Anda di halaman 1dari 11

Sanitasi Industri

Laporan Praktikum I

PEMBUATAN DETERJEN CAIR SEDIAAN DAN UJI EFEKTIVITAS


DAYA ANGKAT KOTORAN DETERJEN CAIR SEDIAAN
Preparation of Liquid Detergent and Testing the Effectiveness of Dirt Lifting Liquid
Detergent Preparation

Ester Sabatina Rianti (J1A119003), Eli Sovia Br. Nainggolan (J1A119043),


Jeriko Ebenezer Saragih (J1A119050), Jessyca Christin Sitanggang (J1A119051),
Debora Kristin Panjaitan (J1A119058)
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

ABSTRAK
Salah satu upaya menjaga kebersihan dan kesehatan adalah dengan menjaga kebersihan
tubuh beserta semua benda yang melekat dengan tubuh itu sendiri seperti halnya pakaian.
Dalam aktifitas sehari-hari, upaya membersihkan pakaian dilakukan dengan menggunakan zat
pembersih berupa deterjen. Maka perlu diketahui tentang pembuatan sediaan detergen cair dan
efektivitasnya terhadap daya angkat kotoran pada kain. Adapun tujuan pembahasan dalam
praktikum ini adalah untuk mengetahui pembuatan deterjen cair sediaan dan untuk mengetahui
efektivitas daya angkat kotoran deterjen cair sediaan. Pembuatan deterjen cair sediaan adalah
dengan mencampurkan bahan surfaktan, builder, filler, dan essense dengan air. Selanjutnya
untuk pengujian kain putih diberi perlakuan dengan arang dan minyak. Kain direndam selama
15 menit pada deterjen cair sediaan dan deterjen cair variabel kontrol. Dalam praktikum ini
didapat hasil bahwa kedua deterjen tersebut memiliki daya angkat terhadap kotoran dan
minyak. Namun terdapat perbedaan pada air pembilasan deterjen. Air bilasan deterjen kontrol
terlihat lebih keruh dan berbusa dibandingkan air bilasan deterjen cair sediaan.
Kata Kunci: Detergen, Formulasi, Efektifitas, Sanitasi.

ABSTRACT
One of the efforts to maintain cleanliness and health is to maintain the cleanliness of the
body and all objects attached to the body itself, such as clothes. In daily activities, efforts to
clean clothes are carried out using cleaning agents in the form of detergent. So it is necessary
to know about the manufacture of liquid detergent preparations and their effectiveness on the
lifting capacity of dirt on the fabric. The purpose of the discussion in this practicum is to
determine the manufacture of liquid detergent preparations and to determine the effectiveness
of the dirt lifting capacity of liquid detergent preparations. The preparation of liquid detergent
preparations is by mixing surfactants, builders, fillers, and essences with water. Furthermore,
for testing the white cloth was treated with charcoal and oil. The cloth was soaked for 15
minutes in the liquid detergent preparation and the control variable liquid detergent. In this
experiment, it was found that the two detergents had a lifting power against dirt and oil.
However, there are differences in the the detergent rinse water. The control detergent rinse
water looks more cloudy and foamy than the liquad detergent rinsed water.
Keywords: Detergent, Fornulation, Effectiveness, Sanitation.

1
PENDAHULUAN pangan atau produk pangan. Dalam
Dalam kurung waktu belakangan industri pangan, pekerja kerap kali akan
ini, isu kebersihan dan kesehatan bersentuhan dengan berbagai produk
menjadi penting dijalankan oleh berbasis minyak atau bersentuhan
masyarakat. Hal ini dipicu adanya dengan sesuatu yang kotor sehingga
kesadaran masyarakat yang semakin kebersihan pakaian harus juga harus
peduli akan kebersihan dan kesehatan. dijaga. Hal ini sesuai dengan prinsip
Salah satu upaya menjaga kebersihan sanitasi yaitu membersihkan dan sanitasi
dan kesehatan adalah dengan menjaga menghilangkan mikroba menurut Ehlers
kebersihan tubuh beserta semua benda dan Steele (1958).
yang melekat dengan tubuh itu sendiri Dibanding dengan produk
seperti halnya pakaian. Dalam aktifitas terdahulu yaitu sabun, deterjen
sehari-hari, upaya membersihkan mempunyai keunggulan antara lain
pakaian dilakukan dengan menggunakan mempunyai daya cuci yang lebih baik
zat pembersih berupa sabun atau serta tidak terpengaruh oleh kesadahan
deterjen. Dengan adanya inovasi produk air (Ahmad 2004). Dalam prakteknya,
dan adanya perubahan kebudayaan jasa laundry banyak menggunakan
(cultural), sosial (social), pribadi deterjen cair sebagai bahan pencuci
(personal) dan psikologi (psychology) dikarenakan deterjen mempunyai sifat–
konsumen terhadap produk terbaru maka sifat pembersih yang efektif
banyak produsen yang mengembangkan dibandingkan dengan sabun biasa
zat pembersih berupa cairan pembersih (Apriyani Nani, 2017).
yang juga diminati masyarakat sebagai Kotoran pada pakaian dapat
konsumen (Ayu Nila, 2011). berasal dari berbagai sumber diantaranya
Di industri pangan, kebersihan debu, tanah, lumpur, tinta bahkan lemak.
anggota tubuh dan yang melekat pada Salah satu jenis deterjen yang sering
tubuh harus dijaga kebersihannya. Hal digunakan masyarakat untuk
ini dikarnakan saat memasuki ruangan membersihkan atau menyuci pakaian
industri pangan tubuh dan pakaian atau adalah deterjen cair. Deterjen memiliki
alat yang melekat pada tubuh harus steril kandungan surfaktan yang masih
agar tidak menjadi media pembawa berhubungan dengan alkylbenzene
bakteri atau mikroorganisme ke bahan sulfonate, yang sangat efektif untuk noda

2
yang berasal dari luar rumah seperti 60% - 90% jasad renik. Desinfektan
minyak/lemak, lumpur, tanah liat, atau digunakan secara luas untuk sanitasi baik
rumput kotor. dirumah tangga, laboratorium dan rumah
Berdasarkan penjelasan diatas, sakit (Shaffer, 1965).
maka perlu diketahui tentang pembuatan Deterjen merupakan suatu
sediaan detergen cair dan efektivitasnya disinfektan bagi bakteri dan
terhadap daya angkat kotoran pada kain. menyebabkan ketegangan permukaan
Adapun tujuan pembahasan dalam yang menyebabkan hancurnya bakteri.
praktikum ini adalah untuk mengetahui Pada umumnya, beberapa bahan yang
pembuatan deterjen cair sediaan dan terdapat dalam deterjen, terdapat zat
untuk mengetahui efektivitas daya aktif permukaan yang mempunyai gugus
angkat kotoran deterjen cair sediaan. ujung berbeda yaitu hidrofilik (suka air)
dan hidrophobik ( tidak suka air), yang
LANDASAN TEORI disebut surfaktan (Sarah, 2008). Bahan
Sanitasi menurut World Health aktif ini berfungsi menurunkan tegangan
Organization (WHO) adalah suatu usaha permukaan air sehingga dapat
yang mengawasi beberapa faktor melepaskan kotoran yang menempel
lingkungan fisik yang berpengaruh pada permukaan bahan.
kepada manusia terutama terhadap hal- Dibanding dengan produk
hal yang mempengaruhi efek, merusak terdahulu yaitu sabun, deterjen
perkembangan fisik, kesehatan, dan mempunyai keunggulan antara lain
kelangsungan hidup (Huda, 2017). mempunyai daya cuci yang lebih baik
Untuk keperluan tentunya kita (Ahmad, 2004). Deterjen sebagai bahan
mengenal dan menggunakan beberapa pencuci dikarenakan deterjen
produk keperluan rumah tangga, mempunyai sifat–sifat pembersih yang
laboratorium, atau rumah sakit yang efektif dibandingkan dengan sabun biasa
bernama disinfektan untuk menjaga (Apriyani, 2017).
kebersihan dan sanitasi. Desinfektan Deterjen cair adalah jenis deterjen
merupakan bahan kimia yang digunakan yang paling sering digunakan oleh
untuk membunuh jasad renik berbagai penyedia jasa laundry. Deterjen
(bakterisid), terutama pada benda mati. ini dipilih karena memiliki sifat
Proses desinfeksi dapat menghilangkan pembersih yang lebih baik seperti

3
membersihkan noda-noda minyak di penelitian korelasi, karna akan menguji
pakaian. Tidak hanya itu, deterjen cair hipotesis. Peneliti mengadakan observasi
juga tidak meninggalkan residu setelah untuk mengetahui pembuatan deterjen
proses pencucian (BP Guide, 2019). cair sediaan dan uji efektivitas daya
Deterjen jenis ini memiliki banyak angkat pada kain kotor.
keunggulan dari deterjen bubuk, salah 1. Tempat dan Tanggal Praktikum
satunya adalah lebih mudah larut Kegiatan praktikum dengan judul
daripada deterjen jenis lain. Bentuknya “Formulasi Sediaan Detergen cair dan
yang cair juga tidak akan mengendap di Uji Efektivitasnya Terhadap Daya
pakaian. Angkat Kotoran Pada Kain“ dilakukan di
Menurut Matheson (1996) formula salah satu rumah anggota kelompok.
deterjen cair terdiri dari surfaktan, soap, Karna tidak terlalu menggunakan alat-
builder, hydrotopes, other (enzymes, alat laboratorium. Kegiatan ini
bleach, optical brigtener, parfume, dilakukan pada hari Kamis, 23
coloring. Sedangkan menurut Suryani September 2021.
(2000) bahwa bahan baku deterjen terdiri 2. Alat dan Bahan
atas surfaktan, builders (zat pembangun), Alat yang akan digunakan untuk
aditif serta enzim. membuat formulasi deterjen cair sediaan
diantaranya ember digunkaan sebagai
METODOLOGI PENELITIAN wadah atau tempat pembuatan deterjen,
Penelitian ini menggunakan pengaduk digunakan untuk mencampur
pendekatan penelitian kuantitatif artinya semua bahan, pelindung diri meliputi
penelitian ini bertujuan untuk menguji masker dan sarung tangan digunakan
teori, membangun fakta, menunjukkan untuk melindungi diri dari paparan
hubungan antar variabel, memberikan bahan kimia.
deskripsi statistik, menaksir dan Alat yang digunakan untuk
meramalkan hasilnya. Penelitian ini menguji efektivitas detergen cair sedian
menguji daya angkat kotoran deterjen adalah ember digunakan sebagai tempat
cair sediaan terhadap kain kotor dan kain perendaman, kain putih digunakan
berlemak dengan menggunakan variabel sebagai objek atau media yang ingin
kontrol deterjen komersial merk diamati.
terkenal. Penelitian ini termasuk dalam

4
Bahan yang digunakan untuk dan ditambahkan 0.5 L air. Base I diaduk
membuat formulasibu deterjen cair sampai larut kemudian tambahkan 1 L
sediaan adalah SLS/Texapon, sodium air bersih. Ditambahkan essense ke base
sulfat, LABS, NaCl, Esensse. I dan aduk merata. Kemudian ditempat
Adapun bahan yang digunakan berbesa larutkan LABS 20 gram ke
untuk untuk menguji efektivitas detergen dalam 100 ml air. Lalu tambahkan ke
cair sediaan adalah bahan yang base I. Dilarutkan NaCl ke dalam 0.5 L
digunakan untuk pengujian efektivitas air kemudian ditambahkan sedikit demi
detergen adalah detergen cair sediaan sedikit ke Base I kemudian diaduk
sebagai subjek yang ingin diamati, hingga larut.
Detergen cair komersial (merk Rinso) 4. Pengujian Efektivitas Daya
sebagai variabel kontrol, kain putih Angkat Kotoran Detergen
sebagai objek yang ingin diamati, arang Sediaan
dan minyak sebagai media pengkotor Dalam pengujian efektivitas
pada kain, air sebagai media untuk detergen cair sediaan ini dilakukan
merendam dan membilas kain. variabel kontrol yaitu Rinso cair. Kain
Berdasarkan percobaan yang putih diberi perlakuan dengan arang dan
dilakukan oleh Novita Meida (2000) minyak. Kemudian kain direndam
tentang Studi Perbandingan Kualitas menggunakan detergen sediaan dan
Produk Sabun Detergen Attack dan detergen komersial yaitu rinso cair.
Rinso Menurut Konsumen di Surabaya Perendaman dilakukan 15 menit.
diperoleh bahwa rinso lebih unggu Selanjutnya kain dibilas dengan air.
dalam daya cuci dibandingkan Attack. Kemudian dilihat daya angkat kotoran
Sehingga pada praktikum ini mulai dari bersihnya kain dan warna air
menggunakan rinso sebagai variabel hasil perendaman. Kemuadian dianalisis.
kontrol.
3. Pembuatan Detergen Cair HASIL DAN PEMBAHASAN
Sediaan 1. Pembuatan Detergen Cair
Pertama-tama disiapkan alat dan Sediaan
bahan. Kemudian dibuat Base I dengan Bahan baku pembuatan detergen
mencampur 100 gram SPS/texapon dan terdiri dari, bahan aktif, bahan pengisi,
50 gram Sodium sulfat kewadah ember bahan penunjang, bahan pengental, dan

5
bahan pewangi. Bahan aktif detergen formulasi ini LAS digunakan sebagai
adalah surfaktan, berupa Sodium Lauryl surfaktan karna LAS merupakan bahan
Sulfat (SLS) dan Linear Alkil Sulfonat aktif anionik utama yang berperan dalam
(LAS) yang berfungsi meningkatkan pembentukan busa dan terutama
daya bersih serta membentuk busa dan mengangkat kotoran. Linear alkilbenzen
membersihkan lemak (Suryana, 2013). sulfonat (LABS) digunakan secara luas
Dalam praktikum ini adapun bahan menggantikan branch alkilbenzena
yang digunakan dalam formulasi sulfonat (ABS) dalam jumlah besar yang
pembuatan deterjen cair sedian adalah ada di dunia karena linear alkilbenzen
Sodium Lauril Sulfat/SLS/Texapon (100 sulfonat merupakan bahan detergen yang
gram), Sodium sulfat (50 gram), NaCl lebih biodegradabilitas dibandingkan
(100 gram), Linear Alkyl Benzene branch alkilbenzen sulfonat (Anderson,
Sulfonate (LABS/LAS, 20 gram), 2004).
Essense. Semua bahan yang digunakan Builder yang dipilih dalam
dicampur sesuai dengan metodologi formulasi ini adalah Sodium sulfat.
yang telah tertera. Tujuan penambahan builder adalah
Dalam formulasi ini surfaktan meningkatkan efisiensi surfakatan
yang di pilih adalah SLS dan LAS. Hal dengan menonaktifkan mineral penyebab
ini dikarenakan SLS merupakan kesadahan air. Sodium sulfat (Na2SO4)
golongan surfaktan anionik yang bersifat adalah hasil garam natrium dari asam
biodegradable atau relatif mudah dirusak sulfur (H2SO4) dan sulfat (NaCl),
oleh mikroorganisme setelah dipakai. senyawa ini dipakai sebagai campuran
Cosmetic Ingredient Review menyatakan antara lain untuk pembuatan detergen,
SLS aman digunakan untuk produk sampo serta pembuatan sabun, fungsi
kemasan. Sampai sekarang, belum ada sodium sulfat (Na2SO4) sendiri pada
penelitian lanjut mengenai penggunaan proses pembuatan detergen, sampo dan
SLS terhadap bahaya kulit. Sebuah studi sabun adalah untuk mempercepat
yang menilai kandungan SLS pencampuran dan kelarutan bahan yang
menemukan bahwa tidak berbahaya jika lain, selain itu sodium sulfat (Na2SO4)
digunakan secara singkat dan segera juga berfungsi untuk mempercepat
dibilas dari shampo dan sabun pengangkatan kotoran dan juga sebagai
(Sasetyaningtyas, 2019). Dalam pengental.

6
Dalam Formulasi ini yang 2. Pengujian Efektivitas Daya
digunakan sebagai filler atau bahan Angkat Kotoran Detergen
pengisis adalah Garam NaCl. Sediaan
Penambahan garam NaCl
mengakibatkan peningkatan viskositas
pada sabun cair itu sendiri. Garam juga
dibutuhkan dalam pembuatan sabun
(a)
yaitu berfungsi sebagai pembentuk inti
pada proses pemadatan. Garam yang
ditambahkan biasanya adalah NaCl.
Dengan menambahkan NaCl maka akan
terbentuk inti sabun dan mempercepat
terbentuknya padatan sabun. (b)

Untuk bahan tambahan pada Gambar (a) dan (b) uji efektivitas
deterjen cair sediaan.
formulasi deterjen ini digunakan parfum
atau assense. Penambahan parfum ini
bertujuan untuk menambahkan wangi
yang menyenangkan kedalam formulasi
deterjen. Pengharum juga dapat
menteralisir bau yang tidak sedap dari
bahan-bahan kimia didalam formulasi. (c)
Enzim tidak ditambahkan sebagai
bahan formulasi pada detergen sediaan
dikarenakan dalam praktikum ini hanya
menguji daya angkat kotoran detergen.
Sehingga penambahan enzim dirasa
(d)
tidak terlalu penting untuk pengujian
Gambar (c) dan (d) uji efektivitas
daya angkat kotoran. Penggunaan enzim
deterjen cair sediaan.
dalam formulasi deterjen untuk
Deterjensi adalah proses
meningkatkan kemampuan deterjen
pembersihan permukaan padat dari
dalam melepaskan kotoran dan menjaga
benda asing yang tidak diinginkan
warna kain.
dengan menggunakan cairan

7
pencuci/perendam berupa larutan (Lihat Gambar a,b,c,d). Adanya daya
surfaktan. Menurut Hanson (1992) angkat pada kedua deterjen disebabkan
proses deterjensi terjadi melalui karna persamaan bahan yang digunakan
pembentukan misel-misel oleh surfaktan dalam pembuatan deterjen. Terutama
yang mampu membentuk globula zat bahan yang berfungsi untuk mengangkat
pengotor melalui penurunan tegangan kotoran pada serat kain yaitu surfaktan
antar muka dan dengan dibantu adanya dan builder.
interaksi elektrostatik antar muatan Mekanisme pembersihan oleh
(Fauziah, 2010). sabun yaitu: saat kontak dengan air,
Daya deterjensi merupakan sabun berpenetrasi di antara kulit dan
parameter mutu yang paling penting kotoran untuk menurunkan gaya adhesi
dalam formulasi deterjen. Daya dan membuatnya lebih mudah
deterjensi dapat memperlihatkan dihilangkan. Kotoran tersebut
kemampuan deterjen untuk selanjutnya dapat dihilangkan secara
menghilangkan atau membersihkan fisik dan kemudian terdispersi dalam
kotoran yang ada pada serat kain. Dalam larutan sabun sebagai hasil emulsifikasi
pengujian daya deterjensi pada oleh molekul sabun. Beberapa kotoran
penelitian ini, digunakan salah satu dapat dihilangkan dengan cara
deterjen komersial sebagai standar tersolubilisasi dalam misel yang
karena didalam SNI tidak adanya standar terbentuk oleh sabun (Mitsui dalam
nilai daya deterjensi dari suatu produk Anggraeni, 2014).
deterjen. Mekanisme pengangkatan kotoran
Pengujian efektivitas dilakukan oleh detergen dengan cara menurunkan
dengan merendam kain serbet dan kain tegangan permukaan untuk membentuk
putih yang telah diberi minyak dan emulsi, dan mengikat kotoran dalam
diberi arang sebagai pengkotor. bentuk suspensi sehingga kotoran
Banyaknya deterjen yang digunakan tersebut dapat dibuang. Pada sabun,
sebesar 20 ml untuk 5 liter air bersih. gugus COO- merupakan bagian yang
Perendaman dilakukan selama 15 menit. polar yang bersifat larut dalam air
Hasil menunjukkan bahwa baik deterjen (hidrofilik), sedangkan gugus R yang
sediaan maupun deterjen komersial merupakan rantai karbon yang panjang
memiliki daya angkat kotoran yang baik C12–C18 merupakan bagian yang non

8
polar dan tidak larut dalam air Adanya pembilasan dengan air
(hidrofob), namun gugus ini larut dalam menyebabkan warna kain menjadi lebih
pelarut non polar seperti minyak putih, bersih, serta proses pelarutan
(Febrianti, 2013). kotoran yang masih tersisa dapat
Molekul sabun tersusun dari gugus dihilangkan. Dari praktikum ini didapat
hidrofobik dan hidrofilik. Ketika hasil adanya perbedaan antara hasil air
menggunakan sabun untuk bilasan menggunakan deterjen cair
membersihkan kotoran (lemak), gugus sediaan dengan deterjen rinso cair. Air
hidrofobik sabun akan menempel pada hasil bilasan deterjen sedian terlihat
kotoran dan gugus hidrofilik menempel lebih jernih (sedikit timbul busa)
pada air. Pengikatan molekul-molekul dibandingkan dengan deterjen komersial
sabun tersebut dapat menyebabkan rinso cair. Air hasil bilasan deterjen rinso
tegangan permukaan air berkurang, cair menunjukkan warna yang lebih
sehingga kotoran dapat terbuang saat keruh. Perbedaan hasil air bilasan ini
pembilasan. disebabkan karna adanya perbedaan
jumlah konsentrasi bahan surfaktan pada
deretjen. Pada label kemasan rinso cair
tertera pemakaian total surfaktan 16%
dan bahan aditif 13%.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang kami
Gambar 1. Hasil air bilasan Deterjen cair lakukan dapt dismpulkan :
sediaan 1. Dalam pembuatan formulasi
deterjen cair sediaan bahan yang
digunakan adalah surfaktan berupa
SLS dan LAS, bahan builder berupa
Sodium sulfat, bahan pengisi berupa
NaCl dan essense sebahai

Gambar 2. Hasil air bilasan Deterjen cair pengharum.

komersial 2. Uji efektivitas antara deterjen cair


sediaan dan deterjen rinso cair

9
sebagai variabel kontrol Ayu, Nila Desanda Dara dan Tantri
menunjukkan hasil yang sama Widiastuti. Pengaruh Faktor
dikarnakan penggunaan bahan Kebudayaan, Sosial, Pribadi dan
surfaktan. Adanya perbedaan antara Psikologi terhadap Perilaku
air hasil bilasan detergen sediaan Pembelian. Aset. 2011; 13 (2):
dengan detergen rinso cair hal ini 165-17.
dikarenakan adanya perbedaan BP Guide. 2019. 9 Rekomendasi
jumlah konsentrasi bahan. Deterjen Cair yang Ampuh
Membersihkan Kotoran Pada
DAFTAR PUSTAKA Pakaian. Diakses 26 September

Ahmad R. 2004. Kimia Lingkungan. 2019.

Yogyakarta: Andi offset. Ehlers M. and Steel Ernest W. 1958.

Anggraeni, I.N. 2014. Optimasi Formula Municipal and Rural Sanitation.

Sabun Bentonit Penyuci Najis Newyork: Mc. Graw-hill book

Mughalladzah dengan Kombinasi company inc.

Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Fauziah, Ika Nuriyana. 2010. Formulasi

Menggunakan Simplex Lattice Deterjen Cair: Pengaruh

Design, Skripsi. Fakultas Farmasi Konsentrasi Dekstrin Dan Metil

Universitas Gadjah Mada. Ester Sulfonat (MES). Bogor :

Yogyakarta. Fakultas Teknologi Pertanian

Anderson, Ronald C. et al. 2004. “Board Institut Pertanian Bogor.

Characteristics, Accounting Report Febrianti. Formulasi Sediaan Sabun

Integrity, And The Cost Of Debt”, Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk

Journal Of Accounting And Purut Dengan Kokamidopropil

Economics, Vol. 37, No. 3, pp. Betain Sebagai Surfaktan. 2013.

315-342. Hanson, A. L. 1992. Encyclopedia of

Apriyani, Nani. 2017. Penurunan Kadar Science and Technology Vol-5 7th

Surfaktan dan Sulfat dalan Limbah edition.Mc Graw-Hill, Inc.

Laundry. Media Ilmiah Teknik Huda, Miftahul. 2017. Model-Model

Lingkungan : volume 2, nomor Pengajaran dan Pembelajaran.

1,Hal.37-44. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

10
Matheson, K.L. 1996. Surfactant Raw Menciptakan Peluang. Jakarta;
Materials : Classification, Salemba Empat.
Syntesis, uses. In Soap and Suryani, A.,I. Sailah, dan E. Hambali.
Detergent, A Theoritical and 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan
Practical Review. USA : AOCS Teknologi Industri Pertanian
Press. Institut Pertanian Bogor.
Novita, Meida. 2000. Studi
Perbandingan Kualitas Produk
Sabun Deterjen Attack dan Rinso
Menurut Konsumen di Surabaya.
Uiversitas Surabaya.
Sarah, M. D. 2008. Effect of Chemical
Constituents of Laundry
Detergents and Methods of Stain
Removal, Chemistry EEI
Schumacher, G., dan Sekoulov, I.,
2002, Polishing of secondary
effluent by an algal biofilm
process. Water Sci Technol 46: 83-
90 Sciences, University of Essex,
Colchester, Essex, U.K.
Sasetyaningtyas, Dwi. 2019.
Sunstaination: Zero w\Waste
Bukan Hanya Tentang Mengganti
Sedotan Plastik. Solo: Metagraf.
Shaffer, J.G. (1965). The Role of
Laboratory in Infection Control in
the Hospital. Arbor: University of
Michigan, School of Pulbic health.
Hal. 354, 357.
Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif,
Ekonomi Baru; Mengubah Ide dan

11

Anda mungkin juga menyukai