Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pewarna dikenal sebagai bahan yang umum dipakai dalam industri


tekstil, industri poligrafi, dan industri lainnya. Pembuangan limbah yang
mengandung pewarna organik ke dalam sumber air alami menghasilkan
penurunan konsentrasi oksigen terlarut. Pewarna kationik seperti
methylene blue (MB) diketahui lebih beracun daripada yang anionik
(Vezentsev, A, 2018). MB dapat mengiritasi kulit manusia, mata, dan
memiliki efek karsinogenik. Penghilangan MB dan pewarna lain dari air
limbah adalah masalah serius di lingkungan sekitar. Ada beberapa cara
untuk menghilangkan pewarna organik, yaitu biodegradasi, koagulasi,
degradasi katalitik oksidatif, teknologi membran, degradasi
elektrokimia, adsorpsi. Teknik adsorpsi adalah salah satu metode yang
paling umum untuk menghilangkan pewarna organik karena mudah dan
sangat efisien.
Adsorbsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana bahan
(adsorbat) bergerak dari fase gas atau cair dan membentuk lapisan
monomolekul superfisial pada fase padat atau cair (substrat). Adsorpsi
terbagi menjadi dua macam berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi
yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia Dalam adsorpsi terdapat istilah
adsorben atau penyerap dan adorbat yaitu zat yang diserap. Pada
percobaan ini bentonit digunakan sebagai adsorben dan methylene blue
(MB) sebagai adsorbat.
Bentonit digunakan sebagai adsorben karena harganya murah,
tersedia secara alami dan memiliki luas permukaan yang tinggi (Al-
Asheh, S 2003). Beberapa peneliti telah menguji berbagai metode
aktivasi untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi bentonit untuk
menghilangkan pewarna. Pada percobaan ini kemampuan bentonit
diaktifkan secara fisika dan kimia untuk menyerap larutan MB.
Parameter yang digunakan pada proses adsorpsi adalah konsentrasi awal
bahan yang diserap, dan suhu.
Tujuan Praktikum

1. Menentukan kecenderungan kapasitas adsorpsi methylene blue oleh


adsorban bentonit AABSRG terjadi secara Freundlich atau
Langmuir,
2. Menentukan nilai ΔG, ΔH, ΔS pada reaksi methylene blue oleh
adsorban bentonit AABSRG,
3. Menentukan orde reaksi dari adsorpsi methylene blue oleh adsorban
bentonit AABSRG.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan


maupun gas) terikat pada permukaan padatan yang akhirnya
memberikan suatu (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut.
Adsorben dan adsorbat adalah istilah yang ada pada adsorpsi. Zat
penyerap disebut dengan adsorben, sedangkan zat yang diserap adalah
adsorbat (Miranda, A 2016). Proses adsorbs dapat terjadi bila padatan
atau molekul gas atau air dikontakkan dengan molekul-molekul
adsorbat, sehingga didalamnya terjadi gaya kohesif atrau hidrostatik
serta gaya ikatan hydrogen yang bekerja diantara molekul seluruh
material. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi, yaitu
(Asip, F 2008) :
1) Proses pengadukan,
2) Karakteristik adsorben,
3) Kelarutan adsorbat.
Berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi, adsorbsi terbagi menjadi
dua, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Bila gaya intermolekular
lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik-menarik yang
relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben, disebut
dengan adsorpsi fisika. Gaya yang terjadi pada adsorpsi fisika disebut
dengan gaya Van Der Waals. Sedangkan adsorpsi kimia terjadi bila ada
pertukaran atau pemakaian elektron bersama antara molekul adsorbat
dengan permukaan adsorben sehingga terjadi reaksi kimia.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan antara jumlah yang diadsorpsi
(ditentukan dengan tepat) dan komposisi dari bulk phase dalam kondisi
kesetimbangan pada suhu konstan (Bleam, W. 2017). Dalam proses
adsorpsi berlaku Isoterm Feundlich yang terjadi pada permukaan
heterogen (Ayawei, N 2017). Isoterm ini mendefinisikan heterogenitas
permukaan dan distribusi eksponensial dari sisi aktif dan energinya.
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi dapat
dinyatakakan dengan persamaan adsorpsi Isoterm Feundlich yaitu
sebagai berikut :
(2.1)
(2.2)

(2.3)
1
Dimana Kf adalah kapasitas adsorpsi (L/mg) dan adalah intensitas
𝑛

adsorpsi dan juga menunjukkan distribusi relatif dari energi dan


heterogenitas dari situs yang diserap.
Selain Isoterm Feundlich, dalam proses adsorpsi berlaku Isoterm
Langmuir yang menggambarkan adsorpsi fase gas-padat juga digunakan
untuk mengukur dan membedakan kapasitas adsorpsi berbagai
adsorben. Isoterm Langmuir memperhitungkan cakupan permukaan
dengan menyeimbangkan laju relatif adsorpsi dan desorpsi
(keseimbangan dinamis). Adsorpsi sebanding dengan fraksi permukaan
adsorben yang terbuka sedangkan desorpsi sebanding dengan fraksi
permukaan adsorben yang tercakup. Persamaan Langmuir dapat ditulis
dalam bentuk linear berikut :
𝑞𝑚.𝐾𝑎.𝐶𝑒
𝑄𝑒 = (1+𝐾𝑎.𝐶𝑒) (2.4)
𝐶𝑒 1 1
= 𝑞𝑚.𝐾𝑎 + 𝑞𝑚 (2.5)
𝑞𝑒

Dimana Ce adalah konsentrasi adsorbat pada kesetimbangan (mg g-1).


