Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah operasi teknik
kimia 2. Diharapkan mahasiswa dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman
mengenai disiplin ilmu disertai penerapannya secara nyata.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ini..

Jambi, 24 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………..……...…………………….……………………i
DAFTAR ISI………………………………………………….…………………..ii
DAFTAR GAMBAR……………………….……………...….……………….....iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………….………………….……………………....1
1.2 Rumusan Masalah………………….………………………………………...1
1.3 Tujuan …………………….…………………………………….……………1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Deterjen…………………………….…………………….……….2
2.2 Jenis-jenis Detejen……………………………………………………………2
2.3 Bahan Baku Pembuatan Deterjen …………..…………….………….……....6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Minyak Goreng Bekas Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Detergent ………………………………………………………………....….12
3.2 Proses Pembuatan Detergent Dari Minyak Goreng Bekas Melalui Kombinasi
Reaksi Trans-esterifikasi dan Sulfonasi…………...…………………..……13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………….………………...……………..16
DAFTAR PUSTAKA................................……….…………………..…….……17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses alfol……………………………………………………….8


Gambar 2.2. Hidrogenolisis metil ester untuk mendapatkan
fatty alkohol dan gliserin………………………………………....9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Detergent adalah produk yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk
membersihkan pakaian. Mengingat efek buruk detergen sintetis bagi alam yaitu
susah terdegradasi oleh alam, maka perlu dicari inovasi pengganti bahan
pembuatan detergen yang ramah lingkungan dan juga pengurangan limbah
minyak goreng bekas yang cukup melimpah. Dengan dilakukannya studi ini
diharapkan dapat mengetahui kondisi optimum pembuatan detergen alami dari
minyak goreng bekas dengan teknologi tepat guna, serta mengetahui variabel
yang berpengaruh dalam pembuatannya.
Hal yang harus dilakukan pada proses pembuatan detergent dengan bahan
baku minyak goreng bekas adalah persiapan raw material (bahan baku), persiapan
alat, pengendalian proses, dan pengendalian alat

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa inovasi untuk penanggulangan limbah detergent?
2. Bagaimana proses pembuatan detergent dari minyak goreng bekas?
1.3. Tujuan
1. Menemukan inovasi baru untuk menanggulangi limbah detergent
2. Mengetahui proses pembuatan detergent dari minyak goreng bekas

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Detergent


Detergent sangat akrab dengan kehidupan kita terutama bagi ibu rumah
tangga untuk mencuci pakaian. Detergent tidaklah sama dengan sabun, meskipun
sabun juga termasuk detergent. Kata “deterjen” berasal dari bahasa Latin
“deterjene” yang berarti menghapus.
Detergent adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 –
C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3-
Na+ dan ROSO3-Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi
(fraksi parafin dan olefin). Detergent berhubungan dengan pembersihan benda
padat dengan menyingkirkan benda yang tidak diinginkan dari permukaannya.
Pembersihan ini dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pemisahan
mekanik sederhana (misalnya mengucek dan mencelupkan ke dalam air),
pemisahan dengan pelarut (misalnya penambahan pelarut organik, dan pemisahan
dengan menambahkan air dan bahan kimia seperti surfaktan.
Detergent dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung
konstituen bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan.
Konstituen bahan aktif adalah berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari
surface active agents, yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu
cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk
mempermudah penyebaran dan pemerataan. Adapun konstituen tambahan dapat
berupa pembangun, zat pengisi, zat pendorong, diantaranya adalah : Garam
dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil
paraben.

2.2 Jenis-jenis Detergent


A. Berdasarkan senyawa organik
Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, detergen
dikelompokkan menjadi :

2
1. Detergent anionik (DAI)
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan anionik dan
dinetralkan denganalkali. Detergent ini akan berubah menjadi partikel
bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk
pencuci kain. Kelompok utama daridetergen anionik adalah :
 Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat
 Alkil aril sulfonat
 Olefin sulfat dan sulfonat
2. Detergent kationik
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan kationik. Detergent
ini akan berubah menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam
air, biasanyadigunakan pada pelembut (softener). Selama proses
pembuatannya tidak adanetralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu
dihilangkan dengan asam kuatuntuk netralisasi. Agen aktif permukaan
kationik mengandung kation rantai panjangyang memiliki sifat aktif pada
permukaannya. Kelompok utama dari detergen kationik adalah :
 Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)
 Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3)) 3+
(R=8 sampai 18 atom
karbon)
 Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18
atom karbon)
 Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
3. Detergent nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara,
kedua asamdan basanya merupakan molekul yang sama. Detergent ini
tidak akan berubah menjadi partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam
air tetapi dapat bekerja di dalam airsadah dan dapat mencuci dengan baik
hampir semua jenis kotoran. Kelompok utama dari detergen nonionik
adalah :
 Etilen oksida atau propilen oksida
 Polimer polioksistilen
HO(CH2CH2O)a(CHCH2O)b(CH2CH2O)cHCH3

