Anda di halaman 1dari 26

BAB II

ISI

2.1. Nanomaterial
1. Pengertian Nanomaterial
Ukuran dewasa ini menjadi teramat penting. Semakin maju peradaban manusia maka permasalahan yang dihadapi
menjadi sangat kompleks dan menantang. Tak jarang solusi yang harus dimunculkan memerlukan perhatian sampai
pada ukuran yang sangat kecil yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh manusia. Misalkan manusia ingin
mendapatkan air murni dari air laut dengan cara memisahkan kandungan garamnya. Metode lama yang bisa dipakai
adalah dengan menguapkan air laut sehingga garam akan tertinggal kemudian uap bisa diembunkan kembali dan
didapatkan air suling. Namun metode ini sangat menguras energi yang sudah tidak layak lagi diterapkan dimasa depan
karena biaya energi yang menjadi semakin mahal. Salah satu solusi yang dimunculkan adalah bagaimana kita bisa
menyaring ion – ion garam dalam air laut sehingga kita dapatkan air murni tanpa perlu menaikkan suhu. Maka orang
mulai merekayasa saringan molekuler untuk memisahkan air dari ion – ionnya. Saringan molekuler membutuhkan
perhatian sampai dengan skala nanometer yang 1nm = 0,000000001 m (Staf UI, 2011).
Nanomaterial dapat didefinisikan sebagai benda yang memiliki ukuran antara 1 - 100 nm. Secara geometris,
nanomaterial dapat dimasukkan dalam material berdimensi rendah (dibawah 3). Karena ukuran yang sangat kecil
maka secara umum karakteristik dari material nano adalah: kecil, ringan, properti unggul, dan cerdas. Jadi mengapa
nanomaterials menjadi penting karena menawarkan kemampuan untuk memanipulasi, mengontrol dan mensintesa
material pada level atom dan molekul, serta mampu menyediakan afinitas, kapasitas dan selektifitas tingkat tinggi dari
suatu material dikarenakan sifat kimia, fisika dan bilogi yang unik (Staf UI, 2011).
Kesadaran terhadap ilmu dan teknologi nano di dunia akademik dan industri dimulai dengan pandangan inspiratif dan
visioner oleh ilmuwan fisika dan penemuan alat-alat karakterisasi, dan bahan berskala nano. Pada tahun 1981, dua
peneliti IBM, Gerg K Binnig dan Heinrich Rohrer (pemenang nobel Fisika th 1986) menemukanscanning Tunneling
Microscope (STM) yang memungkinkan pengamatan topografi permukaan dengan format atom-demi- atom. Pada
akhirnya penemuan bahan C60 buckminsterfullerene oleh H.W. Kroto. Dan karbon nanotube (CNT) oleh Sumio Ijima
semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akademik, industri, dan pemerintahan untuk lebih serius
mengembangkan ilmu dan teknologi nano (Andri, 2009).

Gambar: Ukuran Nanometer


CARBON NANO TUBE
2. REPORT THIS AD
Aplikasi yang pertama dari nanomaterial yang telah di temukan adalah carbon nano tube atau yang biaa disebut
dengan CNT. Berdasarkan jumlah dindingnya, CNT secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
CNT berdinding tunggal (single-walled CNT atau SWNT) dan CNT berdinding banyak (multi-walled CNT atau
MWNT). Carbon nanotube (CNT ) adalah satu rantai atom karbon yang berikatan secara heksagonal berbentuk
silinder tabung yang berdiameter 1-2 nanometer. Silinder tabung CNT ini memiliki panjang beberapa puluh
mikrometer dengan ujung- ujungnya memiliki tutup seperti layaknya pil obat.

Karakteristik material dapat menjadi berbeda setelah menjadi nanomaterial, karena :


- Nanomaterial memiliki surface area yang besar daripada material awalnya
- Efek kuantum yang mendominasi bahan dari nanoscale terutama pada pengaruh optikal dan sifat magnetik material

Istilah "bahan berstrukturnano" mengacu bahan yang memiliki skala panjang dalam rentang nanometer yang
mempengaruhi sifat fisik atau kimianya. Bahan berstrukturnano mungkin berisi satu atau beberapa kristal,
quasycrystalline atau fase amorf dan dapat logam, keramik, semikonduktor atau polimer.

Bahan nanokristalin dapat dianggap terdiri dari dua komponen struktural, kristalit kecil dengan orientasi kristalografi
yang berbeda, dan jaringan daerah intercrystalline.
Bahan nanoporus mengandung pori-pori dengan diameter berkisar nanometer.
Nanotube merupakan senyawa berlapis yang mampu membentuk tabung nano dengan menggulung lapisan atau
bagian dari lapisan.
Sifat Bahan Berstruktur Nano
a. Sifat Optik
Partikel kecil  Ditemukan oleh Michael Faraday pada abad ke-19 (1791-1867)
Mic mengembangkan teori plasmon resonansi untuk menjelaskan penyerapan tampak pita ditunjukkan oleh partikel
kecil. Penyerapan cahaya tampak berlangsung dalam sekumpulan orbital molekul dengan tingkat energi berlainan
ketika partikel menjadi kecil.
Sifat optik dari nanopartikel semikonduktor dapat terganggu secara signifikan oleh penyerapan molekul pelarut atau
ligan

b. Sifat Listrik
Selama masa transisi ini, struktur pita elektronik logam terus meningkat memutuskan ke orbital molekul
yang terpisah. Pada batas bawah, yaitu, ketika partikel menjadi sangat kecil, mereka tidak lagi menunjukkan sifat
logam. Secara khusus, tidak ada konduktivitas listrik dalam partikel ukuran tsb.

c. Sifat Magnetik
Bahan dengan resistensi magnetik tinggi diperlukan densitas yang tinggi bahan pencatat magnetik.

d. Difusi dan sinterability


Difusivitas meningkat bersama-sama dengan ukuran butir yang kecil, dapat memiliki efek yang signifikan pada
perilaku proses sintering, sifat pembentukan, sifat mekanik, kemampuan untuk obat bius bahan nanokristalin secara
efisien pada suhu relatif rendah.

e. Sifat Mekanik
Kekerasan dan kekuatan keramik fase nano jauh lebih tinggi daripada yang diamati pada bahan konvensional,
kekuatan makanik bahan crystallin biasanya meningkat dengan penurunan ukuran butir.

e. Sifat Kimia
Efek permukaan dan ukuran dapat mempengaruhi proses kimia ketika terjadi pada struktur nano atau dalam
lingkungan berstruktur nano, karena keduanya mempengaruhi sifat fisik. Misalnya, reaksi kimia diatur oleh afinitas
elektron / potensial ionisasi dan energi orbital, harus ada hubungan antara stucture elektronik nanopartikel dan sifat
kimianya.

Nanomaterial adalah material yang memiliki struktur berdimensi sangat kecil yakni berkisar antara 1-100 nm. Satu
nanometer (nm) sama dengan satu per milyar kali-nya 1 meter (1nm= 10-9m). Sebagai gambaran, bagian terkecil dari
makhluk hidup yaitu DNA double helix memiliki diameter sekitar 2 nm. Makhluk hidup terkecil yaitu bakteri
Mycoplasma memiliki panjang sekitar 200 nm. Rambut manusia berdiameter ~10-50 μm atau 10.000-50.000 nm.

Nanomaterial merupakan material yang sangat unik karena memiliki karakteristik yang sangat berbeda jika
dibandingkan dengan apa yang diperlihatkannya pada skala makroskopisnya. Sebagai contoh, platina yang pada skala
makro dikenal sebagai material inert dapat berubah menjadi material katalitik pada skala nano. Material stabil seperti
aluminium dapat berubah menjadi mudah terbakar (combustible). Sifat opak dari tembaga berubah menjadi transparan.
Logam emas yang berfasa padat pada suhu ruang berubah menjadi cair. Isolator berubah menjadi konduktor pada
silikon. Emas yang secara kimia bersifat inert pada skala normal berubah menjadi bahan katalis yang potensial.
Warna kuning emas berubah menjadi berbagai warna pada skala nano di antaranya merah pada 20 nm.
Nanomaterial juga memperlihatkan keunikan lain, yaitu meningkatnya sifat fisika, kimia, elektrik dan sifat lainnya,
seperti:

Nanomaterial menunjukkan thermal konduktivity 10 kali lebih tinggi dibandingkan logam. Hal ini disebabkan adanya
vibrasi dari ikatan kovalen pada nanomaterial dan defect pada struktur nanomaterial sangat minimum.
Sebagian besar material mengalami patah pada saat diuji kuat lentur karena adanya defect, tapi nanomaterial memiliki
sedikit defect sehingga strukturnya lebih kuat.
Sel bahan bakar (fuel cell) dari nanomaterial dapat menurunkan biaya 10-100 kali lipat dari teknologi konvensional
Batere dan superkapasitor dari nanomaterial memiliki kemampuan 10-100 kali lipat teknologi konvensional
Karakteristik dari nanomaterial dapat meningkat atau bahkan sangat berbeda dibandingkan material pada umumnya.
Hal ini disebabkan dua faktor, yaitu:

Luas permukaan nanomaterial yang meningkat


Makin kecil ukuran maka luas permukaannya makin meningkat, sehingga karakteristik nanomaterial pun meningkat
dibandingkan ukuran makroskopisnya.