Untuk memprediksi kespontanan suatu reaksi dapat digunakan
persamaan energi bebas. Energi bebas dari suatu absorpsi
digambarkan dengan persamaan :
ΔG = -RT ln Ka (2.6)
Hubungan antara ΔG dan Ka, perubahan konstanta kesetimbangan
dengan suhu dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :
𝛥𝐻 1 𝛥𝑆
ln 𝐾𝑎 = − 𝑥𝑇+ (2.7)
𝑅 𝑅

Dalam percobaan ini, yang berperan sebagai adsorben adalah


bentonit. Bentonit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang
termasuk dalam pilosilikat atau silikat berlapis yang terdiri dari
jaringan tetrahedral (SiO4)2- yang terjalin dalam bidang tak hingga
membentuk jaringan anion (SiO)2- dengan perbandingan Si/O sebesar
2/5. Rumus kimia umum bentonit adalah Al2O3.4SiO2.H2O.
Methylene blue adalah zat warna dasar yang penting dan relatif
murah dibandingkan dengan pewarna lainnya yang merupakan
senyawa kimia aromatik heterosiklik dengan rumus kimia
C16H18N3SCl. Dalam percobaan ini akan diukur methylene blue yang
teradsorpsi oleh adsorben menggunakan spektrofotometer UV-VIS
(Firiani, D. 2015). Jumlah methylene blue yang teradsorpsi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(𝐶𝑜−𝐶𝑒) 𝑥 𝑉
𝑄𝑒 = (2.8)
𝑚

Dengan:
Qe = Jumlah methylene blue yang teradsorpsi pada satuan massa
satuan massa bentonit (mg/g)
Co = Konsentrasi methylene blue sebelum diadsorpsi (mg/L)
Ce = Konsentrasi methylene blue setelah diadsorpsi (mg/L)
V = Volume larutan methylene blue (L)
M = Berat adsorben (g)
Laju reaksi menunjukkan perubahan konsentrasi zat yang terlibat
dalam reaksi setiap satuan waktu Laju reaksi dapat didefinisikan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu produk (Sulfah 2015).
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat
oleh adsorben dalam fungsi waktu. Kinetika adsorpsi berhubungan
dengan laju reaksi (Alamsyah, 2009).
Kinetika adsorpsi adalah laju penyerapan suatu fluida oleh
adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam mengetahui
kinetika adsorpsi dapat diukur dengan perubahan konsentrasi zat
teradsorpsi dan menganalisis nilai K (berupa slope / kemiringan) serta
memplotkannya dalam grafik. Kecepatan adsorpsi adalah hal yang
mempengaruhi kinetika adsorpsi. Banyaknya zat yang teradsorpsi per
satuan waktu adalah kecepatan adsorpsi. Hal yang mempengaruhi
kecepatan adsorpsi adalah macam adsorben, macam zat yang
diadsorpsi (adsorbat), luas permukaan adsorben, konsentrasi zat yang
diadorpsi (adsorbat) dan temperature atau suhu

III. METODE PERCOBAAN

Bahan

 Adsorben (Bentonit)
 Larutan methylene blue 2000 ppm
 Aquadest

Alat

 Spektrofotometer UV-VIS
 Kuvet
 Vortex
 Erlenmeyer 100 mL
 Tabung reaksi
 Pipet volumetri 50 mL
 Pipet ukur 25 mL
 Pipet tetes
 Bulp
 Aluminium foil
 Labu takar 500 mL (6)
 Labu takar 100 mL (6)
 Labu takar 50 mL
 Labu semprot
 Gelas kimia 250 mL
Prosedur Kerja

Adsorpsi Isoterm Larutan


3.1 Pembuatan deret standar

Methylene Blue
2000 ppm

- Dipipet 10 ml, dimasukkan ke


labu ukur 100 ml
- Diencerkan, ditera dan
dihomogenkan

Methylene Blue
200 ppm

- Dipipet 10 ml, dimasukkan ke


labu ukur 100 ml
- Diencerkan, ditera dan
dihomogenkan

Methylene Blue
20 ppm

- Dibuat deret standar 0,1;0,3;


0,5; 1; 3; 5; 7
- Diukur dengan
spektrofotometer UV – VIS
dengan λ = 664 nm

Deret standar
Methylene Blue

Selesai
3.2 Pengukuran Methylene blue

Larutan methylene blue


360 ppm

- Diencerkan (100, 200, 280,


320, 360) ppm di labu takar
250 mL
- Diencerkan 100x
- Diukur dengan
spektrofotometer UV-VIS
(λ=664 nm)

Larutan methylene blue


dalam labu takar 250 mL

- Masing-masing diambil 50
mL
- Dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 100 mL
- Ditambah adsorben 0,2 g
(25, 30, 35, 40) °C
- Ditutup aluminium foil
- Dishaker 30 menit (25, 30,
35, 40)°C
- Disentrifugasi 10 menit,
6000 ppm

Larutan yang disentrifugasi

- Dituang kedalam tabung reaksi


- Didiamkan 10 menit
- Dimasukkan ke dalam kuvet
- Diukur dengan
spektrofotometer UV-VIS
(λ=664)

Data nilai
absorbansi MB

Selesai
Kinetika adsorpsi

Larutan methylene blue


360 ppm

- Diambil 250 mL dalam gelas


ukur
- Dimasukkan dan diencerkan ke
dalam labu takar 500 mL

5 buah Erlenmeyer 100 mL

- Disiapkan
- Ditambahkan masing-masing
0,2 g adsorben
- Diisi larutan methylene blue
masing-masing 50 mL
- Dishaker erlenmeyer 1-5 pada
menit yang berbeda berurutan
(15, 30, 45, 60, 75 menit)
- Disentrifuge 10 menit dengan
kecepatan 6000 ppm

Larutan yang disentrifuge

- Dituang sebanyak ¾ ukuran


tabung reaksi
- Didiamkan 10-15 menit
- Diukur dengan
spektrofotometer UV-VIS λ =
664 nm

Nilai absorbansi >1

- Dilakukan pengenceran 10 kali


- Diukur dengan spektrofotometer
UV-VIS λ = 664 nm

Nilai absorbansi <1

Selesai
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan

1. Tabel 1. adsorbansi deret standar


Konsentrasi
Absorbansi (A)
(ppm)
0,1 0,0325
0,3 0,0450
0,5 0,0775
1 0,2105
3 0,6090
5 1,0310
7 1,3710

2. Konsentrasi methylene blue sebelum ditambah adsorben (Co)


Tabel 2. Konsentrasi methylene blue sebelum ditambah adsorben
Konsentrasi C aktual Co
Absorbansi (A)
(ppm) (mg/L) (mg/L)
100 0,1690 0,8447 84,4689
200 0,3655 1,8292 182,9158
240 0,4920 2,4629 246,2926
280 0,5735 2,8712 287,1242
320 0,6440 3,2244 322,4449
360 0,7930 3,9709 397,0942
Catatan : larutan diencerkan sebanyak 100 kali

3. Tabel konsentrasi methylene blue setelah ditambah adsorben (Ce)


3.1 Tabel 3.1 Konsentrasi methylene blue setelah ditambah
adsorben pada suhu 25°C
Konsentrasi Absorbansi Abs fp (A) Caktual
Ce (mg/L)
(ppm) (A) (mg/L)
100 0,0825 - 0,4113 0,4113
200 0,7865 - 3,9383 3,9383
240 2,9220 0,2745* 1,3732 13,7324
280 3,9975 0,7645* 3,8281 38,2815
320 4,1110 1,3240* 0,4689 66,3126
360 4,4725 0,1920** 0,9599 95,9919
Catatan: Pengenceran 10x (*)
Pengenceran 100x (**)

3.2 Tabel 3.2 Konsentrrasi methylene blue setelah ditambah


adsorben pada suhu 30°C
Konsentrasi Absorbansi Abs fp (A) Caktual
Ce (mg/L)
(ppm) (A) (mg/L)
100 0,0200 - 0,0981 0,0982
200 0,6425 - 3,2169 3,2170
240 2,5660 0,2870* 1,4358 14,3587
280 3,8675 0,7470* 3,7404 37,4048
320 4,1565 1,0200* 5,1082 51,0821
360 4,5635 0,1905** 0,9498 95,2405
Catatan: Pengenceran 10x (*)
Pengenceran 100x (**)

3.3 Tabel 3.3 Konsentrasi methylene blue setelah ditambah


adsorben pada suhu 35°C
Konsentrasi Absorbansi Abs fp (A) Caktual
Ce (mg/L)
(ppm) (A) (mg/L)
100 0,1015 - 0,5065 0,5065
200 0,5500 - 2,7535 2,7535
240 2,1615 0,1980* 0,9899 9,8998
280 3,9820 0,5575* 2,7910 27,9108
320 4,0905 1,1860* 5,9398 59,3987
360 4,2950 0,1860** 0,9298 92,9860
Catatan: Pengenceran 10x (*)
Pengenceran 100x (**)

3.4 Tabel 3.1 Konsentrasi methylene blue setelah ditambah


adsorben pada suhu 40°C
Konsentrasi Absorbansi Abs fp (A) Caktual
Ce (mg/L)
(ppm) (A) (mg/L)
100 0,0890 - 0,4438 0,4438
200 0,1165 - 0,5816 0,5816
240 2,2905 0,2125* 1,0626 10,6262
280 4,3875 0,8150* 4,0811 40,8116
320 4,1140 1,1620* 5,8196 58,1963
360 4,1790 1,136** 0,6793 67,9358
Catatan: Pengenceran 10x (*)
Pengenceran 100x (**)

4. Grafik adsorpsi untuk variasi suhu


4.1 Tabel 4.1 Massa methylene blue yang teradsorpsi oleh
bentonit pada suhu 25°C
No Ce (mg/L) Qe (mg/g)
1 0,4113 21,0144
2 3,9383 44,7443
3 13,7324 58,1400
4 38,2815 62,2106
5 66,3126 64,0330
6 95,9919 75,2755

4.2 Tabel 4.2 Massa methylene blue yang teradsorpsi oleh


bentonit pada suhu 30°C
No Ce (mg/L) Qe (mg/g)
1 0,0982 21,0927
2 3,2170 44,9247
3 14,3587 57,9835
4 37,4048 62,4300
5 51,0821 67,8406
6 95,2405 75,4634

4.3 Tabel 4.3 Massa methylene blue yang teradsorpsi oleh


bentonit pada suhu 35°C
No Ce (mg/L) Qe (mg/g)
1 0,5065 20,9906
2 2,7535 45,0405
3 9,8998 59,0982
4 27,9108 64,8033
5 59,3987 65,7615
6 92,9860 76,0271

4.4 Tabel 4.4 Massa methylene blue yang teradsorpsi oleh


bentonit pada suhu 40°C
No Ce (mg/L) Qe (mg/g)
1 0,4438 21,0063
2 0,5816 45,5835
3 10,6262 58,9166
4 40,8116 61,5782
5 58,1963 66,0621
6 67,9358 82,2896

5. Persamaan Feundlich
5.1 Tabel 5.1 Data Persamaan Freundlich Pada Suhu 25°C
Ckontrol Log Ce
No Ce (mg/L) Qe (mg/g) Log Qe (g)
(ppm) (ppm)
1 100 0,4113 21,0144 -0,3858 1,3225
2 200 3,9383 44,7443 0,5953 1,6507
3 240 13,7324 58,1400 1,1377 1,7645
4 280 38,2815 62,2106 1,5830 1,7938
5 320 66,3126 64,0330 1,8216 1,8064
6 360 95,9919 75,2755 1,9822 1,8767

5.2 Tabel 5.2 Data Persamaan Freundlich Pada Suhu 30°C


Ckontrol Log Ce
No Ce (mg/L) Qe (mg/g) Log Qe (g)
(ppm) (ppm)
1 100 0,0982 21,0927 -1,0079 1,3241
2 200 3,2170 44,9247 0,5074 1,6524
3 240 14,3587 57,9835 1,1571 1,7633
4 280 37,4048 62,4300 1,5730 1,7954
5 320 51,0821 67,8406 1,7082 1,8315
6 360 95,2405 75,4634 1,9788 1,8777

