimana nilai tegangan arus cosphi
dan daya dicatat dalam table pengamatan untuk mengetahui intensitas energi yang diperlukan
untuk proses reverse osmosis ini. Pengambilan data dilakukan selama 30 menit setiap
percobaannya dengan rentang waktu 5 menit melakukan pengambilan data. Hal ini dilakukan
agar dapat melihat pengaruh waktu pada nilai parameter yang sudah ditentukan.

Grafik TDS Permeat dan Konsentrat

Total Dissolved Solid atau TDS merupakan jumlah zat padat terlarut pada air.
Tingginya nilai TDS dapat memperlihatkan hubungan negatif dengan beberapa parameter
kualitas air yang dapat menyebabkan peningkatan toksisitas pada organisme dalam suatu air.
Sehingga nilai TDS yang diperbolehkan menurut SNI 01-3553-2006 tentang standar mutu air
demineral yaitu kandungan TDS maksimal 10 mg/L.

Seperti yang tertera pada grafik diatas, bahwa pada Hubungan TDS Permeat terhadap
waktu memiliki grafik yang cenderung menurun, dan sebaliknya pada hubungan TDS
Konsentrat terhadap waktu memiliki grafik yang cenderung meningkat. Hal tersebut dapat

terjadi karena membrane semipermeable bekerja untuk membuang kontaminan yang terlarut
pada waktu awal. Jika diperhatikan secara keseluruhan, nilai TDS pada aliran permeat
cenderung mengalami penurunan, hal tersebut memperjelas bahwa zat-zat terlarut yang ada
pada aliran umpan tertahan di filter membrane semipermeable.

Berbeda dengan aliran permeat, pada aliran konsentrat nilai TDS cenderung
mengalami kenaikan nilai. Ini berarti aliran produk menjadi lebih baik karena TDS yang
terbuang semakin banyak pada aliran konsentrat. Hal ini berpengaruh langsung kepada nilai
TDS Permeat dan juga Konsentrat dimana seiring berjalannya waktu TDS pada aliran
permeat mengalami penurunan sedangkan pada aliran konsentrat mengalami kenaikan yang
berarti system reverse osmosis pada percobaan kali ini berjalan dengan baik karena seiring
bertambahnya waktu Konsentrasi TDS pada tersaring ke aliran konsentrat dengan baik.

Lalu dapat dilihat pada grafik bahwa pada percobaan pertama dengan tekanan 0,98
bar, percobaan kedua dengan tekanan 1,96 bar dan pada percobaan 3 dengan tekanan 3,14 bar
memiliki perbedaan yang cukup signifikan terhadap nilai TDSnya. Nilai TDS pada percobaan
ketiga lebih kecil pada aliran konsentrat sedangkan pada aliran permeat memiliki nilai aliran
yang lebih besar. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 1 dan 2
presentase system reverse osmosis ini berjalan lebih baik dibandingkan dengan percobaan 3.
Hal ini terjadi dikarenakan reverse osmosis sangat dipengaruhi oleh tekanan. Dimana ketika
tekanan meningkat maka mutu air dalam permeat semakin meningkat atau dapat dikatakan
juga nilai TDS nya akan semakin kecil. Oleh karena itu tekanan memiliki peranan penting
bagi laju permeate yang terjadi pada proses membrane. Sehingga pada praktikum kali ini nilai
TDS pada aliran permeat 1,96 bar memiliki nilai yang lebih kecil/ mutu yang lebih baik dari
pada percobaan dengan tekanan 0,98 bar dan 3,14 bar.