Efek kuantum
Ukuran skala nano (1-100 nm) merupakan ukuran partikel dimana efek kuantum menentukan perilaku dan
karakteristik partikel. Pada skala ini, sifat material sangat dipengaruhi ukuran. Sifat nanomaterial seperti titik lebur,
konduktivitas listrik, permeabilitas magnetik, warna, dan reaktivitas kimia merupakan fungsi dari ukuran partikel.
Sebagai contoh, suatu nanomaterial menunjukkan warna yang bervariasi tergantung ukurannya, pada ukuran 2 nm
berwarna putih, 5-24 nm warna merah yang bervariasi, 60 nm warna ungu, dan 90 nm warna biru.

Fenomena-fenomena unik dari nanomaterial membuka peluang aplikasi material tersebut di berbagai bidang,
diantaranya;

Pada bidang elektronika


Nanomaterial memberi dampak revolusioner pada komputer, sensor dan divais. Miniaturisasi material hingga orde
molekuler ini dilakukan, antara lain dipicu oleh tuntutan pengecilan ukuran perangkat elektronik dan komputer.
Sebagai contoh, dengan adanya nanomaterial, rangkaian terpadu atau IC berukuran 1 cm2 dapat dijejali milyaran
transistor sehingga rangkaian tersebut berkapasitas terabyte, bukan lagi gigabyte. Penggunaan nanoteknologi dalam
dunia komputer telah mengubah ukuran komputer menjadi semakin kecil dengan kemampuan dan kapasitas makin
meningkat. Begitu pula dengan telpon genggam, sehingga harganya semakin murah tapi kemampuan dan
kapasitasnya jauh lebih baik.

Kosmetik
Sunscreen berbahan dasar mineral nanopartikel seperti titanium oksida menunjukkan beberapa keuntungan,
diantaranya: dapat menyerap dan memantulkan sinar ultraviolet (UV) tapi masih transparent terhadap sinar tampak.

Cat
Penambahan nanopartikel ke dalam cat dapat meningkatkan performansi-nya seperti menjadi lebih ringan, lapisan cat
menjadi lebih tipis dan memberikan karakteristik yang berbeda. Cat tersebut dapat digunakan untuk keperluan
pesawat udara.

Kesehatan
Nanopartikel banyak digunakan di dunia kesehatan seperti pada drug delivery dan tissue engineering untuk
menggantikan atau memperbaiki jaringan sel yang rusak.

Katalis
Secara umum, nanomaterial memiliki luas permukaan yang besar sehingga dapat meningkatkan aktivitas katalitik dari
bahan katalis.

Makanan
Nanomaterial dapat digunakan pada tahap produksi, perlindungan dan pengemasan makanan. Proses pelapisan
nanokomposit dapat meningkatkan ketahanan kemasan makanan akibat adanya zat anti mikroba pada permukaan
lapisan kemasan.

Konstruksi
Nanoteknologi berpotensi untuk menjadikan konstruksi lebih cepat, murah dan aman. Silika digunakan sebagai
campuran pada konkrit konvensional. Penambahan silika nano pada konkrit dapat meningkatkan kekuatan mekanik-
nya. Penambahan silika nano pada material berbasis semen dapat mengendalikan degradasi reaksi fundamental
konkrit C-S-H (calcium silicate hydrate) yang disebabkan leaching kalsium dalam air atau sebagai pencegah penetrasi
air sehingga dapat meningkatkan durabilitas.

Pelapisan (coating) merupakan bagian konstruksi yang penting. Pelapisan bertujuan memberikan lapisan pelindung
yang dapat berikatan dengan bagian dasarnya, sehingga dihasilkan lapisan pelindung atau berfungsi khusus seperti
anti korosi, bersifat hidrofobik, tahan terhadap kandungan garam dalam air.

3. Preparasi Nanopartikel
Tujuan dari semua metode preparasi adalah menghasilkan nanopartikel dalam ukuran dan bentuk yang seragam.
a. Metode Kondensasi
Uap logam berpindah dari sumber panas ke dalam gas inert dingin dengan kombinasi aliran konvektif dan difusi
dan atom menguap bertabrakan dengan atom gas dalam ruangan, sehingga kehilangan energi kinetik.
 Pada akhirnya, partikel dikumpulkan, biasanya dengan deposisi pada permukaan yang dingin. Pembentukan
nanopartikel terjadi ketika uap dingin di zona kondensasi yang lebih besar sebagai tekanan gas rendah.
 Batas dalam zona kondensasi terletak dekat evaporator, dan sebagai tekanan gas turun tepi luarnya dapat bergerak
melampaui bejana reaksi.
 Sebagai tekanan gas naik hingga beberapa ratus Pa, ukuran partikel rata-rata pada kenaikan pertama dengan cepat dan
kemudian perlahan-lahan mendekati nilai batas pada tekanan lebih dari 2500 Pa.

Fasa kondensasi sintesis nanopartikel


 Pengendapan padat dari larutan adalah teknik umum untuk sintesis partikel halus. Nanopartikel dapat diproduksi jika
kondisi reaksi dan pasca trestment, kondisi secara hati-hati dikendalikan.
 Membentuk partikel monodispersi, partikel non diaglomerasi dengan distribusi ukuran yang sangat sempit, semua inti
harus terbentuk pada waktu yang hampir bersamaan.
 Banyak bahan yang mengandung partikel halus, seperti cat, tinta atau ferrofluids, hanya berguna jika partikel suspensi
tetap tersebar (non diaglomerasi).
 Misalnya, sifat magnetik diinginkan yang disebabkan oleh perilaku domain tunggal magnet tidak dapat direalisasikan
jika nanopartikel feromagnetik tidak isolasi dari satu sama lain.
 Jadi, sangat penting untuk menstabilkan partikel terhadap aglomerasi.
 Aglomerasi partikel halus disebabkan oleh gaya van der waals yang menarik dan / atau kekuatan yang cenderung
meminimalkan total permukaan atau energi antarmuka dari sistem.
 Kekuatan repulsif interpartikel yang diperlukan untuk mencegah aglomerasi.
 Aglomerasi partikel halus disebabkan oleh gaya van der waals yang menarik dan / atau kekuatan yang cenderung
meminimalkan total permukaan atau energi antarmuka dari sistem.
 Kekuatan repulsif interpartikel yang diperlukan untuk mencegah aglomerasi.
 Dua metode digunakan adalah, dispersi oleh tolakan elektrostatik dan stabilisasi sterik.

b. Metode Dispersi
Logam dilarutkan dalam larutan organik seperti diklorometana, kloroform dan etil asetat.
Campuran kemudian diemulsifikasikan dalam larutan air yang mengandung surfaktan agen pengemulsi untuk
membentuk emulsi minyak dalam air (o/w).
Setelah terbentuk emulsi yang stabil, pelarut organik dievaporasi dengan menurunkan tekanan atau dengan
pengadukan secara berkala.
Ukuran partikel yang terbentuk dipengaruhi oleh tipe dan konsentrasi dari stabilizer, kecepatan homogenizer dan
konsentrasi .
Untuk memproduksi ukuran partikel yang kecil, diperlukan homogenasi atau ultrasonikasi (Zambaux, et al.,
1998).

4. Pembuatan Nano Material

Nanomaterial adalah bidang ilmu material dengan pendekatan berbasis Nanoteknologi. Nanoteknologi adalah pembuatan
dan penggunaan materi atau devais pada ukuran sangat kecil. Materi atau devais ini berukuran antara (1 – 100) nanometer.
Satu nm sama dengan satu-per-milyar meter (0.000000001 m), yang berarti 50.000 lebih kecil dari ukuran rambut manusia.
Ukuran (1 – 100) nm ini disebut juga dengan skala nano (nanoscale). Jadi, dapat disimpulkan bahwa nanomaterial itu
adalah bahan atau material yg berukuran sangat kecil (skala nano) yaitu 1-100 nm. Teknologi nano meliputi pencitraan,
pemodelaan, pengukuran, fabrikasi dan memanipulasi sesuatu pada skala nano.
Sintesa Nanomaterial
Pembuatan nanomaterial dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan top-down dan bottom-
up.

1) Top down
Dalam pendekatan top-down, pertama bulk material dihancurkan dan dihaluskan sedemikian rupa sampai berukuran nano
meter. Pendekatan top-down dapat dilakukan dengan teknik MA-PM (mechanical alloying-powder metallurgy) dan atau
MM-PM (mechanical milling-powder metallurgy), Dalam mekanisme mechanical alloying, material dihancurkan hingga
menjadi bubuk dan dilanjutkan dengan penghalusan butiran partikelnya sampai berukuran puluhan nanometer. Kemudian,
bubuk yang telah halus disinter hingga didapatkan material final. Contohnya nano baja diperoleh dari penghalusan bubuk
besi dan karbon hingga berukuran 30 nm, dan disinter pada suhu 723°C pada tekanan 41 Mpa dalam suasana gas nitrogen.
Teknik MM-PM (mechanical alloying-powder metallurgy) ini dapat dilakukan dengan :
a) Ball milling
Teknologi ball milling yaitu menggunakan energi tumbukan antara bola-bola penghancur dann dinding wadahnya. Untuk
mendapatkan partikel nano dalam jumlah banyak dan dalam waktu relatif pendek, dilakukan inovasi pada mesin ball mill,
dengan merubah putaran mill menjadi berlintasan planet (planetary) di dalam wadahnya yang memiliki tuas pada kedua
sisi, untuk mengatur sudut putaran yang optimal. Dan distabilisasi dengan meng-gunakan larutan kimia seperti polyvinyl
alcohol (PVA) atau polyethilene glycol (PEG) sehingga membentuk nanokoloid yang stabil (Fahlefi, 2010)
b) Ultrasonic milling atau sonikasi
Prosesnya dengan cara menggunakan gelombang ultrasonik dengan rentang frekuensi 20 kHz – 10 MHz. Gelombang
ultrasonik ditembakkan ke dalam mediium cair untuk menghasilkan kavitasi bubble yang dapat membuat partikel
memiliki diameter dalam skala nano. Gelombang ultrasonik bila berada di dalam medium cair akan dapat menimbulkan
acoustic cavitation. Selama proses cavitation akan terjadi bubble collapse (ketidakstabilan gelembung), yaitu pecahnya
gelombang akibat suara. Akibatnya akan terjadi peristiwa hotspot yang melibatkan energi yang sangat tinggi. Dimana
hotspot adalah pemanasan lokal yang sangatintens sekitar 5000 K pada tekanan sekitar 1000 atm, laju pemanasan dan
pendinginannya sekitar 1010 K/s

2) Bottom up
Dalam pendekatan bottom-up, material dibuat dengan menyusun dan mengontrol atom demi atom atau molekul demi
molekul sehingga menjadi suatu bahan yang memenuhi suatu fungsi tertentu yang diinginkan. Sintesa nanomaterial
dilaku-kan dengan mereaksikan berbagai larutan kimia dengan langkah-langkah tertentu yang spesifik sehingga terjadi
suatu proses nukleasi yang meng-hasilkan nukleus-nukleus sebagai kandidat nanpar-tikel setelah melalui proses
pertumbuhan. Laju pertumbuhan nukleus dikendalikan sehingga menghasilkan nanopartikel dengan distribusi uku-ran
yang relatif homogen (Gambar 1).
Pembentukan nanomaterial logam koloid secara bottom up (Kumar, 2005)
Paduan logam organik didekomposisi (di-reduksi) secara terkontrol sehingga ikatan logam dan ligannya terpisah. Ion-ion
logam hasil posisi bernukleasi membentuk nukleus-nukleus yang stabil, yang dibangkitkan baik dengan meng-gunakan
katalis maupun melalui proses tumbukan. Selanjutnya nukleus-nukleus stabil tersebut ber-tumbuh membentuk
nanopartikel. Untuk menghindari proses aglomerasi antara nanopartikel-nanopartikel yang ada, lang-kah stabilisasi
dilakukan dengan menggunakan larutan separator.

Pendekatan bottom up ini dapat dilakukan dengan:


a) Dekomposisi termal
1. Evaporasi
Dekomposisi lapisan tipis dengan cara penguapan dan pengembunan yang dilakukan di ruang vakum.
2. Sputtering
Proses sputering adalah proses dengan cara penembakan bahan pelapis atau target dengan ion-ion berenergi tinggi
sehingga terjadi pertukaran momentum. Proses sputtering mulai terjadi ketika dihasilkan lucutan listrik dan gas sputer
secara listrik menjadi konduktif karena mengalami ionisasi.
3. CVD (Chemical Vapour Deposition)
Merupakan proses yang didasarkan pada hidrolisis dan polikondensasi dari prekusor yang dibentuk melalui metode dip
coating atau spin coating.
4. MOCVD
Merupakan teknik deposisi uap kimia dengan metode pertumbuhan epitaksi pada material. Misalnya material
semikonduktor yang berasal dari material metalorganik dan hidrida logam.

Pembagian nano
a. Nol dimensi : Nanopartikel (oksida logam, semikonduktor, fullerenes)
b. Satu dimensi : Nanotubes, nanorods, nanowires
c. Dua dimensi : Thin films (multilayer, monolayer, self-assembled, mesoporous)
d. Tiga dimensi : Nanokomposit, nanograined, mikroporous, mesoporous, interkalasi, organik dan anorganik hybrids.

Karakterisasi
Terdapat beberapa macam alat untuk mengkarakterisasi material yang berukuran nanometer. Mikroskop cahaya tidak
dapat digunakan untuk mengkarakterisasi material yang berukuran nanometer. Hal ini dikarenakan panjang gelombang
cahaya tampak yang digunakan pada mikroskop cahaya memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada dimensi
sistem yang diamati. Seperti yang diketahui bahwa panjang gelombang cahaya tampak sekitar 400-700 nm. Oleh karena
itu, mikroskop cahaya tidak bisa mengamati sistem yang berukuran nanometer (Lia.et.al, 2010).

1. SEM
Mikroskop elektron merupakan alat yang menggunakan sinar elektron berenergi tinggi untuk menguji objek yang
berukuran sangat kecil. Pengujian ini dapat memperoleh informasi mengenai topografi, morfologi, komposisi dan
kristalografi. SEM adalah salah satu tipe mikroskop elektron yang mampu menghasilkan resolusi tinggi dari gambaran
suatu permukaan sampel.

2. XRD
Difraksi Sinar X merupakan teknik yang digunakan dalam karakteristik material untuk mendapatkan informasi tentang
ukuran atom dari material kristal maupun nonkristal. Difraksi tergantung pada struktur kristal dan panjang gelombangnya.
Metode difraksi sinar X digunakan untuk mengetahui struktur dari lapisan tipis yang terbentuk.

3. STM
Scanning Tunneling Mikroscopies (STM) merupakan mikroskop non-optik yang dapat digunakan untuk mengamati
struktur permukaan suatu material. STM adalah mikroskop non-optik yang membaca probe listrik pada permukaan yang
kemudian dicitrakan untuk mendeteksi arus listrik antara tip dan permukaan atom yang dipelajari. STM memungkinkan
untuk memvisualisasikan densitas elektron dan mengetahui posisi masing-masing atom dan jari-jari permukaan kisi. STM
menghasikan bentuk tiga dimensi dari permukaan yang berguna untuk mengkarakterisasi kekasaran permukaan dan
mengetahui ukuran dan komposisi molekul yang menyusun permukaan atom.

4. XRF
XRF adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kandungan unsur dalam bahan yang menggunakan metode
spektrometri. XRF merupakan pemancaran sinar X dari atom tereksitasi yang dihasilkan oleh tumbukan elektron berenergi
tinggi, partikel-partikel lain, atau suatu berkas utama dari sinar X lain. Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan
identifikasi dan pencacahan sinar-X karakteristik yang terjadi dari peristiwa efekfotolistrik.

5. TEM
Sama seperti SEM, TEM juga digunakan untuk mengkarakterisasi suatu material, biasanya untuk material berukuran
nanometer. Namun TEM memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada SEM. Malah, High Resolutin TEM (HR-TEM)
dapat menentukan lokasi atom-atom dalam material. Cara kerjanya pun sangat mirip dengan prinsip Rontgen dalam
kedokteran.

6. AFM
AFM merupakan alat pengkarakterisasi material dengan menggunakan gaya atom antar tip dan substrat. AFM adalah salah
satu alat terpenting untuk pencitraan, mengukur, dan memanipulasi materi pada skala nano.
Beberapa efek penting yang dimiliki benda jika ukurannya diperkecil menuju skala nano:
1. Efek permukaan
Semakin kecil ukuran benda maka permukaan atom penyusun benda tersebut yang terekspos dipermukaan benda akan
memiliki fraksi yang semakin besar. Nanomaterial memiliki surface area yang besar daripada material awalnya. Hal ini
dapat meningkatkan reaktifitas kimia dan meningkatkan kekuatan sifat elektronik.
2. Efek ukuran
Hal ini diakibatkan karena ukuran dari nanomaterial menjadi komparabel dengan banyak parameter fisis seperti ukuran
gelombang kuantum, mean free path, ukuran koherensi, dan domain dimensi yang kesemuanya menentukan sifat – sifat
dari material.

