Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

DETERJEN

Oleh :

1. Filzah Firzanah Ramadhanti (160332605833)


2. Gamma Akbar Zakawali (160332605846)

S1 KIMIA

OFFERING I

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Deterjen merupakan salah satu produk komersial yang digunakan untuk


menghilangkan kotoran pada pakaian. Penggunaan deterjen di Indonesia mulai
mengalami peningkatan drastis pada tahun 1990-an seiring dengan
meningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri tekstil, manufaktur,
dan industry laundry. Pada sepuluh tahun terakhir, pemakaian deterjen ubuk
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10% per tahun.
Pada tahun 2007, kapasitas penggunaan deterjen Indonesia mencapai 500.000
ton per tahun dimana baru 62% dipenuhi dari produksi domestic (Aga dan
Galih. 2013).

Deterjen terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan


dengan sabun deterjen memiliki keunggulan yaitu daya cuci yang lebih baik
serta sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam divalent dalam air
sadah. Deterjen memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran,
baik yang larut dalam air maupun yang tidak larut dalam air.

Bahan baku pembuatan deterjen ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu
bahan aktif, bahan penguat (builder), dan bahan tambahan (aditif). Bahan aktif
yang digunakan adalah jenis surfaktan yang merupakan bahan utama
pembuatan deterjen. Bahan ini mempunyai kemampuan mengikat dan g
kotoran. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat
mineral-mineral yang terlarut. Sedangkan bahan tambahan (aditif) yang
digunakan dengan tujuan komersialisasi produk, misalnya pewangi atau
pemutih.

TUJUAN

Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang ingin didapat yaitu :

1. Mengetahui pengertian deterjen pengertian dan rumus dan


komposisi kimia deterjen
2. Mengetahui sifat fisis dan sifat kimiawi
3. Mengetahui penggolongan deterjen
4. Mengetahui proses pembuatan deterjen
5. Mengetahui manfaat deterjen
6. Mengetahui dampak deterjen
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN RUMUS DAN KOMPOSISI KIMIA DETERJEN


2.1.1 Pengertian Deterjen
Deterjen merupakan campuran berbagai bahan yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Dibandingkan dengan sabun, deterjen memiliki keunggulan yaitu
daya cuci yang lebih baik serta sifat tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Deterjen pertama kali disintesis pada tahun 1940-an yaitu garam
natrium dari alkil hidrogen sulfat. Alcohol berantai panjang dibuat dengan
cara penghidrogenan minyak dan lemak. Alcohol berantai panjang ini
direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hidrogen sulfat yang
kemudian dinetralkan dengan basa. Natrium lauril sulfat adalah deterjen
yang baik karena garamnya berasal dari asam kuat sehingga larutannya
hampir netral. Garam natrium dan magnesium tidak mengendap dalam
larutannya sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah.
Bahan utama penyusun deterjen adalah garam natrium yaitu asam
organik yang dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan
dalam pembuatan deterjen merupakan molekul berantai panjang yang
mengandung 12 hingga 18 atom karbon per molekul. Untuk
menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik menambahkan natrium
perborat, pewangi, pelembut, natrium silikat, penstabil, enzim, dan zat lain
agar fungsinya semakin beragam.
Penggunaan deterjen yang semakin meningkat seiring dengan
membaiknya pendapatan masyarakat. Namun limbah yang dihasilkan tidak
dapat didegradasi oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan. Apabila limbah deterjen terakumulasi pada
perairan menimbulkan beberapa masalah, misalnya terjadi pendangkalan
perairan, air menjadi tercemar, dan menyebabkan pertumbuhan alga
semakin cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air
berkurang sehingga makhluk hidup di dalamnya akan mati. Selain itu,
deterjen juga dapat menyebabkan pencemaran tanah yang menyebabkan
berkurangnya kesuburan tanah sehingga tanaman serta kehidupan tanah
termasuk cacing akan mati. Padahal cacing dapat berfungsi untuk
menguraikan limbah organik sehingga menyebabkan tanah menjadi subur.
2.1.2 Rumus dan Komposisi Kimia Deterjen

Dalam pembuatan deterjen alkil benzene dengan belerang trioksida


(SO3). Alkil benzene yang sering digunakan adalah jenis Deodecil Benzena
(C6H5C12H25). Reaksi antara Deodecil Benzena dengan Belerang Trioksida
akan menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat (C 6H4C12H25SO3H) dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :

C6H5C12H25 + SO3 C6H4C12H25SO3H

Selanjutnya Alkil Benzena Sulfonat dinetralisasi dengan Natrium


Hidroksida (NaOH) sehingga menghasilkan Natrium Deodekil Benzena
Sulfonat (C12H25C6H4SO3Na) dengan persamaan reaksi:
C6H4C12H25SO3H + NaOH C12H25C6H4SO3Na

Komposisi kimia deterjen dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok


yaitu zat aktif permukaan (surfaktan) berkisar 20-30%, bahan penguat
(builder) merupakan komponen terbesar dari deterjen berkisar 70-80% dan
bahan aditif (tambahan) misalnya pemutih, pewangi, bahan penimbul busa,
dll sekitar 2-8%.

1. Surfaktan

Surfaktan memiliki fungsi untuk meningkatkan daya pembahasan


air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan
dan mengangkat kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang
telah terangkat. Surfaktan merupakan komponen deterjen yang
berfungsi sebagai penghasil busa. Surfaktan terdiri atas dua bagian
yang mempunyai sifat berbeda, yaitu bersifat hidrofobik dan bagian
yang bersifat hidrofilik. Surfaktan dalam air akan mengalami ionisasi
membentuk komponen bipolar aktif yang terbentuk pada kedua ujung
gugus aktifnya.

Ditinjau dari rumus strukturnya, surfaktan dibedakan menjadi 2,


yaitu rantai lurus yang dikenal dengan linier alkil benzenesulfonat
(LAS) dan rantai bercabang yang dikenal dengan alkil benzenesulfonat
(ABS).

Gambar 1. Alkil benzene

Gambar 2. Linier alkil benzene


sulfonat

Ada tiga jenis surfaktan sintesis yang biasa digunakan dalam


deterjen:

a. Surfaktan anionik
Deterjen anionik merupakan garam-garam Na dan terionisasi
untuk menghasilkan Na+ dan ion aktif permukaan (Surface
active ion) yang bermuatan negatif. Kelompok ini banyak dipakai
untuk tujuan domestik karena lebih murah, lebih stabil dalam
air, memiliki daya bersih yang sangat baik, dan berbusa banyak.
Surfaktan yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya alkil
benzene sulfonat (ABS), linier alkil benzene sulfonat (LAS),
etoksisulfat dan alkilsulfat.
b. Surfaktan nonionic
Surfaktan ini tidak terionisasi dalam air. Misalnya etoksilat yang
tidak berubah menjadi partikel bermuatan dan busa yang
dihasilkan sedikit. Namun, dapat bekerja di air sadah dan dapat
mencuci dengan baik untuk hampir semua jenis kotoran.
Contohnya dietanolamida, alkohol etoksilat, sukrosa ester, fatty alkohol
poliglikol eter, gliserol monostearat, sukrosa distearat, sorbitan monostearat,
sorbitan monooleat, gliserol monooleat dan propilen glikol monostearat.
c. Surfatan kationik
Deterjen kationik merupakan garam-garam ammonium
hidroksida (NH4OH) kuarterner. Senyawa-senyawa ammonium
kuarterner berubah menjadi partikel bermuatan positif bila
dilarutkan dalam air. Surfaktan ini biasanya digunakan untuk
pelembut (softener). Deterjen ini baik karena kemampuannya
sebagai bakterisida maupun bakteriostatik. Deterjen ini
harganya lebih mahal karena kemampuan menghasilkan busa
lebih banyak dan lebih lembut di tangan. Oleh karena itu tidak
digunakan untuk keperluan rumah tangga tetapi sebagai
desinfektan pada rumah sakit dan hotel. (R. Nida Sopiah).
Contoh surfaktan kationik yaitu fatty amina, fatty amidoamina, fatty
diamina, fatty amina oksida, tertiari amina etoksilat, dimetil alkil amina dan
dialkil metil amina.

2. Bahan penguat (Builder)


Builder berfungsi untuk meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder
digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-
mineral yang terlarut. Selain itu, builder juga berfungsi sebagai buffer
yang dapat membantu dalam mempertahankan pH larutan. Builder
yang sering digunakan adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat,
natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit. Keberadaan bahan ini
dalam campuran tidak boleh terlalu banyak karena menimbulkan efek
samping, yaitu dapat mengakibarkan rasa panas di tangan pada saat
mencuci pakaian. Bahan penunjang lain adalah STPP (sodium
tripolyphospate) yang mempunyai efek samping yang positif, yaitu
dapat menyuburkan tanaman karena adanya kandungan fosfat yang
merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.

3. Bahan Aditif (Tambahan)


Bahan aditif tidak harus ada dalam proses pembuatan deterjen
karena tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Penambahan bahan ini untuk tujuan komesial karena dapat memberi
kekhususan dan nilai lebih pada produk tersebut. Tambahan ini
membuat prosuk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih,
pewarna, dll. Contoh bahan aditif adalah carboxyl methyl cellulose
(CMC) berfungsi untuk mencegah kembalinya kotoran ke pakaian
sehingga disebut sebagai antiredeposisi. Pada umunya bahan aditif
merupaka rahasia dari tiap-tiap perusahaan.

2.2 SIFAT FISIS DAN SIFAT KIMIAWI Gambar 3. CMC


1. Sifat fisis deterjen diantaranya, yaitu :
Ujung non polar : R-O (hidrofob : tidak suka air)
Ujung polar : SO3Na (hidrofil : suka air)
2. Sifat kimia deterjen diantaranya, yaitu :
Dapar melarutkan lemak
Tidak dipengaruhi kesadahan air

2.3 PENGGOLONGAN DETERJEN


2.3.1 Berdasarkan bentuk fisiknya, deterjen dibedakan menjadi :
a. Deterjen Cair. Secara umum, deterjen cair sama dengan deterjen
bubuk. Hal yang membedakan hanyalah wujudnya bubuk dan cair.
Produk ini banyak digunakan di laundry modern menggunakan mesin
cuci besar dengan teknologi yang canggih.
b. Deterjen Krim. Deterjen ini mirip dengan sabun colek. Namun
kandungan keduanya berbeda. Di luar negeri, produk ini biasanya
tidak dijual dalam kemasan kecil, tetapi dijual dalam kemasan besar
(kemasan 25 kg).
c. Deterjen Bubuk. Deterjen bubuk banyak beredar di pasaran.
Jumlahnya lebih besar dari pada deterjen cair dan krim. Deterjen
bubuk juga hadir dalam berbagai merk dengan keunggulan masing-
masing.
2.3.2 Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen dibedakan menjadi :
a. Deterjen Bubuk Berongga. Deterjen ini mempunyai ciri butirannya
berongga seperti bola sepak yang di dalamnya berongga. Butiran
deterjen jenis berongga ini dihasilkan oleh proses spray-drying
(proses pengabutan dilanjutkan dengan proses pengeringan).
Kelebihan deterjen bubuk berongga dengan deterjen bubuk padat
adalah deterjen bubuk berongga tampak volumenya lebih besar.
b. Deterjen Bubuk Padat. Butirannya berbentuk seperti bola tolak peluru,
yaitu semua bagian butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak
berongga. Butiran deterjen yang padat ini merupakan hasil olahan
dari proses pencampuran kering (dry mixing). Kekurangan deterjen
bubuk padat ini tampak volumenya tidak besar sehingga kelihatan
sedikit.

2.4 PROSES PEMBUATAN DETERJEN

Cara Pembuatan Deterjen Bubuk Secara Sederhana

Bahan yang diperlukan :


Caustik soda (soda api) 45 gram
Air dingin 150 cc
STPP 45 gram
Air dingin 150 cc
Soda ash 105 gram (ditambah air dingin) 300 cc (ditambah CMC)
30 gram
ABS (Alkil Benzena Sulfonat)
Parfum 3 cc
Sepuhan warna 1 cc

