Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Jika
diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih.
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang lebih baik.
SIFAT-SIFAT SABUN :
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air
yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa.
Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan
terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam
air mengendap.
SIFAT-SIFAT DETERJEN :
KEGUNAAN
Deterjen dan sabun digunakan sebagai pembersih karena air murni tidak dapat menghapus atau
menghilangkan kotoran pakaian/barang yang berminyak, atau terkena pengotor organik lainnya.
Pada dasarnya, sabun dan deterjen memungkinkan minyak dan air untuk bercampur sehingga
kotoran berminyak dapat dihilangkan selama pencucian.
b. Molekulsabunlebihmudahterdegradasioleh bakteripengurai.
c. Tidak bisadipakaiuntuk mencucidalamair sadah, karenasabunakanbereaksidengan ion
Ca2+ dan Mg2+
d. Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali
2. Deterjen
a. Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat.
b. Molekul detergen harganya lebih murah dan sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai.
c. Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+
d. Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik ataupun alam yang memiliki sifat yang
dapat menarik zat pengotor dari media.
Sabun adalah Garam logam alkali (biasanya logam natrium) dari asam asam lemak.
Sabun mengandung terutama garam C 16 dan C 18 , juga dapat mengandung karboksilat dengan
bobot yang lebih rendah.Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah
dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-
sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat
partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik
telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu proses
yang dikenal dengansaponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan
sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari
pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan,
seperti minyak zaitun.
Trigliserida (atau lebih tepatnya triasilgliserol atau triasilgliserida) adalah sebuah gliserida,
yaitu ester dari gliserol dan tiga asam lemak.[1]Trigliserida merupakan penyusun utama minyak
nabati dan lemak hewani.
Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun
panjang yang paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Asam lemak alami yang
ditemukan pada tumbuhan dan hewan biasanya terdiri dari jumlah atom karbon yang genap
disebabkan cara asam lemak dibiosintesis dari asetil-KoA. Sekalipun begitu, bakteria memiliki
kemampuan untuk menyintesis asam lemak dengan atom karbon ganjil ataupun rantai bercabang.
Karena itu, hewan memamah biak biasanya memiliki asam lemak berkarbon ganjil, misalnya 15,
karena aksi bakteria didalam rumennya.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida
dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan
dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
1. Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras
2. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada
produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau
padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas.
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang
lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama
dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun
padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan
juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan.
Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda
yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkantegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik :
1. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
b. Asetat :
c. Silikat : Zeolit
2. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
3. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).