Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Reaksi pada zat kimia sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, salah satunya adalah reaksi saponifikasi dan kinetika reaksi.
Pada zat-zat kimia tersebut, terdapat sifat fisik salah satunya adalah daya
hantar listrik yang banyak dijumpai dalam kehidupan karena selalu
menggunakan peralatan listrik. Daya hantar listrik dapat diaplikasikan
dalam titrasi. Titrasi yang digunakan yang berhubungan dengan daya hantar
lustrik adalah titrasi konduktometri. Pengaplikasian ini diterapkan untuk
mengukur konsentrasi dari suatu zat pada tingkat ketelitian yang tinggi.
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasar pada
pergerakan ion dalam suatu larutan (Mulyasuryani, A 2016). Ion yang
bergerak dalam suatu larutan memiliki daya hantar listrik yang besar.
Metode ini biasanya digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dalam
sampel dan juga untuk memisahkan zat-zat logam yang berbahaya yang ada
dalam air.
Kinetika reaksi atau laju reaksi dapat ditentukan oleh konsentrasi
awal dari setiap zat yang orde reaksinya dipangkatkan. Penentuan orde
reaksi pada percobaan ini adalah konstanta reaksi orde dua dari saponifikasi
etil asetat. Saponifikasi merupakan suatu reaksi hidrolisis asam lemak
dengan basa, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi
kesetimbangan (Kamelia, 2018). Percobaan ini disebut saponifikasi karena
ada pemutusan ikatan ester karena senyawa trigliserida direaksikan dengan
basa kuat.

Tujuan Praktikum
1. Menentukan orde reaksi dari saponifikasi ester dengan metode
konduktometri,
2. Menentukan konstanta laju reaksi dari saponifikasi ester dengan metode
konduktometri,
3. Menentukan energi aktivasi dari saponifikasi ester dengan metode
konduktometri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Saponifikasi merupakan suatu reaksi hidrolisis asam lemak dengan
basa, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan
(Kamelia, 2018). Reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH)
yang menghidrolisis trigilserida. Pada senyawa trigliserida terdapat suatu
ikatan ester yang pada reaksi saponifikasi direaksikan dengan basa kuat agar
ikatan ester tersebut terputus dan menghasilkan garam asam lemak dan
gliserol (Ilmu Kimia, 2013). Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh suatu
basa melibatkan reaksi kesetimbangan. Dalam percobaan ini, reaksi
saponifikasi ester yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH
Kinetika reaksi merupakan jumlah mol reaktan persatuan volume
yang bereaksi dalam satuan waktu tertentu yang menunjukkan perubahan
konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu (Aguspur,
2014). Percobaan kinetika reaksi kimia dilakukan untuk mengetahui faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia pada suatu zat. Faktor
tersebut antara lain molekul dari pereaksi dan produk, konsentrasi zat,
besaran temperatur, dan pengaruh katalis (Wardaya College, 2019).
Kinetika reaksi sejalan dengan pengurangan jumlah konsentrasi reaktan dan
penambahan konsentrasi produk. Didalam kinetika reaksi, dipelajari laju
reaksi yaitu besaran yang menjelaskan mengenai laju penurunan pereaksi
(reaktan) dan laju bertambahnya produk (hasil reaksi).
Hubungan antara kinetika reaksi dengan konsentrasi dapat
dinyatakan dalam persamaan kecepatan yaitu :
−𝑑 {𝐴} −𝑑 {𝐵} −𝑑 {𝐶} −𝑑 [𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘]
= = = = …………………(2.1)
dt dt dt dt

= 𝐾𝑟 [𝐴]𝑛1 [𝐵]𝑛2 [𝐶]𝑛3 ……………………………………(2.2)


Dimana Kr adalah konstanta laju reaksi yang nilainya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan temperatur.
Laju reaksi adalah besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil
reaksi per satuan waktu (Bitar, 2019). Nilai konstanta laju reaksi merupakan
suatu koefisien yang selalu ada di dalam laju reaksi yang dilambangkan
dengan simbol K. Persamaan laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑉 = 𝑘𝑟 [𝐴][𝐵] …………..…….…………………(2.3)
Dalam laju reaksi terdapat pembelajaran orde reaksi. Orde reaksi
dapat dinyatakan sebagai banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Berikut adalah jenis dari orde reaksi :
 Orde satu, menyatakan grafik dari hubungan antara ln C dengan t yang
merupakan garis lurus dengan slope K dan intersep ln Co,
 Orde dua, menyatakan grafik hubungan antara 1/C dengan t yang
merupakan garis lurus dengan slope K dan intersep 1/Co,
 Orde tiga, menyatakan grafik hubungan antara 1/C2 dengan t yang
merupakan garis lurus dengan slope 2K dan intersep 1/Co2.
Energi aktivasi adalah jumlah suatu energi minimal yang dibutuhkan
karena harus ada dalam sistem kimia agar reaksi dapat berjalan, yang
awalnya reaktan bereaksi dan akhirnya menghasilkan produk. Energi
aktivasi bergantung pada konstanta laju reaksi dan temperatur reaksi. Energi
aktivasi dapat dinyatakan dengan persamaan :
𝑘𝑟 = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇 …………………………….…..(2.4)
E
ln 𝑘𝑟 = ln 𝐴 − ……………..…..…………….(2.5)
RT