5.3 Tabel 5.3 Data Persamaan Freundlich Pada Suhu 35°C


Ckontrol
No Ce (mg/L) Qe (mg/g) Log Ce (ppm) Log Qe (g)
(ppm)
1 100 0,5065 20,9906 -0,2954 1,3220
2 200 2,7535 45,0405 0,4398 1,6536
3 240 9,8998 59,0982 0,9956 1,7715
4 280 27,9108 64,8033 1,4457 1,8115
5 320 59,3987 65,7615 1,7737 1,8179
6 360 92,9860 76,0271 1,9684 1,8810

5.4 Tabel 5.4 Data Persamaan Freundlich Pada Suhu 40°C


Ckontrol
No Ce (mg/L) Qe (mg/g) Log Ce (ppm) Log Qe (g)
(ppm)
1 100 0,4438 21,0063 -0,3527 1,3223
2 200 0,5816 45,5835 -0,2353 1,6588
3 240 10,6262 58,9166 1,0264 1,7702
4 280 40,8116 61,5782 1,6107 1,7894
5 320 58,1963 66,0621 1,7649 1,8120
6 360 67,9358 82,2896 1,8320 1,9153
6. Persamaan Langmuir
6.1 Tabel 6.1 Data Persaman Langmuir Pada Suhu 25°C
No Qe (ppm) Ce (ppm) Ce/Qe (ppm/g)
1 21,0144 0,4113 0,0196
2 44,7443 3,9383 0,0880
3 58,1400 13,7324 0,2362
4 62,2106 38,2815 0,6153
5 64,0330 66,3126 0,6857
6 75,2755 95,9919 1,2752

6.2 Tabel 6.2 Data Persaman Langmuir Pada Suhu 30°C


No Qe (ppm) Ce (ppm) Ce/Qe (ppm/g)
1 21,0927 0,0982 0,0047
2 44,9247 3,2170 0,0716
3 57,9835 14,3587 0,2476
4 62,4300 37,4048 0,5991
5 67,8406 51,0821 0,7585
6 75,4634 95,2405 1,2577

6.3 Tabel 6.3 Data Persaman Langmuir Pada Suhu 35°C


No Qe (ppm) Ce (ppm) Ce/Qe (ppm/g)
1 20,9906 0,5065 0,0241
2 45,0405 2,7535 0,0611
3 59,0982 9,8998 0,1675
4 64,8033 27,9108 0,4307
5 65,7615 59,3987 0,9102
6 76,0271 92,9860 1,2230

6.4 Tabel 6.4 Data Persaman Langmuir Pada Suhu 40°C


No Qe (ppm) Ce (ppm) Ce/Qe (ppm/g)
1 21,0063 0,4438 0,0211
2 45,5835 0,5816 0,0012
3 58,9166 10,6262 0,1804
4 61,5782 40,8116 0,6628
5 66,0621 58,1963 0,8877
6 82,2896 67,9358 0,8256

7. Tabel Nilai ΔG, ΔH dan ΔS


No Suhu (K) ΔG (J/mol) ΔH (J/mol) ΔS (J/mol.K)
1 298 3387,5256
2 303 3215,7943
-24964,4478 72,1081
3 308 2832,7654
4 313 2305,6323

8. Tabel Kinetika Adsorpsi


Waktu Adsorbansi Caktual Ce
No Ln Ce 1/Ce 1/Ce2
(menit) (A) (mg/L) (mg/L)
1 15 0,1530 0,7645 7,6452 2,0341 0,1308 0,0171
2 30 0,1595 0,7971 7,9709 2,0758 0,1254 0,0157
3 45 0,1545 0,7720 7,7204 2,0439 0,1295 0,0168
4 60 0,0810 0,4038 4,0381 1,3958 0,2476 0,0613
5 75 0,1280 0,6393 6,3928 1,8552 0,1564 0,0245

Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan adsorpsi isoterm larutan


menggunakan bentonit AABSRG dan methylene blue pada suhu 25, 30,
35 dan 40°C. Bentonit AABSRG digunakan sebagai adsorben yaitu zat
padat yang menyerap zat cair, dan methylene blue sebagai adsorbat yaitu
zat cair yang terserap oleh adsorben. Konsentrasi dari methylene blue
dibuat bervariasi yaitu 100, 200, 240, 280, 320, dan 360 ppm. Percobaan
ini bertujuan untuk menganalisis apakah proses isotherm larutan terjadi
cenderung ke persamaan Freundlich atau ke persamaan Langmuir. Dan
nantinya nilai Ka yang diperoleh dari salah satu persaman tersebut
digunakan untuk menghitung nilai ΔG dan juga untuk menghitung nilai
ΔH dan ΔS.
Proses pertama yang dilakukan adalah membuat deret standar dari
methylene blue dengan konsentrasi 0,1; 0,3; 0,5; 1; 3; 5. Proses ini
dilakukan dengan melakukan pengenceran dari 2000 ppm ke 200 ppm
dan dari 200 ppm ke 20 ppm. Selanjutnya diukur masing-masing nilai
absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Hasil dari
pengukuran ini dapat dilihat pada tabel 1 deret standar.. Deret standar
ini digunakan sebagai acuan untuk pengukuran pada proses pengukuran
methylene blue dan kinetika adsorpsi, agar nilai absorbansi yang
diperoleh tidak melebihi absorbansi dari deret standar. Hasil deret
standar diperoleh bahwa nilai absorbansi tidak melebihi dari 1, artinya
bahwa pada percobaan selanjutnya nilai absorbansi yang diperoleh tidak
boleh melebihi dari 1, dan jika melebihi dari satu artinya larutan terlalu
pekat dan harus dilakukan pengenceran sampai nilai absorbansi kurang
dari satu. Hasil deret standar diplotkan ke grafik konsentrasi terhadap
nilai absorbansi, dan diperoleh persaman linear dari grafik adalah y =
0,1996x + 0,0004.
Proses yang kedua adalah dilakukan pengukuran pada methylene
blue yang terbagi menjadi beberapa proses. Proses awal adalah
menentukan nilai absorbansi methylene blue sebelum ditambahkan
adsorben (Co). Pada proses ini methylene blue dibuat menjadi beberapa
konsentrasi yaitu 100, 200, 240, 280, 320 dan 360 ppm. Selanjutnya
dilakukan pengenceran sebanyak 100 kali dan kemudian diukur
absorbansinya. Hasil dari pengukuran absorbansi dapat dilihat pada
tabel 2. Nilai absorbansi yang diperoleh masing-masing konsentrasi
selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai Caktual. Nilai Caktual
diperoleh dengan menghitung nilai x dari persamaan linear pada deret
standar. Nilai Caktual pada masing-masing konsentrasi berbeda. Dari
hasil Caktual, diperoleh nilai Co dengan mengalikan hasil nilai Caktual
dengan faktor pengenceran yaitu 100, karena larutan diencerkan
sebanyak 100 kali. Selanjutnya nilai Co akan digunakan untuk
menghitung nilai Qe yaitu jumlah methylene blue yang terabsorpsi pada
satuan massa bentonit. Proses berikutnya adalah menentukan nilai
konsentrasi MB sesudah ditambah adsorben dengan menggunakan
variasi suhu yaitu 25, 30, 35, dan 40 °C. Variasi suhu digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak MB yang terserap oleh bentonit dalam
suhu yang berbeda. Larutan MB pada proses ini untuk konsentrasi 100
dan 200 ppm tidak dilakukan pengenceran dan pada konsentrasi 240,
280, 320 ppm dilakukan pengenceran sebanyak 10 kali dan pada
konsentrasi 360 ppm dilakukan pengenceran sebanyak 100 kali karena
nilai absorbansi yang dihasilkan masuk ke dalam deret standar ketika
larutan diencerkan sebanyak 100 kali. Untuk semua variasi suhu, hasil
dari pengukuran proses ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sampai 3.4. Dari
proses ini diperoleh nilai Ce yaitu konsentrasi MB setelah diadsorpsi
oleh bentonit AABSRG. Massa bentonit yang digunakan adalah 0,2
gram, serta volume yang dunakan adalah 0,05 L. Dari perolehan Ce ini
dapat dihitung nilai Qe dengan menggunakan persamaan 2.8. Dari tabel
ini dapat dilihat bahwa jumlah MB yang teradsorpsi oleh bentonit
semakin banyak bila suhu dinaikkan dan jika konsentrasi ditambah, hal
ini membuktikan bahwa suhu mempengaruhi jumlah zat yang
teradsorpsi oleh MB.
Nilai Ce dan Qe yang dihasilkan pada percobaan sebelumnya
digunakan untuk menghitung persamaan Freundlich dan Langmuir.
Hasil dari persamaan tersebut dapat dilihat dari tabel 5.1 sampai 5.4
untuk persamaan Freundlich dan 6.1 sampai 6.4 untuk persamaan
Langmuir. Hasil dari persamaan tersebut diperoleh bahwa nilai
persamaan linear untuk persamaan Langmuir lebih tinggi daripada nilai
persamaan linear untuk persamaan Freundlich. Hal ini menandakan
bahwa reaksi cenderung ke teori persamaan Langmuir dibandingkan
Freundlich. Teori Langmuir menyatakan bahwa pada permukaan
adsorben terdapat sisi aktif yang sebanding dengan luas permukaan.
Dari hasil persamaan Langmuir diperoleh nilai Ka, Nilai Ka ini
digunakan untuk menghitung ΔG, ΔS, dan ΔH. Hasil dari perhitungan
ini dapat dilihat pada tabel 7. Hasil ini diperoleh bahwa nilai ΔG bernilai
positif untuk semua suhu. Hal ini manandakan bahwa reaksi ini tidak
berjalan spontan, karena reaksi berjalan spontan ketika nilai ΔG adalah
negative. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada reaksi semua suhu
membutuhkan energi yang lebih sebagai energi tambahan untuk
mencapai kesetimbangan adsorpsi. Karena pergerakan molekul
cenderung lebih lambat ketika memasuki pori-pori permukaan bentonit
(adsorben). Nilai ΔH dan ΔS berturut turut adalah -24964,4478 J/mol
dan 72,1081 J/mol.K
Proses terakhir adalah kinetika adsorpsi. Pada proses ini larutan MB
360 ppm diencerkan kedalam labu takar 500 ml, dan digunakan bentonit
sebanyak 0,2 gram serta digunakan variasi waktu yaitu 15, 30, 45, 60
dan 75 menit. Larutan pada percobaan ini diencerkan sebanyak 10 kali.
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan jenis orde reaksi yang
digunakan. Sama seperti percobaan sebelumnya, pada percobaan ini
ditentukan nilai absorbansi, Caktual, dan Ce. Hasil dari percobaan dapat
dilihat pada tabel 8. Nilai Ce yang diperoleh digunakan untuk
menentukan jenis orde laju reaksi (Orde 1, orde 2 dan orde 3) yang
digunakan dalam percobaan ini yang diplotkan ke dalam grafik. Dari
hasil ketiga kurva orde reaksi diperoleh nilai linearitas seperti pada
lampiran grafik 18, 19, dan 20. Nilai linearitas yang dihasilkan
menjukkan bahwa reaksi cenderung ke jenis orde laju reaksi pertama
(Orde 1) karena nilai linearitas mendekati nilai 1. Kurva kinetika
adsorpsi pada orde 1 grafik 18 memiliki nilai R yang tinggi
dibandingkan nilai linearitas orde lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
adsorpsi pada percobaan ini tergantung pada jumlah MB yang terserap
oleh bentonit. Dan proses penyerapan ini dipengaruhi oleh waktu.