3. Efek kuantum

Berdasarkan teori Kubo mengenai energi gap elektron yang dirumuskan sebagai:
ΔE=A/d^E
dimana ΔE adalah energi gap, d sebagai diameter partikel, dan A adalah konstanta material Ketika perbedaan energi (delta
E) lebih besar dari nilai k.T (maksimal internal energi dari sistem), maka akan banyak sifat yang ada pada bulk material
yang hilang dan digantikan dengan sifat yang unik.
Pita energi yang kontinyu tergantikan oleh energi level yang terpisah jika ukuran partikel mendekati radius Bohr dari
elektron dalam padatan hal ini dikenal dengan efek kuantum. Untuk nanomaterial, energi bandgap sangat sensitif terhadap
morfologinya (ukuran, bentuk, defek) dan dari distribusi komposisinya.
Kombinasi dari efek – efek tersebut menimbulkan munculnya sifat fisis yang berbeda dari sifat yang dimiliki
oleh bulk materialnya. Fenomena unik yang dapat diamati pada sifat-sifat magnetik, mekanik, listrik, termal, optik, kimia
dan biologi yaitu : (

1. Sifat elektrik : Nanomaterial dapat mempunyai energi lebih besar dari pada material ukuran biasa karena memiliki
surface area yang besar. Hal ini berkaitan dengan resistivitas elektrik yang mengalami kenaikan dengan berkurangnya
ukuran partikel. Contohnya : material yang bersifat isolator dapat bersifat konduktor ketika berskala nano, sedangkan
contoh aplikasinya: Baterai logam nikel hibrida terbuat dari nanokristalin nikel dan logam hibrida yang membutuhkan
sedikit recharging dan memiliki masa hidup yang lama. Efisiensi efek termoelektrik akan meningkat pada bahan
beskala nano. Partikel logam/semikonduktor berukuran nano memiliki warna emisi berbeda dibandingkan partikel
tersebut dengan ukuran skala mikro.

2. Sifat magnetik : tingkat kemagnetan akan meningkat dengan penurunan ukuran butiran partikel dan kenaikan spesifik
surface area persatuan volume partikel sehingga nanomaterial memiliki sifat yang bagus dalam peningkatan sifat
magnet (ketika ukuran butir bahan magnetik diperkecil hingga skala nano, bahan feromagnetik berubah menjadi
bahan superparamagnetik). Contohnya: Magnet nanokristalin yttrium-samarium-cobalt memiliki sifat magnet yang
luar biasa dengan luas permukaan yang besar.

3. Sifat mekanik lebih besar bila dibandingkan dengan material dengan ukuran biasa (salah satu sifat mekanik bahan
adalah kekuatan luluh yaitu batas maksimum kekuatan suatu bahan sebelum mengalami deformasi plastis (berubah
bentuk). Jika ukuran butir suatu logam atau keramik lebih kecil dari ukuran butir kritis (<100 nm) , sifat mekanik
bahan berubah dari keras menjadi lunak.Contoh aplikasinya :Apabila material nano digunakan pada cat, akan berefek
antigores, antiluntur, dan memantulkan panas. Cat berpartikel nano akan membuat rumah atau kendaraan tetap sejuk
meski terpapar sinar matahari.

4. Sifat optik : Sistem nanomaterial memiliki sifat optik yang menarik, yang mana berbeda dengan sifat kristal
konvensional. Kunci penyumbang faktor masuknya quantum tertutup dari pembawa elektrikal pada nanopartikel,
energi yang efisien dan memungkinkan terjadinya pertukaran karena jaraknya dalam sekala nano serta memiliki
sistem dengan interface yang tinggi. Dengan perkembangan teknologi dan material mendukung perkembangan sifat
nanofotonik. Dengan sifat optik linier dan nonlinier material nano dapat dibuat dengan mengontrol dimensi kristal dan
surface kimia, teknologi pembuatan menjadi faktor kunci untuk mengaplikasikan. Contoh: Electrochromik untuk
liquid crystal display (LCD)

5. Sifat kimia : Merupakan faktor yang penting untuk aplikasi kimia nanomaterial yaitu penumbahan surface area yang
mana akan mngningkatkan aktivitas kimia dari material tersebut. Contoh aplikasi : Teknologi fuel cell dimana dalam
fuel cell digunuakan logam Pt dan Pt-Ru

6. Sifat katalisis :Nanomaterial cenderung memiliki aktivitas katalisis yang lebih baik. Hal ini disebabkan luas
permukaan yang bertambah dan atom diujung – ujung permukaan semakin banyak mengakibatkan bertambahnya
reaktivitas dari bahan. Dibawah ini dicontohkan data aktivitas dari logam emas untuk mengkatalis oksidasi CO
dengan semakin mengecilnya ukuran partikel.

Temperatur lebur nanomaterial


Temperatur lebur suatu material sangat bergantung pada ukuran partikelnya. Semakin kecil ukuran suatu partikel makin
kecil temperatur leburnya (Schaefer, 2010). Emas pada ukuran besar (bulk) memiliki temperatur lebur 1.064oC, sementara
jika ukurannya 2 nm temperatur leburnya turun menjadi 200oC. Hubungan temperatur lebur dengan ukuran partikel
dinyatakan oleh Persamaan 2:
(2)
Dengan temperatur lebur pada ukuran bulk, α adalah konstanta yang bergantung pada jenis material, ρ adalah
densitas material, R adalah jari-jari partikel dan H adalah kalor laten fusi material.
Lebar celah pita energi nanomaterial
Lebar celah pita energi suatu material dipengaruhi ukuran partikelnya (Schaefer, 2010). Jika lebar celah pita energi suatu
material telah diperoleh, maka ukuran partikel dapat ditentukan. Hubungan antara jari-jari partikel Rdan lebar celah pita
energi ΔE dapat dirumuskan sebagai:

(3)
Dimana: Eg adalah energi transisi hasil pengukuran nanopartikel, Egbulk adalah energi transisi material dalam
ukuran bulk, h adalah konstanta Plank, e adalah muatan elektron, mo adalah massa diam elektron, me adalah massa
efektif elektron, mh adalah massa hole, ε dan εo masing-masing adalah konstanta dielektrik material dan permitivitasnya
pada ruang hampa (Horasdia).
Aplikasi nanomaterial
Beberapa contoh aplikasi nanomaterial adalah sebagai berikut: (Ade, 2011)
1. Kesehatan
· Contrast agent untuk pencitraan sel dan terapi untuk mengobati kanker
· Nanoteknologi-on-a-chip
· Drug delivery vehicles
· Kosmetik yang dapat melindungi diri dari bahaya sinar ultraviolet .
2. Lingkungan Hidup: Nanofiltration terutama digunakan untuk menghilangkan ion atau pemisahan fluida yang berbeda.
3. Elektronika: Salah satu aplikasi dalam elektronika adalah sebagai Memori Storage.
Kelebihan
· Dengan ukuran partikel yang sangat kecil namun efisiensi yang jauh lebih tinggi dibanding pada saat partikel berukuran
normal.
· Fenomena unik sifat-sifat mekanik, fisika, kimia, biologi, listrik, termal dan elektrik pada skala nano membuka peluang
aplikasi bahan dan teknologi nano diberbagai bidang.
· Dengan adanya fenomena unik diatas maka banyak inovasi baru misalnya : mengubah polusi panas menjadi energi listrik,
mobil berbahan baku nanas.
Penerapan material nano bukan hanya pada bidang teknik, melainkan juga pada produk makanan, obat-obatan, dan
kosmetik.
Produk yang dihasilkan jauh lebih berkualitas, yaitu tidak mudah aus, hemat enrgi karena tahan panas, dan tidak
memerlukan pendinginan, dengan demikian , akan menghemat biaya oprasional dan pemeliharaan serta ramah
lingkungan.
Kekurangan
Nanopartikel berbahaya bagi kesehatan karena Nanopartikel dapat mengganggu jalannya transportasi substansi vital
masuk dan keluar sel, sehingga mengakibatkan kerusakan fisiologis sel dan mengganggu fungsi sel normal.
Bioavailability, didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk menembus membran/lapisan jaringan tubuh melalui
berbagai cara paparan (kulit, pernafasan, dan pencernaan).
Bioaccumulation, didefinisikan sebagai kemampuan partikel yang terabsorpsi untuk terakumulasi didalam jaringan
tubuh organisme dengan berbagai jalur paparan.
Toxic Potential, efek dari toksisitas nanomaterial dimungkinkan melalui berbagai sebab yaitu kemampuan oksidasi,
inflamasi dari iritasi fisis, pelepasan dari radikal yang terkandung dan dari pengotor (impurities) dari pembuatan
nanomaterial misalkan sisa katalis, pengotor bahan baku yang kurang murni.