Dengan: A = faktor frekuensi untuk reaksi


Ea = Energi aktivasi
R = Konstanta gas universal
T = Temperatur (dalam Kelvin)
Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion didalam larutan. Pergerakan ion didalam larutan ion yang
mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Dalam
mengukur konduktivitas yang spesifik, larutan dipilih yang nilainya paling
konstan, karena nilai konduktivitas cenderung berubah setiap saat sehingga
nilai yang paling konstan merupakan nilai yang mendekati nilai yang
sebenarnya. Faktor yang mempengaruhi daya hantar listrik adalah jumlah
ion yang ada, suhu, kecepatan ion pada beda potensial antara elektroda yang
ada, konsentrasi larutan, dan jenis larutan (Agustyar, 2016).
III. METODE PERCOBAAN

Bahan
 NaOH,
 Etil asetat,
 Asam oksalat,
 Akuades.

Alat
 Labu ukur 250 ml,
 Gelas kimia 250 ml dan 500 ml,
 Erlenmeyer 100 ml,
 Gelas ukur 100 ml,
 Pipet ukur 25 ml,
 Pipet ukur 5 ml,
 Pipet tetes,
 Filler,
 Thermometer,
 Kaca arloji,
 Batang pengaduk,
 Magnetic stirrer,
 Stopwatch,
 Buret,
 Hotplate,
 Botol semprot,
 Statif dan klem.
Prosedur Kerja

Mulai

Dibuat larutan NaOH 1 M


pada labu takar 250 ml

Dibakukan dengan asam oksalat (duplo)

Diambil 12.5 mL NaOH dan diencerkan


menjadi 500 mL

Disiapkan 1.2 mL
CH3COOC2H5 pekat

Diencerkan

Diambil masing-masing
larutan 100 mL

Dibuat kondisi masing-masing pada suhu


kamar, 40 0C, dan 50 0C (digunakan
termometer)
Larutan dicampur masing-masing 100 mL,
dan diukur daya hantarnya tiap 30 detik
selama 5 menit dengan konduktometri dan
diamati

Dibiarkan selama 30 menit, lalu diukur


dengan konduktometri untuk menghiitung
A∞

Selesai

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan
Tabel 4.1. Data Pembakuan NaOH
No Massa Asam Mm Asam Volume NaOH Volume PP
Oksalat (g) Oksalat (g/mol) (mL) (mL)
1 0,6350 126,07 10,04 0,15
2 0,6322 10,05

Tabel 4.2 Data Pengamatan pada taktual = 25,40C

Detik Absorbansi Absorbansi


A∞(µS) a (µS) 1/a (µS)-1
ke- (s) (mS) (µS)
30 2,756 2756 1820 936 0,001068
60 2,692 2692 1820 872 0,001146
90 2,629 2629 1820 809 0,001236
120 2,582 2582 1820 762 0,001312
150 2,548 2548 1820 728 0,001373
180 2,518 2518 1820 698 0,001432
210 2,489 2489 1820 669 0,001494
240 2,462 2462 1820 642 0,001557
270 2,437 2437 1820 617 0,001620
300 2.413 2413 1820 593 0,001686

Tabel 4.2 Data Pengamatan pada taktual = 42,40C

Detik Absorbansi Absorbansi


A∞(µS) a (µS) 1/a (µS)-1
ke- (s) (mS) (µS)
30 2,659 2659 1799 860 0,001162
60 2,574 2574 1799 775 0,001290
90 2,513 2513 1799 714 0,001400
120 2,454 2454 1799 655 0,001526
150 2,403 2403 1799 604 0,001655
180 2,365 2365 1799 566 0,001766
210 2,319 2319 1799 520 0,001923
240 2,281 2281 1799 482 0,002074
270 2,248 2248 1799 449 0,002227
300 2,220 2220 1799 421 0,002375

Tabel 4.2 Data Pengamatan pada taktual = 49.40C

Detik Absorbansi Absorbansi


A∞(µS) a (µS) 1/a (µS)-1
ke- (s) (mS) (µS)
30 2,448 2448 2104 344 0,002906
60 2,342 2342 2104 238 0,004201
90 2,301 2301 2104 197 0,005076
120 2,242 2242 2104 138 0,007246
150 2,212 2212 2104 108 0,009259
180 2,180 2180 2104 76 0,013157
210 2,161 2161 2104 57 0,017543
240 2,144 2144 2104 40 0,025000
270 2,128 2128 2104 24 0,041666
300 2,115 2115 2104 11 0,090909