V. KESIMPULAN
1. Kapasitas adsorpsi methylene blue oleh adsorben bentonit

AABSRG pada suhu 25,30, 35, 40 °C lebih cenderung terjadi ke

persaman Langmuir.
2. Nilai ΔG yang diperoleh :

Pada suhu 25 °C = 3387,5256 J/mol

Pada suhu 30 °C = 3215,7943 J/mol

Pada suhu 35 °C = 2832,7654 J/mol

Pada suhu 40 °C = 2305,6323 J/mol

Nilai ΔH yang diperoleh : -24964,4478 J/mol

Nilai ΔS yang diperoleh : 72,1081 J/mol K

3. Reaksi adsorpsi methylene blue oleh adsorben bentonit AABSRG

merupakan reaksi orde 1

VI. DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah (2009). Adsorpsi Karbon Aktif. Diambil dari :

www.airlimbahku.com (Diakses pada : 30 September 2019)

Al-Asheh, S 2003. The Removal of Methylene Blue Dye from Aqueous


Solutions Using Activated and Non-activated Bentonites.
Diambil dari :
https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1260/0263617037696
45780 (Diakses pada : 05 Oktober 2019)
Ayawei, N (2017). Modelling and Interpretation of Adsorption
Isotherms. Diambil dari :
https://www.hindawi.com/journals/jchem/2017/3039817/
(Diakses pada : 05 Oktober 2019)
Asip, F (2008). UJI EFEKTIVITAS CANGKANG TELUR DALAM
MENGADSORPSI ION FE DENGAN PROSES BATCH.
Diambil dari : http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/view/50
(Diakses pada : 30 September 2019)
Bleam, W. (2017). Surface Chemistry and Adsorption. Soil and
Environmental Chemistry, Pages 385–443. Diambil dari :
https://sci-hub.tw/10.1016/B978-0-12-804178-9.00008-2
(Diakses pada : 05 Oktober 2019)
Fitriyani, D, et.al (2015). Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Adorben
Zat Warna Methylene Blue. Diambil Dari :
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/gradien/article/view/895
(Diakses pada : 30 September 2019)
Miranda, A (2016). BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diambil dari :
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2673/05.2
%20bab%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y (Diakses pada:
30 September 2019)
Sulfah (2015). Kinetika Adsorpsi. Diambil dari : www.scribd.com
(Diakses pada : 30 September 2019)
Vezentsev, A (2018). Adsorption of Methylene Blue on the Composite
Sorbent Based on Bentonite-Like Clay and Hydroxyapatite.
Diambil dari :
https://jurnal.ugm.ac.id/ijc/article/view/37050/22581 (Diakses
pada: 05 Oktober 2019)
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Deret Standar
Rata-rata nilai absorbansi (A)
𝐴1 + 𝐴2
𝐴=
2
 Konsentrasi 0,3 ppm
0,0770+0,0780
𝐴= = 0,0775 A
2

2. Konsentrasi Methylene Blue (MB) sebelum ditambah adsorben (Co)


Dari kurva deret standar, diperoleh persamaan linear :
y = bx + a
y = 0,1996x + 0,0004
Sebelum menghitung nilai Co, terlebih dahulu dihitung nilai
konsentrasi sebenarnya (Caktual) menggunakan persamaan regresi linear
dari deret standar yaitu sebagai berikut.
𝑦−𝑎
C aktual (x) = 𝑏

Dengan : y = Nilai rata-rata adsorbansi MB sebelum ditambah


adsorben.
Untuk perhitungan nilai Co, semua sampel diencerkan sebanyak fp = 100x.
Persamaannya adalah sebagai berikut.
Co = Caktual x fp
 Pada Ckontrol 200 ppm :
0,3655−0,0004
C aktual (x) = 0,1996

= 0,8446 mg/L
Co = 1,829158 mg/L x 100
= 182,9158 mg/L

3. Konsentrasi Methylene Blue (MB) setelah ditambah adsorben (Ce)


Dari kurva deret standar, diperoleh persamaan linear :
y = bx + a
y = 0,1996x + 0,0004
Sebelum menghitung nilai Ce, terlebih dahulu dihitung nilai
konsentrasi sebenarnya (Caktual) menggunakan persamaan regresi linear
dari deret standar yaitu sebagai berikut.
𝑦−𝑎
Caktual (x) = 𝑏

Dengan : y = Nilai rata-rata adsorbansi MB sesudah ditambah


adsorben.
Untuk perhitungan nilai Ce, berlaku dua ketentuan, yaitu jika tidak
dilakukan pengenceran, maka :
Ce = Caktual
Dan jika dilakukan pengenceran, maka :
Ce = Caktual x fp
Setiap faktor pengenceran niainya berbeda, bila dilakukan pengenceran 10x
maka fp = 10, dan bila dilakukan pengenceran 100 kali maka fp = 100.
 Pada Ckontrol 200 ppm, suhu 25°C
0,7865−0,0004
Caktual (x) =
0,1996

= 3,9383 mg/L
Ce = Caktual = 3,9383 mg/L
 Pada Ckontrol 280 ppm, suhu 25°C
0,7645−0,0004
Caktual (x) = 0,1996

= 3,82815 mg/L
Ce = 3,8281 mg/L x 10 = 38,2815mg/L
Catatan: Sampel diencerkan sebanyak 10x

4. Jumlah methylene blue yang teradsorpsi pada satuan massa bentonit


(Qe) (Grafik adsorpsi)
(𝐶𝑜−𝐶𝑒) 𝑥 𝑉
Qe = 𝑔

Volume yang digunakan dalam percobaan ini adalah 0,05 L dan massa
bentonit yang digunakan sebesar 0,2 g.
 Pada suhu 25°C, 200 ppm
(182,9158−3,9383) 𝑥 0,05 𝐿
Qe = = 44,7429 𝑚𝑔/𝑔
0,2 𝑔
 Pada suhu 30°C, 200 ppm
(182,9158−3,2169) 𝑥 0,05 𝐿
Qe = = 44,9232 𝑚𝑔/𝑔
0,2 𝑔