A. Sifat dan Aplikasi Nanomaterial Magnetik sebagai Katalis

Di dalam paper ini akan dibahas mengenai sifatdan kegunaan nanomaterial magnetik khususnya di bidang katalis
heterogen sintesis senyawa organik yang aktifdan dapat digunakan kembali (reusable).

Beberapa tahun belakangan ini, nanosains dannanoteknologi telah menjadi bidang kajian yangberkembang
dengan cepat dan menarik perha-tian para ilmuwan, baik yang berkiprah di duniaakademik maupun sektor
industri praktis [1-3].Keluaran dari nanosains dan nanoteknologi adalahberupa material yang berdimensi nanometer
(dise-but dengan nanomaterial), yaitu semua materialyang memiliki ukuran partikel antara 1-100 nm [4].Struktur,
sifat dan fungsi dari nanomaterial secarabertahap mulai dimengerti dengan ditemukannyaberagam manfaat dari
nanomaterial serta perkem-bangan instrumen karakterisasi modern. Hinggasaat ini, nanomaterial banyak
disintesis oleh parapeneliti karena material tersebut memiliki sifat-sifatyang sangat berbeda dengan material sejenis
yangberada dalam ukuran yang lebih besar [5].Padaperkembanganselanjutnya,untukmeningkatkan efisiensi/aktivitas
kerja, fungsi dankebutuhan industri yang spesifik, khususnya dibidang fisika material, biosensor, elektronik
dankimia katalis, dilakukan modifikasi sifat dari nano-material menjadi sensitif dalam memberikan res-pon
terhadap medan magnet, yang disebut dengannanomaterial magnetik [6]. Material jenis ini, se-lain memiliki luas
permukaan yang besar dan sifatfisikokimia yang beragam [7], juga telah diman-faatkan secara nyata dalam
pengobatan kanker,agen kontras dalam Magnetic Resonance Imaging(MRI) dan pelepasan obat terkontrol
(controlleddrug delivery) [8]. Dengan banyaknya aplikasi darinanomaterial magnetik yang ditemui, maka paperini
bertujuan untuk mengulas mengenai perkem-bangan jenis-jenis nanomaterial magnet, sifat sertakegunaannya
dalam bidang katalisis untuk meng-hasilkan produk-produk fungsional.PembahasanTipe Pembuatan dan Sifat-Sifat
Nanomate-rial MagnetikSelama dekade terakhir, banyak nanomaterialmagnetik yang telah dibuat, sebagai
contoh mi-salnya MnFe2O4, CoFe2O4[2], Fe3O4-sitrat [8],Fe3O4@SiO2[9], Co@SiO2[10] dan strontium hek-
saferrite tersubstitusi oleh Bi-Cr [11]. Nanoma-terial magnetik dapat dibuat menggunakan tigamacam metode,
yaitu secara fisika, kimia dan me-manfaatkan mikroba.

Salah satu pembuatan nanomaterial magnetiksecara fisika adalah dengan teknikelectron-beamlitography. Cara
ini dapat menghasilkan nanomate-rial dengan ukuran partikel yang relatif sangat ke-cil, yaitu 5-10 nm.Electron-beam
lithographydibagilagi menjadi 3 tipe, yaitu sistemscanning(singleataumultiple Gaussian beam) yang mempunyai
2keunggulan, fleksibel dan murah; sistem paparanparalel, dengan keunggulan berupa kecepatan pro-duksi yang
tinggi dan biayanya murah; serta sis-tem hibrid, yang lebih kompleks dibandingkandengan cara Gaussian
[12]. Cara kedua pembu-atan nanomaterial magnetik adalah dengan metodekimia, yang meliputi beberapa
teknik, yaitu sol-gel, kopresipitasi, dekomposisi termal suhu tinggi,dan metode elektrokimia, yang dapat
ditemukanpada beberapa referensi [2,8,13,14]. Untuk metodepembuatan nanomaterial magnetik
menggunakanmikroba masih jarang, walaupun ada peneliti yangmulai mengeksplorasi cara ini [15,16].Penggabungan
partikel-partikel (aglomerasi)dari nanomaterial magnetik merupakan kendalayang sering ditemui. Untuk
mengontrol ukuranpartikel tersebut, digunakan agen penstabil. Be-berapa contoh agen penstabil dapat berupa
sur-faktan, polimer, maupun senyawa kompleks koor-dinasi, seperti 3-aminopropil trimetoksisilana
[9],kompleks Co(II) dengan basa Schiff [10], glisin,3-glisidoksipropil trimetoksisilana, poli-lisin [14],serta
perpaduan antara grapheme oxide dan kar-boksimetilselulosa [17].Setelah proses pembu-atan nanomaterial
magnetik, analisis keberhasi-lannya dapat dilakukan dengan berbagai macamteknik instrumentasi, seperti
Scanning Electron Mi-croscopy (SEM), Transmission Electron Microscopy(TEM), Energy Dispersive X-ray
tandem Trans-mission Electron Microscopy (EDX-TEM), difraksisinar-X (XRD), Atomic Force Microscopy
(AFM)dan Electron-Energy-Loss Spectrometry (EELS)[3].Sifat khas dari nanomaterial magnetik
adalahmemberikan respon terhadap medan magnet eks-ternal. Berdasarkan kuat/lemahnya respon, nano-material
ini diklasifikasikan menjadi 5 tipe, yaitudiamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik, anti-ferromagnetik dan
ferrimagnetik [3].

Material de-ngan momen magnetik atom tidak berpasangandigolongkan sebagai paramagnetik. Apablia ma-
terial ini memiliki ukuran nano, sifat magnetnyaakan lebih kuat daripada material sejenis denganukuran yang
lebih besar [15]. Dua faktor utamayang mempengaruhi sifat magnet dari suatu ma-terial adalah pH medium
ketika dilakukan pembu-atan material serta kenaikan temperatur [18-20].

A. Abendiniet al. mensintesis nanomaterial Fe2O3menggunakan teknik radiasi sinar gamma dimanapada
prosesnya dilakukan variasi pH larutan [18].Pada pH rendah, kecepatan reduksi ion Fe3+menu-run sehinga
produknya didapatkan campuran ma-terial yang memiliki sifat dia dan paramagnetik.Kenaikan pH medium
sampai dengan 12 menye-babkan electron yang terdapat dalam keadaanterhidrasi semakin banyak dan
meningkatkan ke-cepatan reduksi ion Fe3+, konsekuensinya adalahpembentukan nanomaterial Fe3O4yang
bersifat su-perparamagnetik. Apabila pH dinaikkan menjadidiantara 12-14, terjadi pembentukan padatan cok-lat
sebagai FeOOH sebelum radiasi sinar gammadilakukan. Analisis menggunakan Vibrating Sam-ple
Magnetometer (VSM), suatu alat pengukursifat magnet, menunjukkan bahwa FeOOH bersifatparamag- netik [18].
Faktor kedua yang mempen-garuhi besarnya sifat magnet adalah temperatur.I. Sadiqet al.telah membuktikan
bahwa denganadanya kenaikan temperatur dari 100 menjadi 200-500oC terjadi pola penurunan kemagnetan dari ma-
terial Sr2–xGdxNi2Fe28–yCdyO46(x= 0,00; 0,02;0,04; 0,06; 0,08; 0,10 dany= 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4;0,5) [20]

Nanomaterial Magnetik sebagai Katalis

Nanomaterial magnetik dapat diaplikasikan se-bagai katalis heterogen pada berbagai macam reaksikimia [21-23].
Penggunaan material ini mendapatperhatian dari peneliti-peneliti di berbagai bela-han dunia disebabkan karena
tidak korosif, mudahdipisahkan dari campuran reaksi, dapat digunakandan diperoleh kembali (reusable and
recoverable)[21,23]. Hal ini sangat mendukung proses reaksidalam menghasilkan produk yang lebih
bergunadengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip yangramah lingkungan [23]. Berikut ini merupakan be-berapa
jenis reaksi kimia yang menggunakan nano-material magnetik sebagai katalis untuk mengak-selerasi proses
sintesisnya.Sintesis BiodieselReaksi sintesis biodiesel dapat dilakukandengan menggunakan paduan
(alloy) nanoma-terial magnetik, seperti Ca/Fe3O4@SiO2[24],MgO/MgAl2O4[25] dan
CsH2PW12O40/FeSiO2[26]. M. Feyzi and L. Norouzi membuat nanoma-terial Ca/Fe3O4@SiO2dalam tiga tahap
[24]. Per-tama, Fe3O4yang berukuran nano dibentuk denganmetode kopresipitasi. Setelah itu, ke dalam nano-
material Fe3O4ditambahkan larutan tetraetoksisi-lana dalam suasana basa (NH3) sehingga terben-tuk
Fe3O4@SiO2. Terakhir, nano Ca/Fe3O4@SiO2disiapkan dengan menambahkan larutan kalsiumnitrat tetrahidrat
sebagai prekursor melalui teknikimpregnasi basah. Reaksi sintesis biodiesel meng-gunakan nanomaterial
Ca/Fe3O4@SiO2mencapaikeadaan optimum pada kondisi operasi dimana ra-sio methanol/minyak nabati 15:1 pada
65oC selama5 jam dan biodiesel yang terbentuk mencapai 97%yield [24].27
Bayu Ardiansahet al. / Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika2(2), 26 - 31 (2016)Gambar 1 Alur pemanfaatan
nanomaterial magnetik sebagai katalis heterogen.Sintesis Benzimidazol dan BenzotiazolMagnetite yang
dimodifikasi silika dan kola-gen (Fe3O4@SiO2/kolagen) dapat digunakan se-bagai katalis pada sintesis
senyawa benzimidazoldan benzotiazol, dimana senyawa ini merupakansenyawa heterosiklis yang memiliki
berbagai aktiv-itas biologi [27]. Hibrid organik anorganik padananomaterial ini dikarakterisasi dengan1H-
NMRdimana menunjukkan puncak-puncak proton padasenyawa kolagen [27]. Nanomaterial termodifikasitersebut
dapat digunakan secara berulang sampaidengan 4 kali reaksi dengan tetap menghasilkanrendemen produk yang
tinggi (73-97%).Reaksi Heck dan tandem Mizoroki-HeckCore@shell Fe3O4@SiO2yang dimodifikasi de-ngan
menggunakan logam palladium akan meng-hasilkan nanomaterial Fe3O4@SiO2-palladium yangdapat digunakan
sebagai katalis ramah lingku-ngan untuk reaksi Heck silang [28].Pd(0) da-pat terikat ke dalam sistem
nanomaterial den-gan memanfaatkan dua agen pengikat, yaitu tri-etoksivinilsilana (VTEOS) dan N-(2-
aminoetil)-3-aminopropiltrimetoksisilana (AEAPS) melaluiikatan koordinasi. Kekuatan magnet dari mate-rial
ini mencapai 80 emu/g.

Aplikasi pada reaksiHeck menunjukkan bahwa nanokatalis ini sangataktif, dengan 0,1% mol Fe3O4@SiO2-
palladiumselama 6 jam dan suasana basa (K2CO3) akanmenghasilkan produk reaksi dengan 100% konversi[28].
Reaksi tandem Mizoroki-Heck juga dapat di-langsungkan menggunakan nanomaterial magnetikyaitu poly(N-
vinilpirolidon yang ter-loadingpalla-dium dan besi [29]. Nanomaterial ini sangat aktifdan menghasilkan produk
dengan rendemen ter-tinggi sebesar 96% hanya dalam waktu 30 menit.Hidrogenasi NitroaromatikU. Kurtan
danco-authorsmelakukan pem-buatan nanokatalis magnetik paduan Fe3O4danperak dengan dimodifikasi oleh
asam nikotinat,Fe3O4@Nico@Ag, yang digunakan pada reaksihidrogenasi senyawa nitroaromatik menjadi
tu-runan anilin [30]. Kekuatan magnet dari mate-rial ini mencapai 50 emu/g pada pemberian medanmagnet
15000 Oe. Konversi nitroaromatik men-jadi nitroanilin dapat diakomodir dalam waktukurang dari 5 menit.
Pada pemakaian pertama,Fe3O4@Nico@Ag mampu mengkonversi 100% ni-troaromatik, sedangkan pada
pemakaian berulangyang keempat mampu mengkonversi sebesar 93%[30]. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwananomaterial magnetik ini sangat aktif dan sta-bil. Pada penelitian yang lain, senyawa kloroni-
troaromatik juga merupakan substrat target untukdikonversi menjadi anilin tersubstitusi.Hal inikarena anilin
merupakan produk intermediet padapembuatan poliuretan, ban mobil, zat warna danherbisida [31]. Y. Kieet al.
melakukan reaksihidrogenasi senyawa kloronitroaromatik menggu-nakan nanokatalis alloy Pt/C(Ni). Reaksi
organikdapat dilangsungkan pada temperatur 30oC dantekanan atmosfer [31].Reaksi Hidrasi dan HidrosianasiS.
Rostamizadehet al. membuat nanomaterial(α-Fe2O3)-MCM-41-HS-Au dari kombinasi reaktan(α-Fe2O3)-MCM-41,
(3-merkaptopropil) trimetok-sisilana (MPTMS) dan HAuCl4 [32]. Katalis (α-Fe2O3)-MCM-41-HS-Au mampu
mempercepat lajureaksi hidrasi alkuna menjadi suatu vinil alkoholyang terhubung dengan cincin aromatik.
Reaksiini dapat dijalankan pada temperatur kamar danpada berbagai macam variasi pelarut seperti diok-san,
methanol dan air.Akan tetapi, rendementertinggi (100%) berhasil dicapai ketika reaksi di-langsungkan tanpa
menggunakan pelarut (solvent-free) [32]. Tidak hanya reaksi hidrasi, reaksi adisiHCN (hidrosianasi) terhadap ikatan
rangkap padasenyawa chalcone juga dapat dilakukan menggu-nakan katalis magnetik hidroksiapatit yang di-
fungsionalisasi oleh tiourea (tiourea-mHAp) [33].Nanomaterial tiourea-mHAp mengkatalisis reaksidengan
menghasilkan rendemen sebesar 85-92%.Pada penggunaan berulang, material ini dapat di-gunakan sebanyak 10
kaliruntanpa kehilanganaktivitas katalitik yang berarti (yield 90-78%).Sintesis Senyawa ImidazolA. Malekiet al.
membuat nanomaterial mag-netik Fe3O4@SiO2-urea yang digunakan padareaksi sintesis imidazol [34].

Sifat magnet

Fe3O4@SiO2-urea lebih rendah apabila diban-dingkan dengan Fe3O4@SiO2dan Fe3O4.Mag-netite


Fe3O4mempunyai kemagnetan 50,5 emu/g(8000 Oe) dan Fe3O4@SiO2sebesar 38,2 emu/g(8000 Oe), sementara
itu Fe3O4@SiO2-urea hanya24,7 emu/g (8000 Oe). Walaupun sifat kemagne-tannya tergolong rendah,
Fe3O4@SiO2-urea mampumengkatalisis reaksione-pot multicomponentyangterdiri dari benzyl/benzoin, aldehida
aromatikdan ammonium asetat untuk menghasilkan imi-dazol dengan rendemen tertinggi sebesar 95% de-ngan
kondisi berat katalis 0,0088 g, pelarut etanoldalam sistem refluks pada 50oC [34]. NanomaterialFe3O4@SiO2-urea
mampu digunakan hingga 6 kalipengulangan reaksi dengan prosedur yang samadengan nilai rendemen 95, 92, 92,
90, 86 dan 80%.Sintesis Senyawa KromenSenyawa kromen dapat disintesis menggunakannanomaterial magnetic
CuFe2O4sebagai katalis[35]. Sebelum diaplikasikan pada sintesis, CuFe2O4dibuat terlebih dahulu melalui teknik
kopresipi-tasi dengan bantuan gelombang ultrasonik dalammedium pH basa. Prekursor berupa
CuSO4danFeCl3dilarutkan dalam air bebas ion milipore dandisonikasi selama 15 menit. Kedua larutan terse-but
kemudian dicampurkan dan disonikasi kembali.Nanomaterial didapatkan setelah pada campuranditambah KOH 3M,
dan endapan coklat yang ter-bentuk dikeringkan pada temperatur 60oC. Sifatmagnet yang didapatkan sangat
rendah, yaitu sebe-sar 0,08 emu/g pada pemberian medan 8000 Oe[35].Katalis CuFe2O4potensial untuk
digunakanpada sintesis senyawa turunan kromen. Hal iniditunjukkan dengan keaktifan yang dimiliki
padapenelitian Rajputet al. yang dapat menghasilkanrendemen kromen tertinggi sebesar 92% pada peng-gunaan 0,07
mmol nanomaterial dan reaksi di-lakukan pada pelarut etanol, 60oC dan waktu reaksi4 menit [35]. Senyawa
kromen yang mengandungrangka nikotinonitril dapat disintesis menggunakankatalis nanobiokompositγ-
Fe2O3/selulosa/Ag [36].Nanomaterial ini disiapkan dengan menggunakanmetode kopresipitasi antara Fe2+dan
Fe3+, di-mana kedua larutan ini ditambahkan bersama-samatetes demi tetes ke dalam larutan selulosa yangtelah
disiapkan sebelumnya menggunakan PEG-2000/NaOH sebagai penstabil. Di dalam wadahyang lain, disiapkan
larutan AgNO3yang dista-bilkan oleh poli(N-vinilpirolidon). Larutan dalamkedua wadah dicampur dan
ditambahkan agenpereduksi NaBH4sehingga terbentuk nanobiokom-positγ-Fe2O3/selulosa/Ag. Kejenuhan
magnetikdari komposit ini adalah 6,2 emu/g.

