Deterjen Pakaian
Amazine.co - Online Popular Knowledge
Baca juga
Inilah 7 Perbedaan antara Sabun dengan Deterjen
Dampak Negatif Lingkungan oleh Senyawa Fosfat pada Deterjen
Kita tentu akrab dengan deterjen pakaian yang membantu menyingkirkan noda dan
kotoran pada pakaian.
Namun, tahukah Anda komposisi kimia yang terdapat dalam deterjen pakaian?
Meskipun tiap merek deterjen pakaian memiliki komposisi sedikit berbeda, secara
umum semua deterjen terbuat dari bahan yang kurang lebih sama.
Surfaktan pada dasarnya terdiri dari dua jenis: bagian hidrofilik dan hidrofobik, yang
bekerja sama untuk menghilangkan noda dari pakaian.
Pada dasarnya, surfaktan memiliki sifat ionik (muatan listrik) dan dikategorikan
dalam tiga jenis surfaktan yaitu:
1. Surfaktan Kationik
Seperti namanya, surfaktan ini mengandung muatan positif dalam air sehingga tidak
bereaksi dengan ion yang bermuatan positif pada air sadah.
Surfaktan kationik terutama digunakan dalam deterjen untuk conditioning kain dan
efektif bila dikombinasikan dengan surfaktan non-ionik pada perbandingan yang
tepat.
2. Surfaktan Anionik
Surfaktan anionik bereaksi dengan senyawa pada air sadah untuk kemudian
menetralkannya.
3. Surfaktan Nonionik
Karena surfaktan nonionik tidak memiliki muatan, maka mereka tidak mengalami
ionisasi dalam air.
Surfaktan jenis ini membantu membersihkan noda berminyak melalui proses
emulsifikasi.
>> Builder, merupakan bahan kimia, seperti polifosfat, natrium karbonat atau
natrium silikat, dan aluminosilikat, yang membantu meningkatkan kualitas deterjen.
Selain itu, builder juga mencegah larutan terlalu basa agar pembersihan berjalan
lebih optimal.
>> Natrium silikat, bertindak sebagai anti korosi sehingga mencegah bagian mesin
cuci dari karat.
>> Fragrance, merupakan wewangian yang memberikan aroma unik pada deterjen
sekaligus meredam bau tidak menyenangkan dari bahan kimia yang digunakan
dalam deterjen.
>> Colorant, merupakan pewarna yang bertindak sebagai aditif khusus pada
deterjen.
>> Aditif lain, seperti Monoethanolamine (alkohol) untuk menurunkan titik beku
deterjen dan membuatnya lebih mudah digunakan dalam suhu rendah.[]
Surfaktant
Sifat umum Sabun dan Detergen:
1. Bersifat basa
R – C-O- + H2O R – C-OH + OH-
1. Tidak berbuih di air sadah ( Garam Ca, Mg dari Khlorida dan Sulfat )
C17H35COONa + CaCl2 Ca (C17H35COO)2 + NaCl
1. Bersifat membersihkan
R- ( non polar dan Hidrofob ) = membelah molekul minyak dan kotoran menjadi partikel yang lebih
kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah dipisahkan
-C-O- ( polar dan Hidrofil ) = larut dalam air membentuk buih dan mengikat partikel – partikel kotoran
sehingga terbentuk emulsi.
Sabun
Definisi
Sabun adalah suatu gliserida ( umumnya C16 dan C18 atau karboksilat suku rendah ) yang
merupakan hasil reaksi antara ester ( suatu derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara asam
karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan bermuatan netral ) dengan
hidroksil dengan residu gliserol ( 1.2.3 – propanatriol ). Apabila gliserol bereaksi dengan asam –
asam yang jenuh ( suatu olefinatau polyunsaturat ) maka akan terbentuk lipida ( trigliserida atau
triasilgliserol ).
History
Sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno ( egyptian ) beberapa ribu tahun yang lalu. Pembuatan
sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar. Teknik pembuatan sabun dilupakan
orang dalam Zaman Kegelapan ( Dark Ages ), namun ditemukan kembali selama Renaissance.
Penggunaan sabun meluas pada abad ke – 18.