Tabel 4.2 Data Mencari Nilai Energi Aktivasi (EA)

T (0C) T (K) 1/T (K) K Ln K


25,4 298,4 0,003351 2 x 10-6 -13,1223
42,4 315,4 0,003170 4 x 10-6 -12,4292
49,4 322,4 0,003101 2 x 10-4 -8,5171

Pembahasan
Pada praktikum kali ini, telah dilakukan penentuan kinetika ester
saponifikasi dengan metode konduktometri yang bertujuan untuk
menentukan orde reaksi, konstanta laju reaksi dan menentukan energi
aktivasi dari saponifikasi ester dengan metode konduktometri. Pada
percobaan ini, reaksi saponifikasi terjadi antara larutan basa kuat NaOH
dengan ester. Reaksi ini dilakukan agar ikatan ester tersebut terputus.
Mekanisme reaksi saponifikasi ester yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH
Namun, sebelum dilakukan reaksi saponifikasi, dilakuan terlebih dahulu
pembakuan NaOH dengan menggunakan asam oksalat. Tujuan dari
pembakuan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari
NaOH. Titrasi ini dilakukan sebanyak dua kali (duplo). Volume NaOH yang
diperlukan dalam titrasi pertama adalah 10,04 mL dan pada titrasi kedua
adalah 10,05 mL. Setelah dilewati proses perhitungan, diperoleh bahwa nilai
konsentrasi sebenarnya dari NaOH adalah 1,0006 M, dan ini tidak jauh
berbeda dengan NaOH dalam botol induk yaitu 1 M.
Proses selanjutnya setelah dilakukan pembakuan adalah
pengenceran NaOH dan CH3COOC2H5. Masing-masing larutan yang telah
diencerkan tersebut diambil sebanyak 100 mL, kemudian dicanpurkan dan
diukur daya hantarnya pada variasi suhu 25, 40 dan 50 0C menggunakan alat
konduktometer selama 300 sekon. Setelah diukur, larutan pada variasi suhu
tersebut dibiarkan selama 30 menit kemudian dihitung nilai A∞. Hasil nilai
A∞ yang diperoleh pada variasi suhu 25, 40 dan 50 °C masing-masing
adalah 1820, 1799 dan 2104 µS. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat
ditentukan nilai konstanta laju reaksi (K) dengan memplotkan pada grafik t
(waktu) terhadap nilai 1/a (µS)-1. Pada grafik setiap variasi suhu diperoleh
nilai linearitas dengan rumus y = ax+b. Nilai slope (a) sebanding dengan
nilai K. Nilai K pada suhu 25,4 °C adalah 2 x 10-6, pada suhu 42,4 °C adalah
4 x 10-6 dan pada suhu 49,4 °C adalah 2 x 10-4.
Dari nilai K yang diperoleh dari grafik dapat dijelaskan bahwa
semakin meningkatnya suhu, maka seharusnya nilai konstanta laju reaksi
akan meningkat. Namun, dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa dari
suhu 25 °C ke suhu 40 °C, yang harusnya nilai A∞ nya meningkat, pada
percobaan yang telah dilakukan nilai A∞ nya menurun. Hal ini dikarenakan
adanya kesalahan pada pengukuran, yang seharusnya diukur pada suhu 40
°C tetapi diukur pada suhu 42,2 °C (melenceng cukup jauh karena ada
perbedaan suhu sampai 2,2 °C) sehingga nilai A∞ nya mengalami kesalahan
atau eror.
Selanjutnya, nilai K yang telah diperoleh, digunakan untuk
menghitung nilai Energi aktivasi (Ea). Nilai Energi aktivasi (Ea) diperoleh
dengan cara memplotkan grafik 1/T terhadap nilai ln K dari setiap variasi
suhu yaitu 25,4 °C; 42,2 °C dan 49,2 °C. Setelah dilakukan perhitungan
melalui regresi linier diperoleh nilai Energi aktivasi (Ea) sebesar
128,559382 kJ/mol. Orde reaksi dari proses saponifikasi ester merupakan
reaksi berorde dua karena plot grafik yang ditentukan adalah 1/T dengan ln
K seperti yang dipaparkan pada dasar teori. Hal ini dapat dibuktikan dengan
laju reaksi bergantung pada konsentrasi dua reaktan yaitu basa NaOH
dengan CH3COOC2H5.
V. KESIMPULAN

