Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah operasi teknik
kimia 2. Diharapkan mahasiswa dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman
mengenai disiplin ilmu disertai penerapannya secara nyata.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ini..
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………..……...…………………….……………………i
DAFTAR ISI………………………………………………….…………………..ii
DAFTAR GAMBAR……………………….……………...….……………….....iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………….………………….……………………....1
1.2 Rumusan Masalah………………….………………………………………...1
1.3 Tujuan …………………….…………………………………….……………1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Deterjen…………………………….…………………….……….2
2.2 Jenis-jenis Detejen……………………………………………………………2
2.3 Bahan Baku Pembuatan Deterjen …………..…………….………….……....6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Minyak Goreng Bekas Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Detergent ………………………………………………………………....….12
3.2 Proses Pembuatan Detergent Dari Minyak Goreng Bekas Melalui Kombinasi
Reaksi Trans-esterifikasi dan Sulfonasi…………...…………………..……13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………….………………...……………..16
DAFTAR PUSTAKA................................……….…………………..…….……17
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
1. Detergent anionik (DAI)
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan anionik dan
dinetralkan denganalkali. Detergent ini akan berubah menjadi partikel
bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk
pencuci kain. Kelompok utama daridetergen anionik adalah :
Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat
Alkil aril sulfonat
Olefin sulfat dan sulfonat
2. Detergent kationik
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan kationik. Detergent
ini akan berubah menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam
air, biasanyadigunakan pada pelembut (softener). Selama proses
pembuatannya tidak adanetralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu
dihilangkan dengan asam kuatuntuk netralisasi. Agen aktif permukaan
kationik mengandung kation rantai panjangyang memiliki sifat aktif pada
permukaannya. Kelompok utama dari detergen kationik adalah :
Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)
Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3)) 3+
(R=8 sampai 18 atom
karbon)
Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18
atom karbon)
Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
3. Detergent nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara,
kedua asamdan basanya merupakan molekul yang sama. Detergent ini
tidak akan berubah menjadi partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam
air tetapi dapat bekerja di dalam airsadah dan dapat mencuci dengan baik
hampir semua jenis kotoran. Kelompok utama dari detergen nonionik
adalah :
Etilen oksida atau propilen oksida
Polimer polioksistilen
HO(CH2CH2O)a(CHCH2O)b(CH2CH2O)cHCH3
3
Alkil amida
HOCHCH3 NH2-HOOCC17O38 R
4. Detergent Amfoterik
Detergent jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik.
Detergent inidapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif
bergantung kepada pH airyang digunakan. Biasanya digunakan untuk
pencuci alat-alat rumah tangga.Kelompok utama dari detergen ini adalah :
Natrium lauril sarkosilat
(CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natriummirazol.
4
Detergent jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah
dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai.
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol
dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
D. Berdasarkan kegunaannya
Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis deterjen adalah sebagai berikut :
a. Detergent pencuci kain, mengandung alkohol etoksilat dan alkil
fenoletoksilat
b. Detergent pencuci piring mengandung zat seperti detergen pencuci tangan
c. Detergent pembersih peralatan rumah tangga yang mengandung heksa
dekiltrimetil amonium klorida
5
d. Detergen pembersih industri mengandung zat seperti detergen pembersih
rumah tangga
e. Detergent pembersih gigi yang mengandung natrium lauril sarkosionat
f. Detergent pelembut kain yang mengandung diokta dekildimetil amonium
klorida
6
lemak hewan dan tumbuhan. Anionik dan kationik tidak cocok untuk
sabun. Kondensasi etilen oksida dari fatty alkohol adalah contoh non-ionik
surfaktan. Non-ionik lebih efektif dari anionik dalam mengangkat kotoran
pada temperatur yang lebih rendah untuk serat kain.
b. Fatty Alcohol
Pembuatan fatty alkohol : Prosedur katalis Ziegler untuk mengubah α-
olefin menjadi fatty alkohol dan proses hidrogenasi metil ester adalah metode
penting untuk menyiapkan fatty alkohol.