3
 Alkil amida
HOCHCH3 NH2-HOOCC17O38 R
4. Detergent Amfoterik
Detergent jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik.
Detergent inidapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif
bergantung kepada pH airyang digunakan. Biasanya digunakan untuk
pencuci alat-alat rumah tangga.Kelompok utama dari detergen ini adalah :
 Natrium lauril sarkosilat
(CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natriummirazol.

B. Berdasarkan kandungan gugus aktifnya


Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Detergent jenis keras
Detergent jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun
bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah
yang menyebabkan pencemaran air.Contoh: Alkil Benzena Sulfonat
(ABS).
ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan
ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang
Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil
Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena, maka persamaan
reaksinya adalah:

C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga


dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat

2. Detergent jenis lunak

4
Detergent jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah
dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai.
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol
dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:

C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O


Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan
NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

C. Berdasarkan bentuk fisiknya


Berdasarkan bentuk fisiknya, deterjen dibedakan atas:
1. Deterjent Cair
Secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk.
Yang membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya
deterjen cair ini belum dikomersilkan, biasanya digunakan untuk
laundry modern menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar
dengan teknologi canggih.
2. Deterjent krim
Bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi
kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.
3. Deterjent bubuk
` Jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai
sewaktu mencuci pakaian..

D. Berdasarkan kegunaannya
Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis deterjen adalah sebagai berikut :
a. Detergent pencuci kain, mengandung alkohol etoksilat dan alkil
fenoletoksilat
b. Detergent pencuci piring mengandung zat seperti detergen pencuci tangan
c. Detergent pembersih peralatan rumah tangga yang mengandung heksa
dekiltrimetil amonium klorida

5
d. Detergen pembersih industri mengandung zat seperti detergen pembersih
rumah tangga
e. Detergent pembersih gigi yang mengandung natrium lauril sarkosionat
f. Detergent pelembut kain yang mengandung diokta dekildimetil amonium
klorida

2.3 Bahan Baku Pembuatan Detergent


a. Surfaktan
Surfaktan adalah bahan yang dapat meningkatkan sifat rambatan suatu
cairan pada suatu objek. Sifat zat seperti ini dimanfaatkan untuk menurunkan
tegangan permukaan suatu cairan atau pada larutan dimana antara dua larutan
memiliki efek interfacial tension.
Proses pencucian meliputi :
1. Dengan membasahi kotoran dan permukaan kotoran yang ingin dicuci
dengan larutan detergen
2. Memindah kotoran dari permukaan
3. Memelihara kotoran pada larutan stabil
Dalam air cucian, detergen mempunyai wetting agent yang dapat
mempermudah menembus ke serat pakaian dan mengangkat kotoran. Setiap
molekul larutan pencuci dapat dianggap sebagai rantai panjang. Ujung
rantainya adalah hidrofobik dan ujung yang lainnya adalah hidrofilik. Bagian
hidrofobik bekerja menyelubungi dan mengikat noda. Pada waktu yang
bersamaan, bagian hidrofilik dari detergen berikatan dengan air sehingga noda
dapat terangkat dari serat pakaian mengikuti aliran air.
Klasifikasi surfaktan :
1. hydrofobik merupakan hidrokarbon dengan jumlah 8 hingga 18 atom
karbon yang berbentuk lurus ataupun bercabang. Ada juga benzene yang
mengganti ikatan atom karbon tersebut, contohnya C12H25-, C9H19.C6H4-.
2. hydrofilik dapat berupa anionik, contohnya –OSO4- atau SO32-; kationik,
contohnya –N(CH3)3+ atau C5H5N+; atau nonionik –(OCH2CH2)nOH. Pada
senyawa anionik, senyawa yang paling banyak dipakai adalah linear
alkylbenzene sulfonate (LAS) dari minyak bumi dan alkyl sulfates dari

6
lemak hewan dan tumbuhan. Anionik dan kationik tidak cocok untuk
sabun. Kondensasi etilen oksida dari fatty alkohol adalah contoh non-ionik
surfaktan. Non-ionik lebih efektif dari anionik dalam mengangkat kotoran
pada temperatur yang lebih rendah untuk serat kain.