Pada peng-aplikasiannya sebagai nanokatalis, material inimampu menghasilkan produk dengan


rendementertinggi senilai 89% dengan waktu reaksi selama1,5 jam pada penggunaan 0,15 g katalis [36].Reaksi
Adisi MichaelNanomaterial Fe3O4terfungsionalisasi L-DOPA(L-3,4-dihidroksifenilalanin)yangterkoordinasidengan
Cu(II) berhasil dibuat oleh A. Dattaetal.dan digunakan pada reaksi adisi Michael[37]. Fe3O4disiapkan
dengan metode kopresipi-tasi menggunakan FeCl2dan FeCl3. Setelah Fe3O4terbentuk, ditambahkan ke dalam
larutan panasL-DOPA dan distirrer selama 24 jam. Pada tahapterakhir, CuCl2didispersikan ke dalam Fe3O4@L-
DOPA dan distirrer selama 4 jam. Padatan yangterbentuk kemudian dioven pada temperatur 60oCselama 2 jam,
dan ditandai sebagai nanomate-rial Fe3O4@L-DOPA@Cu(II). Sifat magnet dariFe3O4@L-DOPA (18,9 emu/g)
lebih rendah dari-pada nanomaterial Fe3O4(58,2 emu/g). Penurunanini disebabkan olehcoatingstruktur organik
yangbersifat diamagnetik. Akan tetapi setelah penem-pelan Cu(II), sifat magnetnya sedikit bertambah(26,7
emu/g) [37].Reaksi adisi Michael adalahreaksi pemasukan nukleofil disertai penjenuhanrantai C-C dimana
ikatan rangkap bertetanggadengan gugus karbonil atau gugus penarik elek-tron yang lain. Pada penelitian A.
Dattaet al.didapatkan produk dengan rendemen yang baik,antara 58-68% danenantiomeric excesssebesar 55-75%.
Nilai ini menandakan bahwa reaksi dapatberlangsung secara selektif [37].Gambar 2 Ilustrasi pembuatan
nanomaterial magnetik Fe3O4@L-DOPA@Cu(II). Gambar dibuat dan didesainulang oleh penulis sesuai dengan
keterangan pada referensi [37].29

Reaksi Oksidasi AlkenaS. Rayati dan P. Abdolalian mempubli-kasikan hasil penelitian mereka mengenai
pem-buatan nanokatalis magnetik (α-Fe2O3)-MCM-41-Mo(O2)L, dimana L adalah suatu strukturbulkydari
senyawa basa Schiff [38]. Nanomaterial inimampu mengoksidasi alkena menjadi epoksidadengan agen
oksidasi berupa hidrogen peroksidadengan nilai konversi alkena sebesar 100% sete-lah reaksi berjalan selama
8 jam.Selain itu,nanomaterial (α-Fe2O3)-MCM-41-Mo(O2)L dapatmengkatalisis transformasiα-metil stirena
menjadiasetofenon dengan selektivitas 90% dan konversi100% [38].

Kesimpulan dan ProspekDalam dekade terakhir, nanomaterial magnetikmendapatkan perhatian serius karena
aplikasinyayang begitu luas. Di bidang katalisis, nanomate-rial magnetik merupakan terobosan baru yang dite-
mukan untuk diproyeksikan sebagai katalis hetero-gen. Penggunaan katalis heterogen dalam reaksikimia
merupakan konsekuensi dari pengejawanta-han prinsip-prinsipGreen Chemistry.Nanoma-terial magnetik sebagai
katalis heterogen mampumenyuguhkan keunikan dan keunggulan yang tidakdimiliki oleh katalis homogen, maupun
katalis he-terogen tanpa sifat magnet.

Diantaranya dapatdilihat dari kemudahan pemisahan nanomaterialdari campuran setelah reaksi selesai.
Nanomate-rial dipisahkan dengan pemberian medan magnetluar. Kekuatan sifat magnet sangat
berpengaruhterhadap cepat atau lambatnya pemisahan dari pro-duk reaksi dan hal inilah yang menjadi salah
satupatokan suatu reaksi dapat disebut efisien atau ku-rang efisien.Nanomaterial magnetik sebagai katalis hete-
rogen sangat beragam variasinya serta mampumengkatalisis berbagai macam reaksi pula. Banyakdiantara
nanomaterial magnetik yang telah disin-tesis kemudian distabilkan menggunakan teknikcoating.Senyawa-
senyawa untuk prosescoatingbiasanya yang memiliki pasangan elektron bebassehingga dapat berinteraksi
dengan permukaannanomaterial, seperti L-DOPA, asam nikotinat,basa Schiff dan senyawa yang mengandung
atom Nmaupun O lainnya.
Sintesis nanomaterial poten-sial untuk dilakukan di Indonesia dengan berba-gai macam variasi agencoating.
Kita tahu bahwaIndonesia merupakan negara biodiversitas yangmemiliki banyak kekayaan alam hayati
berupasenyawa bahan alam, contohnya golongan alkaloiddan flavonoid yang memiliki atom N dan O
dalammolekulnya.Hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tersebut untuk digunakan sebagai pen-stabil
sekaligus berpotensi meningkatkan aktivitaskatalitik dari nanomaterial itu sendiri.Ucapan Terima KasihUcapan
terima kasih disampaikan kepadaMuhammad Faruq Nuruddinsyah (Mahasiswa Ma-gister Ilmu Komputer,
Fasilkom Universitas In-donesia) yang mengkonversi draf artikel ke for-mat LATEX. Bayu Ardiansah
merangkum berba-gai penelitian mengenai penggunaan nanomaterialmagnetik khususnya dalam bidang sintesis
senyawaorganik. Bayu Ardiansah dan Mirzanur Hidayatbertugas menulis artikel ini dengan disupervisi
dandikoreksi oleh Prof. Dr. Ridla Bakri.

5. Alat Karakterisasi Material Nano

Terdapat beberapa macam alat untuk mengkarakterisasi material yang berukuran nanometer. Mikroskop cahaya tidak
dapat digunakan untuk mengkarakterisasi material yang berukuran nanometer. Hal ini dikarenakan panjang gelombang
cahaya tampak yang digunakan pada mikroskop cahaya memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada dimensi
sistem yang diamati. Seperti yang diketahui bahwa panjang gelombang cahaya tampak sekitar 400-700 nm. Oleh karena
itu, mikroskop cahaya tidak bisa mengamati sistem yang berukuran nanometer
(Lia.et.al, 2010).

1) SEM
Mikroskop elektron merupakan alat yang menggunakan sinar elektron berenergi tinggi untuk menguji objek yang
berukuran sangat kecil. Pengujian ini dapat memperoleh informasi mengenai topografi, morfologi, komposisi dan
kristalografi. SEM adalah salah satu tipe mikroskop elektron yang mampu menghasilkan resolusi tinggi dari
gambaran suatu permukaan sampel.

2) XRD
Difraksi Sinar X merupakan teknik yang digunakan dalam karakteristik material untuk mendapatkan informasi
tentang ukuran atom dari material kristal maupun nonkristal. Difraksi tergantung pada struktur kristal dan panjang
gelombangnya. Metode difraksi sinar X digunakan untuk mengetahui struktur dari lapisan tipis yang terbentuk.

3) STM
Scanning Tunneling Mikroscopies (STM) merupakan mikroskop non-optik yang dapat digunakan untuk mengamati
struktur permukaan suatu material. STM adalah mikroskop non-optik yang membaca probe listrik pada permukaan
yang kemudian dicitrakan untuk mendeteksi arus listrik antara tip dan permukaan atom yang dipelajari. STM
memungkinkan untuk memvisualisasikan densitas elektron dan mengetahui posisi masing-masing atom dan jari-jari
permukaan kisi. STM menghasikan bentuk tiga dimensi dari permukaan yang berguna untuk mengkarakterisasi
kekasaran permukaan dan mengetahui ukuran dan komposisi molekul yang menyusun permukaan atom.

4) XRF
XRF adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kandungan unsur dalam bahan yang menggunakan metode
spektrometri. XRF merupakan pemancaran sinar X dari atom tereksitasi yang dihasilkan oleh tumbukan elektron
berenergi tinggi, partikel-partikel lain, atau suatu berkas utama dari sinar X lain. Analisis menggunakan XRF
dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan sinar-X karakteristik yang terjadi dari peristiwa efekfotolistrik.

5) TEM
Sama seperti SEM, TEM juga digunakan untuk mengkarakterisasi suatu material, biasanya untuk material berukuran
nanometer. Namun TEM memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada SEM. Malah, High Resolutin TEM (HR-TEM)
dapat menentukan lokasi atom-atom dalam material. Cara kerjanya pun sangat mirip dengan prinsip Rontgen dalam
kedokteran.