Grafik pH Permeat dan Konsentrat

Dari grafik diatas, terlihat bahwa hubungan pH terhadap waktu. Dapat dilihat dari
grafik di atas bahwa pada pH permeat 0,98 bar mengalami penurunan di menit 20, pada pH
permeat 1,96 bar mengalami penurunan dari awal pengukuran hingga menit 20 lalu terjadi
kenaikan di menit 25 dan 30, dan pada pH permeat 3,14 bar mengalami penurunan dari awal
pengukuran dan terjadi kenaikan di menit 25 dan 30. Dalam hal ini menandakan jika pH
permeat naik maka jumlah ion basa dalam larutan mengalami peningkatan, begitupun
sebaliknya jika pH permeat turun maka jumlah ion basa dalam larutan mengalami
pengurangan. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing sesuai dengan kebutuhan,
Kenaikan pH permeat dapat berguna untuk meningkatkan kelarutan senyawa tertentu atau
mencegah presipitasi. Namun, penurunan pH permeat dapat mengurangi korosi atau
menghambat pertumbuhan mikroba.
Jika dilihat dalam grafik terdapat pH konsentrat, pada pH konsentrat 0,98 bar
mengalami penurunan di menit 25, pada pH konsentrat 1,96 bar terjadi penurunan di menit 15
dan 20 lalu terjadi kenaikan di menit 25 dan mengalami penurunan lagi pada menit 30, dan
pada pH konsentrat 3,14 bar mengalami penurunan dari menit 10 hingga 25. Hal yang
mempengaruhi pH konsentrat ini naik maupun turun diantara lain seperti komposisi awal
larutan, reaksi kimia dalam proses, penambahan bahan kimia, atau pertukaran ion. Penambahan
asam akan menurunkan pH, sementara penambahan basa akan meningkatkannya. Kontaminasi
atau pertukaran ion juga dapat memengaruhi pH konsentrat dalam aplikasi pemurnian atau
proses kimia tertentu.
Efisiensi pemisahan (dalam % R)

Koefesien rejection ini dapat membantu kita untuk menentukan keberhasilan proses
pemisahan. %reject menunjukkan kemampuan membran untuk menahan atau melewatkan
padatan terlarut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi %reject ini diantaranya laju alir
dan tekanan.

Dapat dilihat dari diagram perbandingan nilai rata-rata efisiensi pemisahan pada
percobaan pertama dengan tekanan sebesar 0,98 bar memperoleh nilai rata-rata sebesar
80,66298167%, pada percobaan kedua dengan tekanan sebesar 1,98 bar memperoleh nilai
rata-rata sebesar 83,14917167%, dan pada percobaan ketiga dengan sebesar 3,14 bar
memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,39996783%. Dapat diihat juga dari diagram tersebut
bahwa alat yang digunakan pada praktikum kali ini bekerja dengan efisiensi yang paling baik
adalah ketika diatur pada tekanan 1,98 bar.

Dalam percobaan ini, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori dimana semakin
tinggi tekanan operasi yang diberikan pada membran maka presentase penyisihan TDS dalam
permeat atau air olahan dan air payau yang dikeluarkan juga makin semakin banyak, dan hal
sebaliknya akan terjadi ketika tekanan operasi pada membran semakin kecil maka presentase
penyisihan kadar TDS dan air olahan atau permeat yang dikeluarkan juga semakin sedikit.
Hal tersebut bisa saja terjadi karena faktor pemberian teknan yang diberikan perbeedaan
nilainya tidak terlalu jauh, sehingga data yang diperoleh bernilai cenderung fluktuatif dan
bisa juga disebabkan oleh performa dari membrane RO sendiri yang kurang optimal.

Koefesien rejection ini dapat membantu kita untuk menentukan keberhasilan proses
pemisahan. %reject menunjukkan kemampuan membran untuk menahan atau melewatkan
padatan terlarut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi %reject ini diantaranya laju alir
dan tekanan.
Intensitas Energi

Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses reverse osmosis
menghasilkan produk. Parameter yang dibutuhkan diantaranya energi input (kWh) dan massa
permeat/produk (ton). Untuk mencari intensitas energi yaitu dengan membagi energi input
dengan massa permeat.

Dari hasil pengolahan dan perhitungan data yang diambil dari 3 kali percobaan
pada praktikum kali ini, diperoleh seperti pada diagram diatas. Terlihat bahwa pada
tekanan yang lebih rendah maka konsumsi energi akan lebih banyak, sedangkan pada
tekanan yang lebih tinggi konsumsi energinya malah lebih sedikit. Maka dapat
disimpulkan dari percobaan dan pengolahan data yang telah dilakukan, bahwa
intensitas energi yang dibutuhkan pada tekanan rendah akan lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan yang lebih tinggi untuk menghasilkan air murni pada jumlah yang
sama.
6.5 Riki Mauladi (211734025)

Grafik TDS permeat dan konsentrat terhadap waktu


Total dissolved solids (TDS) adalah sebuah indikator untuk mengukur jumlah padatan
atau partikel terlarut didalam air. TDS meter merupakan alat yang sering digunakan
untuk mengukur jumlah partikel terlarut pada air minum. Satuan yang digunakan TDS
meter adalah ppm (Part Per Million) atau sepersejuta bagian.

