A. Tujuan
1. Mahasiswa memahami cara kerja instrument HPLC untuk analisis kuantitatif
2. Mahasiswa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat
mengikuti manual pengoperasian HPLC
3. Mahasiswa dapat menentukan/ menghitung kadar zat aditif dalam sampel minuman
B. Tinjauan Pustaka
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fasa, yaitu fasa diam
(stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat cair atau padat,
sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas.
(Rohman, 2013: 73)
Tekhnik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dengan tekhnik HLC didasarkan pada pengukuran luas area puncak analit
dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas area standar. Pada prakteknya metode
pembandingan area standard dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila
hanya melibatkan satu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan
menggunakan tekhnik kalibrasi.
(Tim Kimia Instrumen, 2019: 15)
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT biasa juga disebut dengan HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1979-an. Prinsip dasar HPLC adalah fasa gerak cair dialirkan dengan
pompa melalui detector. Cuplikan dimasukkan kedalam aliran fasa gerak dengan cara
penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cairan, karena
perbedaan kekuatan interaksi antara fasa diam dan komponen. Setiap komponen
campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam
bentuk kromatogram.
(Underwood, 2002: 551)
HPLC yang modern telah mucul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan
manusia untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk
memandu pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era peralatan yang
modern bahwa LC (Liquid Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang
sangat ampuh, bahkan untuk komponen-komponen yang berhubungan sangat erat. LC
harus ditingkatkan kecepatannya, diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-
sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang beberapa jam.
(Underwood, 2002: 552)
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal
digunakan bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-
5 μm (1μm = 10-6 m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai
20.000 Kpa (200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.
Ternyata, penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja telah
memperbaiki kecepatan analisis, tapi telah menghasilkan suatu teknik dengan daya
pisah yang tinggi. HPLC mempunyai kelemahan- kelemahan yang diantaranya,
peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan perlu pengalaman untuk mampu
mengoperasikan alatnya. Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain
itu sampel disyaratkan harus stabil dalam larutan.
(Underwood, 2002: 553)
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a) Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel
silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana
memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan
panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan
melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non
polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati
kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini
disebut HPLC fase normal.
b) Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini,
akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam
campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara
rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul-molekul
polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat bergerak
melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak lambat karena
interaksi dengan gugus hidrokarbon.
(Rohman, 2013: 128)
Terdapat beragai zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan
minuman diantaranya : natrium benzoat, vitamin c, dan kafein untuk masing-masing
tujuan tertentu. Ketiga zat aditif tersebut merupakan senyawa yang memiliki sifat
kepolaran yang berbeda, dan memiliki gugus kromofor yang menyebabkan senyawa
tersebut dapat menyerap sinar UV. Berdasarkan karakteristik senyawa ini
memungkinkan dilakukan analisis dengan teknik HPLC yang menggunakan kolom
nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar.
(Tim Kimia Instrumen, 2019: 15)
D. Prosedur Kerja
a. pembuatan fasa gerak (pelarut)
KH2PO4
asetonitril
- Dibuat dengan perbandingan KH2PO4 dan asetonitril (60 : 40) untuk keperluan
larutan standard dan sampel
- Ditimbang
- Dicampurkan (dengan melarutkan dalam 50 ml fasa gerak secara kuantitatif pada
labu ukur)
- Dihomogenkan selama 5 menit menggunakan ultrasonicvibrator
Larutan induk
Larutan induk
Larutan sampel
- Dipipet
- Dilarutkan dengan fasa gerak hingga 10 ml secara kuantitatif
- Disaring dengan PTFE
Instrumen HPLC
Hasil
E. Hasil dan Analisis Data
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kuantitatif penetapan kadar zat aditif
pada minuman berenergi dengan instrument HPLC. Prinsip dasar praktikum ini sama
dengan metode kromatografi konvensional, yaitu berdasarkan perbedaan distribusi
komponen diantara dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa geraknya. Sedangkan prinsip
kerja pada percobaan kali ini merupakan kromatigrafi partisi yang mana proses
pemisahannya berdasarkan kemampuan adsorpsi analit pada lapisan tipis cairan yang
dilapiskan pada padatan inert fasa diamnya. Selain itu pemisahan yang terjadi juga
berdasarkan kepolaran sampel yang akan dipisahkan. Kepolaran sampel yang berbeda
ini akan menyebabkan setiap sampel memiliki gaya Tarik dan kelarutan yang berbeda
dengan fasa diam maupun fasa gerak.