 Pada suhu 35°C, 200 ppm


(182,9158−2,7535) 𝑥 0,05 𝐿
Qe = = 45,0391 𝑚𝑔/𝑔
0,2 𝑔

 Pada suhu 40°C, 200 ppm


(182,9158−0,5816) 𝑥 0,05 𝐿
Qe = = 45,5835 𝑚𝑔/𝑔
0,2 𝑔

5. Persamaan Freundlich
Nilai Kf pada persamaan Freundlich diperoleh menggunakan
persamaan :
1 1
log Qe = 𝑛 𝑥 log 𝐾𝑓 + 𝑥 log 𝐶𝑒
𝑛

Dengan : y = log Qe
1
a = 𝑛 𝑥 log 𝐾𝑓
1
b=𝑛

x = log Ce
Nilai Kf diperoleh dari penurunan rumus a, yaitu sebagai berikut :
1
𝑥 log 𝐾𝑓 = a
𝑛

b x log Kf = a
𝑎
Log Kf =𝑏

Kf = 10a/b
 Nilai Kf Pada suhu 25°C
Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,2168x + 1,4591
1,4591
Maka, Kf = 100,2168 = 5.372.371,687
 Nilai Kf Pada suhu 30°C
Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,1825x + 1,5275
1,5275
Maka, Kf = 100,1825 = 234.348.950,9
 Nilai Kf Pada suhu 35°C
Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,2233x + 1,4741
1,4741
Maka, Kf = 100,2233 = 3.994.229,82
 Nilai Kf Pada suhu 40°C
Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,1792x + 1,544
1,544
Maka, Kf = 100,1792 = 413.115.441,6

6. Persamaan Langmuir
Nilai Ka pada persamaan Freundlich diperoleh menggunakan persamaan :
𝐶𝑒 1 1
= + 𝑥 𝐶𝑒
𝑄𝑒 𝑞𝑚 𝑥 𝐾𝑎 𝑞𝑚
𝐶𝑒
Dengan : y = 𝑄𝑒
1
a = 𝑞𝑚 𝑥 𝐾𝑎
1
b = 𝑞𝑚

x = Ce
Nilai Ka diperoleh dari penurunan rumus a, yaitu sebagai berikut :
1
=a
𝑞𝑚 𝑥 𝐾𝑎
𝑏
=a
𝐾𝑎
𝑏
Ka = 𝑎

 Nilai Ka Pada suhu 25°C


Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,0131x + 0,0514
0,0131
Maka, Ka = 0,0514 = 0,2548
 Nilai Ka Pada suhu 30°C
Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,0132x + 0,0473
0,0132
Maka, Ka = 0,0473 = 0,2790

 Nilai Ka Pada suhu 35°C


Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,0133x + 0,0402
0,0133
Maka, Ka = 0,0402 = 0,3308

 Nilai Ka Pada suhu 40°C


Dari grafik diperoleh persamaan linear :
y = a + bx
y = 0,0131x + 0,0325
0,0134
Maka, Ka = 0,0325 = 0,4123

7. ΔG, ΔH, dan ΔS


Nilai perubahan energi bebas gibbs dihitung menggunakan persamaan
rumus :
ΔG = -RT ln Ka
Dengan nilai Ka diperoleh dari perhitungan persamaan Langmuir.
 ΔG Pada Suhu 25°C (298 K)
ΔG = -8,314 J/K.mol x 298 K x ln 0,2548
= 3387,5256 J/mol
 ΔG Pada Suhu 30°C (303 K)
ΔG = -8,314 J/K.mol x 303 K x ln 0,2790
= 3215,7943 J/mol
 ΔG Pada Suhu 35°C (308 K)
ΔG = -8,314 J/ K.mol x 308 K x ln 0,3308
= 2832,7654 J/mol
 ΔG Pada Suhu 40°C (313 K)
ΔG = -8,314 J/K.mol x 313 K x ln 0,4123
= 2305,6323 J/mol
Nilai ΔH dan ΔS diperoleh menggunakan persamaan rumus :
𝛥𝐻 1 𝛥𝑆
ln Ka = − 𝑥 +
𝑅 𝑇 𝑅

Dengan: y = ln Ka
𝛥𝑆
a= 𝑅
𝛥𝐻
b=−
𝑅
1
x=𝑇

Dari kurva ln Ka terhadap 1/T diperoleh persamaan linear :


Y = bx + a
Y = -3002,7x + 8,6731
 Maka nilai ΔH = b x R
= -3002,7x 8,314 = -24964,4478 J/mol
 Maka nilai ΔS = a x R
= 8,6731 x 8,314 = 72,1081 J/K.mol

8. Kinetika Adsorpsi
Dari kurva deret standar, diperoleh persamaan linear :
y = bx + a
y = 0,1996x + 0,0004
Sebelum menghitung nilai Ce, terlebih dahulu dihitung nilai
konsentrasi sebenarnya (Caktual) menggunakan persamaan regresi linear
dari deret standar yaitu sebagai berikut.
𝑦−𝑎
C aktual (x) = 𝑏

Dengan : y = Nilai rata-rata adsorbansi MB sebelum ditambah


adsorben.
Untuk perhitungan nilai Ce, semua sampel diencerkan sebanyak fp = 10x.
Persamaannya adalah sebagai berikut.
Ce = Caktual x fp
 Pada waktul 30 menit :
0,1595−0,0004
C aktual (x) = 0,1996

= 0,79709 mg/L
Ce = 0,7970 mg/L x 10
= 7,9709 mg/L

Grafik
Grafik 1. Kurva Deret Standar

Grafik Absorbansi vs Konsentrasi


1,6
1,4 y = 0,1996x + 0,0004
R² = 0,9983
1,2
Absorbansi (A)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi (ppm)

