Anda di halaman 1dari 14

`

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA (KI-2241)


PERCOBAAN B-2
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU


NAMA : Dede Mulyaman
NIM : 10512065
KELOMPOK : Vl
SHIFT/Tanggal Praktikum : Pagi/ Kamis,20 Maret 2014
Tanggal Pengumpulan laporan : Kamis, 27 Maret 2014
NAMA ASISTEN :



Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
2014
`
LAPORAN HASIL PERCOBAAN B-2

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU


I. TUJUAN

a. Menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu
b. Menentukan pelarutan differensial

II. TEORI DASAR

Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak
larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:

A(p) A(l) (persamaan 1)

dimana: A(l) = molekul zat terlarut
A(p)= molekul zat yang tidak larut
Tetapan keseimbangan pada proses pelarutan tersebut:

z z
z
z
z
m
a
a
a
K = = =
1
*
(persamaan 2)
dimana:
z
a
= keaktifan zat yang larut

*
z
a = keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga 1 untuk zat padat
dalam
keadaan standar.
z
= koefisien keatifan zat yang larut
z
m = kemolalan zat yang larut karena larutan jenuh, disebut kelarutan.
Hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh isobar
reaksi Vant Hoff.

2
0
ln
RT
H
T
k
P
A
=
(

c
c
(persamaan 3)
dimana:
0
H A = perubahan entalpi proses.
R = tetapan gas ideal.
Persamaan 2 dan 3 memberikan:

2
ln
RT
H
T
m
DS
P
z z
A
=
(

c
c
(persamaan 4)
dimana:
DS
H A = kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh.
Selanjutnya persamaan 4 dapat diuraikan menjadi:

2
ln
ln
ln
RT
H
T
m
m
m
DS z
z
z z
A
=
c
c
c
c


2
1
ln
ln
RT
H
m
DS
z
z
A
= +
c
c
(persamaan 5)
`
Dalam hal ini
z
z
m ln
ln
c
c
dapat diabaikan sehingga persaman 5 dapat dituliskan sebagai
berikut:

2
1
ln
RT
H
dT
m d
DS z
A
= + (persamaan 6)
Dengan demikian
DS
H A dapat ditentukan dari arah garis singgung pada kurva log m
z

terhadap1/T. Apabila
DS
H A tidak tergantung pada suhu, maka grafik log m
z
terhadap
1/T akan linier dan integrasi persamaan 6 memberikan persamaan 7.

( )
1 2
1 2
2
1
303 , 2
) (
log
T T
T T
R
H
T m
T m
DS
z
z
A
= (persamaan 7)



III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat:
- Gelas kimia 1000 ml 1 buah
- Tabung reaksi besar (selubung) 1 buah
- Tabung reaksi besar 1 buah
- Batang pengaduk lingkar 1 buah
- Termometer 100C 1 buah
- Pipet volum 10 ml 4 buah
- Labu erlenmeyer 250 ml 4 buah
- Labu takar 100 ml 4 buah
- Pipet volum 25 ml 1 buah
b. Bahan
- Larutan asam oksalat atau zat lain yang ditentukan oleh asisten.
- Larutan NaOH 0,2 M.
- Larutan NaOH 0,5 M.



IV. CARA KERJA


`
Jika suhu mencapai 40C, 30C, 20C dan 10C, ambil masing-masing 10
ml. Kemidian diencerkan sampai 100 ml, lalu dititrasi dengan
menggunakan NaOH.






V. DATA PENGAMATAN


[NaOH] = 0,4962M

Pikno kosong =36,97gram
Pikno + aqua dm = 60,02gram
Pikno + larutan asam oksalat 60C = 60,41gram
Pikno + larutan asam oksalat 55C =60,39gram
Pikno + larutan asam oksalat 50C =60,47gram
Pikno + larutan asam oksalat 45C =60,44gram
Pikno + larutan asam oksalat 40C =60,34gram
Pikno + larutan asam oksalat 35C =60,30gram




NO.
Suhu Larutan
(C)
Volume NaOH (mL)
V
1
V
2
V
rata-rata
1. 60 29,4
29,5
29,45
2. 55 29,7
29,7
29,70
3. 50 29,1 29,1 29,10
4. 45 28,2
28,3
28,25
5. 40 25,4 25,2 25,30
6. 35 21,2 22,1 21,15

No. Suhu (K) m log m 1/T
1. 40C 0.01347 -1.87063 0.003195
2. 30C 0.0127 -1.8962 0.0033
3. 20C 0.00923 -2.0348 0.003413
4. 10C 0.00553 -2.25727 0.003534

VI. PENGOLAHAN DATA

1. Penentuan Volume Piknometer






2. Penentuan Massa Jenis Asam Oksalat





Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:

Suhu (C)
Massa Pikno + Lar.Oksalat
(gram) Asam Oksalat (g/mL)
60 60,41 1,01384083
55 60,39 1,012975779
50 60,47 1,016435986
45 60,44 1,015138408
40 60,34 1,010813149
35 60,3 1,009083045

3. Penentuan Larutan Jenuh Asam Oksalat

a) Konsentrasi larutan jenuh oksalat



[]

[]


]
[

]



`
Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:



Suhu (C)
Volume NaOH
(mL) Konsentrasi Lar.Oksalat Jenuh (M)
60 29,45 2,09826
55 29,70 2,09826
50 29,10 2,09826
45 28,25 2,09826
40 25,30 2,098926
35 21,15 2,098926

b) Massa 100 mL larutan oksalat







Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:


Suhu (C) Asam Oksalat (g/mL) Massa 100mL Lar.Oksalat (gram)
60 1,01384083 101,384083
55 1,012975779 101,2975779
50 1,016435986 101,6435986
45 1,015138408 101,5138408
40 1,010813149 101,0813149
35 1,009083045 100,9083045

c) Massa 90 mL air yaitu:





d) Massa 10 mL larutan oksalat jenuh
Massa 10mL Oksalat jenuh pada suhu 50C, yaitu:






`
Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:


Suhu (C) Massa 100mL Lar.Oksalat (gr) Massa 10mL Lar.Oksalat Jenuh (gr)
60 101,384083 11,65939304
55 101,2975779 11,57288785
50 101,6435986 11,91890862
45 101,5138408 11,78915083
40 101,0813149 11,35662488
35 100,9083045 11,1836145


e) Massa asam oksalat dalam 10 mL larutan jenuh





Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:


Suhu (C) Konsentrasi Oksalat Jenuh (M)
Massa Oksalat dalam 10mL
Lar.Jenuh (gr)
60 2,098926 1,88987297
55 2,098926 1,88987297
50 2,098926 1,88987297
45 2,098926 1,88987297
40 2,098926 1,88987297
35 2,098926 1,88987297

f) Massa pelarut dalam 10 mL larutan jenuh

:





Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:


Suhu (C)
Massa 10mL Lar.Oksalat Jenuh
(gram)
Massa As.Oksalat dalam 10mL
Lar.Jenuh (grram)
`
60 11,65939304 9,769520075
55 11,57288785 9,683014884
50 11,91890862 10,02903565
45 11,78915083 9,89927786
40 11,35662488 9,466751908
35 11,1836145 9,293741528

g) Kelarutan zat / molalitas (m)





Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:



Suhu (C)
Konsentrasi
Lar.Oksalat Jenuh (M)
Massa As.Oksalat dalam 10mL
Lar.Jenuh (gr)
Molalitas (m)
60 2,922618 9,027867798 3,237329
55 2,947428 8,919023683 3,304653
50 2,887884 9,318657862 3,099034
45 2,80353 9,264852418 3,025985
40 2,510772 9,09592577 2,760326
35 2,098926 9,293741528 2,258429

4. Penentuan H
ds


)
(






Dengan melakukan perhitungan yang sama pada suhu-suhu lain maka hasilnya dapat
diplot pada tabel dibawah ini:

`

Suhu (K)

Molalitas (m)

333 3,237329

328 5 109224 3,304653 411063,2
323 5 105944 3,099034 428747,2
318 5 102714 3,025985 401809,8
313 5 99534 2,760326 415652,7
308 5 96404 2,258429 460111,1

( )




5. Grafik Penentuan Kalor Pelarutan Diferensial
log m 1/T (K
-1
)
0,510187 0,003003003
0,519126 0,00304878
0,491226 0,003095975
0,480867 0,003144654
0,44096 0,003194888
0,353807 0,003246753






















`
GRAFIK A





GRAFIK B (SUHU 60 DITIADAKAN)





VII. PEMBAHASAN








y = -608.1x + 2.3647
R = 0.816
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033
l
o
g

m

1/T
y = -774.2x + 2.893
R = 0.8895
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033
l
o
g

m

1/T
`
VIII. KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU dengan tujuan untuk
menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu dan menentukan kalor
pelarutan differensial, yaitu:
a. Suhu mempengaruhi kelarutan. Bila suhu tinggi, kelarutannya tinggi
dan sebaliknya.
Molalitas dari berbagai suhu :
Molalitas pada 35
o
C = 2,258429 m
Molalitas pada 40
o
C=2,760326m
Molalitas pada 45
o
C=3,025985m
Molalitas pada 50
o
C=3,099034m
Molalitas pada 55
o
C=3,304653m
Molalitas pada 60
o
C=3,237329m

b. Kalor pelarutan diferensial dapat diketahui dengan menentukan garis
singgung kurva log m terhadap 1/T.
Kalor pelarutan differensialnya yaitu:

hasil perhitungan biasa


=

hasil perhitungan menggunakan grafik







IX. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 1999. Penuntun Dasar Praktikum Kimia. Jakarta:
Depdikbud HAL 121-123

Alberty,Robert. A.1992. Kimia Fisika I. Jakarta : Erlangga HAL 221-225

















`




X. LAMPIRAN

A. JAWABAN PERTANYAAN :
1. Bisa, tetapi sangat sulit karena untuk mencapai suhu yang tinggi
diperlukan pemanasan, sedangkan pemanasan itu sendiri akan
memperbesar kelarutan suatu zat sehingga zat yang ada larutan
tersebut akan larut secara terus menerus dan akhirnya larutan
mencapai lewat jenuh.
2.
} }
A
=
2
1
2
ln
T
T
RT
H
dT
m d

} }
A
= dT
RT
H
m d
T
T
2
1
2
ln
dT
T
CT BT A
R
m
T
T
}
+ +
=
1
2
2
1
ln
}
+ + =
T
T
CT BT AT
R
m
1
2
1
ln

B. DATA PENGAMATAN

`




C. CRC
`

Anda mungkin juga menyukai