Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN DAN MELALUI


PENGENDAPAN

Muhammad Aswari

M1B116019

Asisten Laboratorium :

Khairil Mar Ati (F1C117022)

Dosen Pengampu

1. Prof. Drs. H. Sutrisno, M. Sc., Ph. D


2. Restina Bemis, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020
PERCOBAAN IX

KINETIKA KIMIA

I. Tujuan Percobaan

1. Mengukur perubahan konsentrasi pereaksi menurut waktu.


2. Mengamati pengaruh konsentrasi ,suhu dan katalis pada laju reaksi.
3. Menentukan hukum laju suatu reaksi dalam larutan berair.

II. Landasan Teori

Kecepatan reaksi tergantung terhadap banyak faktor yakni konsentrasi,


temperatur, dan adanya penambahan katalis. Konsentrasi reaktan memainkan
peranan penting dalam mempercepat dan memperlambat reaksi tertentu.
Banyak reaksi yang sangat peka terhadap suhu sehingga pengendalian suhu
sangat penting untuk mengukur kuantitas dalam kinematika kimia. Katalis
adalah zat yang mengambil bagian dalam reaksi dan mempercepatnya, tetapi
dia sendiri tidak mengalami perubahan kimia permanen. Jadi, katalis tidak
muncul dalam persamaan kimia balance secara keseluruhan tetapi
kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan
mempercepat lintasan yang ada atau lazimnya memuat lintasan yang sama
sekali baru bagi kelangsungan reaksi (Oxtoby, 1998: 113).

Reaksi tertentu yang berlangsung sangat cepat mungkin tidak diinginkan


karena mungkin menimbulkan ledakan. Dalam keadaan ini reaksi apapun
diusahakan berlangsung selambat mungkin. Contoh pemberian anti karat pada
pendingin dalam radiator mobil dan penyimpangan konsentrasi serta
penyimpangan susu dalam lemari es. Kasus tersebut menyebabkan adanya
kebutuhan untuk mampu mengukur atau mengendalikan, dan bila mungkin
meramalkan laju reaksi kimia. Kinetika kimia terkadang membantu dalam
menyimpulkan mekanisme suatu reaksi. Peramalan laju raksi didasarkan pada
persamaan matematis yang disebut dengan hukum kecepatan reaksi (Petrucci,
1987: 45).

Laju reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : konsentrasi


pereaksi, (dan kadang-kadang produk), suhu, dan katalis. Pengukuran laju
biasanya dilakukan dibawah kondisi percobaan yang tetap, dengan satu faktor
tetap sedangkan faktor lain diseragamkan.
Cara mengukur laju reaksi. Salah satu segi penting daro pengkajian
kinetika ialah merancang teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi
menurut waktu. Analisis kimia dengan cara volumentri atau gravimentri relatif
lambat, sehingga cara seperti ini tidak digunakan kecuali bila reaksi lambat,
atau dapat dihentikan dengan pendinginan tiba-tiba, atau dengan penambahan
reaksi yang menghentikan reaksi.

Untuk suatu reaksi hipotesis


2B + 3B  C + 5D
Hukum lajunya dapat berupa
Laju = ∆(C) / ∆t = k [A]n [B]m

Dengan k adalah tetapan laju , n adalah orde reaksi untuk A , dan m adalah
orde reaksi untuk B. Orde reaksi keseluruhan adalah m+n . Orde reaksi hanya
dapat ditentukan lewat percobaan, karena angka-angka ini tidak selalu sama
dengan koefisien reaksi.
Biasanya kecepatan reaksi laju kimia bergantung pada konsentrasi
pereaksi-pereaksinya. Sifat kebergantungannya ini dapat ditemukan dengan
metoda berikut, yaitu : perubahan didalam kecepatan reaksi diukur
berdasarkan perubahan konsentrasi salah satu pereaksi, sedangkan
konsentrasi pereaksi lainnya dijaga tetap. Reaksi yang akan diperiksa
mekanismenya belum diketahui tetapi persamaannya dapat dituliskan sebagai
berikut :
2I + S2O82- → 2SO42- + I2
Ketika reaksi berlangsung konsentrasi pereaksi –pereaksi akan turun dan
karena itu kecepatan reaksi akan berubah.

Data kinetik dapat memberi keterangan yang terperinci tentang


mekanisme dari suatu reaksi. Laju dari suatu reaksi ditentukan denagn
mengikuti kecepatan hilangnya reaktan atau terbentuknya produk. Laju suatu
reaksi dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain:
     Secara spektroskopik.

a) Teknik ini memungkinkan pengukuran dapat dilaksanakan dengan


cepat dan kontinue terhadapa sampel meskipun kuantitas sampel kecil.

b) Dengan mengukur pH secara kontinue atau melalui titrasi asam-basa


terhadap reaksi yang melibatkan proton.
c) Dengan mengukur konduktans pada reaksi yang melibatkan spesies
ionik.
d) Secara polimetrik, jika dalam reaksi terlibat senyawa yang optik aktif.

