Anda di halaman 1dari 39

Sifat umum Sabun dan Detergen:

1. Bersifat basa
R – C-O- + H2O R – C-OH + OH-

2. Tidak berbuih di air sadah (Garam Ca, Mg dari Khlorida dan


Sulfat)
C17H35COONa + CaCl2
Ca (C17H35COO)2 + NaCl

3. Bersifat membersihkan
R- (non polar dan Hidrofob) akan membelah molekul
minyak dan kotoran menjadi partikel yang lebih kecil sehingga air
mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah dipisahkan
Bahan baku sabun

Ada dua bahan pembentuk pada sabun:

 Bahan baku
Bahan baku dalam pembuatan
sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa).
Bahan pendukung

ada beberapa bahan pendukung


diantara nya natrium klorida, natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.
a. Shaving Cream
b. Sabun Cair
c. Sabun kesehatan
d. Sabun Chip
e. Sabun Bubuk
Metode Pembuatan
Sabun

Metode Metode
Batch Kontinu
Pembuatan sabun sederhana

Minyak dan
lemak Alkali

Gliserin Sabun
Deterjen

Pembersih sintetis yang


terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Lebih
unggul daripada sabun dalam
hal daya cuci. Deterjen
dapat berbentuk cair, pasta,
atau bubuk yang mengandung
konstituen bahan aktif pada
permukaannya dan
konstituen bahan tambahan.
Reaksi pembuatan
detergen
Proses pembuatan detergen

Sulfonasi

Pemucatan

Netralisasi

Pengeringan
Tahap Pembuatan MES

Tahap Sulfonasi

Tahap Pemucatan

Tahap Netralisasi

Tahap Pengeringan
Sejarah
• 1940an. Natrium lauril sulfat (NSL). Perkembangan
• Kelebihan: hampir bersifat netral Deterjen
sehingga garam Ca dan Mg tidak
mengendap dalam larutan, jadi dapat
dipakai dengan air sadah.
• Kelemahan: proses produksi mahal

• 1950an. Alkil benzena sulfonat (ABS).


• Kelemahan: bersifat non-
biodegradable dan polutan.
• Kelebihan: biaya produksi lebih murah

•1965an. Linear alkil sulfonat (LAS)


•Kelebihan: Bersifat Biodegradable.
•Kelemahan: dapat membentuk fenol,
suatu bahan kimia beracun.
Prinsip Kerja
Deterjen memiliki rantai molekul hidrofobik dan
rantai molekul hidrofilik. Hidrokarbon hidrofobik yang
ditolak oleh air, ditarik oleh minyak dan lemak. Jadi, salah
satu ujung molekul akan tertarik ke air, sementara sisi lain
mengikat minyak. Air bersabun yang mengelilinginya
(kotoran) memungkinkan sabun atau deterjen untuk
menarik kotoran dari pakaian atau piring dan masuk ke
dalam air bilasan untuk selanjutnya dapat dipisahkan. Air
hangat atau panas mencairkan lemak dan minyak
sehingga lebih mudah bagi deterjen untuk melarutkan
kotoran dan menariknya ke dalam air bilasan.
Let see
Surfaktan Builder

Bahan
Baku

Additif Filler
Berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat
melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan
bahan, meningkatkan daya
pembasahan air, mengendorkan
dan mengangkat kotoran dari
kain dan mensuspensikan
kotoran yang telah terlepas.
Ada 4 kelompok surfaktan yaitu
anionik, kationik, non ionik dan
amfoterik.
Berfungsi meningkatkan efisiensi
pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral
penyebab kesadahan air.
Fosfat : Sodium Tri Poly
Phosphate (STPP)
Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA)
dan Ethylene Diamine Tetra
Acetate (EDTA)
Silikat : Zeolit
Sitrat : Asam Sitrat
Filler (pengisi) adalah
bahan tambahan deterjen
yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan
daya cuci, tetapi menambah
kuantitas. Contohnya adalah
sodium karbonat
Aditif adalah bahan
suplemen/tambahan untuk
membuat produk lebih
menarik, dan tidak
berhubungan langsung
dengan daya cuci deterjen.
Bertujuan untuk
komersialisasi produk.
Contoh: Enzim, Boraks,
Sodium klorida, Carboxy
Methyl Cellulose (CMC).
Jenis-jenis Deterjen
Berdasarkan Bentuk Fisik