Rantai Lurus Alkil Benzen


n-Alkana dipisahkan dari kerosin dengan mengadsropsinya menggunakan
saringan molekular. Alkana bercabang dan siklik mempunyai diameter cross-
sectional yang lebih besar dari rantai lurus sehingga memungkinkan
pemisahan menggunakan saringan. Metode pemisahan senyawa parafin dari
rantai alkana bercabang dan rantai siklik yang bereaksi dengan urea atau
thiourea. Urea akan bereaksi dengan rantai lurus hidrokarbon (≥7 atom
karbon) untuk memberikan crystalline adduct yang dipisahkan dengan filtrasi.
Pengadukan dapat diperoleh dengan memanaskan air pada 80 sampai 900C.
Sebaliknya, thiourea akan bereaksi dengan rantai hidrokarbon bercabang tetapi
tidak akan membentuk adduct dengan rantai lurus atau aromatik. Parafin yang
terpisah diubah menjadi benzene alkylates atau diretakkan untuk
menghasilkan α-olefin.
Olefin rantai lurus dihasilkan dari dehidrogenasi parafin, polimerisasi
etilen ke α-olefin menggunakan katalis aluminum trietil (katalis pada proses
perombakan lemak Ziegler), meretakkan lilin parafin atau dengan
dehidrohalogenasi alkil halida. α-Olefin atau alkana halida dapat digunakan
untuk alkylate benzena melalui reaksi Friedel-Crafts dengan memperkerjakan
asam hidrofluorik atau aluminum florida sebagai katalis.

b. Fatty Alcohol
Pembuatan fatty alkohol : Prosedur katalis Ziegler untuk mengubah α-
olefin menjadi fatty alkohol dan proses hidrogenasi metil ester adalah metode
penting untuk menyiapkan fatty alkohol.

7
Gambar 2.1. Proses alfol

Fatty alkohol dibuat dari golongan organometallic yang memiliki panjang


rantai karbon berkisar antara 6 sampai 20 karbon. Proses alfol digunakan oleh
Conoco dimulai dengan mereaksikan logam aluminium, hidrogen, dan etilen pada
tekanan tinggi untuk memproduksi aluminium trietil. Senyawa ini kemudian
dipolimerisasikan dengan etilen ke bentuk alumunium alkil. Kemudian dioksidasi
dengan udara untuk membentuk alumunium alkoxides. Saat pemurnian, alkoxides
dihidrolisis dengan 23-26% asam sulfat untuk memproduksi bahan mentah dan
utama, alkohol rantai lurus. Kemudian dinetralisasikan dengan NaOH, dicuci
dengan air dan dipisahkan dengan fraksinasi. Setiap grup etil dari aluminium
trietil dapat ditambahkan etilena untuk membentuk aluminium trialkil dari 4
hingga 16 atom karbon per grup alkil.

8
c. Suds Regulator
Adalah zat tambahan untuk membuat kerja surfaktan efektif pada mesin
pencuci pakaian.

d. Builders
Kompleks fosfat, seperti natrium tripolifosfat banyak digunakan karena
dapat mencegah menempelnya kembali noda dari air cucian ke serat kain.
Polifosfat mempunyai aksi sinergis dengan surfaktan sehingga meningkatkan
efektifitas dalam proses pembersihan dan mengurangi biaya keseluruhan.
Peningkatan cepat produksi detergen dikarenakan penggunaan polifosfat. Selama
tahun 1960-an, pertumbuhan alga dan eutrofikasi di danau berhubungan dengan
adanya fosfat di detergen sehingga banyak negara menganjurkan zat pengganti
fosfat. Senyawa yang pertama kali disarankan untuk mengganti fosfat adalah
nitrilotriacetic acid (NTA), tetapi senyawa tersebut dinyatakan karsinogen pada
tahun 1970. Builders lainnya aalah sitrat, karbonat, dan silikat. Pengganti fosfat
terbaru yang menjanjikan adalah zeolit. Di tahun 1982, 136 kt/tahun zeolit

9
digunakan sebagai builders detergen. Di tahun 1980, builder mengandung 50%
fosfat, 12% zeolit, 13% silikat, 12% karbonat, serta NTA dan sitrat masing-
masing 2%.