Pada grafik TDS permeat terhadap waktu menunjukkan perbedaan di mana pada
tekanan 0,98 bar cenderung mengalami penurunan sedangkan pada tekanan 1,96 bar
dan 3,14 bar cenderung mengalami kenaikkan. Selain itu, pada grafik konsentratnya
juga cenderung mengalami fluktuasi pada berbagai kondisi tekanan. Fluktuasi yang
terjadi pada kedua grafik tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan yang diberikan tidak
stabil sehingga terjadi fluktuasi. KEtidakstabilan tersebut ditunjukkan ketika kami ingin
mengganti tekanan selanjutnya, jarum penunjuk tekanan cukup sulit untuk stabil. Lalu,
TDS ini juga dapat dipengaruhi oleh temperature di sekitar (Bevilacqua, 1998).

Grafik TDS rata-rata


180
155,6666667 157,5
160
136,8333333
140
120 y = 10,333x + 129,33
TDS (PPM)

R² = 0,816
100
80 Permeat
60 Konsentrat
35 30,5 33,66666667
40
20 y = -0,5063x + 34,082
R² = 0,0561
0
0 1 2 3 4
Tekanan (Bar)

Berdasarkan pengaruh tekanan, nilai TDS ini tentunya sangat berpengaruh. Pada
permeat, kenaikkan tekanan yang diberikan menunjukkan penurunan atau fluktuasi
yang menuju konstan. Hal tersebut diakiabatkan oleh Ketika tekanan dinaikkan
hanya molekul air yang lolos (makin banyak) sedangkan molekul kontaminannya
tertahan oleh membran. Sedangkan pada sisi konsentrat cenderung mengalami
pengurangan jumlah molekul air yang banyak sedangkan jumlah kontaminannya
cenderung tetap. Hal tersbut ditunjukkan dengan nilai TDS yang awalnya naik lalu
pada akhirnya cenderung naik sedikit yang mana menunjukkan jumlah kontaminan
yang tetap sedangkan molekul air yang berkurang
𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛
(𝑇𝐷𝑆 = 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛+𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝐴𝑖𝑟).

Grafik pH permeat dan konsentrat terhadap waktu

PH adalah derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, menyatakan logaritma


negative konsentrasi ion H dengan bilangan pokok 10. Larutan netral mempunyai PH
7, asam lebih kecil dari 7, basa lebih besar dari 7.Di perairan yang tidak tercemar PH
di control oleh ion CO2, Carbonate dan Bicarbonate.

Pada Kedua grafik di atas menunjukkan hubungan yang fluktuatif pada sisi permeat
untuk nilai pH nya. Bahkan untuk tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar cenderung mangalami
penurunan sedangkan pada tekanan 0,98 bar cenderung mengalami kenaikkan sampai
menit ke 15. Fluktuasi tersebut dapat dipengaruhi oleh temperature dari air yang mana
pada saat pengukuran dilakukan di ruangan terbuka dengan cuca saat itu yng cukup
cerah dan Terik.

Grafk pH
8,5 y = -0,1917x + 8,1722
R² = 0,75
8
pH

7,5 Permeat
y = -0,1667x + 8,0111
7 R² = 0,9868
Konsentrat
0,98 1,96 3,14
Tekanan (Bar)

Jika dihubungkan dengan pengaruh tekanan yang diberikan, pada sisi konsentrat dan
permeat keduanya cenderung mengalami penurunan dengan sisipermeat memiliki
rata-rata pH yang lebih tinggi.

Efisiensi pemisahan (dalam % R)


Untuk menentukan nilai efisiensi dari system reverse osmosis ini kita dapat mengamati
dari dua sisi. Yang pertama kita mengamati dari jumlah kontaminan yang berhasil
terhalau masuk sedangkan yang kedua adalah dari banyaknya produk (permeat) yang
dihasilkan dalam system reverse osmosis. Untuk menentukan jumah kontaminan yang
terhalau (% rejection) kita dapat mengamati dari TDS yang terukur.
Pada tekanan 0,98 bar menunjukkan % rejection yang mengalami kenaikkan sampai
dengan menit ke 25. Lalu pada tekanan 1,96 bar hanya mengalami kenaikkan pada
interval pertama dan terakhir saja. Lalu pada tekanan 3,14 cenderung mengalami
penurunan. Jika dilihat dari pengaruh tekanan berdasarkan rata-rata % rejection nya,
diperoleh data yang fluktuatif juga namun masih dengan nilai rata-rata total adalah
81,68% kontaminan yang terhalau oleh membrane semipermeable reverse osmosis.
Jadi dapat terlihat pada data bahwa besarnya tekanan yang diberikan pada praktikum
ini sebenarnya tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Hal ini dapat
diakibatkan oleh tekanan yang diberikan relative memeiliki perbedaan yang tidak
terlalu signifikan dan juga dapat dipengaruhi oleh alat pada system yang mungkin
sering dipakai.