1. Reaksi saponifikasi mengikuti orde kedua, karena yang memiliki nilai R


paling mendekati 1 adalah pada grafik 1.2 yakni ketika suhu 40 0C,
2. Percobaan pada suhu 250C dihasilkan grafik 1.1 dan diperoleh nilai K
sebesar 2 x 10-6 µS dari nilai regresi linear, pada suhu 40 0C dihasilkan
grafik 1.2 dan diperoleh nilai K sebesar 4 x 10-6 µS, dan pada suhu 50 0C
dihasilkan grafik 1.3 dan diperoleh nilai k sebesar 2 x 10-4µS,
3. Energi aktivasi yang diperoleh dari percobaan adalah sebesar 128,559382
Kj/mol.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Aguspur (2014). KINETIKA REAKSI. Diambil dari :
aguspur.staff.uns.ac.id (Diakses pada : 28 Oktober 2019).
Agustyar (2016). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR
LISTRIK. Diambil dari : akhmadawaludin.web.ugm.ac.id/faktor-
yang-mempengaruhi-daya-hantar-listrik/ (Diakses pada : 03
November 2019).
Bitar (2019). Laju reaksi : Pengertian, Rumus, Contoh Soal Dan Faktor yang
Mempengaruhi. Diambil dari : gurupendidikan.co.id/laju-reaksi/
(Diakses pada : 03 November 2019)
Ilmu Kimia (2013). Reaksi Saponifikasi. Diambil dari :
https://www.ilmukimia.org/2013/05/reaksi-saponifikasi.html
(Diakses pada 03 November 2019)
Kamelia (2018). Saponifikasi : Definisi, Manfaat, Reaksi Kimia, dll.
Diambil dari : klikfarmasi.com (Diakses pada : 28 Oktober 2019).
Mulyasuryani, A (2016). Pengembangan Instrumen Berbasis Konduktivitas
Untuk Mendeteksi Cemaran Pangan Dalam Produk Pertanian.
Diambil dari : journals.itb.ac.id (Diakses pada : 28 Oktober 2019).
Wardaya College (2019). Kinetika Reaksi. Diambil dari :
https://www.wardayacollege.com/kimia/kinetika-reaksi/ (Diakses
pada : 03 November 2019)
LAMPIRAN

Perhitungan Dan Grafik


1. Pembakuan NaOH

2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O (l)

2 (massa asam oksalat)


𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻(1) =
Mm asam Oksalat x V NaOH
2 (0,6350g)
= g
126,07 x 0,01004L
mol
= 1,0033 𝑀

2 (massa asam oksalat)


𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 (2) =
Mm asam Oksalat x V NaOH
2 (0,6322 g)
= g
126,07 x 0,01005L
mol
= 0,9979 𝑀

1,0033 + 0,9979 M
𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 1,0006 𝑀

2. Menghitung nilai K dengan variasi suhu


2.1 Grafik 1.1 Nilai K pada suhu 250C

Grafik hubungan t dengan 1/a pada suhu 250C


0,0018
0,0016
0,0014
0,0012
1/a (µS)-1

0,001
0,0008
y = 2 x 10-6 x + 0,001
0,0006
R² = 0,9959
0,0004
0,0002
0
0 50 100 150 200 250 300 350
t (s)

y = 2 x 10-6 x + 0,001
Sehingga nilai k = a = 2 x 10-6 µS
2.2 Grafik 1.2 Nilai K pada suhu 400C

Grafik hubungan t dan 1/a pada suhu 400C


0,0025

0,002

1/a (µS)-1
0,0015

0,001 y = 4 x 10-6 x + 0,001


R² = 0,9967

0,0005

0
0 50 100 150 200 250 300 350
t (s)

y = 4 x 10-6 x + 0,001
Sehingga nilai K = a = 4 x 10-6 µS

2.3 Grafik 1.3 Nilai k pada suhu 500C

Grafik hubungan t dengan 1/a pada suhu 500C


0,1

0,08
y = 2 x 10-4 x - 0,0179
0,06 R² = 0,6498
1/a (µS)-1

0,04

0,02

0
0 50 100 150 200 250 300 350
-0,02
t (s)

y = 2 x 10-4 x – 0,0179
Sehingga nilai K = a = 2 x 10-4 µS
3. Menghitung nilai Energi aktivasi (Ea)

Grafik antara 1/T dan ln K


0
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034
-2

-4

-6
y = -15463x + 38,24
ln K

-8 R² = 0,6465

-10

-12

-14

-16
1/T

y = -15463x + 38,24

Ea 1
ln 𝑘 = − 𝑥 + ln 𝑘0
𝑅 𝑇

Ea
𝑎=−
𝑅

Ea = −𝑎 x R

Ea = −(−15463)𝑥 (8,314 𝑗/𝑘𝑚𝑜𝑙)

Ea = 128559,382 𝑗/𝑚𝑜𝑙

` = 128, 559382 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

Anda mungkin juga menyukai