VISKOMETRI
DISUSUN OLEH :
FAIROUZ ANANDA NISSA (105117019)
1. Metode Ostwalt/Kapiler
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir
karena gravitasi melalui viskometer Ostwald.
Sehingga berdasarkan hukum Heagen Poiseuille dapat menentukan
distribusi kecepatan dalam arus laminar melalui pipa silindris dan
menentukan jumlah cairan yang keluar perdetik.
ŋ = Π P r4t
8 VL
Dengan
Ŋ x 𝑡𝑥𝑃𝑥 𝑡𝑥𝑃𝑥
= 𝑡𝑎𝑃𝑎 maka ŋ x = 𝑡𝑎𝑃𝑎 ŋ a
ŋa
2. Metode Hoppler
Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan tanpa batas sepanjang
tegangan yang diberikan.Tegangan tidak bergantung pada regangan geser
tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan juga
disebut laju regangan.
II. TUJUAN
2.1. Menentukan massa jenis minyak goreng, gliserol, dan oli pada suhu 30, 35, 40,
45, 50℃ dari percobaan viskometri
2.2. Menentukan nilai viskometri minyak goreng, gliserol, dan oli pada suhu 30, 35,
40, 45, 50℃ dari percobaan viskometri
2.3. Menentukan energy aktivasi minyak goreng, gliserol, dan oli pada suhu30, 35,
40, 45, 50℃ dari percobaan viskometri
III. METODOLOGI
3.1. Alat
- Viskometer Ostwalt
- Stopwatch
- Hot plate
- Gelas ukur
- Thermostat
- Thermometer
- Pompa karet
- Piknometer
- Corong gelas
- Neraca analitik
3.2. Bahan
- Aqua dm
- Oli
- Gliserol
- Minyak goreng
3.3. Prosedur
3.3.1. Penentuan kekentalan dan energi aktivasi secara viskometri
Piknometer
Viscometer
Data
V. PERHITUNGAN
5.1. Menghitung volume piknometer
Piknometer 96 (30℃)
M air =M(air) – M(kosong)
M air = 46,0750 gram – 21,5492 gram
M air = 24,5258 gram
𝑀 𝑀 24,5258 𝑔𝑟𝑎𝑚
Ρ= , maka V = 𝜌 = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉 0,995 ⁄𝑚𝐿
V = 24,6490 ml
Piknometer No. 101
M air = M(air) – M(kosong)
M air = 45,54021 gram – 20,6507 gram
M air = 24,8895 gram
𝑀 𝑀 24,8895 𝑔𝑟𝑎𝑚
Ρ= , maka V = 𝜌 = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉 0,995 ⁄𝑚𝐿
V = 25,0146 ml
Suhu 35 ˚C
Suhu 40 ˚C
𝑀 42,4875 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 19,9286 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌= =
𝑉 25,0868 𝑚𝐿
𝑔
𝜌 = 0,8992 = 899,2 𝑘𝑔/𝑚3
𝑚𝐿
Suhu 45 ˚C
Suhu 50 ˚C
- suhu 30℃
- suhu 30℃
suhu 35 ˚C
suhu 40 ˚C
suhu 45 ˚C
suhu 50 ˚C
5.3.2. Oli
Suhu 30℃
suhu 40 ˚C
suhu 45 ˚C
suhu 50 ˚C
5.3.3. Gliserol
Suhu 30℃
suhu 35 ˚C
suhu 40 ˚C
suhu 45 ˚C
suhu 50 ˚C
2
1.5 y = 5436.6x - 14.529
1 R² = 0.9328
0.5
0
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
1/T
J J
Ea = 8,314 mol × (5436,6) = 46862,6924 mol atau 46,86 KJ/mol
5.4.2. Oli
Tabel 5.4.2. Data pengamatan energy aktivasi oli
Suhu (K) 1/T (1/K) ƞs (CP) ln ηs
303 0,0033003 105,9722 4,6632
308 0,0032467 57,9042 4,0588
313 0,0031949 43,6706 3,7767
318 0,0031447 32,8225 3,4911
323 0,0030960 26,3896 3,2730
Grafik ln ƞ vs 1/T Oli
5
4.5
4
3.5
3
ln ƞ
2.5
2 y = 6579.2x - 17.178
1.5 R² = 0.9633
1
0.5
0
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
1/T
J J KJ
Ea = 8,314 mol × (6579,2) = 54699,4688 mol atau 54,7 mol
5.4.3. Gliserol
Tabel 5.4.3. Data pengamatan energy aktivasi gliserol
Suhu (K) 1/T (1/K) ƞs (CP) ln ηs
303 0,0033003 36,7704 3,60469
308 0,0032467 14,3249 2,66200
313 0,0031949 14,0576 2,64316
318 0,0031447 12,0122 2,48592
323 0,0030960 10,8984 2,38861
Grafik ln ƞ vs 1/T gliserol
4
3.5
2.5
ln ƞ
1.5
1 y = 5155.9x - 13.724
R² = 0.73
0.5
0
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
1/T
J J KJ
Ea = 8,314 mol × (5155,9) = 42866,1526 atau 42,87 mol
mol
VI. PEMBAHASAN
Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat
cair. Oleh karena itu, semakin besar viskositas zat cair maka semakin susah benda
padat bergerak di dalam zat cair tersebut. Akibat adanya kekentalan zat cair di dalam
pipa maka besarnya kecapatan gerakpartikel pada penampang melintang tersebut
tidak sama, hal ini disebabkan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental.