Varietasi dan Proses Produksi
Gliserida ( lelehan lemak sapi atau lipida lain ) dididihkan bersama – sama dengan larutan lindi
( dulu digunakan abu kayu karena mengandung K-karbonat tapi sekarang NaOH ) terjadi hidrolisis
menjadi gliserol dan garam Sodium dari asam lemak , setelah sabun terbentuk kedalamnya
ditambahkan NaCl agar sabun mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Gliserol, lindi dan NaCl berlebih dipisahkan dengan cara destilasi. Sabun yang masih kotor
dimurnikan dengan cara pengendapan berulang – ulang ( represipitasi ). Akhirnya ditambahkan zat
aditif ( batu apung, parfum dan zat pewarna )
Jenis – jenis Sabun :
1. Sabun keras atau sabun cuci.
Dibuat dari lemak dengan NaOH, misalnya Na – Palmitat dan Na – Stearat.
1. Sabun lunak atau sabun mandi.
Dibuat dari lemak dengan KOH, misalnya K-Palmitat dan K-Stearat.
Deskripsi.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian
hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat – zata non polar, sedangkan
ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul
sabun secara keseluruhan tidaklah benar – benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi
dalam air karena membentuk misel ( micelles ), yakni kumpulan ( 50 – 150 ) molekul sabun yang
rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung – ujung ionnya menghadap ke air.
Fungsi
Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang
dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan ialah oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai
hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non – polar, seperti tetesan – tetesan minyak.
Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul –
molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak – menilak antara tetes –
tetes sabun – minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
Efek .
Sabun yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya langsung terendap
sebagai garam – garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun
dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akibatnya dengan biodegradasi, sabun secara sempurna
dapat dihilangkan dari lingkungan.
Detergent
Definisi
Surfaktant anionik atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium
( RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+ ) yang berasal dari p –alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang
sangat bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena
dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa.
History
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan akan tetapi karena gugus utama
surfaktant ABS yang sulit di biodegradabel maka pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan
yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama surfaktant LAS.
Varietasi dan Proses Pembuatannya.
Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan,
misalnya :
1. Detergen jenis keras ( ABS )
Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida,
asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil
Benzena maka persamaan reaksinya adalah
C6H5C12H25 + SO3 C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat )
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena
Sulfonat.
1. Detergen jenis lunak ( LAS )
Proses pembuatan ( LAS ) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat
menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium
Lauril Sulfat. Secara umum detergen terdiri dari beberapa bahan penyusun, antara lain :
1. Bahan Penurun Tegangan Permukaan.
Bahan ini berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan larutan dan memegang peranan
penting dalam proses pencucian . Bahan ini menimbulkan busa dalam air. Jenis bahan penurun
tegangan permukaan yang dipakai menentukan jenis detergen yaitu :
- Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang
akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonat ( ABS ).
- Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme,
sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. ( LAS ).
1. Bahan Penunjang
Bahan yang dipakai untuk menunjang kerjanya bahan penurun tegangan permukaan.
Contoh : Natrium Tripolifosfat.
Dalam air akan terionisasi menjadi :
Na5P3O10 5 Na+ + P3O105-
1. Bahan Pengisi
Bahan pengisi dipakai dengan tujuan untuk dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat
menurunkan harga.
Contoh : Natrium karbonat.
1. Bahan Tambahan dan Bahan Pengikat.
Bahan tambahan dipakai untuk menambah daya guna detergen.
Contoh: Karboksil Metil Selulosa ( CMC ) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke
dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci ( anti Redeposisi ). Wangi –
wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
Deskripsi
Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-
garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah.
Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh
karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis
yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang beraksi
dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik.
Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan
(debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur
” Amphiphilic “, yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau
gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu
hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
Fungsi
_Analog sabun
Efek.
Detergen ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri
pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya. Dengan tidak terurainya
secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi ol eh
busa, menurunkan tegangan permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock)
koloid, pengemulsian gemuk dan minyak, pemusnahan bakteri yang berguna, penyumbatan pada
pori – pori media filtrasi
Molekul tersebut dapat bertindak demikian karena bentuknya berupa rantai panjang
yang salah satu ujungnya bersifat hidrofilik (mengikat air) dan ujung satunya lagi
bersifat hidrofobik (mengikat partikel yang tidak terlarut di dalam air).
Di dalam air, sabun berfungsi untuk meningkatkan daya pembasah (wetting ability)
pada air. Hal ini akan memudahkan air dalam membersihkan dan melarutkan kotoran-
kotoran yang menempel.