Intensitas Energi (dalam KWH/ton produk)


Berdasarkan grafik hubungan itensitas energi terhadap waktu, dalam tiga variasi
tekanan cenderung mengalami peningkatan pada setiap variasi tekanannya. Namun,
jika berdasarkan pengaruh tekanan terhadap intensitas, diperoleh hubungan yang
berbanding terbalik. Semakin tinggi tekanan yang diberikan maka semakin rendah pula
intensitas energi yang diperoleh. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa ada dua
parameter yang dapat diamati Ketika tekanannya diubah yaitu konnsusmi energi dan
produk. Namun karena konsumsi energi di sini seharusnya cenderung konstan karena
pada sisi kelistrikan hanya pompa sebagai pemberi tekanan pada fluida dan seharusnya
cenderung tidak mengalami penurunan. Sedangkan pada sisi produk juga seharusnya
tidak mengalami penurunan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ketika diberi
tekanan yang lebih tinggi maka kenaikkan jumlah produk jauh lebih tinggi dibandingan
konsumsi listriknya sehingga nilai intensitas energinya mengecil seiring dengan
kenaikkan tekanan yang diberikan.
6.6 Salsabila Shafiyah (211734028)

Reverse Osmosis merupakan suatu metode pembersihan melalui membran semi


permeable. Teknologi membran sudah banyak diaplikasikan pada proses pemisahan,
pemurnian dan pemekatan pada industri kimia dan pangan. Keunggulan utama dari
teknologi ini adalah tidak ada fase yang berubah dari komponen yang dipisahkan selain
itu menggunakan suhu proses yang rendah. Akibatnya energi yang dibutuhkan dari
teknologi membran ini cukup rendah, selain itu kerusakan bahan yang diakibatkan oleh
suhu tinggi dapat dicegah. Pada dasarnya membran merupakan barier semipermeable
yang mampu melewatkan komponen tertentu namun menahan komponen yang lain
hal ini dipengaruhi oleh mekanisme pemisahan serta ukuran bahan yang dipisahkan.

Pada praktikum Reverse Osmosis ini menggunakan air baku dari keran, dan
dilakukan dengan 3 variasi tekanan, tekanan pertama yaitu 0,98 bar, tekanan kedua
sebesar 1,96 bar, serta tekanan ketiga sebesar 3,14 bar. Dalam pengukuran ini terdapat
dua aliran yang mengalir yaitu aliran permeat dan aliran konsentrat. Aliran permeat ini
merupakan hasil dari proses pemurnian dimana air sudah terbebas dari kation dan volume
yang dihasilkan akan lebih sedikit dari aliran konsentrat. Aliran konsentrat akan
terhubung ke saluran pembuangan dimana aliran in merupakan aliran buangan yang
mengandung kation dan padatan terlarut dari proses. Semua aliran ini terhubung pada
bak penampung yang nantinya volume air akan diukur dengan gelas ukur. Setelah aliran
ini tertampung, parameter yang diambil pada percobaan kali ini yaitu tekanan,daya,
tegangan, arus, cos phi, PH aliran, volume aliran, nilai TDS.

Grafik TDS Permeat dan Konsentrat

TDS Meter (Total Dissolved Solid) berfungsi untuk mengukur partikel padatan
terlarut di air yang tidak tampak oleh mata, seperti kandungan logam. Alat TDS meter
ini biasa digunakan untuk mengukur kadar kemurnian dan kandungan mineral air.
Analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas
umum dari air.