Berdasarkan Jenis Surfaktan yang Dikandung

Berdasarkan Kandungan Gugus Aktifnya


Berdasarkan Bentuk Fisik
1. Detergent cair, digunakan untuk laundry modern berteknologi
canggih.
2. Detergent krim, hampir sama dengan sabun colek tetapi kandungan
formula bahan baku keduanya berbeda.
3. Detergent bubuk, yang beredar di masyarakat untuk mencuci
pakaian.
a. Detergent bubuk berongga.
Dihasilkan dari proses spray drying. Volumenya lebih besar.
b. Detergent bubuk padat.
Bentuknya seperti bola tolak peluru. Dihasilkan dari proses
pencampuran kering (dry mixing). Volumenya tidak besar sehingga
kelihatan sedikit.
Berdasarkan Jenis Surfaktan yang Dikandung
a. Deterjen anionik (DAI)
Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat , Alkil aril
sulfonat , Olefin sulfat dan sulfonat
b. Deterjen kationik
Amina asetat, Alkil trimetil amonium klorida , Dialkil
dimetil amonium klorida , dan Lauril dimetil benzil
amonium klorida
c. Deterjen nonionik
Etilen oksida atau propilen oksida, Polimer
polioksistilen , Alkil amida
d. Deterjen Amfoterik
Natrium lauril sarkosilat dan natrium mirazol.
Menurut Kandungan Gugus Aktifnya
a. Detergen jenis keras
Non-biodegradable dan dapat
menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).

b. Detergen jenis lunak


Biodegradable. Contoh: Lauril Sulfat
atau Lauril Alkil Sulfonat (LAS).
Spray-
drying
Pembuatan Deterjen

Spray-drying merupakan proses modern dalam


pembuatan deterjen bubuk sintetik dimana
dalam spray-drying terjadi proses pengabutan
dan dilanjutkan proses pengeringan. Tahap-
tahap dalam proses spray-drying dapat
diperlihatkan pada gambar berikut :
Aglomerasi
Pembuatan Deterjen

Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan


deterjan bubuk sintesis yang memiliki densitas yang tinggi
dengan cara pencampuran membentuk partikel-partikel
berukuran besar. Prose aglomerasi dapat di gambarkan
seperti proses penimbunan atau penumpukan dari
komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir
atau granula. Komponen-komponen atau bahan yang
digunakan dalam aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif
dan air yang digunakan sebagai cairan dalam aglomerasi.
Dry-
Mixing
Pembuatan Deterjen

Material kering (dry material) yang digunakan


untuk membuat deterjen bubuk ditimbang dan
selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran
dilanjutkan selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry
selama 3-4 menit. Setelah semua slurry dimasukkan
kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-2
menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari
bubuk yang terbentuk dapat dikemas dengan segera
setelah selesai atau setelah 30 menit penyimpanan.
How are
they made
detergent?
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih
pakaian, namun kini meluas dalam bentuk
produk-produk seperti:
1. Personal cleaning product,
2. Laundry,
3. Dishwashing product,
4. Household cleaner,
I. Sulfonasi
R– + H2SO4.SO3  R–SO3H + H2SO4 Reaksi Kimia
R–SO3H + H2SO4.SO3  R–SO3H + H2SO4
R–SO3H + R–  R–SO3–R’

II. Sulfasi
Reaksi Utama
H= -325 sd -350 Kj/kg
R-CH2OH + SO3H2O  R-OSO3H + H2O
Reaksi tambahan
R-CH2OH + R’-CH2-OSO3H  R-CH2-O-CH2-R’ + H2SO4
R’-CH2-CH2OH + SO3  R’-CH=CH2 + H2SO4
R-CH2OH + SO3  RCHO + H2O +SO2
R-CH2OH + 2 SO3  RCOOH + H2O +SO2

Netralisasi dengan NaOH


hasil sulfonasi (R I) dengan sulfasi (R II) ditambah NaOH terbentuk
Na5P3O11, kemudian terjadi hidrasi
Na5P3O11 + 6 H2O  Na5P3O11.6 H2O
Dampak negatif detergen
 Pencemaran air
 Blooming
 Pencemaran tanah
 Merusak tangan/ iritasi
Dampak positif detergen
Melarutkan lemak yang ada dalam air.
Sekian Dan Terima
Kasih :D

Anda mungkin juga menyukai