Untuk menambahkan aroma yang segar dan harum, biasanya dalam sabun atau
detergen ditambahkan pengharum. Pada sabun mandi, sabun cuci, sampo, pasta gigi,
dan pembersih lantai atau toilet, aroma pengharum yang sering digunakan adalah
aroma bunga dan buah-buahan.
Selain itu, juga ditambahkan bahan-bahan lain sesuai kebutuhan dan tujuan
penggunaan bahan pembersih tersebut. Bahan-bahan tersebut disebut sebagai bahan
aditif.
Bahan pengental Garam dapur atau natrium klorida (NaCl) yang ditambahkan
ke dalam campuran beberapa produk pembersih berperan
untuk mengatur kekentalan.
Pengawet produk Beberapa jenis bahan pengawet yang sering dipakai adalah
natrium salisilat, natrium benzoat, formaldehid, dan EDTA
(Etilen Diamin Tera Asetat). Bahan ini dipakai untuk
menjaga produk dari serangan jamur atau mikroorganisme
lain.
Parfum dan pewarna Pemilihan parfum dan pewarna yang tepat akan sangat
berarti bagi produk yang akan dipasarkan karena bau harum
dan warna khas akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
pembeli.
Vitamin, protein, dan Vitamin, protein, dan mineral yang dapat diperoleh dari
mineral pada sampo tumbuhan dan hewan terbukti mampu merawat dan
menambah kesuburan serta keindahan rambut. Misalnya,
kandungan mineral pada merang yang dibakar, protein pada
kuning telur, beta karoten dalam wortel, kandungan zat aktif
polisakarida dalam lidah buaya, atau vitamin E dan B dalam
kacang hijau, semuanya bermanfaat bagi kesuburan dan
keindahan rambut.
Penguat pada pembersih Metanol (CH3OH) dan isopropil alkohol adalah senyawa
kaca golongan alkohol yang biasanya berfungsi sebagai penguat
pada pembersih kaca.
Pemanis pada pasta gigi Sakarin biasanya digunakan sebagai pemberi rasa manis
pada pasta gigi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan industri kosmetik, detergen, produk-produk perawatan diri (personal care products) semakin
meningkat, dimana meningkatnya produk-produk tersebut mengakibatkan kebutuhan bahan aktif seperti surfaktan semakin
meningkat pula. Surfaktan (surface active agent) merupakan salah satu oleokimia turunan yang merupakan senyawa aktif yang
mampu menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antaramuka suatu cairan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa
disebut bagian kepala, dan yang suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor, yang tidak suka air). Sifat surfaktan inilah,
sehingga surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik,
kimia, pertanian dan pangan serta industri produk perawatan diri (personal care product).
Perkembangan industri kosmetik, detergen, produk-produk perawatan diri (personal care) semakin meningkat. Dimana
meningkatnya produk-produk tersebut mengakibatkan kebutuhan bahan aktif seperti surfaktan meningkat pula.
Detergen berasal dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti membersihkan. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk
sabun. Detergen sering disebut dengan istilah detergen sintetis yang mana detergen berasal dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, detergen mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak berpengaruh
arutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial. Masaah kedua ialah bahwa sabun biasa membentuk garam dalam air sadah
yang mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca, Mg, Fe, dan kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam
natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larutmengakibatkan
warna cokelat pada pakaian. Masalah sabun dapat dapat dikurangi dengan menciptakan detergen
Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen, mulai dari remaja sampai yang tua dimana mempunyai
fungsi masing-masing. Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih (rambut & kulit),
Perlindungan kulit, penahan air, Penghilang bau. Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau,
tekstur, keamanan, dan aplikasi produk itu sendiri. Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari
penggunaan surfaktan.
Setiap hari kita pasti perlu menggunakan pakaian untuk menutupi aurat kita. ”DETERGEN” pasti kita sering mendengar kata
tersebut, karena dengan adanya deterjen memudahkan kita untuk membersihkan pakaian kita yang kotor setelah kita pakai
Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi,dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Akan tetapi pemakaiannyapun dapat menjadikan dampak negative pada lingkungan kita.