Besaran viskositas berbanding terbalik dengan perubahan temperatur karena kenaikan
temperatur akan melemahkan ikatan antar molekul suatu jenis cairan sehingga akan
menurunkan nilai viskositasnya. Penentuan viskositas larutan dilakukan dengan
menggunakan viskometer Ostwald dan juga menggunakan piknometer.
Penentuan viskositas dengan metode viskometer Ostwald ini dilakukan dengan
memasukkan zat cair ke dalam alat viskometer melalui pipa dengan lubang yang
besar kemudian dengan cara menghisap cairan dibawa ke pipa kanan yang terdapat
garis batas sampai ke garis atas. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir bebas dan
waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis atas ke bawah diukur. Masing-
masing zat cair diperlakukan sebanyak tiga kali, karena untuk mendapatkan nilai yang
mendekati benar. Sebab alat yang digunakan tidak dapat menentukan hasilnya secara
pasti, dari ketiga hasil tersebut kemudian dirata-ratakan. Setelah didapat waktunya,
dapat ditentukan massa zat cair pada suhu yang telah ditentukan dengan piknometer.
Dilakukan semua perhitungan untuk aqua dm. Larutan sampel yang digunakan adalah
gliserol, minyak goreng, dan oli. Penggunaan ketiga larutan tersebut memiliki
viskositas (kekentalan) yang berbeda. Dalam percobaan digunakan viskometer yang
dipanaskan dengan air pada suhu tertentu.
Pada percobaan ini aqua dm digunakan sebagai pembanding. Hal ini
dilakukan karena aqua dm sudah memiliki ketetapan untuk nilai viskositasnya Hasil
yang didapat dari grafik yaitu semakin besar suhu maka akan semakin kecil massa
jenis zat-nya. Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada zat cair akan
bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam
zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Selain itu dapat pula
diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin
menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat
sehingga viskositasnya menurun.
Dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin banyak
waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan
tersebut semakin besar pula. Hal ini terjadi karena waktu yang diperlukan oleh suatu
cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya.
Sehingga didapat energy aktivasi dari beberapa sampel zat cair untuk minyak goreng
sebesar 46,86 kj/mol ; oli sebesar 54,7 kj/mol ; dan gliserol sebesar 42,87 kj/mol.
VII. KESIMPULAN
7.1. Telah didapat massa jenis sampel pada suhu 30, 35, 40, 45, 50℃ sebesar :
7.1.1. Minyak goreng
kg
- 909,5 m3
kg
- 901,4 m3
kg
- 899,2 m3
kg
- 898,4 m3
kg
- 895,8 m3
7.1.2. Gliserol
kg
- 1217,5 m3
kg
- 1217,4 m3
kg
- 1213,0 m3
kg
- 1211,0 m3
kg
- 1207,9 m3
7.1.3. Oli
kg
- 879,3 m3
kg
- 876,4 m3
kg
- 864,4 m3
kg
- 855,6 m3
kg
- 843,2
m3
7.2. Telah didapat viskositas minyak goreng, gliserol, dan oli pada suhu 30, 35, 40,
45, 50℃ sebesar :
7.2.1. Minyak goreng
- 35,0881 CP
- 19,7491 CP
- 15,8849 CP
- 12,6892 CP
- 10,9956 CP
7.2.2. Gliserol
- 36,7704 CP
- 14,3249 CP
- 14,0576 CP
- 12,0122 CP
- 10,8984 CP
7.2.3. Oli
- 105,9722 CP
- 57,9042 CP
- 43,6706 CP
- 32,8225 CP
- 26,3896 CP
7.3. Telah didapat energy aktivasi dari minyak goreng sebesar 46,86 kj/mol ; oli
sebesar 54,7 kj/mol ; dan gliserol sebesar 42,87 kj/mol.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R. A & Daniels, F., 1984, Kimia Fisik, Jilid 2 (terjemahan), Penerbit
Erlangga, Jakarta, hal : 114-146.
Rao, R, R., dan Fasad, K, R,. 2003. Effects of Velocity- Slip and Viscosity
variation on Journal Bearings. Vol 46. Hal 143-152. India