Anda di halaman 1dari 29

KINEMATIKA KIMIA

By:

Cut Mutia Hidayah (1707123072)


Suci Indah Guswira (1707123012)

Teknik Kimia S1 Kelas C


Defenisi Kintematika Kimia
Apa itu Reaksi Kimia?
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi
hasil reaksi.
Proses itu ada yang cepat dan ada yang lambat contohnya bensin
terbakar lebih cepat dibandingkan minyak tanah. Ada reaksi yang
berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang
menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat, sepeti besi
berkarat.
Mekanisme Reaksi
Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan
dari produk atau reaktan terhadap waktu.

Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :


• Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : N2O5 → N2O4 + ½ O2
• Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2HI → H2 + I2
• Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2NO + O2 → 2NO2

Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :


• Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan)
• Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi
Apakah Laju Reaksi itu

Laju Reaksi A B
Defenisi Laju Reaksi
Penetapan Hukum-hukum Laju atau Tetapan Laju
Penentuan hukum laju
Rumus Laju Reaksi
Pada reaksi kimia: A → B, maka laju berubahnya zat A menjadi zat B ditentukan dari
jumlah zat A yang bereaksi atau jumlah zat B yang terbentuk per satuan waktu.
Pada saat pereaksi (A) berkurang, hasil reaksi (B) akan bertambah.

Gambar: Diagram perubahan konsentrasi


pereaksi dan hasil reaksi.
Berdasarkan gambar tersebut, maka rumusan laju reaksi dapat kita definisikan
sebagai:
a. berkurangnya jumlah pereaksi (konsentrasi pereaksi) per satuan waktu, dengan
r = laju reaksi, - d[R] = berkurangnya reaktan (pereaksi), dan dt = perubahan
waktu. Untuk reaksi : A → B, laju berkurangnya zat A adalah :
b. bertambahnya jumlah produk (konsentrasi produk) per satuan waktu, dengan
+Δ[P] = bertambahnya konsentrasi produk (hasil reaksi). Untuk reaksi : A → B,
laju bertambahnya zat B adalah :
Bagaimana untuk reaksi yang lebih kompleks, semisal : pA + qB → rC.
Untuk reaksi demikian, maka :
Dalam perbandingan tersebut, tanda + atau – tidak perlu dituliskan karena hanya
menunjukkan sifat perubahan konsentrasi. Oleh karena harga dt masing-masing
sama, maka perbandingan laju reaksi sesuai dengan perbandingan konsentrasi. Di
sisi lain, konsentrasi berbanding lurus dengan mol serta berbanding lurus pula
dengan koefisien reaksi, sehingga perbandingan laju reaksi sesuai dengan
perbandingan koefisien reaksi. Perbandingan tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut.
rA : rB : rC = p : q : r
TEORI TUMBUKAN
Reaksi kimia terjadi bila molekul yang bereaksi saling bertumbukan.
P a n d a n g a n i n i m e n j a d i d a s a r t e o r i t u m b u k a n p a d a k i n e t i k a k i m i a . Te o r i
tumbukan menyatakan bahwa kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah
tumbukan yang terjadi antara dua molekul yang bertumbukan per detiK. Bila
kecepatan tergantung pada jumlah tumbukan maka hal ini memberi penjelasan
bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi pereaksi. Namun demikian,
bahwa tidak semua tumbukan yang terjadi efektif menghasilkan perubahan kimia.
Andaikan reaksi terjadi melalui tumbukan antara dua molekul atau bimolekul,
yaitu
A + B → produk
maka kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan antara molekul A dan
B.
Jika konsentrasi A dua kali lipat maka jumlah tumbukan juga
menjadi dua kali lipat. Atau bila molekul A dua kali lipat maka terdapat
molekul A dua kali lipat yang dapat bertumbukan dengan molekul B. Hal
yang sama akan terjadi bila jumlah molekul B diperbesar.
Bila molekul sejenis dan reaksinya adalah bimolekul,
2A → produk
maka hukum laju adalah,
Berdasarkan teori tumbukan, jika diketahui bagaimana terjadinya proses
tumbukan untuk menghasilkan produk, maka dapat diperkirakan hukum
lajunya. Pada proses tumbukan sederhana, pangkat pada hukum laju
sama dengan koefisien pada persamaan reaksi proses tumbukan.
Tu m b u k a n y a n g e f e k t i f t e r j a d i b i l a k e a d a a n m o l e k u l s e d e m i k i a n r u p a
sehingga antara A dan B saling bertabrakan. Jika yang bertabrakan adalah
atom yang sama, yaitu antara A dan 5A atau atom A dan B namun hanya
bersenggolan saja , maka tumbukan tersebut merupakan tumbukan yang tidak
efektif.

Gambar : (a) tumbukan yang efektif karena posisi tumbukan tepat, (b) tumbukan tidak
efektif karena molekul yang bertabrakan sama (c) tumbukan tidak efektif karena
posisinya tidak tepat.
Dalam hal ini diperlukan energi minimum tertentu yang harus
dipunyai molekul-molekul pereaksi untuk dapat menghasilkan reaksi.
Energi tersebut dinamakan energi aktivasi atau energi pengaktifan
(Ea).

Perhatikan Gambar dibawah ini tentang tumbukan dengan energi yang


cukup dan tidak cukup.

Gambar: energi cukup menghasilkan reaksi dan (b) energi tidak cukup tidak
menghasilkan reaksi.
Bila gerakan molekul AB dan C lambat, maka tidak akan terjadi ikatan
antara B dan C saat bertumbukan. Akibatnya, keduanya terpental tanpa ada
perubahan (Gambar a). Dengan mempercepat gerakan molekul, maka akan
membuat tumpang tindih B dan C serta membuat ikatan, dan akhirnya terjadi
ikatan kimia (Gambar b).
Dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan yaitu keadaan awal
(pereaksi), keadaan transisi, dan keadaan akhir (hasil reaksi). Keadaan transisi
disebut juga komplek teraktivasi. Pada keadaan ini ikatan baru sudah terbentuk
namun ikatan lama belum putus. Keadaan tersebut hanya berlangsung sesaat
dan tidak stabil. Keadaan transisi ini selalu mempunyai energi lebih tinggi
daripada keadaan awal dan akhir, sedangkan energi keadaan awal dapat lebih
tinggi atau lebih rendah daripada energi keadaan akhir. Bila keadaan awal lebih
tinggi energinya, reaksi mcnghasilkan kalor atau dinamakan reaksi eksoterm,
‘:dan bila yang terjadi adalah sebaliknya, dinamakan reaksi endoterm.
Gambar : (a) Diagram potensial reaksi eksoterm dan, (b) Diagram potensial
reaksi endoterm.
Tekanan
1
Konsentrasi Pereaksi

F a k t o r Ya n g
2
Mempengaruhi Suhu
Laju Reaksi 3
Katalis
4
Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi

Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung


jumlah partikel semakin banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun
lebih rapat dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel
yang lebih rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan
kemungkinan terjadi reaksi lebih besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju
reaksinya. Perhatikan Gambar dibawah ini tentang pengaruh konsentrasi berikut.

Gambar: tumbukan yang terjadi pada konsentrasi kecil, (b) tumbukan


yang terjadi pada konsentrasi besar.
Apabila dibuat sebuah grafik yang menunjukkan hubungan antara
konsentrasi dengan laju reaksi, maka dihasilkan grafik seperti pada dibawah ini.
Grafik menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, semakin cepat pula laju
reaksinya.

Gambar: Grafik pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi


Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat dinaikkan, maka
energi kinetik partikel-partikel akan bertambah sehingga tumbukan antar partikel akan
mempunyai energi yang cukup untuk melampaui energi pengaktifan. Hal ini akan
menyebabkan lebih banyak terjadi tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi
(Gambar dibawah ini).

Gambar: (a) tumbukan antarpartikel pada suhu rendah, (b) tumbukan


antarpartikel pada suhu tinggi.
Apabila pengaruh suhu terhadap laju reaksi ini dibuat grafik, akan tampak
seperti pada Gambar dibawah ini. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa
makin tinggi suhu, laju reaksi semakin besar.

Gambar: Grafik perubahan suhu terhadap laju reaksi.


Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi

Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan memberi zat lain
tanpa menambah konsentrasi atau suhu reaksi. Zat tersebut disebut katalis. Katalis
dapat mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara
permanen sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali.
Fungsi katalis dalam reaksi adalah menurunkan energi aktivasi sehingga
jumlah molekul yang dapat melampaui energi aktivasi menjadi lebih besar. Gambar
dibawah ini menunjukkan peranan katalis dalam menurunkan energi aktivasi.

Gambar :Diagram energi potensial reaksi tanpa katalis dan dengan katalis. Energi aktivasi
reaksi dengan katalis (EaK) lebih kecil dari reaksi tanpa katalis.
Katalis memiliki beberapa sifat, di antaranya:
1.Katalis tidak bereaksi secara permanen.
2.Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit.
3.Katalis tidak mempengaruhi hasil reaksi.
4.Katalis tidak memulai suatu reaksi, tetapi hanya mempengaruhi lajunya.
5.Katalis hanya bekerja efektif pada suhu optimum, artinya di atas atau di
bawah suhu tersebut kerja katalis berkurang.
6.Suatu katalis hanya mempengaruhi laju reaksi secara spesifik, artinya
suatu katalis hanya mempengaruhi laju satu jenis reaksi dan tidak dapat
untuk reaksi yang lain.
7.Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh zat lain yang disebut promotor.
8.Hasil suatu reaksi dapat bertindak sebagai katalis, sehingga zat
tersebut disebut autokatalis.
9.Katalis dalam senyawa organik disebut enzim.
10.Terdapat katalis yang dapat memperlambat suatu reaksi, sehingga
katalis itu disebut katalis negatif atau inhibitor.
Langkah pertama, menuliskan persamaan laju reaksi
secara umum, disesuaikan dengan jumlah
pereaksinya.
ORDE REAKSI Jika pereaksinya tunggal : A → hasil, maka, v = k[A]m
Jika pereaksinya dua : A + B → hasil, maka, v = k[A]m [B]n
Jika pereaksinya tiga : A + B + C→ hasil, maka, v = k
[A]m[B]n[C]°
Menentukan
Orde Reaksi
Misal reaksi A  B
A
Persamaan Laju   atau Laju  k A
t
laju Integral A  A0
  k A maka ln  kt
Perubahan t At
Konsentrasi Reaksi orde satu {laju  k A } : lnA0  lnAt  kt
terhadap A
Untuk reaksi orde dua laju    k A
2

waktu t
1 1
  kt Reaksi orde dua laju  k[A]2

At A0
M e n e n t u k a n O r d e R e a k s i d a r i
P e r s a m a a n L a j u I n t e g r a l

ln At  kt  ln A0


1 1
 kt 
At A0
Penerapan Laju Reaksi

Dalam bidang industri, reaksi-reaksi yang terjadi selalu diusahakan


berlangsung lebih cepat. Faktor laju reaksi yang sering digunakan adalah katalis. Seperti
yang telah kalian pelajari tentang uraian katalis di depan, katalis merupakan zat yang
mempercepat laju reaksi tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali seperti semula.
Contoh industri yang menggunakan katalis adalah pembuatan amonia (NH3) dan asam
sulfat (H2SO4).
Amonia merupakan bahan untuk membuat asam nitrat, pupuk, dan bahan
peledak. Proses pembuatan amonia dikenal dengan nama Proses Haber-Bosch sesuai
dengan nama penemunya, yaitu Fritz Haber dan Karl Bosch. Reaksi pembuatan amonia
dari gas nitrogen dan gas hidrogen sebagai berikut:
N2(g) + 3 H2(g) ↔ 2 NH3(g) ∆H= - 92kJ/mol
Ternyata reaksi tersebut sangat lambat pada suhu kamar, sehingga perlu dilakukan
usaha-usaha untuk mempercepat laju reaksinya. Usaha itu harus dilakukan agar segera
didapatkan hasil sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya, sesuai prinsip
ekonomi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menambahkan katalis besi.
Pada proses pembuatan asam sulfat yang sering dikenal dengan nama proses kontak,
juga diperlukan katalis yaitu Vanadium pentoksida, V2O5.
THANK YOU!
Any Questions?

Kinematika Kimia Kelas C

Anda mungkin juga menyukai