Pada umumnya, setiap sifat yang berkaitan dengan konsentrasi reaktan


dan/atau produk dan sifat tersebut dapat diamati dan diukur, dapat digunakan
untuk menentkan laju reaksi.
Masing-masing suku konsentrasi mengandung eksponen, yakni yang
menunjukkan tingkat atau orde dari reaksi. Tingkatan kinetik keseluruhan dari
reaksi sama dengan jumlah dari semua eksponen dalam ekspensi laju. Dibawah
ini disajikan contoh yang menunjukkan keanekaragaman dari pernyataan
hukum laju untuk berbagai reaksi.

a.   Laju = k [A]

b.      CH3CHCH2CH2CH2CH3 + -OCH3 → CH3CH + CHCH2CH2CH3


Cl laju = k [B][-OHCH3] (campuran dari isomer)

c.       CH3 + CaCl3 ↔ CH3 + CaCl2Cl


Laju = k [CH3Cl][CaCl3]2

Laju (kecepatan) menunjukkan suatu yang terjadi persatuan waktu,


misalnya perdetik permenit, apa yang terjadi dalam reaksi kimia adalah
perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksui, perubahan ini kebanyakan
dinyatakan dalam perubahan konsentrasi molar. Jadi, untuk laju reaski
hipotetik.
A + 3B → 2C + 2D
Dapat diartikan sebagai laju berkurangnya molar A. Dengan demikian, didapat
satuan laju reaksi misalnya mol-1 L-1 detik-1.

Laju reaksi tersebut dapat juga dijelaskan berdasarkan menghilangnya B


atau pembentukan C dan D, tetapi sekrang dijumpai masalah baru laju tersebut
tidak sama dengan laju menghilangnya A. Dari koefisien persamaan reaksi
berarti bahwa 3 mol B dikonsumsi untuk setiap mol A. Jadi B menghilang
dengan kecepatan tiga kali menghilangga A.
III. Prosedur Percobaan

3.1 Alat dan Bahan

a. Alat

 Erlenmeyer 100 mL
 Erlenmeyer 150 mL
 Gelas piala 50 mL
 Gelas piala 100 mL
 Batang pengaduk
 Pipet tetes
 Labu takar 100 mL
 Stopwatch
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Gelas ukur 50 mL

b. Bahan

 Na2S2O3
 Akuades
 HCl
 Asam asetat
 KMnO4
 Asam oksalat
 Pita Mg
3.2 Skema Kerja

a. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan hidroklorida

Tabel 1.1 Komposisi campuran dalam penentuan orde reaksi untuk


natrium tiosulfat.

Na2S2O3 (mL) Na2S2O3 (M) H2O (mL) HCl (mL)

25 0,15 - 4

20 0,12 5 4

15 0,09 10 4

10 0,06 15 4

5 0,03 20 4

Tabel 1.2 Komposisi campuran dalam penentuan orde reaksi untuk


asam hidroksida.

Na2S2O3 (mL) H2O (mL) HCl (mL) [HCl] (M)

25 0,15 - 4

20 0,12 5 4

15 0,09 10 4

10 0,06 15 4

5 0,03 20 4
Zat-zat pereaksi

Dibuat seperti yang tertera pada tabel 1.1.

Larutan tiosulfat

Ditambahkan.

Dicampur air.

Asam hidroklorida

Ditambahkan

Diputar erlenmeyer agar campuran benar-benar


homogen.

Dicatat waktu sampai timbul kekeruhan karena


pengendapan belerang.

Ditetapkan cara perhitungan waktu.

S2O3-2

Dibuat seperti yang tertera pada tabel 1.2.

Diulangi dengan volume trisulfat tetap, volume asam


berbeda.

Dibuat grafik terhadap t dan S2O3-2 terhadap 1/t.

Hasil
b. Orde reaksi dalam reaksi antara magnesium dengan asam
hidroklorida

Tabel 1.3 Komposisi campuran Mg dengan HCl

[HCl] (M) Volume HCl (mL)

0,6 100

0,8 100

1,0 100

1,2 100

1,4 100

1,6 100

1,8 100

2,0 100
Pita Mg

Dikerat menjadi 16 potong yang panjangnya 12 cm.

Dimasukkan masing-masing 1 potong logam kedalam


erlenmeyer.

Disisihkan dulu 8 potong lainnya

HCl 2 M

Diencerkan dalam labu takar 100 mL.

Dituangkan 100 ml asam ini kedalam erlenmeyer.

Dicatat waktu dengan stopwatch.

Digoyangkan erlenmeyer agar Mg tetap dalam keadaan


bergerak.

Dihentikan stopwatch apabila Mg larut.

Diulangi percobaan.

Dicatat waktu yang diperlukan untuk melarutkan pita.

Dibuat grafik 1/t terhadap [HCl] dan 1/t [HCl]2.

Hasil
c. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Asam oksalat

Diisi dalam 6 tabung reaksi 0,1 dan 2 mL asam sulfat


6 N.
Air

Diisi pada 3 gelas piala.

Dididihkan gelas I.

Dipanaskan gelas II hingga 50° C, sedangkan gelas III


tidak dipanaskan.

Dimasukkan ke 2 tabung dalam setiap piala

Ditambahkan 3 tetes KmnO4 0,1 N

Perhatikan perubahan warna.

Catat waktu dan reaksi dalam setiap tabung.

Hasil
d. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

Asam oksalat

Diisi ke dalam 6 tabung reaksi.

2 mL H2SO4 1 M

Ditambahkan pada tabung 1 dan 2.

1 mL H2SO4 1 M

Ditambahkan pada tabung 3 dan 4.

4 mL H2O

Ditambahkan pada tabung 5 dan 6.

3 tetes KmnO4

Diberikan pada setiap tabung.

Perhatikan perubahan warna.

Catat waktu reaksi.

Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan

6.1 Hasil

a. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan hidroklorida.

 Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi Na-tiosulfat:

Na2S2O3 ( Na2S2O3 H 2O HCl t 1/t


mL) (M) (mL) (mL) (detik) (detik)-1
25 0.15 - 4 32 0,031
20 0,12 5 4 38 0,026
15 0,09 10 4 50 0,020
10 0,06 15 4 56 0,017
5 0,03 20 4 64 0,015

Grafik:

 Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroklorida:

Na2S2O3 ( H 2O HCl [HCl] t (detik) 1/t


mL) (mL) (mL) (M) (detik)-1
25 - 5 3,0 63 0,015
25 2 3 1,8 72 0,013
25 4 1 0,6 30 0,033
Grafik:

b. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida.

Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam klorida:

HCl HCl T 1/t [HCl]2 Log Log


(M) (ml) (detik) (detik)-1
[HCl] [1/t]
6 10 1198 s 0,83 x 10-3 s 36 0,78 -3,08
8 10 891 s 1,17 x 10-3 s 64 0,90 -2,95
10 10 702 s 1,42 x 10-3 s 100 1,00 -2,84
12 10 616 s 1.62 x 10-3 s 144 1,08 -2,79
14 10 794,4 s 1,26 x 10-3 s 196 1,15 -2,90
16 10 669 s 1,49 x 10-3 s 256 1,20 -2,83
18 10 492 s 1,03 x 10-3 s 324 1,25 -2,69
20 10 437,45 s 2,29 x 10-3 s 400 1,30 -2,64

Grafik:
c. Pengaruh suhu terhadap laju rekasi.

Waktu reaksi pada berbagai suhu (detik):

Ulangan Suhu reaksi


80°C 50°C 25°C
1 30 s 45 s 40 s
2 38 s 50 s 24,5 s
Rata-rata 34 s 47,5 s 21,25 s

Tanda –tanda terjadinya reaksi :  Adanya perubahan warna.

d. Pengaruh katalis terhadap laju rekasi.

Waktu reaksi pada berbagai suhu (detik):

Ulangan H2SO4
2 ml 1 ml 0 ml
1 4,26 s  5,56 s 13,44 s
2 4,46 s 5,265 s 13,44 s
Rata-rata 4,36 s 5,41 s 13,44 s

Tanda-tanda terjadinya reaksi: Adanya endapan, terdapat


gelembung gas, dan perubahan warna.

6.2 Pembahasan
A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam
hidroklorida
Pada umumnya, laju reaksi didefinisikan perubahan
konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tiap satuan waktu. Ini berarti
berkurangnya jumlah pereaksi tiap satuan waktu atau
bertambahnya jumlah hasil reaksi tiap satuan waktu yang
dinyatakan dalam :

