Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 4

DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR

DISUSUN OLEH
SHINTA ZAHRA WIDYA PRATIWI (105117032)

LABORATORIUM KIMIA INTEGRASI


PROGRAM STUDI KIMIA
UNIVERSITAS PERTAMINA
10 SEPTEMBER 2019
PERCOBAAN 4
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR

1. TEORI DASAR
Jika zat terlarut ditambahkan dalam dua pelarut yang tidak bercampur, akan
menyebabkan zat terlarut terdistribusi atau terbagi antara kedua pelaut dengan
perbandingan tertentu. Distribusi zat terlarut (solute) dalam masing-masing pelarut ini
sesuai dengan tingkat kepolarannya hingga mencapai titik kesetimbangan. Adapun
perbandingan konsentrasi solute didalam kedua pelarut tetap, dan merupakan suatu
tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien
distribusi. Koefisien distribusi dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Purwani,
2008).
𝐶𝐼
= Kd (1.1)
𝐶𝐼𝐼

Kd = Koefisien distribusi
CI = Konsentrasi Solut dalam pelarut I
CII = Konsentrasi Solut dalam pelarut II
Nilai Kd tetap, bila berat/massa molekul solute dalam pelarut I sama dengan
berat molekul dalam pelarut II. Apabila berat molekul tidak sama karna terjadinya
disosiasi solute atau asosiasi sout dalam suatu pelarut, maka rumus (1.1) tidak dapat
memberikan hasil yang akurat.
Hukum distribusi diterapkan dalam proses ekstraksi. Proses distribusi
diterapkan bertujuan menghilangkan atau memisahkan zat terlarut larutan dengan
pelarut air yang diekstraksi dengan pelarut lain (eter, kloroform dan benzene). Jika zat
yang terlarut terdistribusi diantara dua pelarut yang tidak saling melarutkan & zat
terlarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut maka
dimungkinkan untuk menghitung jumlah terlarut yang dapat diambil atau diekstraksi
melalui sekian kali ekstraksi (Sri Mulyani, 2014).
Ekstraksi cair-cair adalah teknik yang mana pada satu larutan (dalam air) dibuat
bercampur dengan pelarut kedua (organic). Prinsip dasar ekstraksi adalah distribusi zat
terlarut pada perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tak saling becampur seperti
benzene, karbon, tetraklorida atau kloroform. Batasannya yaitu zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fasa pelarut (Khopkar, 1990).
2. TUJUAN
2.1.Menentukan konstanta kesetimbangan asam asetat terhadap pelarut
diklorometanadan air yang tak bercampur.

3. METODOLOGI
3.1.Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Corong pisah 250 mL Asam asetat 1M
Erlenmeyer 100 mL Diklorometana
Buret 50 mL Larutan Standar NaOH 0,5 M
Pipet ukur 10 mL & 25 mL Indikator PP
Pipet volum 25 mL

3.2.Prosedur

50 mL Asam Asetat 1,0 ;


0,8 ; 0,6 ; 0,4 ; 0,2 M

- Masing-masing diambil 25
mL (corong pisah)
- Diambil lagi masing-masing
10 mL (Erlenmeyer)

Larutan asam asetat 10


mL dalam erlenmeyer

- Dititrasi dengan larutan


standar NaOH 0,5 M
- Diduplo
- Ditentukan konsentrasi awal
asam asetat

Nilai konsentrasi
awal asam asetat
Larutan asam asetat 25
mL dalam corong pisah

- Ditambah diklorometana
- Dikocok (10 menit)
- Dibiarkan sampai terjadi
pemisahan (air &
Diklorometana)

Lapisan Air

- Dipisahkan
- Diambil 10 mL
- Dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0,5 mL
- Diduplo
- Ditentukan konsentrasi air
sebelum kesetimbangan

Nilai konsentrasi air


sebelum kesetimbangan

Selesai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Data Pengamatan
 Pembakuan NaOH
Tabel 4.1 Pembakuan NaOH
No. Massa Oksalat (gram) Volume NaOH (mL) Konsentrasi
NaOH (M)
1. 0,3154 g 10 mL 0,50035
2. 0,3158 g 10 mL 0,50099

