Anda di halaman 1dari 14

I.

Judul Percobaan : Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil


Asetat
II. Hari, Tanggal Percobaan : Selasa / 17 September 2019
III. Tujuan Percobaan :
1. Untuk memberikan gambaran bahwareaksi penyabunan hidroksida adalah
reaksi orde dua.
2. Menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaksi tersebut.
IV. Tinjauan Pustaka
Kinetika reaksi adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia.
Pengkajian laju rekasi dapat diartikan kelajuan perubahan kimia yang terjadi
sedangkan mekanisme reaksi digunakan untuk menggambarkan langkah-
langkah reaksi yang meliputi perubahan keseluruhan dari suatu reaksi
(Atkins, 1996).
Laju reaksi suatu rekasi kimia dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi yang
terlibat dalam reaksi terhadap satuan waktu. Laju atau kecepatan rekasi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya/bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam mol per liter. Laju reaksi
suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi dibawah
ini :
A + B  AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut :
r = k [A]m[B]n
dengan keterangan k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n merupakan orde
reaksi masing-masing pereaksi. Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Konsentrasi reaktan
Laju reaksi akan berjalan lebih cepat apabila konsentrasinya dinaikkan, hal ini
diakibatkan dari meningkatnya pertumbukan atom per satuan waktu.
2. Luas Permukaan
Luas permukaan yang besar ajan meningkatkan laju reaksi,
3. Tekanan
Tekanan yang dinaikkan maka volume turun sehingga meningkatkan
frekuensi tumbukan antar molekul.
4. Temperatur
Temperatur yang tinggi akan meningkatkan laju reaksi, karena temperatur
tinggi dapat meningkatkan energi molekul sehingga tumbukan antar molekul
meningkat.
5. Katalis
Suatu zat yang merubah lintasan reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi
dengan menurunkan energy aktivasi. Katalis ikut bereaksi namun tidak
mengalami perubahan saat reaksi (Atkins, 1996).
Orde reaksi di dalam reaski kimia berkaitan dengan pangkat dengan hukum
laju reaksinya. Hubungan orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan
pangkat dari konsentrasi komponen. Orde reaksi dapat ditentukan nilainya
dari suatu percobaan dan tidak dapat diturunkan secara terori walaupun
stokiometri reaksinya telah diketahui. Metode penentuan orde reaksi
memerlukan pengukuran laju reaksi awal. Menentukan orde reaksi dari suatu
reaksi kimia pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahan
konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi (Keenan, 1986). Reaksi yang
berjalan dengan konstan dan tidak bergantung pada konsentrasi reaktan
disebut orde reaksi nol. Orde reaksi satu biasanya menggunakan konsetrasi
tungga dalam hukum laju dan konsetrasi tersebut memiliki pangkat satu. Orde
reaksi dua adalah konsetrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrassi
masing-masing berpangkat satu (Hiskia, 1992).
Saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun, dimana (sapon = sabun
dan fy = membuat). Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan
(tallow) dan dari minyak, reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa
suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH) (Khopkar, 2003). Proses saponifikasi
seperti pada reaksi trigliserida dengan alkali yang terjadi pada suhu 800oC.
Saponifikasi suatu trigliseraldehida menghasilkan suatu garam dari asam
lemak ke rantai panjang yang merupakan sabun (Spitz, 1996).
V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Gelas kimia 100 mL 1 buah
2. Gelas kimia 400 mL 1 buah
3. Pipet tetes 1 buah
4. Erlenmeyer 250 mL 1 buah
5. Gelas ukur 10 mL 1 buah
6. Thermostat 1 buah
7. Thermometer 1 buah
8. Klem dan Statif 1 buah
b. Bahan
1. Etil asetat 0,02 N 25mL
2. NaOH 0,02 N secukupnya
3. HCl 0,02 N 10 mL
4. Indikator PP 12 tetes
VI. Alur Percobaan

25 ml etil 20 ml NaOH
asetat 0,02 N 0,02 N

1. Dimasukkan ke dalam gelas


kimia 100 ml yang berbeda
2. Dimasukkan ke dalam
thermostat sampai suhu
keduanya sama

Kedua suhu larutan sama

3. 25 ml larutan etil asetat 0,02


N dicampurkan dengan
cepat ke dalam 10ml larutan
NaOH 0,02 N
4. Dikocok
5. Dijalankan stopwatch pada
saat larutan tercampur