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua
atau lebih zat lainnya. Campuran suatu zat akan mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh ksrena itu suatu bahan kimia akan
dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat
bergantung pada kandungan zat dalam bahan bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui jenis surfaktan yang terdapat dalam detergen, kosmetik dan personal care
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Surfaktan
Istilah surfaktan (surface active agent) merupakan salah satu oleokimia turunan yang merupakan senyawa aktif yang mampu
menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antar muka suatu cairan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa disebut
bagian kepala, dan yang suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor dan yang tidak suka air. Sifat surfaktan inilah,
sehingga surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik,
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai duaujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung
satu (biasadisebut kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut ekor)yang tidak suka air. surfaktan dibagi atas surfaktan
anionik, kationik,nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan baik disegala jenis air dan akan dapat dibilas dengan
mudah dan sempurna. Dalam sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang disebut surfaktan Sebagian besar
sampo kini dalam kemasan 2 in 1,bahan pembersih sekaligus conditioner. Bahan pembersihnya akan membersihkan rambut dan
kulit kepala, sementara conditioner-nyaakan membuat rambut lebih mudah disisir ketika basah dan akan membuat rambut ketika
kering lebih tampak “berisi (seolah lebihbesar volumenya)” tanpa tampak beterbangan Pasalnya, kimiawan sebelum tahun 1980-
an percaya penuh bahwa tidak mungkinmencampurkan bahan pembersih dan conditioner, seperti disebut diatas pembersihnya
Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi makanan, tekstil, plastik dan lain-lain.
Beberapa produk pangan seperti margarin, es krimdan lain-lain menggunakan surfaktan sebagai satu bahannya. Syarat agar
surfaktan dapat digunakan untuk produk pangan yaitu bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilaiHydrophyle Lypophyle Balance
(HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu
sebagai bahan pembasah, bahan pengemulsi dan bahan pelarut. Penggunaan surfaktan inibertujuan untuk meningkatkan
kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik
berbentu emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak (Masyithah, 2010).
a) Anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier
b) Kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam ammonium
c) Nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbiton asam
d) Amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang
Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai dua ujung yang berbeda, ujunghidrofil (suka air) dan ujung hidrofob
(benci air/suka lemak). Zat aktif ini berfungsi menurunkantegangan permukaan sehingga dapat melepaskan kotoran pada pakaian.
Lemak yang dimaksudpada zat aktif ini tidak selalu berupa lemak karena makanan tapi dapat berupa noda apa saja
yangmengandung unsure C dan H. Pada awalnya surfaktan membentuk misel dengan ujung hidrofil berikatan hydrogen dengan
air, sedangkan ujung hidrofobnya tertolak oleh air. Saat berdekatandengan noda (mengandung unsure C dan H), ujung hidrofob
akan menarik noda dari kain danmembentuk misel baru. Mekanisme kerja surfaktan tidak melibatkan pertukaran elektron
sepertireaksi redoks. Yang terjadi pada mekanisme kerja surfaktan adalah interaksi antara ekorhidrofolik dan hidrofobik dari
surfaktan.
2.2 Detergen
Deterjen pada umumnya mencekup setiap bahan pembersih termasuk sabun, namun kebanyakan dihubungkan dengan deterjen
sintetik. Deterjen dapat mempunyai sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam divalen dalam air sadah.
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Deterjen merupakan garam natrium dari asam sulfonat (http//www.chem-is-try.org).
Deterjen telah lama digunakan dalam stabilisasi emulsi dan deterjen ini merupakan jenis pengemulsi yang paling efisien.
Meskipun tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai pengemulsi, maka dapat diketahui bahwa bahan-bahan yang dapat
Molekul dan ion yang diadsorpsi pada antarmuka dinamakan zat-aktif permukaan, atau surfaktan. Pernyataan lain adalah amfifil,
yang mengingatkan bahwa molekul atau ion mempunyai afinitas tertentu baik terhadap pelarut polar maupun nonpolar, amfifil
secara dominan (kuat) bisa hidrofilik (suka air), lipofilik (suka minyak). Sebagai contoh, alkohol yang mempunyai rantai-lurus,
amina-amina dan asam-asam adalah amfifil yang berubah dari hidrofilik dominan menjadi lipofilik apabila jumlah atom karbon
dalam rantai karbon naik. Jadi, etil alkohol bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sebagai bandingannya, kelarutan
dalam air dari amil alkohol adalah sangat kecil, sedang etil alkohol bisa dikatakan sangat lipofilik dan tidak larut dalam air.
