PRAKTIKUM II
NIM : 10416006
Kelompok :2
Hari : Jumat
LABORATORIUM BIOKIMIA
2018
PERCOBAAN II
I. Tujuan
1. Mengidentifikasi jenis protein berdasarkan ikatan yang khas pada protein dengan uji biuret.
2. Menentukan pengaruh pH terhadap struktur protein.
3. Menentukan pengaruh penambahan garam ammonium sulfat dan logam berat terhadap fraksinasi
dan pengendapan protein.
4. Menentukan kadar protein dengan metode Lowry.
b. Pengaruh Penambahan pH
Reagen Gambar Hasil
d. Fraksinasi Protein
Fraksi Uji Millon Pengamatan
20% +
50% +
2. Uji Lowry
Tabung A [Standar]
2 0,112 40
3 0,181 80
4 0,341 120
5 0,375 160
6 0,426 200
Konsentrasi strandar dihitung menggunakan rumus pengenceran, M1V1 = M2V2. Konsentrasi awal
adalah konsentrasi standar yang diketahui, yaitu 200 ug/mL, sedangkan volume awal adalah volume
standar yang dimasukkan pada tabung, volume akhir adalah volume tabung yang mengandung standar
setelah ditambahkan air, yaitu 0,5 mL. Sehingga untuk menentukan standar,
200 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑆𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔
[𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟] =
0,5
Konsentrasi protein didapatkan dengan menggunakan rumus yang didapatkan dari hasil regresi kurva
absorbansi terhadap [BSA standar], dengan x adalah konsentrasi sampel dan y sebagai absorbansi sampel.
𝑦 = 0,0022𝑥 + 0,0192
𝑦 − 0,0192
𝑥=
0,0022
0,242 − 0,0192
𝑥= = 101,2727 𝑝𝑝𝑚
0,0022
Maka, konsentrasi protein sampel adalah 101,2727 ppm.
IV. Pembahasan
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji. Adanya
ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan dengan asam amino yang
lain melalui ikatan peptida dan membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk
ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina
molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi. Ikatan peptida
akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan perubahan warna. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan
dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen
biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam amino
yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida (sedikit asam amino
yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda (Panji, 2015).
Hasil pengamatan menunjukkan larutan berwarna ungu bening, mengindikasikan hasil positif bagi
uji biuret, bahwa dalam sampel terdapat protein.
Selanjutnya, dilakukan uji pengaruh pH terhadap protein. Uji ini berkaitan dengan titik isoelektrik
dan pH protein. Titik isoelektrik merupakan pH dimana kelarutan protein minimum karena jumlah ion
positif dan ion negatif sama (muatan nol) (University of Cagalry California, 2015), oleh karena itu,
semakin dekat rentang pH larutan terhadap titik isoelektrik protein, maka protein akan semakin kecil
kelarutannya dalam larutan tersebut, dan akhirnya akan mengendap. Hasil pengamatan yang didapatkan
menunjukan bahwa protein mengendap dalam larutan buffer dan larutan HCl, mengindikasikan bahwa pH
kedua larutan tersebut masih mendekati pH isoelektrik protein. Sementara, protein teramati larut dalam
larutan NaOH, mengindikasikan bahwa nilai pH larutan NaOH jauh berbeda dibandingkan dengan nilai
pH isoelektrik protein. Larutan buffer sendiri merupakan larutan yang dibuat dari asam lemah degan
garamnya yang berasal dari asam kuat, sehingga berfungsi dalam menyangga pH (dikenal juga sebagai
larutan penyangga) memiliki pH 4,7 yang diasumsikan sama dengan nilai pH isoelektrik protein.
Sementara larutan HCl memiliki nilai pH 1, dan larutan NaOH memiliki nilai pH 13. Dengan begitu,
dapat disimpulkan rentang perbedaan pH larutan HCl dan pH isoelektrik protein (3,7) cukup signifikan
dengan perbedaan rentang pH larutan NaOh dan pH isoelektrik protein (8,3), sehingga protein larut dalam
larutan NaOH namun mengendap dalam larutan HCl.
Kemudian dilakukan pengendapan protein oleh logam berat dan fraksinasi protein dengan
pengendapan menggunakan ammonium sulfat. Peristiwa denaturasi protein dapat diamati melalui
pengendapan protein dengan logam berat, sementara peristiwa salting out pada protein dapat diamati
melalui fraksinasi protein dengan pengendapan menggunakan ammonium sulfat. Protein yang tercampur
oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul
tanpa memutuskan ikatan kovalen (Deman, 1997). Proses ini bersifat khusus untuk protein dan
mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula Hal ini terjadi pada albumin
yang terkoagulasi setelah ditambahkan (CH3COO)2Pb. Alasannya, senyawa-senyawa logam dengan
konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam
anorganik, misalnya ammonium sulfat. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik
mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein
untuk mengikat air, oleh karena itu fenomena ini sering disebut sebagai salting out. Hasil pengamatan
positif uji millon pada endapan yang terbentuk mengindikasikan bahwa endapan yang terbentuk adalah
protein.
Untuk menganalisa protein dengan kuantitatif, digunakan metode Lowry. Metode Lowry
mengombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (folin-ciocalteuphenol) yang bereaksi dengan
residu tirosin dan triptofan dalam protein. Komples Cu-protein yang terbentuk akan mereduksi sebagia
besar residu tirosin dan triptofan yang ada dalam sampel sehingga metode ini lebih sensitive terhadap
protein dalam konsentrasi rendah dibandingkan dengan metode biuret. Protein dengan asam fosfotungstat
dan fosfomolibdat pada suasana basa akan tereduksi dengan metode ini dan memberikan warna biru yang
intensitasnya dapat diukur dan proporsional dengan konsentrasi protein. Oleh karena itu, metode Lowry
merupakan metode kuantitatif dalam analisa protein (Soeharsono, 2006).
Hasil kuantitasi konsentrasi sampel menunjukkan bahwa sampel memiliki konsentrasi 101,27 ppm,
dengan galat 1,27% dari konsentrasi protein sample asli yaitu 100 ppm.
V. Kesimpulan
1. Teridentifikasi adanya ikatan peptida pada protein dari hasil uji biuret yang positif.
2. Protein larut dalam larutan NaOH dan memgendap pada larutan HCl, dan larutan buffer.
3. Garam ammonium sulfat menyebabkan terjadinya proses salting out pada protein, dan logam
berat menyebabkan protein terdenaturasi, keduanya menyebabkan protein mengendap.
4. Konsentrasi protein sampel yang terkuantifikasi sebesar 101,27 ppm.
Brocchieri, L., Karlin, S. 2005. Protein length in eukaryotic and prokaryotic proteomes. Nucleic Acids
Research. 33 (10): 3390–3400. doi:10.1093/nar/gki615.
Panji. 2015. Uji Biuret. [online] www.edubio.info. Diakses pada 8 Maret 2018 pukul 20.47.
Stoker, HS. 2015. Organic and Biological Chemistry. Cengage Learning. Halaman 371.
Szalay, Jessie. 2015. What Is Protein?. [online] www.livescience.com. Diakses pada 8 Maret 2018 pukul
20.38.
University of Cagalry California. 2015. Chapter 27: Amino Acids, Peptides and Proteins. [online]
www.chem.ucalgary.ca. Diakses pada 8 Maret 2017 pukul 21.01.