Campuran Larutan

Campuran Larutan

1. Setelah 3 menit, larutan


dipipet 5 ml dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer berisi
10ml HCl 0,02 N
2. Diulangi pengambilan pada
menit ke-8, 15, 25, 40, 65
3. Diaduk dengan baik
4. Ditambah indicator PP

V NaOH
VII. Reaksi dan Rumus Perhitungan
Reaksi :
CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + C2H5(aq)
NaOH(aq) sisa + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
HCl(aq) sisa + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

Rumus Perhitungan :
LAPORAN SEMENTARA

Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1.  Etil asetat :  T1 etil asetat :
25 ml etil 20 ml NaOH larutan tidak 29⁰C
asetat 0,02 N 0,02 N berwarna  T1 NaOH : 29⁰C
 NaOH 0,02 N :  Etil asetat +
6. Dimasukkan ke dalam gelas larutan tidak NaOH → larutan
kimia 100 ml yang berbeda berwarna tak berwarna
7. Dimasukkan ke dalam  T0 etil asetat :  Campuran
thermostat sampai suhu 28⁰C larutan + HCl →
keduanya sama  T0 NaOH 0,02N : larutan tidak
29⁰C berwarna
Kedua suhu larutan sama  HCl 0,02 N :  + indikator PP →
larutan tidak larutan tidak
8. 25 ml larutan etil asetat 0,02 berwarna  Dititrasi dengan
N dicampurkan dengan  Indikator PP : NaOH → larutan
cepat ke dalam 10ml larutan larutan tidak berwarna soft
NaOH 0,02 N berwarna pink
9. Dikocok  V NaOH pada
10. Dijalankan stopwatch pada menit ke-3 = 7,6
saat larutan tercampur ml
 V NaOH pada
Campuran Larutan menit ke-8 = 7,8
ml
Campuran Larutan  V NaOH pada
menit ke-15 = 8
5. Setelah 3 menit, larutan ml
dipipet 5 ml dan  V NaOH pada
dimasukkan ke dalam menit ke-25 = 8,2
Erlenmeyer berisi 10ml HCl ml
0,02 N  V NaOH pada
6. Diulangi pengambilan pada menit ke-40 = 8,4
menit ke-8, 15, 25, 40, 65 ml
7. Diaduk dengan baik  V NaOH pada
8. Ditambah indicator PP menit ke-65 = 8,5
ml
V NaOH
VIII. Analisis dan Pembahasan
Percobaan kinetika saponifikasi etil asetat ini merupakan suatu percobaan yang
memiliki tujuan untuk membuktikan bahwa reaksi saponifikasi yang terjadi adalah
berorde dua. Untuk membuktikan bahwa reaksi saponifikasi etil asetat berorde
dua, hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuat campuran 25 mL
larutan etil asetat dengan 20 mL NaOH. Sebelum dicampurkan kedua larutan ini
disetarakan suhunya dengan meletakkan kedua larutan kedalam thermostat sampai
suhu setara, suhu kedua larutan ini setara pada suhu 29oC. Tujuan penyetaraan
suhu ini adalah agar reaksi saponifikasi dapat berjalan dengan setara sehingga laju
reaksi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan yang besar, hal ini terjadi
apabila suhu terlalu tinggi maka laju reaksi akan semakin cepat, karena
temperature mempengaruhi energi kinetik pereaksi, sehingga tumbukan antar
partikel akan bertambah besar. Setelah kedua larutan suhunya setara, maka larutan
segera dicampur dan stopwatch mulai dihidupkan. Reaksi pencampuran yang
terjadi adalah sebagai berikut:
CH3COOC2H5 (aq) + OH- (aq) CH3COONa (aq) + C2H5OH (aq)
Larutan kemudian diambil sebanyak 10 mL pada setiap 3, 8, 15, 25, 40 dan 65
menit dan kemudian ditambahkan dengan larutan HCl 0.02 N sebanyak 5 mL
fungsi penambahan HCl ini adalah untuk mengetahui banyaknya NaOH yang
tersisa dalam proses saponifikasi tersebut serta memberikan suasana asam. Karena
hasil awal dari reaksi saponifikasi adalah karboksilat. Sehingga penambahan HCl
ini mengubah karboksilat menjadi asam karboksilat. Setelah ditambahkan HCl
maka larutan campuran ini ditambahkan dengan 3 tetes phenolphthalein sebagai
indikator untuk menandakan titik akhir titrasi larutan. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
NaOH (aq) sisa + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O(l)
Kecepatan terbentuknya produk dari waktu to sampai dengan tn adalah berbeda.
Semakin lama waktu reaksi pada larutan campuran tersebut, maka akan semakin
sedikit NaOH sisa yang terbentuk dan HCl sisa yang ada pada larutan masih
banyak, sehingga akan dibutuhkan larutan NaOH untuk menetralkan HCl (dari
titrasi) yang semakin banyak pula. Titik akhir dari titrasi ini ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
HCl (aq) sisa + NaOH NaCl (aq) + H2O (l)
Dari titrasi yang dilakukan, didapatkan volume NaOH pada menit ke-3 adalah
sebesar 7.6 mL, menit ke- 8 adalah sebesar 7.8 mL, menit ke-15 sebesar 8 mL,
menit ke-25 sebesar 8.2 mL, menit ke-40 sebesar 8.4 mL, menit ke-65 sebesar 8.5
mL. menurut perhitungan yang telah dilakukan, rentang volume NaOH untuk
titrasi adalah sebesar 7.8 – 10 mL, sehingga pada menit ke-3 volume yang
didapatkan tidak sesuai dengan perhitungan. Hal ini dapat terjadi karena ketidak
telitian praktikan dalam menentukan waktu yang tepat saat mencapai menit ke 3,
sehingga reaksi yang terjadi tidak cukup lama untuk menghasilkan HCl sisa yang
sebanding dengan volume NaOH titrasi sebesar rentang.
Dari data yang didapatkan dari titrasi diatas, maka data dapat diolah sehingga
dapat dihasilkan nilai konstanta laju reaksi. Nilai konstanta reaksi orde dua pada
saponifikasi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut:
1 1

(𝑎−𝑥) 𝑎
k= 𝑡

pada persamaan tersebut menyatakan mol ekivalelen dari etil asetat


(CH3COOC2H5) dan a-x menyatakan perubahan mol ekivalen etil asetat dalam
waktu tertentu. Dari perhitungan yang didapatkan, perubahan konsentrasi (a-x)
mengalami penurunan nilai seiring dengan waktu yang semakin lama. Hal ini
menunjukkan bahwa reaktan akan semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu untuk bereaksi. Lebih lanjut lagi perhitungan yang
didapatkan menunjukkan nilai konstanta laju reaksi yang meningkat seiring
dengan waktu yang semakin lama, data konstanta laju reaksi ini kemudian diolah
menjadi grafik orde dua. Grafik yang didapatkan adalah sebagai berikut:

orde 2
30.0000
25.0000
20.0000
1/(a-x)

y = 0.0018x + 17.981
15.0000
R² = 0.9203 Series1
10.0000
Linear (Series1)
5.0000
0.0000
0 1000 2000 3000 4000 5000
t(s)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa garis pada grafik adalah garis lurus dengan
arah lereng, sehingga terbukti bahwa reaksi saponifikasi etil asetat adalah reaksi
orde dua. Regresi yang didapatkan adalah sebesar 0.9203, regresi ini mendekati
angka 1 yang berarti bahwa data yang didapatkan adalah cukup akurat.
IX. Kesimpulan
1. Rentang volume NaOH titrasi adalah sebesar 7.8 mL – 10 mL
2. Volume NaOH titrasi yang didapatkan pada setiap menit adalah sesuai rentang
yaitu menit ke- 8 adalah sebesar 7.8 mL, menit ke-15 sebesar 8 mL, menit ke-25
sebesar 8.2 mL, menit ke-40 sebesar 8.4 mL, menit ke-65 sebesar 8.5 mL. Pada
menit ke 3 volume NaOH yang didapat tidak sesuai rentang yaitu sebesar 7.6 mL,
3. Reaksi saponifikasi etil asetat terbukti merupakan reaksi berorde dua, terbukti
dengan grafik yang dihasilkan
4. Regresi dari percobaan yang didapatkan adalah sebesar 0.9203

X. Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisisk Jilid 1. Jakarta :Erlangga.
Ahmad, Hiskia. 1992. Elektrokimia dan kinetika kimia. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakt
Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitis. Jakarta : UI Press..
Spitz. L. 1996. Bar Soap Finishing. Di dalam Spitz, L (ed). 1996. Soap and
Detergents, A Theorotical and Practical Review. AOCS Press, Illinois
LAMPIRAN
1. Perhitungan
Dalam 5 ml campuran terdapat
25
CH3COOC2H5 = 45 x 5 ml = 2,78 ml
20
NaOH = 45 x 5 ml = 2,22 ml

Mol dalam 5 ml campuran


mmol CH3COOC2H5 = N x V
= 0,02 N x 2,78 ml
= 0,0556 mmol
Mmol NaOH = N x V
= 0,02 N x 2,22 ml
= 0,0444 mmol

Waktu (s) Volume (ml)


180 7,6
480 7,8
900 8
1500 8,2
2400 8,4
3900 8,5

CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + C2H5(aq)


M 0,0556 mmol 0,0444 mmol - -
R x x x x
S 0,0556-x 0,0444-x x x

NaOH(aq) sisa + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)


M 0,0444-x 0,2
R 0,0444-x 0,0444-x 0,0444-x 0,0444-x
S - 0,1556+x 0,0444+x 0,0444+x
Mencari nilai x
t = 180 s
mmol ekuivalen HCl sisa = mmol ekuivalen NaOH
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = V NaOH titrasi x N NaOH titrasi
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = 7,6 ml x 0,02 N
x = 0,152 – 0,1556
x = - 0,0036
t = 480 s
mmol ekuivalen HCl sisa = mmol ekuivalen NaOH
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = V NaOH titrasi x N NaOH titrasi
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = 7,8 ml x 0,02 N
x = 0,156 – 0,1556
x = 0,0004
t = 900 s
mmol ekuivalen HCl sisa = mmol ekuivalen NaOH
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = V NaOH titrasi x N NaOH titrasi
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = 8 ml x 0,02 N
x = 0,152 – 0,1556
x = 0,0044
t = 1500 s
mmol ekuivalen HCl sisa = mmol ekuivalen NaOH
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = V NaOH titrasi x N NaOH titrasi
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = 8,2 ml x 0,02 N
x = 0,16 – 0,1556
x = 0,0084
t = 2400 s
mmol ekuivalen HCl sisa = mmol ekuivalen NaOH
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = V NaOH titrasi x N NaOH titrasi
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = 8,4 ml x 0,02 N
x = 0,168 – 0,1556
x = 0,0124
t = 3900 s
mmol ekuivalen HCl sisa = mmol ekuivalen NaOH
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = V NaOH titrasi x N NaOH titrasi
(0,1556 + x) mmol ekuivalen = 8,5 ml x 0,02 N
x = 0,17 – 0,1556
x = -0,0144

V Mmol
t (s) 1/t NaOH a 1/a HCl a-x 1 / (a-x)
(ml) sisa (x)
180 0,005 7,6 0,0556 17,985 -0,0036 0,0592 16,891
480 0,002 7,8 0,0556 17,985 0,0004 0,0552 18,1159
900 0,001 8,0 0,0556 17,985 0,0044 0,0512 19,531
1500 0,0006 8,2 0,0556 17,985 0,0084 0,0492 21,816
2400 0,0004 8,4 0,0556 17,985 0,0124 0,0432 23,148
3900 0,0002 8,5 0,0556 17,985 0,0144 0,0412 24,271

ORDE 2
1. t = 180 s
1 1
+
1−𝑥 𝑎
k= 𝑡
16,891−17,985
k= 180

k =0,00608

2. t = 480 s
1 1
+
1−𝑥 𝑎
k= 𝑡
18,115
k= 180

k = 0, 0,00031
k = 0,000271
3. t = 900 s
1 1
+
k = 1−𝑥𝑡 𝑎
19,531−17,985
k= 900

k = 0,001717
4. t = 1500 s
1 1
+
1−𝑥 𝑎
k= 𝑡
21,860−17,985
k= 1500

k = 0,0021336
k=1
5. t = 2400 s
1 1
+
1−𝑥 𝑎
k= 𝑡
33,148−17,985
k= 2400

k = 0,002151
6. t = 3900
1 1
+
k = 1−𝑥𝑡 𝑎

24,27−17,985
k= 3900

k = 0,001616

Anda mungkin juga menyukai