Berdasarkan hasil pengukuran dan grafik di atas, besar nilai TDS pada aliran
konsentrat lebih besar daripada aliran permeat. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari
ion yang tersaring oleh membran RO. Untuk aliran konsentrat nilai TDS berfluktuasi di
setiap tekanan, tekanan pertama dan kedua cenderung menurun meskipun pada menit
terakhir ada sedikit kenaikan, sedangkan tekanan 3 pun berfluktuasi yang cenderung
meningkat pula. Dimana rentang nilai TDS berkisar pada 119 PPM – 175 PPM. Pada
aliran permeat hasil nilai dari TDS lebih rendah yaitu berkisar 27 PPM – 38 PPM. Pada
aliran permeat tekanan pertama di menit awal lebih tinggi kemudian menit selanjutnya
mengalami penurunan. Lalu pada tekanan kedua dan ketiga, di menit awal nilainya lebih
kecil dan kemudian terus meningkat. Hal yang menyebabkan nilai tersebut berfluktasi
yaitu dapat dipengaruhi oleh tekanan yang kurang stabil ketika pergantian tekanan
operasi dilakukan. Selain itu, ada kemungkinan dari alat TDS meter itu sendiri yang
sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu pada setiap pengukuran agar nilainya lebih akurat.
Semakin kecil nilai TDS, maka akan sebaik pula kemurnian air yang dihasilkan.

Grafik PH Permeat dan Konsentrat

pH merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 -
14. Tingkat pH adalah ukuran kuantitatif dari ion hidrogen mewakili keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Larutan asam memiliki ion hidrogen bebas banyak dan larutan
alkali memiliki ion hidrogen bebas lebih sedikit. Beberapa zat kimia, seperti ion hidrogen
yang menurunkan pH suatu larutan, Ini benar-benar dipertimbangkan sebagai asam, Zat
kimia lain seperti ion hidroxide, menaikkan pH sebuah larutan yang disebut basa.
Berdasarkan hasil pengukuran pH dan grafik yang ditunjukkan diatas, dapat
terlihat nilai berfluktuasi. Pada pengukuran pH permeat berkisar pada 7,3 – 8,4. Untuk
tekanan 0,98 bar nilai cenderung meningkat hingga terjadi sedikit penurunan pada
pertengahan percobaan. Sedangkan di tekanan 1,96 bar dan 3,14 bar hasilnya berbanding
terbalik. Dimana pada menit awal nilai sudah lebih tinggi dan cenderung menurun, saat
di menit 20 terjadi kenaikan hingga akhir percobaan. Perubahan dalam konsentrasi ion-
ion dapat memengaruhi pH air permeat. Air permeat dapat memiliki pH yang lebih tinggi
karena kehilangan kemampuan air untuk menetralkan keasaman (menghilangkan ion
H+).

Pada pengukuran pH konsentrat hasilnya berkisar 7,4 – 8,1 yang mengalami


fluktuasi pada tekanan 0,98 bar dan 1,96 bar. Saat di tekanan 3,14 pH di menit awal
nilainya turun, tetapi di menit selanjutnya cenderung konstan. Hal yang mempengaruhi
nilai pH tidak konstan kemungkinannya yaitu dapat dilihat dari membran yang lebih
selektif terhadap ion-ion tertentu dapat memengaruhi pH konsentrat, serta kontaminasi
dari material pipa atau peralatan penyimpanan juga dapat memengaruhi pH konsentrat
jika ada reaksi kimia yang terjadi antara material pipa dan air. Dimana standar mutu air
demineral menurut SNI yaitu berkisar antara 5,0 – 7,5. Proses Reverse Osmosis ini pada
dasarnya metode pemurnian air yang dapat menghasilkan air dengan pH netral atau
mendekati netral (pH 7). Namun, nilai pH yang ideal untuk air hasil RO dapat bervariasi
tergantung pada penggunaan akhir air tersebut.

Grafik efisiensi pemisahan (dalam % R)

Untuk menentukan efisiensi pemisahan dapat dilakukan dengan cara menentukan


koefisien rejection (R). Persen (%) Rejection yang diperoleh, menunjukkan bahwa
membrane semipermeable dapat menahan zat terlarut. Pada tekanan 1,96 bar dan 3,14
bar nilai %Rejection cenderung mengalami penurunan setiap waktunya, sedangkan pada
tekanan 0,98 bar nilainya berfluktuasi yang cenderung terus meningkat.

Hasil keseluruhan dari %Rejection percobaaan ini yaitu berkisar antara 79,01% -
85,08% dan rata-rata setiap tekanan sebesar 81%. Maka, dapat dikatakan bahwa reverse
osmosis berjalan dengan cukup baik meskipun kurang sempurna dikarenakan permeat
yang dihasilkan masih terdapat sedikit kandungan zat terlarutnya atau tidak murni.
Dimana seharusnya semakin besar % rejection atau idealnya berksar pada 90% keatas,
maka akan semakin sempurna karena permeat yang dihasilkan sudah tidak terdapat
kandungan zat terlarutnya.

