DETERJEN
Oleh :
S1 KIMIA
OFFERING I
2017
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bahan baku pembuatan deterjen ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu
bahan aktif, bahan penguat (builder), dan bahan tambahan (aditif). Bahan aktif
yang digunakan adalah jenis surfaktan yang merupakan bahan utama
pembuatan deterjen. Bahan ini mempunyai kemampuan mengikat dan g
kotoran. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat
mineral-mineral yang terlarut. Sedangkan bahan tambahan (aditif) yang
digunakan dengan tujuan komersialisasi produk, misalnya pewangi atau
pemutih.
TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Surfaktan
a. Surfaktan anionik
Deterjen anionik merupakan garam-garam Na dan terionisasi
untuk menghasilkan Na+ dan ion aktif permukaan (Surface
active ion) yang bermuatan negatif. Kelompok ini banyak dipakai
untuk tujuan domestik karena lebih murah, lebih stabil dalam
air, memiliki daya bersih yang sangat baik, dan berbusa banyak.
Surfaktan yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya alkil
benzene sulfonat (ABS), linier alkil benzene sulfonat (LAS),
etoksisulfat dan alkilsulfat.
b. Surfaktan nonionic
Surfaktan ini tidak terionisasi dalam air. Misalnya etoksilat yang
tidak berubah menjadi partikel bermuatan dan busa yang
dihasilkan sedikit. Namun, dapat bekerja di air sadah dan dapat
mencuci dengan baik untuk hampir semua jenis kotoran.
Contohnya dietanolamida, alkohol etoksilat, sukrosa ester, fatty alkohol
poliglikol eter, gliserol monostearat, sukrosa distearat, sorbitan monostearat,
sorbitan monooleat, gliserol monooleat dan propilen glikol monostearat.
c. Surfatan kationik
Deterjen kationik merupakan garam-garam ammonium
hidroksida (NH4OH) kuarterner. Senyawa-senyawa ammonium
kuarterner berubah menjadi partikel bermuatan positif bila
dilarutkan dalam air. Surfaktan ini biasanya digunakan untuk
pelembut (softener). Deterjen ini baik karena kemampuannya
sebagai bakterisida maupun bakteriostatik. Deterjen ini
harganya lebih mahal karena kemampuan menghasilkan busa
lebih banyak dan lebih lembut di tangan. Oleh karena itu tidak
digunakan untuk keperluan rumah tangga tetapi sebagai
desinfektan pada rumah sakit dan hotel. (R. Nida Sopiah).
Contoh surfaktan kationik yaitu fatty amina, fatty amidoamina, fatty
diamina, fatty amina oksida, tertiari amina etoksilat, dimetil alkil amina dan
dialkil metil amina.
3.2 Saran
Konsumen harus pandai memilih deterjen yang baik dengan cara
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar tidak merugikan diri
sendiri maupun orang lain.
Pemerintah harus lebih mawas terhadap produk-produk deterjen yang
beredar.
Perlu dilakukan inovasi dengan membuat deterjen yang ramah
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, A.R. & Satrio, G.L. 2013. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri :
Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Deterjen Alami Melalui
Kombinasi Reaksi Trans-esterifikasi dan Sulfonasi. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jtki (Diakses pada 28 Januari 2017, 10.35 WIB)
Luvia, R.Y., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. 2016. Pengaruh Limba Deterjen Industri
Laundry terhadap Mortalitas dan Indeks Fisiologi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) sebagai Bahan Ajar Biologi. http://jurnal.fkip.uns.ac.id (Diakses
pada 28 Januari 2017, 09.15 WIB)
Universitas Sumatera Utara. 2011. Definisi Deterjen. http://www.chem-is-
try.org/materi-kimia/definisi-deterjen (Diakses pada 28 Januari 2017 11.00
WIB)