Amfifilik merupakan sifat dari zat aktif permukaan yang dapat menyebabkan zat ini diadsorpsi pada antarmuka. Jadi dalam
suatu dispersi dalam air dari amil alkohol, gugus alkoholik polar dapat bergabung dengan molekul-molekul air. Tetapi, bagian
nonpolar ditolak karena gaya adhesif yang dapat terjadi dengan air adalah kecil dibandingkan dengan gaya kohesif antara
molekul-molekul air yang berdekatan. Akibatnya, amfifil tersebut diadsorpsi pada antarmuka (Martin, 1993).
Pada antarmuka udara/air, rantai-rantai lipofilik diarahkan keatas masuk dalam udara, pada antarmuka minyak/air mereka
bergabung dengan fase minyak. Dengan cara berorientasi demikian pada antarmuka minyak/air, maka molekul-molekul surfaktan
membentuk suatu jembatan antara fase polar dan fase nonpolar yang menyebabkan terjadinya transisi antara kedua fase tersebut
lebih baik. Untuk membuat agar amfifil terkonsentrasi pada antarmuka, maka amfifil harus seimbang, dengan pengertian dengan
pengertian gugus-gugus yang larut dalam air harus seimbang dengan gugus-gugusnya yang larut dalam minyak (Moechtar,
1989).
Pembentuk berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air.
Contoh bahan pembentuk yang terdapat dalam deterjen antara ialah Sodium Tri Poly Phosphate (STPP), Sodium
Phosphate, Nitriloacetic Acid (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA). Secara umum kadarbahan pembentuk sebanyak
20-45%.
Pengisi adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah
kuantitas. Contoh bahan yang digunakan ialah Sodium sulfate (Borax) dan Anti-Foaming Agents, yang memberikan gerak bebas
pada deterjen dalam bentuk padat bereaksi secara bebas di air serta Anti-Foaming Agents berfungsi sebagai pereduksi jumlah
busa. Sodium Silikat juga digunakan sebagai bahan penghambat korosi pada mesin cuci. Umumnya bahan Pengisi terkandung
Bahan tambahan ini biasanya ditambahkan sebagai pelengkap dan tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan lain-lain. Bahan tambahan yang ditambahkan lebih dimaksudkan untuk
komersialisasi. Contoh bahan yang sering ditambahkan yaitu Sodium Perkarbonat dan Sodium Perborat, suatu bahan tambahan
yang memiliki daya pemutih. Bahan lainnya yaitu enzim, yang berfungsi sebagai penghilang noda-noda yang besifat biologis
seperti darah. Persentasi banyak bahan tambahan yang ada di dalam suatu deterjen sebanyak 15-30%.
Surfaktan merupakan bahan utama deterjen, sejak tahun 1960 surfaktan AlkyBenzene Sulfonate (ABS) digunakan sebagai
formula didalam deterjen. Konsentrasi surfaktan di dalam air permukaan dengan gas (udara), padatan (kotoran), dan cair
(minyak) dapat menyebabkan pembasahan dan menjadi media pembersih yang sangat baik. Ini dikarenakan surfaktan memiliki
struktur ampifilik, dimana salah satu bagian dari molekul tergolong ionik atau polar dengan kekuatan tarik menarik pada air, dan
pada bagian lain termasuk golongan hidrokarbon dengan sifat menolak air. Selain bahan-bahan diatas Lauril alkil sulfonat sangat
dibutuhkan dalam pembuatan detergen khususnya untuk detergen lunak dimana lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat
dirusak oleh mikroorganisme. Sumber utama lauril alkil sulfonat berasal dari industri perminyakan (Pratama, 2008).
2.4. Kosmetik dan personal care
Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen, dimana mempunyai fungsi masing-masing. Secara
umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih (rambut & kulit), Perlindungan kulit, penahan
air, Penghilang bau. Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari segi warna, bau, tekstur, keamanan, dan aplikasi
produk itu sendiri. Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan.
Surfaktan merupakan senyawa yang dapat menurukan tegangan permukaan suatu system, dimana adalah subtansi yang dalam
keadaan rendah mempunyai sifat dapat terabsorbsi pada sebagian atau seluruh antar muka sistem. Surfaktan mempunyai gugus
hidrofil dan lipofil yang seimbang sehingga mampu menjadi jembatan penghubung antara polar dan nonpolar yang dapat
Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-syarat. Syarat –syaratnya seagai surfaktan :
Syarat :
1. Anti alergi
2. Anti iritasi
Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung menggunakan surfaktan polimer. Selain itu surfaktan anionik,
kationik, nonionik, dan amfoterik juga dapat digunakan. Beberapa penelitian menggunakan surfaktan alami karena lebih aman
untuk aplikasi.