Proses Pembuatan Deterjen :

a. Caostik soda, air dingin, bahan pewarna dicampur dan diaduk-aduk


sampai merata,
b. Campurkan STPP dan air dingin, campuran ini terpisah dari campuran
pertama tadi. Pengadukan agak lama karena STPP sulit larut,
c. Campuran ketiga adalah soda ash dan air diaduk sampai larut
kemudian bubuhkan CMC sambil terus diaduk-aduk hingga menjadi
seperti bubur agar-agar,
d. Campuran pertama dan kedua dicampurkan dan terus diaduk-aduk
hingga merata, setelah merata masukkan campuran ketiga dan aduk
terus,
e. Tuangkan ABS (alkil benzene sulfonat) pada campuran tersebut lalu
diaduk. Oleh reaksi kimia cairan tersebut berubah menjadi krim,
f. Setelah krim menjadi dingin, bubuhkan parfum sambil diaduk agar
wanginya merata ke seluruh krim yang di buat,
g. Deterjen siap untuk dikemas dan dipakai.
Cara Pembuatan Deterjen Cair Secara Sederhana
Alat dan bahan yang diperlukan :
Sendok teh
Gelas silinder
Stainless steel
Wadah dan mixer listrik
Pengaduk kayu
Mangkuk atau ember kecil
Proses Pembuatan Deterjen Cair :
a. Ambil silinder yang bias menampung 80-130 gram SLES. Ukur juga
772-830 gram air,
b. Masukkan SLES dalam gelas dan tambahkan sedikit air. Aduk SLES
dengan baik sampai tercampur sempurna,
c. Tambahkan CDEA 50 gram ke SLES. Aduk dengan pengaduk,
d. Lanjutkan mangaduk campuran sampai menjadi krim. Tambahkan air
perlahan-lahan untuk mencegah campuran dari berbusa sambil
diaduk,
e. Sementara itu, larutkan STPP sebanyak 30 gram dengan sedikit air.
Aduk rata dan sisihkan,
f. Jika campuran CDEA-SLES sudah kental, masukkan ke ember kecil
atau wadah stainless steel. Tambahkan sedikit air sambil diaduk terus
meneru,
g. Pindahkan campuran ke mixer. Ketika campuran sudah berbusa,
tambahkan STPP terlatut perlahan-lahan sambil terus diaduk,
h. Larutkan garam dalam sedikit air. Tambahkan ke campuran utama
dan perlahan disatukan semuanya,
i. Tambahkan 5-8 mL pewangi (opsional),
j. Lanjutkan pencampuran sampai campuran mengental,
k. Setelah mengental, tuangkan campuran ke dalam wadah bersih dan
sisihkan selama sekitar 2 jam,
l. Bila tidak ada busa lagi, tuangkan deterjen cair ke dalam botol yang
bersih,
m. Deterjen cair dapat digunakan setelah 24 jam.

2.5 MANFAAT DETERJEN


Manfaat deterjen bagi manusia adalah mampu membantu
menghilangkan atau mengangkat kotoran dengan mudah saat mencuci,
mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi
dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga
dan peralatan rumah lainnya.
Berikut adalah keunggulan deterjen dibandingkan dengan sabun :
Deterjen menghasilkan buih lebih banyak dibandingkan sabun
Sabun menyebabkan scum (endapat yang tidak larut) bila
digunakan untuk mencuci dengan air sadah. Ion Ca 2+ dan Mg2+
dalam air sadah bereaksi dengan molekul sabun dan membentuk
scum. Scum juga menempel pada pakaian sehingga dibutuhkan
lebih banyak sabun untuk mencuci.
Sabun bereaksi dengan asam yang berasal dari prespirasi dan
membentuk asam lain yang tidak larut dan akhirnya mengurangi
kemampuan membersihkan.

Berikut adalah kelemahan deterjen dibandingkan dengan sabun :


Deterjen tidak dapat diuraikan sehingga seringkali menyebabkan
pencemaran, sedangkan sabun dapat diuraikan (biodegradable),
Deterjen dapat mengiritasi kulit

2.6 DAMPAK DETERJEN


Dibalik manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus
kita ketahui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat
menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Dua bahan terpenting pembentuk deterjen, yaitu surfaktan dan
builders, diidentifikasi mempunyai perngaruh langsung dan tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungannya.

1. Dampak Deterjen bagi Kesehatan


Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit menjadi kasar. Saat
seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas
melepuh, retak-retak, gampang mengelupas, hingga mengakibatkan
gatal dan kadangmenjadi alergi.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah
deterjen berpotensi menyebabkan penyakit kanker (karsinogenik).

2. Dampak Deterjen bagi Lingkungan


Builders yang paling banyak dimanfatkan dalam deterjen adalah
phosphate. Phosphate dalam jumlah besar menyebabkan
pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,
sehingga badan air kekurangan oksigen akibat ledakan
pertumbuhan algae dan enceng gondok.
Dapat mencemari perairan. Air sungai yang telah tercemar oleh
deterjen dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengonsumsi biota tersebut.
Deterjen dapat menghancurkan lapisan eksternal lender yang
melindungi ikan dari bakteri dan parasit, serta dapat menyebabkan
kerusakan pada insang.
2.7 PENCEGAHAN BAHAYA DETERJEN
Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya
pilihan produk yang diinformasikan melalui iklan memang bisa
menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap perlu berhati-hati
karena kesalah memilih produk akan merugikan konsumen sendiri.
Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya
mencantumkan penandaan nama dagang, isi/netto, nama bahan aktif,
nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan
dan petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara
penanggulangan bila terjadi kecelakaan. Dianjurkan bagi konsumen untuk
memilih produk yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan
ramah lingkungan. Informasai mengenai produk ramah lingkungan dapat
dilihat pada label baik berupa logo hijau maupun klaim ramah lingkungan.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan
deterjen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen
bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika konsumen
dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini berisiko karena deterjen
bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Selain itu, takaran
genggam bukan ukuran yang bersifat pasti karena hanya berupa kira-kira
yang sangat bergantung pada ukuran tangan seseorang. Jadi
kecenderungan konsumen untuk menggunakan berlebihan memang besar.
Konsumen sering berpikir deterjen yang baik adalah deterjen yang
menghasilkan banyak busa. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti
deterjen menjadi efektif. Sebaliknya, daya cucinya menjadi terhambat. Oleh
karena itu, konsumen harus menggunakan takaran khusus untuk deterjan
dan produsen harus menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan
produknya.
BAB III
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Deterjen merupakan campuran berbagai bahan yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi
Deterjen tersusun atas bahan aktif (surfaktan), bahan penguat (builder),
dan bahan aditif (tambahan) seperti pewangi, pelembut, pemutih, dll.
Sifat fisis deterjen yaitu ujung nonpolar (R-O) bersifat hidrofob dan ujung
polarnya bersifat hidrofil. Sedangkan sifat kimianya yaitu dapat larut
dalam lemak dan tidak terpengaruh kesadahan air.
Penggolongan deterjen berdasarkan bentuk fisiknya yaitu, deterjen cair,
deterjen krim, dan deterjen bubuk. Sedangkan penggolongan deterjen
berdasarkan keadaan butirannya yaitu, deterjen bubuk berongga dan
deterjen bubuk padat.
Manfaat deterjen diantaranya yaitu, kotoran dengan mudah saat
mencuci, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang
menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet,
alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya.
Dampak deterjen bagi kesehatan dapat menyebabkan iritsi kulit dan jika
tertelan dapat menyebabkan penyakit kanker (karsinogenik). Dampak
deterjen bagi lingkungan yaitu dapat mencemari perairan dan
mengancam biota di dalamnya.
Konsumen harus mengetahui informasi yang terkandung dalam setiap
deterjen, mengetahui cara penggunaan yang benar, dan mengetahui
takaran deterjen yang benar.

3.2 Saran
Konsumen harus pandai memilih deterjen yang baik dengan cara
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar tidak merugikan diri
sendiri maupun orang lain.
Pemerintah harus lebih mawas terhadap produk-produk deterjen yang
beredar.
Perlu dilakukan inovasi dengan membuat deterjen yang ramah
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, A.R. & Satrio, G.L. 2013. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri :
Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Deterjen Alami Melalui
Kombinasi Reaksi Trans-esterifikasi dan Sulfonasi. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jtki (Diakses pada 28 Januari 2017, 10.35 WIB)
Luvia, R.Y., Purwanti, E., & Pantiwati, Y. 2016. Pengaruh Limba Deterjen Industri
Laundry terhadap Mortalitas dan Indeks Fisiologi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) sebagai Bahan Ajar Biologi. http://jurnal.fkip.uns.ac.id (Diakses
pada 28 Januari 2017, 09.15 WIB)
Universitas Sumatera Utara. 2011. Definisi Deterjen. http://www.chem-is-
try.org/materi-kimia/definisi-deterjen (Diakses pada 28 Januari 2017 11.00
WIB)

Anda mungkin juga menyukai