OLEH :
INDRIYANI MARTA NUR RAHMAWATI
PKB 2017 / 17030194055
Segala puji bagi Allah Swt. Yang telah memberikan kekuatan, petunjuk
dan Rahmad-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Kimia Organik yang berjudul Makalah Amina. Tujuan
penulisan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Organik yang di
dalamnya membahas mengenai tata nama, sifat, reaksi pembuatan dan manfaat
dari senyawa amina. Makalah ini tentu saja masih memiliki berbagai kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, guna membangun
penulisan makalah kedepannya. Sekian, penulis berharap semoga makalah ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tata nama amina ?
2. Bagaimana sifat amina ?
3. Bagaimana reaksi pembuatan amina?
4. Apa saja manfaat amina?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tata nama amina.
2. Mengetahui sifat amina.
3. Mengetahui reaksi pembuatan amina.
4. Mengetahui manfaat amina.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Amina yang mengikat gugus alkil yang tidak sama, biasanya sukar
bila penamaannya. Penamaan amina tipe ini diawali oleh huruf N diikuti
oleh nama alkil sebagai substituen yang terikat pada N kemudian rantai
induknya diakhiri dengan kata Amina. Sebagai rantai induk dipilih gugus
alkil yang mempunyai rantai terpanjang.
CH3 CH3
CH3 – NH – CH CH3-CH2-CH2-CH-CH2-CH2N(C2H5)2
CH
N, 1 – isopropil metil amina
3
N, N – dietil – 3 – metil – pentil – amina
Secara IUPAC, gugus amina dianggap sebagai substituen.
Penomoran bisa digunakan aturan umum yaitu : dimulai dari salah satu
ujung rantai C terpanjang yang paling dekat dengan gugus yang paling
dekat dengan gugus substituen, dalam hal ini gugus amina. Penamaan
1
secara IUPAC dimulai dari nomor dimana gugus amina terikat, diikuti kata
CH3
amina dan diakhiri nama alkana sebagai rantai induk.
CH3 – CH – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – CH2 – C – CH2 – CH – CH3
CH3 NH2
NH2
2 – amino pentana N – 4 – dimetil – 2 – heksnamina
Untuk amina aromatik, dimana gugus aril langsung terikat pada
gugus amin, maka penamaannya diturunkan dari anilina.
B. SIFAT AMINA
Sifat Fisika
Alkilamina berbobot molekul rendah adalah gas atau cair pada
suhu kamar. Di- dan Tri-etilamin serta amina primer yang memiliki
tiga sampai sepuluh atom karbon adalah cairan, amina yang lebih
2
kecil jumlah atom karbonnya adalah gas.
Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut
dalam air akibat adanya interaksi ikatan hidrogen.
Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul
rendah adalah aromanya yang tidak menyenangkan.
Amina mempunyai titik didih yang lebih rendah dari pada alkohol
walaupun amina juga mampu membentuk ikatan hidrogen.
Apabila gugus R yang diikat oleh atom N cukup besar, maka tidak
dapat larut dalam air.
Sifat Kimia
1. Kebasaan
Amina aromatik, ternyata sifat kebasaannya lebih lemah jika
dibandingkan dengan amina siklik. Kebasaan amina sekunder lebih
tinggi daripada amina primer apabila mengikat gugus alkil yang
sama. Tetapi amina primer kebasaan nnya lebih tinggi daripada
amina tersier. Semakin turunnya kekuatan basa pada trimetilamina
karena adanya beda entropi kondisi final dengan kondisi inifial.
Yang dimaksud dengan kondisi final adalah kondisi dimana sistem
sudah mengandung kation dan anion.
2. Reaksi Amina dengan Asam Kuat (Reaksi Penggaraman)
Reaksi amina dengan asam kuat seprti HCl akan menghasilkan
garam alkilamonia.
R – NH2 + HCl → RNH3 Cl ̄
3. Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
Asam nitrit yang digunakan pada reaksi dengan amina
biasanya yang masih baru yaitu dari hasil reaksi antara nitrit dan
HCl yang dijalankan sekaligus dalam satu proses reaksi dengan
amina.
a. Amina Primer
Amina primer aromatik dan alifatik bila bereaksi dengan
asam nitrit akan menghasilkan garam diazonium. Namun garam
3
diazonium dari amina aromatik lebih stabil daripada amina alifatik.
b. Amina sekunder
Nitrosasi pada amina sekunder baik alifatik maupun
aromatik menghasilkan nitrosamin. Mekanisme untuk keduanya
terjadi ialah sbb:
c. Amina tersier
Nitrosasi pada amina aromatik tersier berbeda dengan amina
alifatik tersier. Pada nitroso amina aromatik tersier berlangsung
melalui mekanisme substitusi elektrofilik aromatik.