Dalam HPLC, berdasarkan jenis fasa geraknya dikenal dua fasa yaitu fasa
normal dan fasa terbalik. Untuk percobaan kali ini dipakai system fasa terbalik, karena
fasa diam yang dipakai silika yang dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan
hidrokarbon C18, dan fasa gerak berupa campuran KH2PO4 dan asetonitril dengan
system elusi gradient. Kolom C18 dipilih karena komponen yang akan diuji bersifat
polar, sehingga komponen vitamin C, natrium benzoate, dan kafein mampu dipisahkan
oleh kolom C18, karena kolom C18 memiliki gugus oktadesil silica yang mampu
menisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.
Sebelum dilakukan proses analisis sampel, dibuat terlebih dahulu larutan
standar dari vitamin C, kafein, dan natrium benzoate. Pembuatan larutan standar
bertujuan untuk menentukan waktu retensi komponen sehingga waktu retensi
komponen standar ini akan digunakan sebagai pembanding untuk menentukan waktu
retensi komponen pada sampel. Selain itu, larutan standar yang dibuat akan digunakan
untuk membuat kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi akan dipakai untuk menentukan
konsentrasi komponen komponen pada sampel yang tidak diketahui dengan memakai
hubungan dari persamaan regresi yang diperoleh. Persamaan regeresi dari kurva
kalibrasi untuk vitamin C yaitu y = 470991x + 34429 , untuk kafein y = 534512x +
51857, dan untuk natrium benzoate y = 351102x + 34429.
Semua larutan, baik larutan standar maupun larutan sampel sebelum
diinjeksikan haris disaring terlebih dahulu dengan membrane PTFE dengan tujuan
untuk menyaring pengotor-pengotor yang berukuran mikro. Adanya pengotor dalam
larutan akan menyebabkan gangguan pada system kromatografi. Selain pengotor, harus
diperhatikan juga adanya gas dalam larutan. Larutan harus didegasing dengan
ultrasonic vibrator, sebab adanya gas akan menyebabkan gas berkumpul dengan
komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis.
Pada saat praktikum, larutan standar dan sampel diinjeksikan sebesar 25 ul. Hal
ini dilakukan untuk mengantisipasi cairan yang mungkin tertinggal saat diinjeksikan,
sehingga sampel yang masuk tidak kurang dari 20 ul. Pengukuran standar dilakukan
dengan konsentrasi terkecil untuk mengantisipasi jika ada larutan yang tertinggal saat
elusi. Dimana bila mengukur dari konsentrasi yang paling besar, kemungkinan adanya
sisa konsentrasi dari larutan ini lebih besar sehingga akan mepengaruhi konsentrasi
larutan yang lebih kecil yang diukur selanjutnya. Kemungkinan jika konsentrasi yang
tertinggal tadi ikut terbaca maka hasil yang dihasilkan oleh larutan dengan konsentrasi
yang lebih kecil, menjadi lebih besar.
Detector yang digunakan pada HPLC ini adalah detector UV. Detector UV
memiliki sensitifitas yang tinggi dan bisa mengukur sampel dengan berbagai panjang
gelombang. Panjang gelombang yang digunakan yaitu 254 nm. digunakan detector UV
karena komponen yang dianalisis menyerap panjang gelombang pada daerah tersebut.
Sampel yang dianalisis merupakan sampel hormoviton. Dalam sampel
hormoviton, terdapat zat aditif kafein sebanyak 50 mg yang dicantumkan pada
kemasan. Saat dilakukan analisis dengan HPLC, keluar 3 puncak kromatogram. Untuk
puncak ke-1 saat dibandingkan dengan waktu retensi standar merupakan kromatogram
vitamin C, dengan tr 1,7 dan luas area 772204. Untuk puncak ke-2 merupakan puncak
dari kafein dengan tr 2.65 dan luas area 1699859. Untuk puncak ke-3 merupakan
puncak dari natrium benzoate dengan tr 4 dan luas area 337535. Komponen yang
konsentrasinya paling banyak merupakan kafein. Pada kemasan minuman juga hanya
dicantumkan kafein sebanyak 50 mg, sedangkan untuk vitamin C dan natrium benzoate
tidak dicantumkan dalam kemasan, padahal konsentrasinya cukup besar.
Sampel yang dianalisis, ditentukan massanya dengan perhitungan matematis,
diperoleh untuk minuman hormoviton volume 150 ml, berdasarkan percobaan,
mengandung 10,6 mg vitamin C, 31.995 mg kafein, dan 8.9875 mg natrium benzoate.
Untuk memperoleh massa tersebut, harus diperhatikan factor pengenceran, karena dari
10 ml larutan sampel yang dibuat hanya 1.2 ml yang diambil dari kemasan, artinya
larutan sampel diencerkan sebanyak 8 kali. Dalam kemasan minuman, dicantumkan
massa kafein dalam 150 ml yaitu 50 mg, sedangkan dari percobaan yang dilakukan,
dari 150 ml hanya terdapat 31.955 mg kafein. Hal ini terjadi karena mungkin terdapat
kesalahan dalam melakukan analisis atau produsen minuman tidak mencantumkan
massa kafein dengan akurat, atau bisa juga massa kafein sudah berkurang karena akibat
distribusi produk.
F. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk menganalisis kadar zat aditif
dalam minuman berenergi, untuk sampel hormoviton yang dianalisis kadar zat aditif
yang diperoleh untuk vitamin C yaitu 16.6 mg, kafein 31.955 mg, dan natrium benzoate
8.9875 mg. waktu retensi yang diperoleh berdasarkan analisis HPLC diperoleh tr untuk
vitamin C 1.7 dan luas area 772204, kafein 2.65 dan luas area 1699859, dan untuk tr
natrium benzoate 4 dengan luas area 337535.
G. Daftar pustaka
Budhiraja, R.P. (2004). Separation Chemistry. New Dehli: New Age
Hendayana, Sumar. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Banndung: PT.Remaja Rosdakarya
Rohman, Abdul. (2013). Kimia Analisis Farmasi. Jakarta: Pustaka Pelajar
Tim Dosen Kimia Instrumen. (2019). Penuntunan Praktikum Kimia Instrumen.
Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Underwood, Day. R.A.A.L. (2002). Analisis Kimia Kuantitaif. Jakarta: Erlangga.
H. Lampiran
a. Cara pembuatan larutan
1. Pembuatan larutan KH2PO4 0.01 M 500 ml
M = massa × 1000
Massa molar × V
0.01 M = massa × 1000 ml
136 grm/mol × 500 ml
0.01 M = massa × 2
136 grm/mol
Massa = 0.6804 gram
2. Menentukan konsentrasi larutan induk
Massa natrium benzoate : 52.2 gram
Vitamin C : 10 mg
Kafein : 20.2 mg
- Konsentrasi larutan induk
Natrium benzoat
Ppm = mg = 52.5 mg = 1044 ppm
L 0.05
Vitamin C
Ppm = mg = 10 mg = 200 ppm
L 0.05
Kafein
Ppm = mg = 20.2 mg = 404 ppm
L 0.05
3. Pembuatan deret larutan standar
C1 . V1 = C2 . V2
C2 = C1 . V1
V2
a. Natrium benzoate
- Volume 0.4 ml
1044 ppm. 0.4 ml = C2 . 10 ml
C2 = 41.76 ppm
- Volume 0.8 ml
1044 ppm. 0.8 ml = C2 . 10 ml
C2 = 83.52 ppm
- Volume 1.2 ml
1044 ppm. 1.2 ml = C2 . 10 ml
C2 = 125.28 ppm
- Volume 1.6 ml
1044 ppm. 1.6 ml = C2 . 10 ml
C2 = 167.04 ppm
- Volume 2 ml
1044 ppm. 2 ml = C2 . 10 ml
C2 = 208.8 ppm
b. Vitamin C
- Volume 0.4 ml
200 ppm. 0.4 ml = C2 . 10 ml
C2 = 8 ppm
- Volume 0.8 ml
200 ppm. 0.8 ml = C2 . 10 ml
C2 = 16 ppm
- Volume 1.2 ml
200 ppm. 1.2 ml = C2 . 10 ml
C2 = 24 ppm
- Volume 1.6 ml
200 ppm. 1.6 ml = C2 . 10 ml
C2 = 32 ppm
- Volume 2 ml
200 ppm. 2 ml = C2 . 10 ml
C2 = 40 ppm
c. Kafein
- Volume 0.4 ml
404 ppm. 0.4 ml = C2 . 10 ml
C2 = 16.16 ppm
- Volume 0.8 ml
404 ppm. 0.8 ml = C2 . 10 ml
C2 = 32.32 ppm
- Volume 1.2 ml
404 ppm. 1.2 ml = C2 . 10 ml
C2 = 48.48 ppm
- Volume 1.6 ml
404 ppm. 1.6 ml = C2 . 10 ml
C2 = 64.64 ppm
- Volume 2 ml
404 ppm. 2 ml = C2 . 10 ml
C2 = 80.8 ppm
b. Perhitungan
Sampel Hormoviton
1. Menghitung konsentrasi vitamin C
Persamaan : y = 470881x + 14256
Luas Area vitamin C : 772204
772204 = 470881x + 14256
772204 – 14256 = 470881x
X = 757948
470881
X = 1.6096 mg / 1 liter × 0.01 liter
X = 0.0160 mg × factor pengenceran
X = 0.0160 mg × 10 ml
1.2 ml
x = 0.133/1.2 ml × volume kemasan
x = 0.133/1.2 ml × 150 ml
x = 16.6 mg
Sampel Mizone
1. Menghitung konsentrasi vitamin C
Persamaan : y = 470881x + 14256
Luas Area vitamin C : 55927
55927= 470881x + 14256
55927 – 14256 = 470881x
X = 0.0885 mg / 1 liter × 0.01 liter
X = 8.85 × 10-4 mg × factor pengenceran
X = 8.85 × 10-4 mg × 10 ml
0.2 ml
x = 0.4425/0.2 ml × volume kemasan
x = 0.4425/0.2 ml × 500 ml
x = 1106.25 mg
Massa Na = 23 × 1348.75 mg
144
Massa Na = 215 mg
c. Pengamatan
- Larutan KH2PO4 berwujud cair tidak berwarna tidak berbau
- Larutan asetonitril berwujud cair tidak berwarna tidak berbau
- Larutan fasa gera berwujud cair tidak berwarna tidak berbau
- Perbandingan KH2PO4 dan astonitril 60 : 40
- Massa natrium benzoate : 52.2 mg
- Massa vitamin C : 10 mg
- Massa kafein : 20.2 gram
- Volume larutan induk : 50 ml
- Dipipet larutan induk 0.4 ml, 0.8 ml, 1.2 ml, 1.6 ml, 2 ml untuk membuat larutan
standar
- Larutan sampel hormoviton berwujud cair berwarna merah anggur berbau khas
- Volume larutan sampe : 1.2 ml
- Volume injeksi : 25 ul
d. Dokumentasi