Dan fungsi dari surfaktan yang berperan dalam kosmetik itu sendiri yaitu :
4. Surfactants, Hydrotropes
1. b. Surfaktan anionik
Surfaktan anionik adalah memiliki muatan negatif pada kepala. Termasuk pada kelompok-kelompok seperti asam karboksilat,
sulfat, asam sulfonat, asam fosfat dan turunannya, dan berguna untuk aplikasi yang memerlukan pembersihan (perlengkapan
Sulfat : natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau teretoksilasi, natrium sulfat laureth (SLES) dalam
penggunaan pembuatan sabun. Surfaktan tersebut pembuat foam sangat baik, agen pembersih, dan relatif murah.
Asam sulfonat : umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk Taurates (berasal dari taurin), Isethionates
(berasal dari asam isethionic), sulfonat olefin, dan Sulfosuccinates. Alasan mereka tidak digunakan lebih sering adalah bahwa
1. b. Surfaktan kationik
Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala. Termasuk kationik yaitu seperti Amin, Alkylimidazolines, Amin
Surfaktan kationik paling signifikan yang digunakan dalam kosmetik yaitu Quats. Quats seperti klorida Cetrimonium dan Klorida
Masalah dari surfaktan kationik biasanya tidak kompatibel dengan surfaktan anionik. sulit untuk menghasilkan produk yang
secara bersamaan bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan iritasi sehingga ini harus dipertimbangkan ketika
1. c. Surfaktan amfoter
dalam kosmetik sebagai surfaktan sekunder. Amfoterik dapat membantu meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi iritasi. Juga
digunakan untuk shampoo bayi dan produk pembersih lain yang memerlukan kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka
tidak memiliki sifat pembersihan yang baik dan tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.
utama yang digunakan untuk kosmetik termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida amina.
Surfaktan non ionik yang umum digunakan yaitu surfaktan teretoksilasi tetapi surfaktan ini dapat bersifat karsinogenik.
`Alkohol seperti setil alkohol atau stearil digunakan dalam krim dan lotion untuk memberikan kelembutan pada kulit. Alkohol
juga membantu menstabilkan emulsi dan dapat mengurangi iritasi. Oksida amina seperti oksida Cocamidopropylamine digunakan
untuk meningkatkan busa dalam produk pembersih. Ester polisorbat juga bahan pelarut yang sangat baik untuk minyak wangi.
Pada kosmetik juga digunakan surfaktan yang alami karena dilihat dari segi keamanannya. Berikut ini beberapa surfaktan alami
Contoh :
Dihasilkan dari lanolin (lemak wool), piotsteroid diekstrak dari variasi tanaman dan sarang lilin lebah.
Kelas surfaktan alami lainnya adalah protein contoh kasein dalam susu.
1. Pembentukan emulsi
2. Kestabilan emulsi
3. Reologi
1. Fase air
2. Fase minyak
3. Pengemulsi
Contoh emulsifier : ester sorbitan, sorbitan gliseril ester, silikon kopolimer, sukrosa ester, ester ortofosfat, polyglycerol ester,
Contoh :
1. Untuk membuat emulsi O / W dimulai dengan emulsi W / O yang dapat diperoleh pada suhu tinggi (di atas suhu HLB
dari emulsi).
2. Kemudian Emulsi W / O didinginkan dengan cepat untuk menghasilkan emulsi O / W. Atau, emulsi W / O, melarutkan
surfaktan dalam fase minyak dan secara bertahap dan menambahkan air saat pencampuran.
3. Ketika air mencapai tingkat tertentu, inversi ke emulsi O / W emulsi akan terjadi.
4. Emulsi ini memiliki distribusi ukuran lebih kecil dibandingkan sistem yang diproduksi oleh langsung pengemulsi
3. Karena transparansi, mikroemulsi diaplikasikan formulasi kosmetik, misalnya rambut styling gel, gel parfum,
sederhana.
1. d. Emulsi ganda
3. Salah satu keuntungan dari nano-emulsi adalah film oklusif tinggi yang dapat terbentuk pada aplikasi untuk kulit.
Ukuran kecil dapat masuk ke permukaan kulit. Aplikasi lain nano-emulsi adalah kemampuan untuk meningkatkan penetrasi
aktif (misalnya vitamin, antioksidan, dll) ke dalam kulit. Ini karena area permukaan yang lebih tinggi bila dibandingkan
Lebih dikenal dengan emulsi dalam emulsi, yaitu suatu emulsi tipe tertentu yang didispersikan lagi dalam suatu fase pendispersi.
Emulsi ganda a/m/a atau w/o/w yaitu air dalam minyak dalam air. Biasanya emulsi tersebut stabil bila menggunakan kombinasi
surfaktan hidrofilik dan surfaktan hidrofobik. Perbandingan jumlah surfaktan yang digunakan sangat penting untuk mencapai
Terdapat 2 pengemulsi, dimana satu dengan HLB yang rendah dan satunya lagi dengan HLB yang tinggi.
1. Pengemulsi w/o primer, HLB surfaktan yang digunakan rendah Seperti : decaoleate decaglycerol; campuran triglycerol
trioleate dan sorbitan trioleate; kopolimer blok ABA dari PEO dan asam polyhydroxystearic.
2. Fraksi volume Pemulsi primer W / O atau O / W: fraksi volume biasanya antara 0,4 dan 0,6 yang dihasilkan, tergantung
pada persyaratan.
3. Sifat dari fase minyak: minyak parafin berbagai (misalnya heptamethyl nonana), minyak silikon, kedelai dan minyak
4. Pengemulsi sekunder O / W : HLB surfaktan tinggi atau polimer dapat digunakan, misalnya Tween 20, poli (etilena
5. volume fraksi Sekunder: ini dapat bervariasi antara 0,4 dan 0,8, tergantung pada konsistensi yang diperlukan.
6. sifat dan konsentrasi elektrolit: misalnya NaCl, CaCl2, MgCl2 atau MgSO4.
7. pengental dan aditif lainnya: dalam pembuatan gel, misalnya poli (asam metakrilat) karboksimetil selulosa
8. Proses: untuk membuat emulsi primer, kecepatan tinggi mixer seperti Elado (Ystral), Ultraturrax atau Silverson dapat
digunakan. Untuk pembuatan emulsi sekunder, pencampuran geser rendah diperlukan dalam pengaduk. Waktu pencampuran,
Penggunaan surfaktan polimer sebagai emulsifier dan dispersan yang diinginkan karena berat molekul tinggi tidak dapat
menembus kulit dan surfaktan ini tidak menyebabkan kerusakan pada aplikasinya. Selain itu material dgn berat molekul tinggi
seperti selulosa hidroksietil dan xanthan digunakan dalam formulasi banyak sebagai pengatur reologi (untuk mengontrol
konsistensi produk) dan merupakan komponen penting untuk stabilisasi emulsi dan suspensi.
Contoh : material silikon Seperti poli dimetil siloksan, Aminofunctional silikon yang memberikan manfaat pada rambut.
2.5. Contoh industri formulasi personal care serta peran dari surfaktan
Bahan pencukur : sabun (garam natrium atau kalium) sebagai pelunak jenggot saat pencukuran. Surfaktan yang digunakan seperti
sulfat dan natrium sulfat eter lauril dimasukkan untuk menghasilkan busa yang stabil. Contoh lain : Humektan seperti gliserol
juga dapat dimasukkan untuk menahan kelembaban dan mencegah pengeringan busa selama mencukur.
dari jenis aerosol, dimana hidrokarbon propelan (misalnya butana) digunakan untuk mengeluarkan busa.
Dry shaving
Menggunakan pencukur elektrik dengan menggunakan losion sebagai pelunak. Dimana losion tersebut mengandung ester asam
untuk mengurangi kulit iritasi dan memberikan rasa nyaman. Dengan adanya efek pendingin. Ditambahkan juga antiseptik untuk
menjaga kulit bebas dari infeksi bakteri. Sebagian besar formulasi after-shave berbentuk gel gel, yang tidak berminyak dan
Formulasi awal yaitu : garam asam lemak sederhana, seperti natrium atau kalium palmitat. Ditambahkan surfaktan seperti sulfat
atau natrium eter cocomonoglyceride cocoglyceryl sulfonat yang mencegah presipitasi dengan ion kalsium.