4
4. Reaksi Oksidasi Amina
Atom N pada amina dapat mengalami oksidasi disebabkan
adanya sepasang elektron yang menyendiri pada nitrogen tersebut.
Oksidator yang digunakan adalah H2O2 (hidrogen peroksida) atau
asam perkarboksilat ( R – C – O – O – H ) yang dapat menghasilkan
atom oksigen yang mempunyai enam elektron. Contoh oksidasi
amina dapat diperhatikan pada reaksi berikut :
a. Oksidasi Amina Primer
5
amina dimetilasi dengan metiliodida berlebihan untuk mensintesis
ditambah Ag2O dalam air dan akan dihasilkan ammonium
kuaterner hidroksida, yang mana bila dipanaskan akan terjadi
reaksi eliminasi yaitu melepaskan aminanya dan dihasilkan
senyawa alkena.
C. PEMBUATAN AMINA
Pembuatan amina prinsipnya dapat dijalankan melalui substitusi
nukleofilik, reaksi reaksi reduksi dan reaksi penyusunan ulang.
1. Reaksi Subtitusi
Pembuatan amina dengan cara substitusi melalui mekanisme SN2
antara amonia atau amina dengan alkil halida primer atau sekunder. Ikatan
yang baru terbentuk menunjukan bahwa atom N mengikat gugus alkil dari
alkil halida.
6
2. Pembuatan Amina Oleh Reduksi
Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan amina aromatik
karena gugus nitro mudah direduksi baik dengan katalis maupun
dengan pereduksi logam (besi, timah, seng) dan asam. Reaksi
berlangsung melalui nitrasi aromatik eletrofilik.
7
berikut :
D. MANFAAT AMINA
a) Sebagai katalisator
b) Dimetil amina : pelarut, absorben gas alam, pencepat vulkanisasi,
membuat sabun, dll.
c) Trimetil amina : suatu penarik serangga.
d) Epinefrin juga berfungsi sebagai hormone yang menstimulasi
pemecahan glikogen menjadi glukosa dalam otot ketika kadar
cadangan glukosa menurun
e) Reagen yang mengandung nitrogen terkhususnya amin dan
turunannya merupakan ekstraktan yang efisien untuk beberapa
logam golongan platinum dan digunakan secara meluas untuk
teknologi dan anlisa.
f) Garam kuraterner ammonium paling umum digunakan pada
industri pelembut pakaian dimana garam tersebut melekat pada
permukaan pakaian dan memberi kesan lembuta terhadap tangan.
g) Turunan amina rantai panjang yaitu Stearil Dimetil Amin Oksida
telah dilaporkan digunakan sebagai anti iritasi pada shampo yang
menggunakan bahan dasar natrium lauril sulfat dan zink
pyridinethion.
h) Turunan senyawa oleilamina dan stearilamina yang direaksikan
dengan asam sitrat dan asam suksinat telah menunjukkan sifat
pelumas yang baik.
i) Formulasi lemak sebagai obat anti Leishmania telah dilaporkan
sebagai terapi yang efektif serta mengurangi efek racun dalam
tubuh.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
▪ Amina ialah senyawa organik yang boleh dikatakan sebagai turunan dari amonia
(NH3).
▪ Amina memiliki sifat fisika dan kimia. Sifat fisika amina berupa suku-suku
rendah berbentuk gas, tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan, mudah larut
dalam air, amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat dan kelarutan dalam air
berkurang dengan naiknya bm. Sifat kimia amina diantaranya kebasaan, mampu
bereaksi dengan asam kuat dan nitrit, serta dapat mengalami reaksi oksidasi dan
eliminasi Hofmann
▪ Pembuatan amina prinsipnya dapat dijalankan melalui substitusi nukleofilik,
reaksi reaksi reduksi dan reaksi penyusunan ulang.
▪ Manafaat dari amina diantaranya sebagai katalisator, pelarut, penarik serangga,
penstimulasi pemecahan glikogen menjadi glukosa, pelembut pakaian, anti iritasi
pada shampoo, pelumas, dapat mengurangi efek racun dalam tubuh serta
digunakan secara meluas untuk teknologi dan anlisa.
9
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J & Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara.
10