 Distribusi Asam Asetat Antara Air dan Diklorometana


Tabel 4.2 Pengenceran asam asetat 2M
[CH3COOH]I [CH3COOH]II VII CH3COOH VI CH3COOH
2M 1M 50 mL 25 mL
2M 0,8 M 50 mL 20 mL
2M 0,6 M 50 mL 15 mL
2M 0,4 M 50 mL 10 mL
2M 0,2 M 50 mL 5 mL

Tabel 4.3 Konsentrasi Awal CH3COOH


Volume NaOH (mL) Volume Rata-
M [CH3COOH]awal
I II rata NaOH (mL)
1 19,9 19,8 19,85 0,9938
0,8 15,7 16 15,85 0,7935
0,6 11,9 12 11, 95 0,5983
0,4 8,2 7,9 8,05 0,4030
0,2 4 4 4 0,2002

Tabel 4.4 Konsentrasi air CH3COOH


Volume NaOH Volume
[CH3CO [CH3COO ln
(mL) Rata-rata
OH]teori H]air [CH3COOH]air
I II NaOH (mL)
1M 18 18 18 0,9012 -0,1040
0,8 M 14,5 14,6 14,55 0,7284 -0,3169
0,6 M 10,7 10,2 10,45 0,5232 -0,6477
0,4 M 7,5 7,2 7,35 0,3679 -0,9999
0,2 M 3,9 3,8 3,85 0,1927 -1,6466

Tabel 4.5 [CH3COOH]Organik


[CH3COOH] [CH3COOH]Organik ln [CH3COOH]Organik
1M 0,0926 -2,3794
0,8 M 0,0651 -2,7318
0,6 M 0,0751 -2,5889
0,4 M 0,0351 -3,3495
0,2 M 7,5 x 10-3 -4,8928

 Grafik 4.1 ln [CH3COOH]air (X) VS ln[CH3COOH]Organik (Y)

ln [CH3COOH]air (X) VS ln[CH3COOH]Organik (Y)


0
-1,8 -1,6 -1,4 -1,2 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0
-1

y = 1,5864x - 2,0098 -2
R² = 0,8976
-3

-4

-5

-6

4.2.Perhitungan
1. Pembakuan NaOH
C2H2O4(aq) + 2NaOH (aq) ⸻> Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Simplo :
n Oksalat = n NaOH
2 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 C2H2O4
= M NaOH x V NaOH
𝑀𝑚 C2H2O4
2 𝑥 0,3154 𝑔
M NaOH = 𝑔
126,07 𝑥 0,01 𝐿
𝑚𝑜𝑙

M NaOH = 0,50035 M
Duplo :
n Oksalat = n NaOH
2 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 C2H2O4
= M NaOH x V NaOH
𝑀𝑚 C2H2O4
2 𝑥 0,3158 𝑔
M NaOH = 𝑔
126,07 𝑥 0,01 𝐿
𝑚𝑜𝑙

M NaOH = 0,50099 M

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝐼 + 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝐼𝐼
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
0,50035 𝑀 + 0,50099 𝑀
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 0,50067 M
2. Distribusi asam asetat antara air dan diklorometana
 Pengenceran asam asetat
M1 x V1 = M2 x V2
M1 = 2 M
V2 = 50 mL
 M2 = 1 M
𝑀2 𝑥 𝑉2
𝑉1 =
𝑀1

1 𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = 25 𝑚𝐿
2𝑀
 M2 = 0,8 M
0,8 𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = 20 𝑚𝐿
2𝑀
 M2 = 0,6 M
0,6 𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = 15 𝑚𝐿
2𝑀
 M2 = 0,4 M
0,4 𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = 10 𝑚𝐿
2𝑀
 M2 = 0,2 M
0,2 𝑀 𝑥 50 𝑚𝐿
𝑉1 = = 5 𝑚𝐿
2𝑀
 [CH3COOH]awal
CH3COOH + NaOH ⸻> NaCH3COO + H2O
M asetat x V asetat = M rata-rata NaOH x V rata-rata NaOH
V asetat = 10 mL
M NaOH rata-rata = 0,50067 M
𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑀 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
𝑉 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
 1M
0,50067 𝑀 𝑥 19,85 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = = 0,9938 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,8 M
0,50067 𝑀 𝑥 15,85 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = = 0,7935 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,6 M
0,50067 𝑀 𝑥 11,95 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = = 0,5983 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,4 M
0,50067 𝑀 𝑥 8,05 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = = 0,4030 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,2 M
0,50067 𝑀 𝑥 4 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = = 0,2002 𝑀
10 𝑚𝐿

 [CH3COOH]air
𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑀 𝑎𝑖𝑟 =
𝑉 𝑎𝑖𝑟
 1M
0,50067 𝑀 𝑥 18 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑖𝑟 = = 0,9012 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,8 M
0,50067 𝑀 𝑥 14,55 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑖𝑟 = = 0,7284 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,6 M
0,50067 𝑀 𝑥 10,45 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑖𝑟 = = 0,5232 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,4 M
0,50067 𝑀 𝑥 7,35 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑖𝑟 = = 0,3679 𝑀
10 𝑚𝐿
 0,2 M
0,50067 𝑀 𝑥 3,85 𝑚𝐿
𝑀 𝑎𝑖𝑟 = = 0,1927 𝑀
10 𝑚𝐿

 [CH3COOH]organic
[CH3COOH]organic = [CH3COOH]awal – [CH3COOH]air
 1M
[CH3COOH]organic = 0,9938 M – 0,9012 M
= 0,0926 M
 0,8 M
[CH3COOH]organic = 0,7935 M – 0,7284 M
= 0,0651 M
 0,6 M
[CH3COOH]organic = 0,5983 M – 0,5232 M
= 0,0751 M
 0,4 M
[CH3COOH]organic = 0,4030 M – 0,3679 M
= 0,0351 M
 0,2 M
[CH3COOH]organic = 0,2002 M – 0,1927 M
= 7,5 x 10-3 M
3. Mencari Nilai K
Y= ax + b
y = 1,5864x - 2,0098