e. Aditif
Penghambat korosi, seperti natrium silikat melindungi logam dan alat
pencuci dari kerja detergen dan air. Karboksimetil selulosa digunakan sebagai
antiredeposition. Penghilang noda, contohnya benzotriazole bekerja bersama
penghambar korosi untuk melindungi logam seperti stainless steel. Zat untuk
membuat serat kain lebih bercahaya adalah pewarna fluorescent karena memiliki
kemampuan untuk mengubah sinar ultraviolet ke cahaya tampak. Bluings
meningkatkan putihnya kain dengan menangkal kencenderungan kain untuk
menjadi kuning secara alami. Agen antimikroba meliputi carbanilides,
salicylanilides, dan kationik. Type pemutih peroxygen (sejenis enzym) digunakan
untuk menguraikan kotoran dan membuat partikel kotoran tersebut lebih mudah
untuk terangkat dari serat pakaian.
.
f. Bahan Pewangi/ Bibit Parfum
Salah satu keuntunagn keberadaan bahan pewangi ini adalah bahwa
suatu deterjen dengan kualitas baik , Harum akan disukai konsumen. Parfum
biasa dipakai untuk deterjen berbentuk cair kekuning-kuningan. Pemilihan
parfum ini sangat penting, karena biasanya konsumen selalu merasakan dulu
wangi dari barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk memakai produk
tersebut.
g. Bahan Tambahan untuk membuat sabun dengan kulitas yang istimewa:
1. Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein,
seperti darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya
cuci sabun terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah,
makanan bayi, susu, saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah
dibersihkan. Dosis Pemakaian 2-10%.
2. Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.

10
3. Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,
pemakiannya 3-10%
4. Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak &
gemuk. Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap
kotoran yang mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang
membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Minyak Goreng Bekas Sebagai Bahan Baku Pembuatan Detergent


Detergent adalah produk yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk
membersihkan pakaian. Penggunaan deterjen bubuk di Indonesia mulai mengalami
peningkatan drastis pada tahun 1990-an seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan perkembangan industri tekstil, manufacture dan industri laundry. Pada lima tahun
terakhir pemakaian deterjen bubuk mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu
sebesar 10% per tahun. Pada tahun 2007, kapasitas penggunaan detergen indonesia
mencapai 500.000 ton per tahun, dimana baru 62% dipenuhi dari produksi domestik

Dari semua detergen yang digunakan itu hampir 80% adalah detergen yang
terbuat dari bahan sintetis yang tidak ramah lingkungan. Bahayanya yaitu apabila
menurunkan kualitas perairan, tanah beserta biota yang didalamnya (ikan,tumbuhan, dll).
Apabila hal ini tidak dicari solusi, maka manusia sebagai konsumen terakhir akan
menjadi akumulator dari limbahdetergent tersebut. Limbah surfaktan dan bahan
pembentuk lainnya pada detergen sintetis susah di degradasi oleh alam, oleh karena itu
akan menumpuk dan menyebabkan polusi air, yang apabila di konsumsi oleh makhluk
hidup akan menyebabkan gangguan kesehatan akut. Sebagai contoh adalah detergent
yang memakai surfaktan ABS yang susah di biodegradasi oleh alam. Dan lagi apabila
detergen yang memakai STTP sebagai bahan tambahan, akan menyebabkan pertumbuhan
pesat alga yang akan membuat sungai menjadi dangkal.

Hingga sekarang bahan-bahan pencuci yang ramah lingkungan telah


dikembangkan, namun harganya mahal. Salah satu alternatif bahan yang murah adalah
memanfaatkan minyak goreng bekas sebagai bahan baku detergen yang ramah
lingkungan. Minyak goreng bekas mengandung Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak
bebas Kandungan asam lemak bebas inilah yang kemudian akan diesterifikasi dengan
metanol menghasilkan metil ester. Sedangkan kandungan trigliseridanya
ditransesterifikasi dengan metanol, yang juga menghasilkan metil ester dan gliserol.
Kemudian metil ester tersebut di sulfonasi untuk membentuk surfaktan yang menjadi
bahan baku pembuatan detergen atau pembersih.

Kelebihan detergent bahan dasar minyak goreng ini adalah sisa minyak goreng
bekas dapat dipergunakan, sehingga mengurangi beban lingkungan karena sampah. Dan

12
akan menghasilkan inovasi produk detergen yang mudah di biodegradasi oleh lingkungan
karena terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan.

3.2 Proses Pembuatan Detergent Dari Minyak Goreng Bekas Melalui


Kombinasi Reaksi Trans-esterifikasi dan Sulfonasi

3.1.1 Bahan, Alat dan Metode


A. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
1. Minyak goreng bekas, sebagai bahan baku sumber metil ester dan free fatty
acid.
2. Methanol ,sebagai bahan campuran proses esterifikasi sehingga di dapatkan
produk methyl ester atau biodiesel.
3. NaOH ,sebagai katalis dalam proses esterifikasi minyak goreng bekas.
4. NaHSO3, yang berfungsi sebagai sumber gugus sulfonat dalam proses
sulfonasi.
5. Na2CO3, sebagai filter detergent berguna memperbanyak volume detergen.
6. Zeolit Na, sebagai bahan penunjang pada detergen berfungsi meningkatkan
daya bersih.
7. CMC, sebagai bahan penunjang detergen berfungsi mencegah kotoran
kembali ke pakaian.
8. Aquadest, berfungsi sebagai pelarut pembuatan detergen. Parfum dan
pewarna untuk bahan pelengkap agar produk menarik.

B. Alat
1. Reaktor berpengaduk
2. Filter
3. Pemanas
4. Bak filter
5. Timbangan
6. Sentrifuge
7. Gelas ukur
8. Beaker glass
9. Dryer

13
C. Persiapan Bahan Baku.
Menyiapkan minyak goreng bakas sebagai bahan baku, kemudian
dilakukan penyaringan kotoran pada minyak goreng bekas tersebut, dan dilakukan
penghilangan air dengan cara pemanasan pada suhu 100°.

D. Pembuatan Surfaktan
1. Campurkan asam sulfat 0.5 wt% dan methanol serta minyak goreng bekas
dengan molar rasio antara alkohol dan bahan baku minyak sebesar 6:1
dalam wadah berpengaduk magnetik stirer dengan kecepatan konstan 120
rpm, pada suhu operasi 50°C, waktu operasi 1 jam. Selanjutnya campurkan
NaOH 0.5 wt%, methanol dan produk tahap pertama dengan rasio molar
antara alkohol dan produk tahap pertama sebesar 9 : 1 dalam wadah
berpengaduk magnetik stirer dengan kecepatan konstan 120 rpm, pada suhu
operasi 50°C, waktu operasi 2 jam.
2. Setelah itu diamkan hingga terbentuk 2 lapisan atas dan bawah, lapisan atas
adalah metil ester dan gliserol di bagian bawah.
3. Pisahkan lapisan tersebut. Pemisahannya dengan di sentrifugasi dengan
sentrifuge. ester tersebut selanjutnya dicuci dengan air distilat panas (10
vol%).
4. Keringkan air yang terdistribusi dalam metilester dengan garam penarik air
(MgSO4 anhidrid).
5. Pisahkan merilester dari garam-garam yang mengendap dengan
penyaringan.
6. Filtrat yang diperoleh merupakan senyawa metil ester. Dari metil ester
yang terbentuk, sulfonasi dengan zat pensulfonat NaHSO3, dengan
perbandingan mol reaktan 1 : 1,5, sambil dipanaskan pada suhu 109°C
selama 4,5 jam, kemudian hasilnya di murnikan dengan metanol 35%
dengan suhu 55°C selama 1,5 jam.
7. Kemudian di netralisasi hingga mencapai PH netral dengan NaOH 20%.
Akan dihasilkan produk Metil Ester Sulfonat (MES) yang digunakan
sebagai surfaktan dalam proses pembuatan detergent

14
E. Pencetakan Detergen
1. Mencampur surfaktan hasil percobaan sebelumnya dengan sodium sulfat,
CMC lokal, Na32CO3, zeolit, pewarna, dan air dalam reaktor. Panaskan
campuran di atas, kemudian diaduk hingga homogen.
2. Setelah homogen, api dimatikan kemudian di dinginkan.
3. Setelah dingin tambahkan parfum 1% berat.
4. larutkan cairan ke dalam bak filter, kemudian keringkan hingga membentuk
bubuk.

15
BAB IV
PENUTUP

Dari makalah mengenai Sabun Deterjen ini, dapat disimpulkan bahwa:


- Detergent adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 – C15)
atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+
dan ROSO3-Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi
(fraksi parafin dan olefin)
- Jenis-jenis Detergent dibedakan menjadi 4 macam yakni berdasarkan senyawa
organic, berdasakan kandungan aktif gugusnya, berdasarkan bentuk fisiknya,
dan berdasarkan kegunaanya

16
DAFTAR PUSTAKA

Annonim. 2014. Indusstri Pembuatan Deterjen. (https://dokumen.tips/industri-


pembuatan-deterjen.html Diakses pada tanggal 24 Februari 2019)

Austin, George T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries. Singapore:


McGraw-Hill International Book Company.

Rahma, Aulia Aga, Lelono, Satria Galih. 2013. Proses Pembuatan Detergent Dari
Minyak Goreng Bekas Melalui Kombinasi Reaksi Trans-esterifikasi dan
Sulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol 2, No 2, Halaaman
84-90

17

Anda mungkin juga menyukai