V = - d [A]/dt = d [B]/dt

Secara kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan


konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu, kemudian data-data
konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung laju reaksi.
Dalam percobaan ini, kita dapat menentukan orde reaksi masing-
masing pereaksi sesuai dengan data laju reaksi untuk reaksi.
Na2S2O3(aq)  + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + SO2(g) + S(s)
Pada percobaan ini larutan tiosulfat dicampur dengan air
kemudian asam klorida ditambahkan. Setelah bercampur secara
homogen, maka dilakukan percobaan seperti yang tertera pada tabel
1.1 dan hasil pengamatannya adalah :
1. 25 ml Na2S2O3 dengan 0,15 M dicampur dengan 4 ml HCl. Dalam
waktu 32 sekon larutan telah menunjukkan adanya kekeruhan,
karena adanya pengendapan belerang. Dalam percobaan yang
pertama ini snegaja tidak ditambahkan air kedalam natrium
tiosulfat, dimaksudkan mana yang lebih cepat munculnya
kekeruhan. Pada larutan apabila jika ditambahkan dengan air
atau tidak dengan air.
2. 20 ml Na2S2O3 0,12 M dicampur 5 ml H2O, kemudian
ditambahkan dengan HCl. Dalam 38 sekon larutan telah
menunjukkan adanya kekeruhan, karena adanya pengendapan
belerang dibagian dasar tabung erlenmeyer.
3. 15 ml Na2S2O3 dengan 0,09 M dicampur dengan 10 ml H2O,
kemudian ditambahkan dengan 4 ml HCl, dalam waktu 50 sekon
larutan telah menunjukkan kekeruhan dibagian dasar tabung
erlenmeyer.
4. 10 ml Na2S2O3 dengan 0,06 M dicampur dengan 15 ml H2O,
kemudian ditambahkan dengan 4 ml HCl. Dalam waktu 56 sekon
larutan telah menunjukkan adanya kekeruhan karena adanya
pengendapan belerang dibagian dasar tabung erlenmeyer.
Untuk orde reaksinya adalah sebagai berikut :

v = k [A]m [B]n

B. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida


untuk
reaksi:
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
Perlakuan yang diberikan pada reaksi ini adalah :
1. Perbandingan konsentrasi HCl yang bervariasi (6 M, 8 M, 12 M ,
14M, 18 M, dan 20 M). Pada volume HCl yang sama mereaksikan
pita Mg keadaan tabung reaksi. Hasil pengamatan timbul
gelembung gas dan magnesium larut dalam HCl dalam waktu
tertentu.
2. Magnesium memerlukan waktu yangcukup lama untuk larut
dalam HCl.
3. Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi HCl yang bervariasi.
Misalkan persamaan reaksi v = k [Mg][HCl] , laju reaksi hanya
berlangsung pada fase larutan HCl sehingga orde reaksi terhadap
Mg adalah nol.

C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi


Telah diketahui bahwa kenaikan suhu mempercepat kenaikan
suhu mempercepat reaksi, sebaliknya penurunan suhu
memperlambat reaksi. Ditinjau dari hukum laju reaksi, misalnya
reaksi A+B+C mempunyai persamaan adalah V = k [A] x [B]y [C]z .
Perubahan suhu mempengaruhi k, karena nilainya bergantung pada
suhu dan jenis reaksi. Jika suhu dinaikkan, maka jumlah energi
tumbukan antar molekul pereaksu bertambah. Dari percobaan
menggunakan air bersuhu 80°C, 50°C,dan 25°C, telah membuktikan
bahwa reaksi akan lebih cepat terjadi pada air yang bersuhu tinggi
yakni dengan rata-rata 34 sekon.
D. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
memberi zat lain tanpa menambah konsentrasi atau suhu, zat itu
disebut katalis. Katalis biasanya dapat bereaksi sementara dan
kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Selanjutnya kembali
bereaksi lagi dengan pereaksi mempercepat reaksi dan bebas
kembali. Demikian seterusnya kali hingga suatu pereaksi yang
menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut
katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda
panah.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengamatan ini yaitu:
1. Pengaruh suhu konsentrasi, dan katalis terhadap laju reaksi, semakin
besar suhu dalam reaksi, maka laju reaksi akan semakin cepat.
Demikian halnya dengan konsentrasi, semakin besar konsentrasi
maka laju reaksi akan semakin cepat dan semakin banyak katalis
yang dimasukkan kedalam suatu reaksi, maka konstanta akan
semakin besar, sehingga laju reaksi semakin cepat.
2. Pengaruh waktu terhadap perubahan konsentrasi pereaksi semakin
bertambahnya waktu, maka konsentrasi semakin kecil.
3. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan
prosesnya disebut kaltalisme. Berdasarkan fasanya, katalis dapat
dibagi dua yaitu katalis homogen dan katalis heterogen.
5.2. Saran
Saran saya terhadap laporan pengamatan percobaan 9 yaitu seorang
praktikan dalam melakukan kegiatan praktikum harus lah teliti dalam
melakukan sesuatu di laboratorium. Karena jika seorang praktikan tidak
teliti itu akan mengakibatkan kesalahan data dan mengakibatkan
kecelakaan dalam laboratorium. Dan praktikan harus dapat merawat
alat alat laboratorium agar terawat dan dapat dipakai dalam jangka
waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby, Gils Nachtriab. (1998). Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.


Petrucci, R.H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga

Bird, Toni. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia

Epinur, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jambi : Universitas Jambi

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Soeni, M S. 1989. Kimia Fisik 1. Jakarta : PT Gramedia

Tobing, Rongke L. 1989. Kimia Organik Fisik. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai