Anda di halaman 1dari 30

Komposisi Kimia & Bahan Pembuat

Deterjen Pakaian
Amazine.co - Online Popular Knowledge

Baca juga
 Inilah 7 Perbedaan antara Sabun dengan Deterjen
 Dampak Negatif Lingkungan oleh Senyawa Fosfat pada Deterjen

Kita tentu akrab dengan deterjen pakaian yang membantu menyingkirkan noda dan
kotoran pada pakaian.

Namun, tahukah Anda komposisi kimia yang terdapat dalam deterjen pakaian?

Meskipun tiap merek deterjen pakaian memiliki komposisi sedikit berbeda, secara
umum semua deterjen terbuat dari bahan yang kurang lebih sama.

Inilah komposisi utama penyusun deterjen pakaian.


Surfaktan
Kata surfaktan atau dalam bahasa Inggris ‘surfactant’ merupakan singkatan dari
‘surface active agent’ dan merupakan salah satu bahan paling penting dalam
komposisi kimia deterjen pakaian.

Surfaktan pada dasarnya terdiri dari dua jenis: bagian hidrofilik dan hidrofobik, yang
bekerja sama untuk menghilangkan noda dari pakaian.

Molekul-molekul surfaktan hidrofobik (pembenci air) memecahkan partikel kotoran


pada kain, sedangkan molekul surfaktan hidrofilik (penyuka air) mengendapkan
partikel tanah dan kotoran dalam air cucian.

Pada dasarnya, surfaktan memiliki sifat ionik (muatan listrik) dan dikategorikan
dalam tiga jenis surfaktan yaitu:

1. Surfaktan Kationik

Seperti namanya, surfaktan ini mengandung muatan positif dalam air sehingga tidak
bereaksi dengan ion yang bermuatan positif pada air sadah.

Surfaktan kationik terutama digunakan dalam deterjen untuk conditioning kain dan
efektif bila dikombinasikan dengan surfaktan non-ionik pada perbandingan yang
tepat.

2. Surfaktan Anionik

Surfaktan anionik membawa muatan negatif sehingga bereaksi dengan ion


bermuatan positif pada air sadah.

Untuk diketahui, air sadah mengandung senyawa magnesium dan kalsium.

Surfaktan anionik bereaksi dengan senyawa pada air sadah untuk kemudian
menetralkannya.

3. Surfaktan Nonionik

Karena surfaktan nonionik tidak memiliki muatan, maka mereka tidak mengalami
ionisasi dalam air.
Surfaktan jenis ini membantu membersihkan noda berminyak melalui proses
emulsifikasi.

Bahan Lain dalam Deterjen Pakaian


Selain surfaktan, terdapat berbagai bahan lain yang terdapat dalam deterjen
pakaian sebagai berikut:

>> Builder, merupakan bahan kimia, seperti polifosfat, natrium karbonat atau
natrium silikat, dan aluminosilikat, yang membantu meningkatkan kualitas deterjen.

Selain itu, builder juga mencegah larutan terlalu basa agar pembersihan berjalan
lebih optimal.

>> Natrium silikat, bertindak sebagai anti korosi sehingga mencegah bagian mesin
cuci dari karat.

>> Optical brightener, merupakan senyawa kimia yang mengubah panjang


gelombang cahaya ultra violet menjadi cahaya tampak untuk memberi kesan
pakaian tampak lebih putih.

>> Fragrance, merupakan wewangian yang memberikan aroma unik pada deterjen
sekaligus meredam bau tidak menyenangkan dari bahan kimia yang digunakan
dalam deterjen.

>> Colorant, merupakan pewarna yang bertindak sebagai aditif khusus pada
deterjen.

>> Natrium sulfat, digunakan untuk mencegah penggumpalan pada deterjen


bubuk.

>> Enzim, digunakan untuk membantu memecahkan senyawa kotoran yang


kompleks seperti noda darah.

>> Aditif lain, seperti Monoethanolamine (alkohol) untuk menurunkan titik beku
deterjen dan membuatnya lebih mudah digunakan dalam suhu rendah.[]

Surfaktant
Sifat umum  Sabun dan Detergen:
1. Bersifat basa
R – C-O-   +  H2O               R – C-OH   +  OH-
1. Tidak berbuih di air sadah ( Garam Ca, Mg dari Khlorida dan Sulfat )
C17H35COONa + CaCl2               Ca (C17H35COO)2  +  NaCl
1. Bersifat membersihkan
R- ( non polar dan Hidrofob ) = membelah molekul minyak dan kotoran menjadi partikel yang lebih
kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah dipisahkan
-C-O- ( polar dan Hidrofil ) = larut dalam air membentuk buih dan mengikat partikel – partikel kotoran
sehingga terbentuk  emulsi.

Sabun
Definisi
Sabun adalah suatu gliserida ( umumnya C16 dan C18 atau karboksilat suku rendah ) yang
merupakan hasil reaksi antara ester ( suatu derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara asam
karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan bermuatan netral ) dengan
hidroksil dengan residu gliserol ( 1.2.3 – propanatriol ). Apabila gliserol bereaksi dengan asam –
asam yang jenuh ( suatu olefinatau polyunsaturat ) maka akan terbentuk lipida ( trigliserida atau
triasilgliserol ).
History
Sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno ( egyptian ) beberapa ribu tahun yang lalu. Pembuatan
sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar. Teknik pembuatan sabun dilupakan
orang dalam Zaman Kegelapan ( Dark Ages ), namun ditemukan kembali selama Renaissance.
Penggunaan sabun meluas pada abad ke – 18.
Varietasi dan Proses Produksi
Gliserida ( lelehan lemak sapi atau lipida lain ) dididihkan bersama – sama dengan larutan lindi
( dulu digunakan  abu kayu karena mengandung K-karbonat tapi sekarang NaOH ) terjadi hidrolisis
menjadi gliserol dan garam Sodium dari asam lemak , setelah sabun terbentuk kedalamnya
ditambahkan NaCl agar sabun mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Gliserol, lindi dan NaCl berlebih dipisahkan dengan cara destilasi. Sabun yang masih kotor
dimurnikan dengan cara pengendapan berulang – ulang ( represipitasi ). Akhirnya ditambahkan zat
aditif ( batu apung, parfum dan zat pewarna )
Jenis – jenis Sabun :
1. Sabun keras atau sabun cuci.
Dibuat dari lemak dengan NaOH, misalnya Na – Palmitat dan Na – Stearat.
1. Sabun lunak atau sabun mandi.
Dibuat dari lemak dengan KOH, misalnya K-Palmitat dan K-Stearat.
Deskripsi.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian
hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat – zata non polar, sedangkan
ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul
sabun secara keseluruhan tidaklah benar – benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi
dalam air karena membentuk misel ( micelles ), yakni kumpulan ( 50 – 150 ) molekul sabun yang
rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung – ujung ionnya menghadap ke air.
Fungsi
Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang
dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan ialah oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai
hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non – polar, seperti tetesan – tetesan minyak.
Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul –
molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak – menilak antara tetes –
tetes sabun – minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
Efek .
Sabun yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya langsung terendap
sebagai garam – garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun
dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akibatnya dengan biodegradasi, sabun secara sempurna
dapat dihilangkan dari lingkungan.
Detergent
Definisi
Surfaktant anionik atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium
( RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+ ) yang berasal dari  p –alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang
sangat bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena
dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft  Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa. 
History
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan akan tetapi karena gugus utama
surfaktant ABS yang sulit di biodegradabel maka pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan
yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama surfaktant LAS.
Varietasi dan Proses Pembuatannya.
     Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan,
misalnya :
1. Detergen jenis keras ( ABS )
Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida,
asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil
Benzena maka persamaan reaksinya adalah
C6H5C12H25 + SO3                            C6H4C12H25SO3H    (Dodekil Benzena Sulfonat )
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena
Sulfonat.
1. Detergen jenis lunak ( LAS )
Proses pembuatan ( LAS ) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat
menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH  +  H2SO4                    C12H25OSO3H   +  H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium
Lauril Sulfat. Secara umum detergen terdiri dari beberapa bahan penyusun, antara lain :
1. Bahan Penurun Tegangan Permukaan.
Bahan ini berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan larutan dan memegang peranan
penting dalam proses pencucian . Bahan ini menimbulkan busa dalam air. Jenis bahan penurun
tegangan permukaan yang dipakai menentukan jenis detergen yaitu :
-    Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang
akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonat ( ABS ).
-    Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme,
sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. ( LAS ).
1. Bahan Penunjang
Bahan yang dipakai untuk menunjang kerjanya bahan penurun tegangan permukaan.
Contoh : Natrium Tripolifosfat.
Dalam air akan terionisasi menjadi :
Na5P3O10                     5 Na+   +   P3O105-
1. Bahan Pengisi
Bahan pengisi dipakai dengan tujuan untuk dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat
menurunkan harga.
Contoh : Natrium karbonat.
1. Bahan Tambahan dan Bahan Pengikat.
Bahan tambahan dipakai untuk menambah daya guna detergen.
Contoh: Karboksil Metil Selulosa ( CMC ) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke
dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci ( anti Redeposisi ). Wangi –
wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.

Deskripsi
Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-
garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah.
Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh
karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis
yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang beraksi
dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik.
Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan
(debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur
” Amphiphilic “, yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau
gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu
hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.

Fungsi
_Analog sabun
Efek.
Detergen ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri
pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya. Dengan tidak terurainya
secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi ol eh
busa, menurunkan tegangan permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock)
koloid, pengemulsian gemuk dan minyak, pemusnahan bakteri yang berguna, penyumbatan pada
pori – pori media filtrasi

engertian Surfaktan dan Kandungan Bahan Aditif pada Produk Pembersih


serta Tahapan Pembersihan Pakaian dengan Deterjen
 Master Teacher  Januari 07, 2016

Berikut ini merupakan pembahasan tentang bahan kimia pembersih yang meliputi


proses pembersihan, pengertian surfaktan, Tahapan pembersihan pakaian kotor dengan
sabun dan detergen, Bahan Aditif pada Produk Pembersih.
Proses Pembersihan
Baik sabun maupun detergen dapat berfungsi sebagai pembersih lemak dan kotoran
lainnya karena sebagian komponennya berfungsi sebagai surfaktan.

Surfaktan adalah struktur molekul yang berfungsi menghubungkan antara air


dengan partikel-partikel kotoran sehingga memudahkan air dalam menghilangkan kotoran dari
serat kain. 

Molekul tersebut dapat bertindak demikian karena bentuknya berupa rantai panjang
yang salah satu ujungnya bersifat hidrofilik  (mengikat air) dan ujung satunya lagi
bersifat hidrofobik (mengikat partikel yang tidak terlarut di dalam air).

Di dalam air, sabun berfungsi untuk meningkatkan daya pembasah (wetting ability)
pada air. Hal ini akan memudahkan air dalam membersihkan dan melarutkan kotoran-
kotoran yang menempel.

Tahapan pembersihan pakaian kotor dengan sabun dan detergen adalah


sebagai berikut.
Tabel: Proses Pembersihan Pakaian Kotor dengan Deterjen

Untuk menambahkan aroma yang segar dan harum, biasanya dalam sabun atau
detergen ditambahkan pengharum. Pada sabun mandi, sabun cuci, sampo, pasta gigi,
dan pembersih lantai atau toilet, aroma pengharum yang sering digunakan adalah
aroma bunga dan buah-buahan.

Selain itu, juga ditambahkan bahan-bahan lain sesuai kebutuhan dan tujuan
penggunaan bahan pembersih tersebut. Bahan-bahan tersebut disebut sebagai bahan
aditif.

Berikut ini beberapa bahan aditif pada produk pembersih.

Bahan Tambahan Keterangan


Penguat pada cairan Bahan ini berfungsi untuk mengefektifkan fungsi bahan aktif
pencuci piring (surfaktan) pada produk pembersih. Biasanya berupa
campuran antara LABS (linear alkil benzen sulfonat), larutan
soda api, dan air yang disebut larutan atinsoft.

Bahan pengental Garam dapur atau natrium klorida (NaCl) yang ditambahkan
ke dalam campuran beberapa produk pembersih berperan
untuk mengatur kekentalan.

Pengawet produk Beberapa jenis bahan pengawet yang sering dipakai adalah
natrium salisilat, natrium benzoat, formaldehid, dan EDTA
(Etilen Diamin Tera Asetat). Bahan ini dipakai untuk
menjaga produk dari serangan jamur atau mikroorganisme
lain.

Pelembut pakaian Bahan utama cairan pelembut pakaian adalah distearil


(softener) dimetil amonium klorida. Bahan utama ini dijumpai di
pasaran dengan nama dagang, antara lain: Quartamin D86P,
Bratasoft, dan Accosoft.

Penguat pada detergen Bahan ini berfungsi meningkatkan efisiensi


(builder) surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah
sehingga bahan aktif (surfaktan) dapat berfungsi lebih baik.
Selain itu, builder jugamembantu menciptakan kondisi
keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat
berlangsung lebih baik. Contoh builder adalah natrium
karbonat, natrium sitrat, senyawa kompleks fosfat,
natriumsilikat atau zeolit.

Parfum dan pewarna Pemilihan parfum dan pewarna yang tepat akan sangat
berarti bagi produk yang akan dipasarkan karena bau harum
dan warna khas akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
pembeli.

Medium (pelarut) Air digunakan sebagai pelarut produk pembersih yang


berbasis cair (liquid based) seperti sampo. Untuk menjaga
kestabilan produk, air yang ideal digunakan adalah air yang
sudah mengalami deionisasi (dihilangkan ion-ion yang
terkandung di dalamnya).

Vitamin, protein, dan Vitamin, protein, dan mineral yang dapat diperoleh dari
mineral pada sampo tumbuhan dan hewan terbukti mampu merawat dan
menambah kesuburan serta keindahan rambut. Misalnya,
kandungan mineral pada merang yang dibakar, protein pada
kuning telur, beta karoten dalam wortel, kandungan zat aktif
polisakarida dalam lidah buaya, atau vitamin E dan B dalam
kacang hijau, semuanya bermanfaat bagi kesuburan dan
keindahan rambut.

Penguat pada pembersih Metanol (CH3OH) dan isopropil alkohol adalah senyawa
kaca golongan alkohol yang biasanya berfungsi sebagai penguat
pada pembersih kaca.

Anti-redeposisi pada Supaya kotoran yang terlepas tidak kembali menempel,


detergen biasanya ditambahkan zat kimia tertentu yang disebut zat
anti-redeposisi. Contoh zat anti-redeposisi adalah metil
karboksi selulosa.

Pemanis pada pasta gigi Sakarin biasanya digunakan sebagai pemberi rasa manis
pada pasta gigi.

Tabel: Daftar Bahan Aditif pada Produk Pembersih

Compounding & Dispensing pada sediaan Farmasi


Posted: April 23, 2013 in Zona Farmasi

 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan industri kosmetik, detergen,  produk-produk perawatan diri (personal care products) semakin

meningkat, dimana meningkatnya  produk-produk tersebut mengakibatkan kebutuhan bahan aktif seperti  surfaktan semakin

meningkat pula.  Surfaktan (surface active agent) merupakan salah satu oleokimia turunan yang merupakan senyawa aktif yang

mampu menurunkan tegangan permukaan  dan tegangan antaramuka suatu cairan.   Surfaktan memiliki gugus  hidrofilik  (biasa

disebut bagian kepala, dan yang suka air) dan  hidrofobik (yang disebut bagian ekor, yang tidak suka air).  Sifat  surfaktan  inilah,

sehingga surfaktan  dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan  emusifier oleh industri farmasi, kosmetik,

kimia, pertanian dan pangan serta industri produk perawatan diri (personal care product). 

Perkembangan industri kosmetik, detergen, produk-produk perawatan diri (personal care) semakin meningkat. Dimana

meningkatnya produk-produk tersebut mengakibatkan kebutuhan bahan aktif seperti surfaktan meningkat pula.

Detergen berasal dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti membersihkan. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk

sabun. Detergen sering disebut dengan istilah detergen sintetis yang mana detergen berasal dari bahan-bahan turunan minyak

bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, detergen mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak berpengaruh

terhadap kesadahan air.


Kebutuhan detergen meningkat dengan adanya dua kelemahan sabun. Pertaman, sabun merupakan garam dari asam lemah,

arutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial. Masaah kedua ialah bahwa sabun biasa membentuk garam dalam air sadah

yang mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca, Mg, Fe, dan kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam

natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larutmengakibatkan

warna cokelat pada pakaian. Masalah sabun dapat dapat dikurangi dengan menciptakan detergen

Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen, mulai dari remaja sampai yang tua dimana mempunyai

fungsi masing-masing. Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih (rambut & kulit),

Perlindungan kulit,  penahan air, Penghilang bau. Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau,

tekstur, keamanan, dan aplikasi produk itu sendiri.  Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari

penggunaan surfaktan.

1.2.  Rumusan Masalah

Setiap hari kita pasti perlu menggunakan pakaian untuk menutupi aurat kita. ”DETERGEN” pasti kita sering mendengar kata

tersebut, karena dengan adanya  deterjen memudahkan kita untuk membersihkan pakaian kita yang kotor setelah kita pakai

Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan

minyak bumi,dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta

tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Akan tetapi pemakaiannyapun dapat menjadikan dampak negative pada lingkungan  kita.

Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua

atau lebih zat lainnya. Campuran suatu zat akan mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh ksrena itu suatu bahan kimia akan

dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat

bergantung pada kandungan zat dalam bahan bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Pada makalah ini akan dibahas beberapa diantaranya.

1.3.  Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui jenis surfaktan yang terdapat dalam detergen, kosmetik dan personal care

yang berhubungan dengan compounding dan dispensing.


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Surfaktan

Istilah surfaktan (surface active agent) merupakan salah satu oleokimia turunan yang merupakan senyawa aktif yang mampu

menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antar muka  suatu cairan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa disebut

bagian kepala,  dan yang suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor dan yang tidak suka air. Sifat surfaktan inilah,

sehingga surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik,

kimia, pertanian dan pengan serta industri produk (personal care).

Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai duaujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung

satu (biasadisebut kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut ekor)yang tidak suka air. surfaktan dibagi atas surfaktan

anionik, kationik,nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan baik disegala jenis air dan akan dapat dibilas dengan

mudah dan sempurna. Dalam sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang disebut surfaktan Sebagian besar

sampo kini dalam kemasan 2 in 1,bahan pembersih sekaligus conditioner. Bahan pembersihnya akan membersihkan rambut dan

kulit kepala, sementara conditioner-nyaakan membuat rambut lebih mudah disisir ketika basah dan akan membuat rambut ketika

kering lebih tampak “berisi (seolah lebihbesar volumenya)” tanpa tampak beterbangan Pasalnya, kimiawan sebelum tahun 1980-

an percaya penuh bahwa tidak mungkinmencampurkan bahan pembersih dan conditioner, seperti disebut diatas pembersihnya

adalah surfaktan anionik, sedangkan conditoner-nya adalah surfaktan kationik

Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi makanan, tekstil, plastik dan lain-lain.

Beberapa produk pangan seperti margarin, es krimdan lain-lain menggunakan surfaktan sebagai satu bahannya. Syarat agar

surfaktan dapat digunakan untuk produk pangan yaitu bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilaiHydrophyle Lypophyle Balance 

(HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu

sebagai bahan pembasah, bahan pengemulsi dan bahan pelarut. Penggunaan surfaktan inibertujuan untuk meningkatkan
kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik

berbentu emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak (Masyithah, 2010).

2.1.1 Pembagian Surfaktan

a)      Anionik  yaitu  surfaktan yang bagian alkilnya  terikat pada suatu anion. Contohnya Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier

Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS)

b)      Kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya  terikat pada suatu kation. Contohnya garam ammonium

c)      Nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbiton asam

lemak, ester sukrosa asam lemak.

d)     Amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang

mengandung asam amino.

Kandungan surfaktan didalam suatu produk deterjen biasanya sebanyak 8-18%.

2.1.2.  Mekanisme kerja surfaktan pada detergen

Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai dua ujung yang berbeda, ujunghidrofil (suka air) dan ujung hidrofob

(benci air/suka lemak). Zat aktif ini berfungsi menurunkantegangan permukaan sehingga dapat melepaskan kotoran pada pakaian.

Lemak yang dimaksudpada zat aktif ini tidak selalu berupa lemak karena makanan tapi dapat berupa noda apa saja

yangmengandung unsure C dan H. Pada awalnya surfaktan membentuk misel dengan ujung hidrofil berikatan hydrogen dengan

air, sedangkan ujung hidrofobnya tertolak oleh air. Saat berdekatandengan noda (mengandung unsure C dan H), ujung hidrofob

akan menarik noda dari kain danmembentuk misel baru. Mekanisme kerja surfaktan tidak melibatkan pertukaran elektron

sepertireaksi redoks. Yang terjadi pada mekanisme kerja surfaktan adalah interaksi antara ekorhidrofolik dan hidrofobik dari

surfaktan.

2.2 Detergen
Deterjen pada umumnya mencekup setiap bahan pembersih termasuk sabun, namun kebanyakan dihubungkan dengan deterjen

sintetik. Deterjen dapat mempunyai sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam divalen dalam air sadah.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan

minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta

tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Deterjen merupakan garam natrium dari asam sulfonat (http//www.chem-is-try.org).

Deterjen telah lama digunakan dalam stabilisasi emulsi dan deterjen ini merupakan jenis pengemulsi yang paling efisien.

Meskipun tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai pengemulsi, maka dapat diketahui bahwa bahan-bahan yang dapat

digunakan sama baiknya dalam memecahkan emulsi (Lata, 1976). 

Molekul dan ion yang diadsorpsi pada antarmuka dinamakan zat-aktif permukaan, atau surfaktan. Pernyataan lain adalah amfifil,

yang mengingatkan bahwa molekul atau ion mempunyai afinitas tertentu  baik terhadap pelarut polar maupun nonpolar, amfifil

secara dominan (kuat) bisa hidrofilik (suka air), lipofilik (suka minyak). Sebagai contoh, alkohol yang mempunyai rantai-lurus,

amina-amina dan asam-asam adalah amfifil yang berubah dari hidrofilik dominan menjadi lipofilik apabila jumlah atom karbon

dalam rantai karbon naik. Jadi, etil alkohol bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sebagai bandingannya, kelarutan

dalam air dari amil alkohol adalah sangat kecil, sedang etil alkohol bisa dikatakan sangat lipofilik dan tidak larut dalam air.

Amfifilik merupakan sifat dari zat aktif permukaan yang dapat menyebabkan zat ini diadsorpsi pada antarmuka.  Jadi dalam

suatu  dispersi dalam air dari amil alkohol, gugus alkoholik polar dapat bergabung dengan molekul-molekul air. Tetapi, bagian

nonpolar ditolak karena gaya adhesif yang dapat terjadi dengan air adalah kecil dibandingkan dengan gaya kohesif antara

molekul-molekul  air yang berdekatan. Akibatnya, amfifil tersebut diadsorpsi pada antarmuka (Martin, 1993).

Pada antarmuka udara/air, rantai-rantai lipofilik diarahkan keatas masuk dalam udara, pada antarmuka minyak/air mereka

bergabung dengan fase minyak. Dengan cara berorientasi demikian pada antarmuka minyak/air, maka molekul-molekul surfaktan

membentuk suatu jembatan antara fase polar dan fase nonpolar yang menyebabkan terjadinya transisi antara kedua fase tersebut

lebih baik. Untuk membuat agar amfifil terkonsentrasi pada antarmuka, maka amfifil harus seimbang, dengan pengertian dengan

pengertian gugus-gugus yang larut dalam air harus seimbang dengan gugus-gugusnya yang larut dalam minyak (Moechtar,

1989). 

2.3. Formulasi kandungan deterjen


2.3.1. formulasi kandungan deterjen sebagai bahan pembentuk

Pembentuk berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air.

Contoh bahan pembentuk yang terdapat dalam deterjen antara ialah Sodium Tri Poly Phosphate (STPP), Sodium

Phosphate, Nitriloacetic Acid (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA). Secara umum kadarbahan pembentuk sebanyak

20-45%.

2.3.2. Formulasi kandungan deterjen sebagai bahan pengisi

Pengisi adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah

kuantitas. Contoh bahan yang digunakan ialah Sodium sulfate (Borax) dan Anti-Foaming Agents,  yang memberikan gerak bebas

pada deterjen dalam bentuk padat bereaksi secara bebas di air serta  Anti-Foaming Agents berfungsi sebagai pereduksi jumlah

busa. Sodium Silikat juga digunakan sebagai bahan penghambat korosi pada mesin cuci. Umumnya bahan Pengisi terkandung

didalam deterjen sebanyak 5-45%.

2.3.3. Formulasi kandungan deterjen sebagai bahan tambahan

Bahan tambahan ini biasanya ditambahkan  sebagai pelengkap dan tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen,

misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan lain-lain.  Bahan  tambahan yang  ditambahkan lebih dimaksudkan untuk

komersialisasi. Contoh bahan yang sering ditambahkan yaitu Sodium Perkarbonat dan Sodium Perborat, suatu bahan tambahan

yang memiliki daya pemutih. Bahan lainnya yaitu  enzim, yang berfungsi sebagai penghilang noda-noda yang besifat biologis

seperti darah.  Persentasi banyak bahan tambahan yang ada di dalam suatu deterjen sebanyak 15-30%. 

Surfaktan merupakan bahan utama deterjen, sejak tahun 1960 surfaktan AlkyBenzene Sulfonate (ABS) digunakan sebagai

formula didalam deterjen. Konsentrasi surfaktan di dalam air permukaan dengan gas (udara), padatan (kotoran), dan cair

(minyak) dapat menyebabkan pembasahan dan menjadi media pembersih yang sangat baik. Ini dikarenakan surfaktan memiliki

struktur ampifilik, dimana salah satu bagian dari molekul tergolong ionik atau polar dengan kekuatan tarik menarik pada air, dan

pada bagian lain termasuk golongan hidrokarbon dengan sifat menolak air. Selain bahan-bahan diatas Lauril alkil sulfonat sangat

dibutuhkan dalam pembuatan detergen khususnya untuk detergen lunak dimana lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat

dirusak oleh mikroorganisme.  Sumber utama lauril alkil sulfonat berasal dari industri perminyakan (Pratama, 2008).
2.4.  Kosmetik dan personal care

Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen, dimana mempunyai fungsi masing-masing. Secara

umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih (rambut & kulit), Perlindungan kulit,  penahan

air, Penghilang bau. Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau, tekstur, keamanan, dan aplikasi

produk itu sendiri.  Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan.

Syarat-syarat suatu kosmetik dalam aplikasinya :

a)       Memberikan kulit yang sehat

b)       Menjaga kelembaban

c)       Bebas dari kotoran dan tidak toksik

d)       Tidak memberikan efek iritasi

e)       Tidak menimbulkan alergi

Surfaktan merupakan senyawa yang dapat menurukan tegangan permukaan suatu system, dimana adalah subtansi yang dalam

keadaan rendah mempunyai sifat dapat terabsorbsi pada sebagian atau seluruh antar muka sistem. Surfaktan mempunyai  gugus

hidrofil dan lipofil yang seimbang sehingga mampu menjadi jembatan penghubung antara polar dan nonpolar yang dapat

menyebabkan terjadinya interaksi antara ke 2 fase tersebut dengan baik.

Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-syarat. Syarat –syaratnya seagai surfaktan :

Syarat :

1. Anti alergi
2. Anti iritasi

3. Bau dan warna berlebihan tidak anjurkan

4. Reaksi yang merugikan diminimalkan

5. Bebas dari kotoran dan tidak toksik

Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung menggunakan surfaktan polimer. Selain itu surfaktan anionik,

kationik, nonionik, dan amfoterik juga dapat digunakan. Beberapa penelitian menggunakan surfaktan alami karena lebih aman

untuk aplikasi.

Dan fungsi dari surfaktan yang berperan dalam kosmetik itu sendiri yaitu :

1. Surfactants, Cleansing Agents

2. Surfactants, Emulsifying Agents

3. Surfactants, Foam Boosters

4. Surfactants, Hydrotropes

5. Surfactants, Solubilizing Agents

6. Surfactants, Suspending Agents

2.4.1. Jenis-jenis surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan personal care :

1. b.      Surfaktan anionik

Surfaktan anionik adalah memiliki muatan negatif pada kepala. Termasuk pada kelompok-kelompok seperti asam karboksilat,

sulfat, asam sulfonat, asam fosfat dan turunannya, dan berguna untuk aplikasi yang memerlukan pembersihan (perlengkapan

mandi dan busa).


Surfaktan Asam Karboksilat : stearat berguna untuk produk seperti deodoran dan antiperspirant. Garam (natrium stearat)

membuat sabun yang sangat baik.

Sulfat : natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau teretoksilasi, natrium sulfat laureth (SLES) dalam

penggunaan pembuatan sabun. Surfaktan tersebut pembuat foam sangat baik, agen pembersih, dan relatif murah.

Asam sulfonat  : umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk Taurates (berasal dari taurin), Isethionates

(berasal dari asam isethionic), sulfonat olefin, dan Sulfosuccinates. Alasan mereka tidak digunakan lebih sering adalah bahwa

mereka lebih mahal untuk diproduksi.

1. b.      Surfaktan kationik

Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala. Termasuk kationik yaitu seperti Amin, Alkylimidazolines, Amin

Alkoxylated, dan Senyawa Amonium Quaternized (atau Quats).

Surfaktan kationik paling signifikan yang digunakan dalam kosmetik yaitu Quats. Quats seperti klorida Cetrimonium dan Klorida

Stearalkonium memberikan dasar untuk kondisioner rambut banyak.

Masalah dari surfaktan kationik  biasanya tidak kompatibel dengan surfaktan anionik. sulit untuk menghasilkan produk yang

secara bersamaan bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan iritasi sehingga ini harus dipertimbangkan ketika

menggunakan kosmetik dengan kationik.

1. c.       Surfaktan amfoter

Contohnya termasuk Lauriminodipropionate Natrium dan Lauroamphodiacetate Dinatrium.Amphoterics terutama digunakan

dalam kosmetik sebagai surfaktan sekunder. Amfoterik dapat membantu meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi iritasi. Juga

digunakan untuk shampoo bayi dan produk pembersih lain yang memerlukan kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka

tidak memiliki sifat pembersihan yang baik dan tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.

1. d.      Surfaktan Non ionik


Surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan sebagai emulsifier, bahan pendingin, dan agen pelarut. Nonionics

utama yang digunakan untuk kosmetik termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida amina.

Surfaktan non ionik yang umum digunakan yaitu surfaktan teretoksilasi tetapi surfaktan ini dapat bersifat karsinogenik.

`Alkohol seperti setil alkohol atau stearil digunakan dalam krim dan lotion untuk memberikan kelembutan pada kulit. Alkohol

juga membantu menstabilkan emulsi dan dapat mengurangi iritasi. Oksida amina seperti oksida Cocamidopropylamine digunakan

untuk meningkatkan busa dalam produk pembersih. Ester polisorbat juga bahan pelarut yang sangat baik untuk minyak wangi.

Pada kosmetik juga digunakan surfaktan yang alami karena dilihat dari segi keamanannya. Berikut ini beberapa surfaktan alami

yang digunakan dalam kosmetik dan personal care :

Surfaktan natural : penggunaan surfaktan ini tidak terlalu banyak.

Contoh :

Dihasilkan dari lanolin (lemak wool), piotsteroid diekstrak dari variasi tanaman dan sarang lilin lebah.

Kelas surfaktan alami lainnya adalah protein contoh kasein dalam susu.

2.4.2. Emulsi kosmetik

1. Emulsi air dalam minyak (W / O), dengan HLB berkisar 3-6

2. Emulsi minyak dalam air (O / W), dengan HLB berkisar 8-18

Karakteristik utama emulsi yang dalam kosmetik:

1. Pembentukan emulsi

2. Kestabilan emulsi
3. Reologi

Komponen utama emulsi yaitu :

1. Fase air

2. Fase minyak

3. Pengemulsi

Contoh emulsifier : ester sorbitan, sorbitan gliseril ester, silikon kopolimer, sukrosa ester, ester ortofosfat, polyglycerol ester,

surfaktan polimer, protein dan oksida amina.

1. a.      Emulsi  kosmetik dalam skala industri

Teknik dalam pembuatan emulsi kosmetik : prinsip fase inversi

Contoh :

1. Untuk membuat emulsi O / W dimulai dengan emulsi W / O yang dapat diperoleh pada suhu tinggi (di atas suhu HLB

dari emulsi).

2. Kemudian  Emulsi W / O didinginkan dengan cepat untuk menghasilkan emulsi O / W. Atau, emulsi W / O, melarutkan

surfaktan dalam fase minyak dan secara bertahap dan menambahkan air saat pencampuran.

3. Ketika air  mencapai tingkat tertentu, inversi ke emulsi O / W emulsi akan terjadi.

4. Emulsi ini memiliki distribusi ukuran lebih kecil dibandingkan sistem yang diproduksi oleh langsung pengemulsi

minyak menjadi larutan surfaktan.

1. b.      Nano emulsi dalam kosmetik

2. c.       Mikroemulsi dalam kosmetik

3. Karena transparansi, mikroemulsi diaplikasikan formulasi kosmetik, misalnya rambut styling gel, gel parfum,

perlengkapan mandi, gel tabir surya


4. Liposom (bilayers multilamellar) yang dihasilkan dari dispersi dari fosfolipid, misalnya lesitin, dalam air dengan agitasi

sederhana.

1. d.      Emulsi ganda

1. Transparan dan  rangenya sekitar 50-200nm.

2. nano-emulsi stabil terhadap creaming atau sedimentasi, flokulasi dan koalesensi.

3. Salah satu keuntungan dari nano-emulsi adalah film oklusif tinggi yang dapat terbentuk pada aplikasi untuk kulit.

Ukuran kecil dapat masuk ke permukaan kulit. Aplikasi lain nano-emulsi adalah kemampuan untuk meningkatkan penetrasi

aktif (misalnya vitamin, antioksidan, dll) ke dalam kulit. Ini karena  area permukaan yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan kasar emulsi.

Lebih dikenal dengan emulsi dalam emulsi, yaitu suatu emulsi tipe tertentu yang didispersikan lagi dalam suatu fase pendispersi.

Emulsi ganda a/m/a atau w/o/w yaitu air dalam minyak dalam air. Biasanya emulsi tersebut stabil bila menggunakan kombinasi

surfaktan hidrofilik dan surfaktan hidrofobik. Perbandingan jumlah surfaktan yang digunakan sangat penting untuk mencapai

emulsi ganda yang stabil

Kriteria utama dalam emulsi ganda :

Terdapat 2 pengemulsi, dimana satu dengan HLB yang rendah dan satunya lagi dengan HLB yang tinggi.

Skema pembuatan emulsi ganda w/o/w

Beberapa variabel formulasi harus dipertimbangkan dalam pembuatan emulsi ganda :

1. Pengemulsi w/o primer, HLB surfaktan yang digunakan rendah Seperti : decaoleate decaglycerol; campuran triglycerol

trioleate dan sorbitan trioleate; kopolimer blok ABA dari PEO dan asam polyhydroxystearic.

2. Fraksi volume Pemulsi primer W / O atau O / W: fraksi volume biasanya antara 0,4 dan 0,6 yang dihasilkan, tergantung

pada persyaratan.
3. Sifat dari fase minyak: minyak parafin berbagai (misalnya heptamethyl nonana), minyak silikon, kedelai dan minyak

nabati lainnya dapat digunakan

4. Pengemulsi sekunder O / W : HLB surfaktan tinggi atau polimer dapat digunakan, misalnya Tween 20, poli (etilena

oksida)-poli (propilena oksida) kopolimer blok (Pluronics).

5. volume fraksi  Sekunder: ini dapat bervariasi antara 0,4 dan 0,8, tergantung pada konsistensi yang diperlukan.

6. sifat dan konsentrasi elektrolit: misalnya NaCl, CaCl2, MgCl2 atau MgSO4.

7. pengental dan aditif lainnya: dalam pembuatan gel, misalnya poli (asam metakrilat) karboksimetil selulosa

8. Proses: untuk membuat emulsi primer, kecepatan tinggi mixer seperti Elado (Ystral), Ultraturrax atau Silverson dapat

digunakan. Untuk pembuatan emulsi sekunder, pencampuran geser rendah diperlukan dalam pengaduk. Waktu pencampuran,

kecepatan perlu dioptimalkan.

2.4.3  Surfaktan polimer dalam kosmetik

Penggunaan surfaktan polimer sebagai emulsifier dan dispersan yang diinginkan karena berat molekul tinggi tidak dapat

menembus kulit dan surfaktan ini tidak menyebabkan kerusakan pada aplikasinya. Selain itu material dgn berat molekul tinggi

seperti selulosa hidroksietil dan xanthan digunakan dalam formulasi banyak sebagai pengatur reologi (untuk mengontrol

konsistensi produk) dan merupakan komponen penting untuk stabilisasi emulsi dan suspensi.

Contoh : material silikon Seperti poli dimetil siloksan, Aminofunctional silikon yang memberikan manfaat pada rambut.

2.5. Contoh industri formulasi personal care serta peran dari surfaktan

2.5.1. Pembuatan shaving (bahan pencukur)

Persiapan formulasi dalam mencukur :

1. Formulasi pencukuran basah

2. Formulasi pencukuran kering


3. Formulasi setelah pencukuran

Bahan pencukur : sabun (garam natrium atau kalium) sebagai pelunak jenggot saat pencukuran. Surfaktan yang digunakan seperti

sulfat dan natrium sulfat eter lauril dimasukkan untuk menghasilkan busa yang stabil. Contoh lain : Humektan seperti gliserol

juga dapat dimasukkan untuk menahan kelembaban dan mencegah pengeringan busa selama mencukur.

dari jenis aerosol, dimana hidrokarbon propelan (misalnya butana) digunakan untuk mengeluarkan busa.

Non-aerosol namun  jarang digunakan.

 Dry shaving

Menggunakan pencukur elektrik dengan menggunakan losion sebagai pelunak. Dimana losion tersebut mengandung ester asam

lemak atau asam miristat.

 Formulasi setelah mencukur

untuk mengurangi kulit iritasi dan memberikan rasa nyaman. Dengan adanya efek pendingin. Ditambahkan juga antiseptik  untuk

menjaga kulit bebas dari infeksi bakteri. Sebagian besar formulasi after-shave berbentuk gel  gel, yang tidak berminyak dan

mudah untuk digosokkan pada kulit.

2.5.2. Bar Soap

Formulasi awal yaitu : garam asam lemak sederhana, seperti natrium atau kalium palmitat. Ditambahkan surfaktan seperti sulfat

atau natrium eter cocomonoglyceride cocoglyceryl sulfonat yang mencegah presipitasi dengan ion kalsium.

Fungsi bahan dalam bar soap :

1. antibakteri,

2. deodoran,

3. peningkat busa,
4. anti-iritasi bahan,

5. vitamin,

6. Aditif bar soap termasuk antioksidan, agen chelating, agen opasitas (titanium dioksida), brighteners optik, pengikat,

peliat (untuk kemudahan pembuatan), anticracking agen, pigmen pearlescent, fragrants  ditambahkan untuk memberikan bau

yang menyenangkan pada bar soap.

2.5.3.   Sabun tangan cair

Surfaktan yang digunakan  olefin sulfonat alfa, lauril sulfat atau eter sulfat lauril. Bahan lain : Busa penguat seperti cocoamides,

agen pelembab seperti gliserin. Polimer seperti polyquaternium-7  untuk pelembab. Poliglukosida alkil, bahan-bahan lain seperti

protein, minyak mineral, silikon, lanolin, untuk memberikan keharuman untuk sabun cair.

2.5.4.      Foam dalam Bahan mandi

Surfaktan dasar yang digunakan dalam formulasi mandi busa yang anionik, nonionik atau amfoter bersama-sama dengan

beberapa stabilisator busa, fragrants dan solublisers cocok

2.5.5.   Produk perlindungan kulit

Fungsi-fungsi penting berikut:

1. Perlindungan fisik, melindungi terhadap ultraviolet (UV) radiasi.

2. Perlindungan terhadap bahan asing berbahaya, termasuk air dan mikro organisme.

3. Mengendalikan kehilangan cairan, garam, hormon  Memberikan termoregulasi tubuh oleh penguapan air (melalui

kelenjar keringat).

Gliserin sebagai pelembab selain itu sorbitol, propilen glikol. Poli etilen glikol (dengan berat molekul dalam kisaran 200-600

untuk liposom atau vesikel, neosomes juga dapat digunakan sebagai pelembab kulit. Emolien dapat digambarkan sebagai produk

menghaluskan . Seperti, zat hidrofilik seperti gliserin, sorbitol.


2.5.6. Bahan pelindungan rambut

Fungsi :

1. Perawatan dan stimulasi metabolisme kulit kepala

2. Perlindungan dan perawatan batang rambut

 Sampo

Fungsi utama dari sampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala dari kotoran. Shampoo juga mengendalikan ketombe dan

perlindungan matahari.

Syarat :

1)      bahan Aman (toksisitas rendah, sensitisasi rendah dan iritasi mata yang rendah)

2)      substantivitas rendah dari surfaktan;

3)      tidak adanya bahan yang dapat merusak rambut.

Kondisioner pada sampo :

surfaktan kationik : amonium klorida seperti stearil dimetil benzil, cetyltrimethylammonium klorida, amonium klorida distearyl

dimetil atau stearamidopropyldimethyl amina.

Rambut mudah terurai, meluruskan digunakan adalah kalsium thioglycollate.

5.2.7. Sunscreens

Perlindungan terhadap sinar UV (UV A, UV B, UV C) dan dilakukan pemberikan SPF.


Syarat :

1)      penyerapan maksimum UV-B dan UV-A

2)      efektifitas Tinggi pada dosis rendah.

3)      agen Non-volatile stabilitas  terhadap fisik.

4)      Kompatibilitas dengan bahan lain

5)      kelarutan yang cukup, emolien atau dalam fase air.

6)      Tidak adanya efek dermato-toxological  dengan kulit.

7)      Resistensi terhadap hilang oleh keringat.

Filter  UV-B : sinamat, benzofenon, p-aminobenzoic acid, salisilat, kamper

derivatif dan benzimidazosulphonates fenil.

filter UV-A :  methanes dibenzoyl, anthranilates dan turunannya kamper.

Beberapa bahan alami sunscreens, misalnya camomile atau ekstrak aleo, asam caffeic.

2.5.8. Produk make up

kriteria untuk diterima oleh konsumen:

(1) Peningkatan, pembasahan penyebaran dan adhesi dari komponen warna.

(2) terasa lembut pada kulit.


(3) Perlindungan UV dan tidak adanya iritasi

Foundation dengan komposisi

Humektan sebagai pelembab , minyak mineral, ester seperti sebagai isopropil miristat minyak silikon atau mudah menguap

(misalnya cyclomethicone), ester lesitin, surfaktan rendah HLB  atau fosfat sebagai agen pembasahan. magnesium aluminium

silikat, selulosa gusi, xanthan, selulosa hidroksietil atau hydrophob sebagai agen pengental , pengawet seperti metil paraben

 Foundation cair

Cairan anhidrat pigmen / pengisi (40-50%), agen pembasah HLB rendah (seperti polisorbat 85), seperti emolien sebagai

dimethicone dikombinasikan dengan alkohol lemak cair dan beberapa ester (misalnya oktil palmitat). Lilin, seperti stearil

dimethiicone atau mikrokristalin atau carnuba lilin

2.5.9. Lipstik dengan komposisi

1. Pelarut hidrofilik seperti glikol atau alkohol tetrahydrofurfuryl.

2. Bahan baku untuk basis lipstik termasuk ozocerite (minyak penyerap yang baik juga mencegah kristalisasi),

3. mikrokristalin ceresin lilin (yang juga merupakan penyerap minyak yang baik),

4. Vaseline(Yang membentuk sebuah film kedap air),

5.  lilin lebah(yang meningkatkan resistensi terhadap fraktur),

6. Miristil miristat (yang meningkatkan transfer ke kulit),

7.  laktat setil dan meristyl

(Yang membentuk emulsi dengan kelembaban pada bibir dan tidak lengket)

8. Carnuba lilin (pengikat minyak yang meningkatkan titik leleh dasar dan memberikan permukaan kilau),

9. lanolin derivatif, olyl alkohol dan isopropil miristat.

2.5.10. Maskara dan eyeliner


Anhidrat dengan pelarut suspensi,emulsi  w/o dan emulsi o/w. Tahan terhadap air dengan penambah;an polimer emulsi, misalnya

poli (vinil asetat).

Daftar Pustaka  :

Buku Applied surfactant: principles dan application  oleh penulis  Prof. Dr. Tharwat F. Tadros tahun  2005 WILEY-VCH Verlag

GmbH & Co. KGaA, Weinheim

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.  Kesimpulan

1)      Surfaktan  dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan  emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia,

pertanian dan pangan serta industri produk perawatan diri (personal care product). 

2)      Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen, mulai dari remaja sampai yang tua dimana

mempunyai fungsi masing-masing. Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih

(rambut & kulit), Perlindungan kulit,  penahan air, Penghilang bau. Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari

segi warna, bau, tekstur, keamanan, dan aplikasi produk itu sendiri.  Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu

berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan.

3)      Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan

turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih

baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

3.2.  Saran
1)      Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan. Untuk itu cermati produk

kosmetik dan personal care sebelum penggunaannya.

2)      Sebaiknya menggunakan detergen daripada sabun cuci biasa karena detergen mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/5/Chapter%20I.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53021/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3

http://eprints.undip.ac.id/3102/1/jurnalku.pdf

http://id.scribd.com/doc/89252784/surfaktan-makalah

http//www.chem-is-try.org

http://gochemistgirl.wordpress.com/2012/02/17/surfaktan-dalam-kosmetik-dan-personal-care/

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46818/BAB%20I%20Pendahuluan_%202011sai.pdf?sequence=4

Anda mungkin juga menyukai