Grafik Intensitas Energi

Intensitas energi dalam praktikum Reverse Osmosis mengacu pada sejumlah


energi yang diperlukan untuk menggerakkan proses RO. Dimana intensitas energi
merupakan perbandingan antara energi input dengan produk atau massa permeat yang
dihasilkan sehingga menghasilkan nilai intensitas energi dalam satuan kWh/ton produk.
Parameter yang digunakan untuk menentukan intensitas energi, yaitu daya yang diukur
menggunakan Tang Ampere dan parameter lainnya adalah volume produk yang
dihasilkan yang diukur menggunakan gelas ukur. Berdasarkan hasil perhitungan,
didapatkan intensitas energi pada tekanan 0,98 bar berkisar antara 6,02 – 63,63 kWh/ton.
Intensitas energi pada tekanan 1,96 bar kisaran 7,17 – 35,48 kWh/ton, dan pada tekanan
3,14 bar hasilnya berkisar 4,87 – 27,60 kWh/ton. Dimana intensitas energi pada tekanan
0,98 bar lebih besar dibandingkan pada 2 tekanan lainnya. Dengan kata lain semakin
kecil tekanan yang digunakan saat operasi Reverse Osmosis, maka konsumsi energi yang
dikeluarkan akan semakin banyak pula.

Dalam praktikum ini, penting untuk memantau dan mengukur konsumsi energi,
terutama energi listrik yang digunakan oleh pompa, untuk mengevaluasi efisiensi proses.
Tujuan umumnya untuk mencapai pemurnian yang diinginkan dengan menggunakan
jumlah energi yang sesedikit mungkin. Ini dapat dicapai dengan mengoptimalkan kondisi
operasi, pemilihan membran yang sesuai, dan pemilihan pompa yang efisien.
KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan:


1. Reverse osmosis merupakan proses perpindahan massa larutan yang berkonsentrasi
tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah melalui membrane semipermeabel dengan
menggunakan driving force berupa tekanan yang melebihi tekanan osmosisnya. Proses
ini dapat menyisihkan banyak jenis molekul dan ion besar dari larutan sehingga dapat
menghasilkan air dengan kemurnian yang tinggi.
2. Air umpan yang telah melewati proses reverse osmosis akan terpisah menjadi 2 aliran,
yaitu air yang lolos (permeat) dengan kadar zat terlarut semakin rendah seiring
bertambahnya waktu proses dan aliran garam yang tertahan (konsentrat) dengan kadar
zat terlarut semakin tinggi seiring bertambahnya waktu proses.
3. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai %Rejection masih mengalami fluktuatif
dari setiap variasi tekanan dengan rata-rata nilai %rejectionnya adalah diatas 80%.
4. Kinerja sistem menunjukkan intensitas relative mengalami peningkatan dengan setiap
setiap waktunya. Namun, besarnya tekanan pada 3 variasi yang kami gunakan tidak
memberikan perbedaan yang signifikan yang mana ditunjukkan dengan adanya
fluktuasi dari pengaruh tekanan terhadap intensitas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Yustikari, dkk. 2016. STUDI SKALA PILOT PENGOLAHAN AIR ASAM


TAMBANG (AAT) MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS
(RO): PENGARUH ph DAN TEKANAN TERHADAP KINERJA RO.
Universitas Lambung Mangkurat. Diakses dari
https://docplayer.info/51818755-Studi-skala-pilot-pengolahan-air-asam-
tambang-aat-menggunakan-membran-reverse-osmosis-ro-pengaruh-ph-dan-
tekanan-terhadap-kinerja-ro.html pada 23 September 2023.
Suryani, dkk. 2022. ANALISIS PENGARUH WAKTU DAN TEKANAN
TERHADAP DEMINERALISASI AIR BUANGAN AC DENGAN
METODE REVERSE OSMOSIS. Universitas Tridinanti Palembang. Diakses
dari file:///C:/Users/WIN%2010/Downloads/admin,+Faizah+fix.tridinanti+1-
9.pdf pada 23 September 2023.
Saputra. 2018. PENGARUH VARIASI TEKANAN DAN KONSENTRASI AIR
PAYAU TERHADAP REJEKSI MEMBRAN REVERSE OSMOSIS.
Universitas Bosowa. Diakses dari
https://repository.unibos.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4111/2018%
20RUDI%20SAPUTRA%204513044020.pdf?sequence=1&isAllowed=y pada
23 September 2023.

Anda mungkin juga menyukai