7
Gambar 2.1. Proses alfol
8
c. Suds Regulator
Adalah zat tambahan untuk membuat kerja surfaktan efektif pada mesin
pencuci pakaian.
d. Builders
Kompleks fosfat, seperti natrium tripolifosfat banyak digunakan karena
dapat mencegah menempelnya kembali noda dari air cucian ke serat kain.
Polifosfat mempunyai aksi sinergis dengan surfaktan sehingga meningkatkan
efektifitas dalam proses pembersihan dan mengurangi biaya keseluruhan.
Peningkatan cepat produksi detergen dikarenakan penggunaan polifosfat. Selama
tahun 1960-an, pertumbuhan alga dan eutrofikasi di danau berhubungan dengan
adanya fosfat di detergen sehingga banyak negara menganjurkan zat pengganti
fosfat. Senyawa yang pertama kali disarankan untuk mengganti fosfat adalah
nitrilotriacetic acid (NTA), tetapi senyawa tersebut dinyatakan karsinogen pada
tahun 1970. Builders lainnya aalah sitrat, karbonat, dan silikat. Pengganti fosfat
terbaru yang menjanjikan adalah zeolit. Di tahun 1982, 136 kt/tahun zeolit
9
digunakan sebagai builders detergen. Di tahun 1980, builder mengandung 50%
fosfat, 12% zeolit, 13% silikat, 12% karbonat, serta NTA dan sitrat masing-
masing 2%.
e. Aditif
Penghambat korosi, seperti natrium silikat melindungi logam dan alat
pencuci dari kerja detergen dan air. Karboksimetil selulosa digunakan sebagai
antiredeposition. Penghilang noda, contohnya benzotriazole bekerja bersama
penghambar korosi untuk melindungi logam seperti stainless steel. Zat untuk
membuat serat kain lebih bercahaya adalah pewarna fluorescent karena memiliki
kemampuan untuk mengubah sinar ultraviolet ke cahaya tampak. Bluings
meningkatkan putihnya kain dengan menangkal kencenderungan kain untuk
menjadi kuning secara alami. Agen antimikroba meliputi carbanilides,
salicylanilides, dan kationik. Type pemutih peroxygen (sejenis enzym) digunakan
untuk menguraikan kotoran dan membuat partikel kotoran tersebut lebih mudah
untuk terangkat dari serat pakaian.
.
f. Bahan Pewangi/ Bibit Parfum
Salah satu keuntunagn keberadaan bahan pewangi ini adalah bahwa
suatu deterjen dengan kualitas baik , Harum akan disukai konsumen. Parfum
biasa dipakai untuk deterjen berbentuk cair kekuning-kuningan. Pemilihan
parfum ini sangat penting, karena biasanya konsumen selalu merasakan dulu
wangi dari barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk memakai produk
tersebut.
g. Bahan Tambahan untuk membuat sabun dengan kulitas yang istimewa:
1. Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein,
seperti darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya
cuci sabun terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah,
makanan bayi, susu, saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah
dibersihkan. Dosis Pemakaian 2-10%.
2. Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.
10
3. Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,
pemakiannya 3-10%
4. Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak &
gemuk. Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap
kotoran yang mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang
membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Dari semua detergen yang digunakan itu hampir 80% adalah detergen yang
terbuat dari bahan sintetis yang tidak ramah lingkungan. Bahayanya yaitu apabila
menurunkan kualitas perairan, tanah beserta biota yang didalamnya (ikan,tumbuhan, dll).
Apabila hal ini tidak dicari solusi, maka manusia sebagai konsumen terakhir akan
menjadi akumulator dari limbahdetergent tersebut. Limbah surfaktan dan bahan
pembentuk lainnya pada detergen sintetis susah di degradasi oleh alam, oleh karena itu
akan menumpuk dan menyebabkan polusi air, yang apabila di konsumsi oleh makhluk
hidup akan menyebabkan gangguan kesehatan akut. Sebagai contoh adalah detergent
yang memakai surfaktan ABS yang susah di biodegradasi oleh alam. Dan lagi apabila
detergen yang memakai STTP sebagai bahan tambahan, akan menyebabkan pertumbuhan
pesat alga yang akan membuat sungai menjadi dangkal.
Kelebihan detergent bahan dasar minyak goreng ini adalah sisa minyak goreng
bekas dapat dipergunakan, sehingga mengurangi beban lingkungan karena sampah. Dan
12
akan menghasilkan inovasi produk detergen yang mudah di biodegradasi oleh lingkungan
karena terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan.
B. Alat
1. Reaktor berpengaduk
2. Filter
3. Pemanas
4. Bak filter
5. Timbangan
6. Sentrifuge
7. Gelas ukur
8. Beaker glass
9. Dryer
13
C. Persiapan Bahan Baku.
Menyiapkan minyak goreng bakas sebagai bahan baku, kemudian
dilakukan penyaringan kotoran pada minyak goreng bekas tersebut, dan dilakukan
penghilangan air dengan cara pemanasan pada suhu 100°.
D. Pembuatan Surfaktan
1. Campurkan asam sulfat 0.5 wt% dan methanol serta minyak goreng bekas
dengan molar rasio antara alkohol dan bahan baku minyak sebesar 6:1
dalam wadah berpengaduk magnetik stirer dengan kecepatan konstan 120
rpm, pada suhu operasi 50°C, waktu operasi 1 jam. Selanjutnya campurkan
NaOH 0.5 wt%, methanol dan produk tahap pertama dengan rasio molar
antara alkohol dan produk tahap pertama sebesar 9 : 1 dalam wadah
berpengaduk magnetik stirer dengan kecepatan konstan 120 rpm, pada suhu
operasi 50°C, waktu operasi 2 jam.
2. Setelah itu diamkan hingga terbentuk 2 lapisan atas dan bawah, lapisan atas
adalah metil ester dan gliserol di bagian bawah.
3. Pisahkan lapisan tersebut. Pemisahannya dengan di sentrifugasi dengan
sentrifuge. ester tersebut selanjutnya dicuci dengan air distilat panas (10
vol%).
4. Keringkan air yang terdistribusi dalam metilester dengan garam penarik air
(MgSO4 anhidrid).
5. Pisahkan merilester dari garam-garam yang mengendap dengan
penyaringan.
6. Filtrat yang diperoleh merupakan senyawa metil ester. Dari metil ester
yang terbentuk, sulfonasi dengan zat pensulfonat NaHSO3, dengan
perbandingan mol reaktan 1 : 1,5, sambil dipanaskan pada suhu 109°C
selama 4,5 jam, kemudian hasilnya di murnikan dengan metanol 35%
dengan suhu 55°C selama 1,5 jam.
7. Kemudian di netralisasi hingga mencapai PH netral dengan NaOH 20%.
Akan dihasilkan produk Metil Ester Sulfonat (MES) yang digunakan
sebagai surfaktan dalam proses pembuatan detergent
14
E. Pencetakan Detergen
1. Mencampur surfaktan hasil percobaan sebelumnya dengan sodium sulfat,
CMC lokal, Na32CO3, zeolit, pewarna, dan air dalam reaktor. Panaskan
campuran di atas, kemudian diaduk hingga homogen.
2. Setelah homogen, api dimatikan kemudian di dinginkan.
3. Setelah dingin tambahkan parfum 1% berat.
4. larutkan cairan ke dalam bak filter, kemudian keringkan hingga membentuk
bubuk.
15
BAB IV
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
Rahma, Aulia Aga, Lelono, Satria Galih. 2013. Proses Pembuatan Detergent Dari
Minyak Goreng Bekas Melalui Kombinasi Reaksi Trans-esterifikasi dan
Sulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol 2, No 2, Halaaman
84-90
17