Grafik 2. Kurva Adsorpsi Pada Suhu 25°C

Grafik 4.1 qe vs Ce saat suhu 25 C


90 y = 0,4153x + 40,516
80 R² = 0,6479
70
60
qe (mg/g)

50 qe vs Ce
40
fit
30
20 Linear (fit)
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Ce (mg/L)
Grafik 3. Kurva Adsorpsi Pada Suhu 30°C

Grafik 4.2 qe vs Ce pada suhu 30 C


100 y = 0,4429x + 40,195
80 R² = 0,6749
qe (mg/g)

60
fit
40
qe vs Ce
20
Linear (fit)
0
0 20 40 60 80 100
Ce (mg/L)

Grafik 4. Kurva Adsorpsi Pada Suhu 35°C

Grafik 4.3 qe vs Ce saat suhu 35 C


90 y = 0,4035x + 44,584
80 R² = 0,5653
70
60
qe (mg/g)

50 qe vs Ce
40
fit
30
20 Linear (fit)
10
0
0 20 40 60 80 100
Ce (mg/L)

Grafik 5. Kurva Adsorpsi Pada Suhu 40°C

Grafik 5 qe vs Ce pada suhu 40 C


100
y = 0,5743x + 38,838
80 R² = 0,8582
qe (mg/g)

60
fit
40
qe vs Ce
20
Linear (fit)
0
-20 0 20 40 60 80
Ce (mg/L)
Grafik 6. Kurva Adsorpsi (garis fit)

Grafik 6. Adsorpsi
80
70
60
50
fit 30 C
qe (mg/g)

40
fit 25 C
30
fit 35 C
20 fit 40 C
10
0
-20 0 20 40 60 80 100 120
Ce (mg/L)

Grafik 7. Kurva Adsorpsi (garis fit)

Grafik 7. Adsorpsi
80

70

60

50
qe (mg/g)

fit 30 C
40
fit 25 C
30
fit 35 C
20 fit 40 C
10

0
-20 0 20 40 60 80 100 120
Ce (mg/L)
Grafik 8. Kurva Persamaan Freundlich Pada Suhu 25°C

Grafik 8. log Ce vs log Qe, T = 25°C


2

1,5
log Qe

1 y = 0,2168x + 1,4591
R² = 0,9369
0,5

0
-1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5
log Ce

Grafik 9. Kurva Persamaan Freundlich Pada Suhu 30°C

Grafik 9. log Ce vs log Qe, T = 30°C


2

1,5
log Qe

1
y = 0,1825x + 1,5275
R² = 0,9874
0,5

0
-1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5
Log Ce

Grafik 10. Kurva Persamaan Freundlich Pada Suhu 35°C

Grafik 10. log Ce vs log Qe, T = 35°C


2,5

1,5
log Qe

1
y = 0,2233x + 1,4741
0,5 R² = 0,8866

0
-0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5
log Ce
Grafik 11. Kurva Persamaan Freundlich Pada Suhu 40°C

Grafik 11. log Ce vs log Qe, T = 40°C


2,5

1,5
log Qe

y = 0,1792x + 1,544
1 R² = 0,7379

0,5

0
-0,5 0 0,5 1 1,5 2
log Ce

Grafik 12. Kurva Persamaan Langmuir Pada Suhu 25°C

Grafik 12. Ce vc Ce/Qe, T = 25°C


1,4
1,2 y = 0,0131x + 0,0514
R² = 0,9937
1
Ce/Qe

0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80 100 120
Ce

Grafik 13. Kurva Persamaan Langmuir Pada Suhu 30°C

Grafik 13. Ce vs Ce/Qe, T = 30°C


1,4
1,2 y = 0,0132x + 0,0473
R² = 0,9921
1
log Ce/Qe

0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80 100
log Ce
Grafik 14. Kurva Persamaan Langmuir Pada Suhu 35°C

Grafik 14. Ce vs Ce/Qe, T = 35°C


1,4
1,2 y = 0,0133x + 0,0402
1 R² = 0,9914
Ce/Qe

0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80 100
Ce

Grafik 15. Kurva Persamaan Langmuir Pada Suhu 40°C

Grafik 15. Ce vs Ce/Qe, T = 40°C


1
y = 0,0134x + 0,0325
0,8 R² = 0,9667
0,6
Ce/Qe

0,4

0,2

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Ce

Grafik 16. Kurva Suhu (K) Terhadap ΔG

Grafik 16. Pengaruh suhu terhadap ΔG


4000
3500
3000
ΔG (J/mol)

2500
y = -72,574x + 25107
2000
R² = 0,9539
1500
1000
500
0
296 298 300 302 304 306 308 310 312 314
T (K)
Grafik 17. Kurva 1/T Terhadap ln Ka

Grafik 17. 1/T vs ln Ka


0
0,003180,00320,003220,003240,003260,003280,00330,003320,003340,003360,00338
-0,2
-0,4
y = -3002,7x + 8,6731
-0,6 R² = 0,9632
ln Ka

-0,8
-1
-1,2
-1,4
-1,6
1/T

Grafik 18. Waktu Terhadap ln Ce

Grafik 18. Kurva Orde 1


2,5

1,5
ln Ce

1 y = -0,0069x + 2,1923
R² = 0,3324
0,5

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
t = menit
Grafik 19. Kurva Orde 2 Waktu Terhadap 1/Ce

Grafik. 19 Kurva Orde 2


0,3
0,25
y = 0,0012x + 0,1059
0,2 R² = 0,2825
1/Ce

0,15
0,1
0,05
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
t = menit

Grafik 20. Kurva Orde 3 Waktu Terhadap 1/Ce2

Grafik 20. Kurva 3


0,07

0,06

0,05 y = 0,0004x + 0,009


R² = 0,2403
0,04
1/Ce2

0,03

0,02

0,01

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
t = menit

Anda mungkin juga menyukai