1. antibakteri,
2. deodoran,
3. peningkat busa,
4. anti-iritasi bahan,
5. vitamin,
6. Aditif bar soap termasuk antioksidan, agen chelating, agen opasitas (titanium dioksida), brighteners optik, pengikat,
peliat (untuk kemudahan pembuatan), anticracking agen, pigmen pearlescent, fragrants ditambahkan untuk memberikan bau
Surfaktan yang digunakan olefin sulfonat alfa, lauril sulfat atau eter sulfat lauril. Bahan lain : Busa penguat seperti cocoamides,
agen pelembab seperti gliserin. Polimer seperti polyquaternium-7 untuk pelembab. Poliglukosida alkil, bahan-bahan lain seperti
protein, minyak mineral, silikon, lanolin, untuk memberikan keharuman untuk sabun cair.
Surfaktan dasar yang digunakan dalam formulasi mandi busa yang anionik, nonionik atau amfoter bersama-sama dengan
2. Perlindungan terhadap bahan asing berbahaya, termasuk air dan mikro organisme.
3. Mengendalikan kehilangan cairan, garam, hormon Memberikan termoregulasi tubuh oleh penguapan air (melalui
kelenjar keringat).
Gliserin sebagai pelembab selain itu sorbitol, propilen glikol. Poli etilen glikol (dengan berat molekul dalam kisaran 200-600
untuk liposom atau vesikel, neosomes juga dapat digunakan sebagai pelembab kulit. Emolien dapat digambarkan sebagai produk
Fungsi :
Sampo
Fungsi utama dari sampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala dari kotoran. Shampoo juga mengendalikan ketombe dan
perlindungan matahari.
Syarat :
1) bahan Aman (toksisitas rendah, sensitisasi rendah dan iritasi mata yang rendah)
surfaktan kationik : amonium klorida seperti stearil dimetil benzil, cetyltrimethylammonium klorida, amonium klorida distearyl
5.2.7. Sunscreens
Beberapa bahan alami sunscreens, misalnya camomile atau ekstrak aleo, asam caffeic.
Humektan sebagai pelembab , minyak mineral, ester seperti sebagai isopropil miristat minyak silikon atau mudah menguap
(misalnya cyclomethicone), ester lesitin, surfaktan rendah HLB atau fosfat sebagai agen pembasahan. magnesium aluminium
silikat, selulosa gusi, xanthan, selulosa hidroksietil atau hydrophob sebagai agen pengental , pengawet seperti metil paraben
Foundation cair
Cairan anhidrat pigmen / pengisi (40-50%), agen pembasah HLB rendah (seperti polisorbat 85), seperti emolien sebagai
dimethicone dikombinasikan dengan alkohol lemak cair dan beberapa ester (misalnya oktil palmitat). Lilin, seperti stearil
2. Bahan baku untuk basis lipstik termasuk ozocerite (minyak penyerap yang baik juga mencegah kristalisasi),
3. mikrokristalin ceresin lilin (yang juga merupakan penyerap minyak yang baik),
(Yang membentuk emulsi dengan kelembaban pada bibir dan tidak lengket)
8. Carnuba lilin (pengikat minyak yang meningkatkan titik leleh dasar dan memberikan permukaan kilau),
Daftar Pustaka :
Buku Applied surfactant: principles dan application oleh penulis Prof. Dr. Tharwat F. Tadros tahun 2005 WILEY-VCH Verlag
BAB III
3.1. Kesimpulan
1) Surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal, pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia,
pertanian dan pangan serta industri produk perawatan diri (personal care product).
2) Kosmetik dan personal care merupakan suatu kebutuhan bagi konsumen, mulai dari remaja sampai yang tua dimana
mempunyai fungsi masing-masing. Secara umum kosmetik dan personal tersebut memberikan manfaat sebagai Pembersih
(rambut & kulit), Perlindungan kulit, penahan air, Penghilang bau. Sebagai pengguna konsumen, tentunya menilai produk dari
segi warna, bau, tekstur, keamanan, dan aplikasi produk itu sendiri. Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu
3) Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
3.2. Saran
1) Salah satu dari penentuan faktor-faktor produk itu berkualitas adalah dari penggunaan surfaktan. Untuk itu cermati produk
2) Sebaiknya menggunakan detergen daripada sabun cuci biasa karena detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17135/5/Chapter%20I.pdf
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53021/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3
http://eprints.undip.ac.id/3102/1/jurnalku.pdf
http://id.scribd.com/doc/89252784/surfaktan-makalah
http//www.chem-is-try.org
http://gochemistgirl.wordpress.com/2012/02/17/surfaktan-dalam-kosmetik-dan-personal-care/
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46818/BAB%20I%20Pendahuluan_%202011sai.pdf?sequence=4