𝑛
ln Morg = n ln Mair ln
𝑘

 a=n
n = 1,5864
𝑛
 b = ln 𝐾
𝑛
K = 𝑒^𝑏
1,5864
K = 𝑒^−2,0098 = 11,703

4.3.Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan distribusi solute antara dua pelarut tak
bercampur. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konstanta
kesetimbangan suatu pelarut (solute) terhadap dua pelarut yang tak bercampur. Pada
tahap pertama dilakukan pembakuan NaOH duplo untuk menentukan konsentrasi rata-
rata dari NaOH, selanjutnya data konsentrasi rata-rata NaOH digunakan untuk mencari
[CH3COOH]awal dan [CH3COOH]air.
Pada proses pembakuan NaOH, asam oksalat ditimbang sebanyak 0,3154 g dan
0,3158 g. Kemudian masing-masing asam oksalat dengan massa yang berbeda tersebut
dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH. Volume NaOH yang
digunakan pada kedua titrasi pembakuan tersebut adalah 10 mL. Dari hasil perhitungan
didapati masing-masing konsentrasi dari NaOH adalah 0,50035 M dan 0,50099 M
dengan rata-rata konsentrasi NaOH adalah 0,50067 M.
Pelarut (solute) yang digunakan pada percobaan ini yaitu CH3COOH (asam
asetat) 2 M diencerkan ke 50 mL dengan konsentrasi bervariasi, yaitu 1, 0.8, 0.6, 0.4
dan 0.2 M. Kedua pelarut yang tak bercampur digunakan aquadest (pelarut air) dan
diklorometana (pelarut organic). Aquadest dan diklorometana memiliki kepolaran yang
berbeda, sehingga kedua pelarut tersebut tidak akan bercampur. Dan asam asetat akan
terdistribusi ke dalam dua fasa pelarut tersebut.
Sebelum dilakulakn ekstraksi, larutan asam asetat dititrasi menggunakan larutan
NaOH 0,5. Tujuan dari percobaan ini awalnya untuk mengetahui konsentrasi dari asam
asetat, sehingga titrasi yang terjadi merupakan titrasi asam basa. Ketika NaOH 0,5 M
yang digunakan semakin banyak untuk mencapai titik ekivalen maka semakin tinggi
pula konsentrasi asam asetat. Pada saat titrasi, digunakan indicator PP. Ketika reaksi
sudah mencapai titik ekivalen, maka warna larutan akan berubah menjadi warna merah
muda seulas. Reaksi ini merumakan reaksi antara asam lemah dan basa kuat, sehingga
larutan setelah terjadinya reaksi cenderung bersifat basa. Reaksi yang terjadi pada
proses titrasi antara asam asetat dan NaOH adalah sebagai berikut.
CH3COOH + NaOH ⸻> NaCH3COO + H2O
Pada akhir proses titrasi ini didapati konsentrasi awal asam asetat dari masing-masing
konsentrasi variasi (1, 0.8, 0.6, 0.4, 0.2) setelah dilakukan proses perhitungan adalah
berturut-turut 0,9938 ; 0,7935; 0,5983; 0,4030; 0,2002 M.
Proses selanjutnya adalah ekstraksi dengan menambahkan diklorometana ke
dalam larutan asam asetat didalam corong pisah dengan tujuan agar terjadi
pendidtribusian asam asetat pada dua fasa. Pada saat proses ekstraksi, asam asetat dan
diklorometana dikocok masing-masing dalam variasi konsentrasi berbeda selama 10
menit sampai setimbang dan keran corong pisah dibuka setiap 10 detiknya agar dua
fasa tersebut bercampur dan uap yang berasal dari diklorometana keluar. Setelah proses
ekstraksi, larutan dalam corong pisah didiamkan sesaat agar proses pemisahan berjalan
sempurna, dan pada kondisis setimbang akan membentuk dua fasa yaitu fasa air dan
diklorometana. Asam asetat terdisitribusi dalam kedua fasa larutan tersebut. Kemudian
fasa air masing-masing konsentrasi diambil sebanyak 10 mL dan selanjutnya dilakukan
titrasi kembali dengan meneteskan indicator PP dan dititrasi menggunakan NaOH 0,5
M. Hasil percobaan menunjukkan bahwa volume NaOH yang digunakan untuk
mentitrasi asam asetat setelah titrasi semakin sedikit.. Hal tersebut menyebabkan
adanya penurunan dari konsentrasi asam asetat. Konsentrasi ini disebut juga
[CH3COOH]air dengan masing-masing konsentrasi variasi, idapat masing-masing
konsentrasi asam asetat dalam fasa airnya adalah 0,9012; 0,7284; 0,5232; 0,3679;
0,1927 M.
Setelah diketahui masing-masing konsentrasi awal asetat dan konsentrasi air,
selanjutnya ditentukan [CH3COOH]organic dengan mengurangkan [CH3COOH]awal dan
[CH3COOH]air . Dari hasil perhitungan diperoleh [CH3COOH]organic masing-masing
variasi konsentrasi (1; 0,8; 0,6; 0,4; 0,2) adalah 0,096; 0,0651; 0,751; 0,0351; 7,5 x 10^-
3 M. Dari hasil perolehan konsentrasi tersebut, dihitung ln dari masing-masing
konsentrasi (ln[CH3COOH]air dan [CH3COOH]organic ). Kemudian setelah diketahui
nilai ln masing-masing konsentrasi. Dibuatlah grafik ln[CH3COOH]air terhadap
[CH3COOH]organic , yang mana akan membentuk garis linear dengan slope n dan
𝑛
intersep ln . Berdasarkan hasil percobaan grafik hubungan antara ln[CH3COOH]air
𝐾

terhadap [CH3COOH]organic membentuk garis linear dengan persamaan garis y =


1,5864x - 2,0098 dengan nilai R² = 0,8976. Sehingga diperoleh nilai n yaitu 1,5864 dan
didapati nilai K yaitu 11,703. Nilai K yang diperoleh lebih dari 1, menunjukkan bahwa
asam asetat lebih terdistribusi ke fasa organic (diklorometana).

5. KESIMPULAN
5.1.Berdasarkan hasil percobaan dan setelah dilakukan perhitungan bahwa nilai
konstanta (K) kesetimbangan asam asetat terhadap pelarut diklorometana dan air
yang tak bercampur adalah sebesar 11,703.
6. PUSTAKA
Khopkar, S.M., (1998), Basic Concepts Of Analytical Chemistry, New Age
International Ltd., New Delhi.
Mulyani, Sri dan Hendrawan (2014). Kimia Fisika II. Bandung : UPI
Purwarni, M.V, Suyanti. Muhadi A.W (2008). Ekstraksi konsentrat Neodimium
memakai Asam Di-2-EtilHesilFosfat. BATAN. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai