BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS
2. Mampu mengoperasikan alat UV-VIS
3. Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat
4. Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air
UV VIS I
1.2.3 Instrumentasi
- Sumber Cahaya
Pada spektrofotometri UV-VIS syarat sumber cahayanya adalah mampu
menghasilkan cahaya yang intensitasnya cukup besar di semua panjang
gelombang pada daerah UV (190 380) dan Visible (380 780). Sumber
cahaya yang biasa digunakan untuk daerah UV adalah lampu H2/D2 dan untuk
daerah Visible biasa menggunakan lampu tungsten atau yang sering disebut
lampu wolfram. Namun dengan perkembangan zaman dibuat juga sumber
cahaya yang mampu menghasilkan cahaya pada panjang gelombang 185-900
nm yang sekaligus mencakup daerah UV dan Visible.
- Chopper
Chopper adalah sebuah piranti optis yang diletakkan setelah sumber
cahaya dan berguna menghalangi cahaya secara periodik sehingga cahaya
yang masuk sampel seperti terpotong-potong. Akibatnya signal listrik yang
dihasilkan detektor akan menjadi gelombang kotak dengan frekwensi tertentu.
- Monokromator
Monokromator adalah sebuah alat yang digunakan untuk memilih cahaya
monokromatik dengan panjang gelombang tertentu dari cahaya polikromatik.
Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalah grating dan
prisma.
UV VIS I
- Tempat Sampel
Pada spektrofotometri tempat sampel disebut juga kuvet. Kuvet biasanya
berbentuk balok dengan sisi yang dapat ditembus cahaya. Kuvet terbuat dari
quartz atau fused silica.
- Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
- Signal Processor
Signal processor terdiri dari berbagai rangkaian eletronika yang berfungsi
antara lain :
UV VIS I
Harga Ir (
A=bC
T=
= 10 bC
A = log = b C
Dimana:
T
= Persen transmitan
= Konsentrasi
I0
= Tebal kuvet
It
= Absorbansi
Dari persamaan gabungan Hukum Lambert-Beer dapat terlihat bahwa jika kita
melakukan pengukuran suatu unsur yang sama pada panjang gelombang yang
sama dalam kuvet sampel yang sama pula, maka akan tampak hubungan linear
antara absorbansi (A) dan konsentrasi (C), selama absorpsivitas molar () dan
tebal kuvet (b) konstan (Adam dkk, 2007).
Dalam
analisa
kuantitaif
spektrofotometri
UV-VIS,
pengukuran
UV VIS I
BAB II
METODOLOGI
2.1 ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Alat yang digunakan :
1. Spektrofotometer UV-Visible
2. Pipet volume 5 ml, 10 ml, 25 ml
3. Gelas kimia 100 ml
4. Pipet tetes
5. Bulp
6. Labu ukur 50 ml, 100 ml
7. Botol semprot
2.1.2 Bahan yang digunakan :
1. Larutan induk Fe3+ 100 ppm
2. Larutan orto phenantroline
3. Larutan hidroksilamin klorida
4. Larutan buffer asetat
5. Aquadest
6. Sampel air
2.2 PROSEDUR PERCOBAAN
A. Pembuatan larutan Fe3+ 10 ppm
1. Memipet 10 ml larutan Fe3+ 100 ppm lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100
ml
2. Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya
B. Pembuatan larutan standar Fe2+
1. Memipet masing-masing 1 ml, 2 ml, 4 ml, 8 ml, dan 12 ml larutan Fe3+ 10 ppm
lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
UV VIS I
C. Pembuatan blanko
1. Memipet 5 ml larutan hidroksilamin klorida, 5 ml larutan buffer asetat, dan 5
ml larutan orto phenantroline lalu dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml secara
berurutan
2. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya
D. Pembuatan Sampel
1. Memipet 25 ml sampel air lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
2. Menambahkan sampel dengan 5 ml larutan hidroksilamin klorida, 5 ml larutan
buffer asetat, dan 5 ml larutan orto phenantroline secara berurutan
3. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya
E. Pengoperasian Alat
1. Menghubungkan spektrofotometer UV Visible dengan sumber listrik.
2. Menghidupkan alat dengan menekan tombol power dan menunggu kalibrasi.
3. Menekan single wavelenght.
4. Mengganti %T dengan Abs
5. Memasukkan nilai yaitu 510 nm (max unsur Fe)
6. Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke dalam alat uv vis dan
menutupnya
7. Menekan tombol zero lalu menunggu sampai muncul angka 0,000 A
(Absorbansi)
8. Mengeluarkan kuvet yang berisi larutan blanko lalu mengganti dengan larutan
stndar dengan konsentrasi 0,2 ppm (sebelum memasukan larutan standar,
sebaiknya kuvet dibilas dengan aquadest dan sedikit larutan standar)
9. Memasukkan kedalam alat uv visible dan menutupnya, lalu menekan Read.
10. Menunggu nilai absorbansi dan mencatat nilainya.
UV VIS I
11. Melakukan prosedur yang sama pada poin 8-10 dengan mengganti larutan
standar yang lain dan terakhir larutan sampel
UV VIS I
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 DATA PENGAMATAN
Tabel 3.1 Data Absorbansi Larutan
No
Larutan
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
Larutan Standar
0,2
0,049
0,5
0,221
0,8
0,341
1,1
0,502
1,4
0,571
0,0
0,000
Larutan Blanko
Larutan Sampel
Absorbansi
Air Sumur
0,044
Air Rawa
0,419
Air Sungai
0,166
R2
Y = 0,4417X 0,0165
0,9841
Sampel
Faktor Pengenceran
Konsentrasi (ppm)
(fp)
1
Air Sumur
1,25
0,1712
Air Rawa
1,25
1,2325
Air Sungai
1,25
0,5165
UV VIS I
3.3 PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip analisa menggunakan UVVIS serta dapat mengoperasikannya, kemudian dapat membuat sampel dengan cermat
dan menganalisanya. Prinsip dasar dari alat UV-VIS adalah spektrofotometri, yaitu
pengukuran besarnya serapan cahaya oleh molekul. Spektrofotometri merupakan
gabungan dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat untuk
menghasilkan spektrum sinar berwarna dengan panjang gelombang tertentu
(monokromator), sedangkan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas sinar
yang dihasilkan oleh monokromator.
Pada percobaan ini panjang gelombang 510 nm digunakan sebagai panjang
gelombang untuk menganalisa kadar besi, pada panjang gelombang tersebut
absorbansi sinar mempunyai nilai maksimum yang artinya pada panjang gelombang
tersebut sinar yang dipancarkan akan diserap maksimum oleh larutan.
Sampel yang digunakan adalah air sumur, air rawa dan air sungai. Masingmasing sampel tersebut diduga mengandung ion Fe3+ yang nantinya akan dianalisa
dan dihitung konsentrasinya.
Untuk dapat menentukan konsentrasi dari sampel maka digunakan larutan
standar. Larutan standar dibuat dengan konsentrasi yang bervariasi, dimaksudkan agar
konsentrasi sampel yang akan dianalisa hampir sama atau mendekati dengan
konsentrasi larutan standar yang dibuat. Konsentrasi larutan standar yang digunakan
yaitu 0,2 ppm, 0,5 ppm, 0,8 ppm, 1,1 ppm, dan 1,4 ppm. Pada masing-masing larutan
standar ditambahkan 5 ml hidroksilamin klorida yang gunanya untuk mereduksi Fe3+
menjadi Fe2+ karena nantinya ion Fe2+ akan berikatan dengan orto-phenantroline
membentuk senyawa kompleks. Penambahan 5 ml buffer asetat bertujuan untuk
menjaga pH agar tetap stabil (suasana asam) karena dikhawatirkan jika pH terlalu
besar akan terbentuk endapan Fe(OH)2. Sedangkan penambahan 5 ml ortophenantroline digunakan untuk mengomplekskan larutan agar menjadi senyawa
kompleks (berwarna) karena pada dasarnya larutan yang mengandung ion besi adalah
larutan yang tidak berwarna. Reaksi pengomplekskan yang terjadi adalah sebagai
berikut :
UV VIS I
Fe2+
[Fe(C18H8N2)]2+
+
N
Berdasarkan hasil analisa, nilai absorbansi larutan standar didapat seperti pada
tabel pengamatan. Nilai absorbansi akan dihubungkan dengan masing-masing
konsentrasi larutan standar sehingga berdasarkan kurva standar didapat persamaan
garis Y = 0,4417X-0,0165 dengan R2 = 0,9841. Persamaan ini akan dijadikan acuan
dalam menentukan konsentrasi sampel. Dapat terlihat bahwa semakin besar
konsentrasi larutan standar maka semakin besar pula nilai absorbansinya. Hal ini
berarti semakin besar konsentrasinya maka semakin banyak cahaya yang diserap.
Pada prosedur persiapan larutan sampel terdapat sedikit perbedaan dimana
sampel air yang digunakan sebanyak 80 ml bukan 25 ml. ketika digunakan sampel air
sebanyak 25 ml maka didapatkan warna larutan sampel yang bening, ini menandakan
kadar besi yang ada pada sampel sangat kecil. Oleh karena itu dengan memperbanyak
sampel yang digunakan menjadi 80 ml diharapkan warna larutan sampel yang
terbentuk bisa menjadi lebih tua dibandingkan dengan warna larutan standar yang
paling pucat tetapi warnanya tidak lebih pekat dari warna larutan standar yang paling
pekat (1,4 ppm), sehingga perhitungan penentuan kadar menggunakan kurva standar
akan lebih akurat.
Nilai absorbansi untuk sampel air didapat seperti pada tabel pengamatan. Pada
dasarnya nilai absorbansi untuk larutan sampel tidak boleh lebih besar ataupun lebih
kecil dari absorbansi larutan standar. Namun pada percobaan ini nilai absorbansi
sampel air sumur berada dibawah absorbansi larutan standar, hal ini terjadi karena
kandungan besi didalam sampel sangatlah kecil, sehingga saat cahaya diarahkan ke
sampel sebagian besar cahaya diteruskan dan hanya sebagian kecil yang diserap.
Cahaya yang diserap inilah yang diukur sebagai absorbansi.
UV VIS I
UV VIS I
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
-
Air sumur layak dikonsumsi sedangkan air rawa dan air sungai harus diolah
terlebih dahulu untuk dikonsumsi
4.2 SARAN
-
Pada proses pembuatan larutan sampel, pastikan warna dari larutan sampel harus
berada dikisaran warna terpucat dan warna terpekat larutan standar.
Sebelum menggunakan kuvet harus dibilas dengan aquadest dan larutan yang
hendak dimasukkan.
Pada saat pengukuran absorbansi tutup alat harus rapat agar tidak ada cahaya lain
yang masuk.
UV VIS I
DAFTAR PUSTAKA
Adam dkk. 2007. Kimia Analitik. Malang. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Anonim. 2011. Pengertian dasar spektrofotometer UV-VIS. http:// wanibesak.wordpress.
com/2011/07/04/pengertian-dasar-spektrofotometer-vis-uv-uv-vis/ . Diakses pada
tanggal 15 Desember 2014. 11:21 WITA
Anonim. 2014. Materi Spektrofometri. http:// wideliaikaputri.lecture.ub.ac.id/ MateriSpektrofotometri. Diakses pada tanggal 15 Desember 2014. 10:16 WITA
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 907/MENKES/SK/VII/2003. Tentang Persyaratan
Kualitas Air Bersih.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen. Samarinda. Polnes
UV VIS I
UV VIS I
PERHITUNGAN
A. Pengenceran Larutan
- Larutan Fe3+ 10 ppm dari larutan induk 100 ppm
V1 x M2
V2 x M2
V1 x 100 ppm =
100 ml x 10 ppm
V1
10 ml
V2 x M2
V1 x 10 ppm
50 ml x 0,2 ppm
V1
1 ml
V2 x M2
V1 x 10 ppm
50 ml x 0,5 ppm
V1
2,5 ml
V2 x M2
V1 x 10 ppm
50 ml x 0,8 ppm
V1
4 ml
V2 x M2
V1 x 10 ppm
50 ml x 1,1 ppm
V1
5,5 ml
V2 x M2
V1 x 10 ppm
50 ml x 1,4 ppm
V1
7 ml
UV VIS I
Kurva Standar
0.7
Absorbansi
0.6
y = 0.4417x - 0.0165
R = 0.9841
0.5
0.4
0.3
Series1
0.2
Linear (Series1)
0.1
0
0
0.5
1
Konsentrasi
1.5
= 0,4417X 0,0164
= 0,1370 ppm
= 0,4417X 0,0164
= 0,9860 ppm
UV VIS I
= 0,4417X 0,0164
= 0,4132 ppm
UV VIS I
GAMBAR ALAT