6) AFM
AFM merupakan alat pengkarakterisasi material dengan menggunakan gaya atom antar tip dan substrat. AFM adalah
salah satu alat terpenting untuk pencitraan, mengukur, dan memanipulasi materi pada skala nano.

Beberapa efek penting yang dimiliki benda jika ukurannya diperkecil menuju skala nano:

a) Efek permukaan
Semakin kecil ukuran benda maka permukaan atom penyusun benda tersebut yang terekspos dipermukaan benda
akan memiliki fraksi yang semakin besar. Nanomaterial memiliki surface area yang besar daripada material awalnya.
Hal ini dapat meningkatkan reaktifitas kimia dan meningkatkan kekuatan sifat elektronik.

b) Efek ukuran
Hal ini diakibatkan karena ukuran dari nanomaterial menjadi komparabel dengan banyak parameter fisis seperti
ukuran gelombang kuantum, mean free path, ukuran koherensi, dan domain dimensi yang kesemuanya menentukan
sifat – sifat dari material.

c) Efek kuantum
Berdasarkan teori Kubo mengenai energi gap elektron yang dirumuskan sebagai:

ΔE=A/d^E
dimana ΔE adalah energi gap, d sebagai diameter partikel, dan A adalah konstanta material Ketika perbedaan energi
(delta E) lebih besar dari nilai k.T (maksimal internal energi dari sistem), maka akan banyak sifat yang ada pada
bulk material yang hilang dan digantikan dengan sifat yang unik.

Pita energi yang kontinyu tergantikan oleh energi level yang terpisah jika ukuran partikel mendekati radius Bohr
dari elektron dalam padatan hal ini dikenal dengan efek kuantum. Untuk nanomaterial, energi bandgap sangat
sensitif terhadap morfologinya (ukuran, bentuk, defek) dan dari distribusi komposisinya.

A. Keunggulan nanomaterial

Adapun beberapa sifat keunggulan dari material berukuran nano, antara lain :

1) Sifat elektrik
Nanomaterial dapat mempunyai energi lebih besar dari pada material ukuran biasa karena memiliki surface area yang
besar. Energy band secara bertahap berubah terhadap orbital molekul. Logam ukuran besar mengikuti hokum Ohm.
Pada logam ukuran nano harus memiliki masukan elektrostatik (menggambarkan jumlah energi elektron) Eel =
e2/2C. Resistivitas elektrik mengalami kenaikan dengan berkurangnya ukuran partikel.

Contoh aplikasi : energi densitas yang tinggi dari baterai, nanokristalin merupakan material yang bagus untuk lapisan
pemisah pada baterai karena dia dapat menyimpan energi yang lebih banyak. Baterai logam nikel-hidrida terbuat dari
nanokristalin nikel dan logam hidrida yang membutuhkan sedikit recharging dan memiliki masa hidupa yang lama.

2) Sifat magnetic
Kekuatan magnetik adalah ukuran tingkat kemagnetan. Tingkat kemagnetan akan meningkat dengan penurunan
ukuran butiran patikel dan kenaikan spesifik surface area per satuan volume partikel. Sehingga nanopmeterial
memiliki sifat yang bagus dalam peningkatan sifat magnet.

Sifat magnetik ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, diantaranya yaitu:

a) Diamagnetik: yaitu tolak-menolak dengan daerah magnet

b) Paramagnetik (feromagnetik): yaitu tarik-menarik dengan daerah magnet

Contoh aplikasi : magnet nanokristalin yttrium-samarium-cobalt memiliki sifat magnet yang luar biasa dengan luas
permukaan yang besar. Aplikasinya pada mesin kapal, instrumen ultra sensitiv dan magnetic resonance
imaging (MRI) pada alat diagnostik.

3) Sifat mekanik

Nanomaterial memiliki kekerasan dan tahan gores yang lebih besar bila dibandingkan dengan material dengan
ukuran biasa. Kemanpuan suatu bahan/material dalam menerima beban mekanis, baik beban statis maupun beban
dinamis. Contoh: ketangguhan, kelelehan, kekerasan, ketahanan mulur, kekuatan tarik, dan lain sebagainya. Terdapat
acuan dan sifat mekanis yang menentukan spesifikasi standar material tersebut. Data tersebut diperoleh dengan uji
mekanis sesuai standar yang ditentukan. Data tersebut hanya berlaku pada kondisi yang disebutkan, bila material
telah mengalami perlakuan tertentu, sifat mekanisnya dapat berubah. Beberapa standar spesifikasi yang biasa
digunakan, antara lain” ISO, SAE, JIS, AISI, DIN

Beberapa spesifikasi sifat mekanis yang dimiliki material yaitu:


a) Strength (kekuatan)
Yaitu kemampuan material/bahan untuk menahan pengaruh gaya-gaya luar yang bekerja sampai pada batas
kerusakan. Beberapa macam kekuatan logam dapat dibaca dalam materi pengujian sifat mekanis logam.
b) Stifness (kekakuan)
Yaitu kemampuan bahan untuk menahan perubahan bentuk (deformasi)
c) Elasticity (elastisitas)
Yaitu sifat bahan yang dapat kembali (regain) kebentuk semula setelah deformasi terjadi, pada saat gaya luar
atau beban dihilangkan.
d) Plasticity (plastisitas)
Yaitu sifat material yang tidak dapat kembali (retain) kebentuk semula setelah deformasi dibawah beban
pemanen. Sering disebut dengan deformasi permanen.
e) Ductility (keliatan)
Yaitu kemampuan bahan untuk menahan beban patah dan mudah dibentuk atau diolah seperti pengerolan,
penarikan, dan sebagainya. Semakin besar keliatan suatu bahan maka semakin aman terhadap kemungkinan
patah. Kelihatan pada umumnya dinyatakan oleh regangan teknis sampai titik patah (break) dari suatu pengujian
tarik. Besarnya kelihatan dinyatakan dalam persentase perpanjangan dan persentase pengecilan luas.
Menyatakan energi yang diabsorbsi oleh bahan sampai titik patah, yaitu merupakan luas bidang bawah kurva
tegangan regangan.
f) Kelelahan
Patahan lelah disebabkan oleh tegangan berulang dan juga dapat terjadi pada tegangan kurang dari 1/3 kekuatan
tarik statik pada bahan struktur pada konsentrasi tegangan. Dalam keadaan dimana pemusatan tegangan
diperhitungkan, mungkin bahan akan putus pada tegangan yang lebih rendah. Jadi kelelahan memegang utama
dalam putusnya bahan secara mendadak pada penggunaan suatu struktur atau komponen. Proses terjadinya patah
lelah, yaitu: tejadinya retakan awal, perambatan retakan lelah, patahan static terhadap luas penampang sisa.
Sedangkan untuk mencegahnya maka perlu dilakukan pengawasan pada setiap prosesnya.
g) Creep (melar)
Beberapa bahan dapat berdeformasi secara kontinu dan perlahan-perlahan dalam periode waktu yang lama jika
dibebani secara tetap. Deformasi semacam ini, yang tergantung pada waktu disebut melar.
h) Keausan
Terjadi karena adanya gesekan (friction) pada bidang kontak saat sebuah komponen bergerak dengan tahanan.
Jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus makan abrasi (pengikisan) akan berlanjut dan merusak kelihatan
komponen yang selanjutnya berkembang terus menjadi lebih parah sampai suatu saat patah.
i) Kekerasan
Adalah kemampuan bahan untuk menahan beban yang tinggi termasuk kemampuan logam memotong logam
yang lain.

Contoh aplikasi : automobil dengan efisiensi greater fuel. Nanomaterial diterapkan pada automobil sejak diketahui
sifat kuat, keras dan sangat tahan terhadap erosi, diharapkan dapat diterapkan pada busi.

4) Sifat optik
Sistem nanokristalin memiliki sifat optikal yang menarik, yang mana berbeda dengan sifat kristal konvensional.
Kunci peyumbang faktor masuknya quantum tertutup dari pembawa elektrikal pada nanopartikel, energi yang efisien
dan memungkinkan terjadinya pertukaran karena jaraknya dalam skala nano serta memiliki sistem dengan interface
yang tinggi. Dengan perkembangan teknologi dari material mendukung perkembangan sifat nanofotonik. Dengan
sifat optik linear dan non linear material nano dapat dibuat dengan mengontrol dimensi kristal dan surface kimia,
teknologi pembuatan menjadi faktor kunci untuk mengaplikasikan.

Contoh aplikasi : pada optoelektronik., electrochromik untuk liquid crystal display (LCD).

5) Sifat kimia
Merupakan faktor yang penting untuk aplikasi kimia nanomaterial yaitu penambahan surface area yang mana akan
meningkatkan aktivitas kimia dari material tersebut.

Contoh aplikasi : teknologi fuel cell merupakan aplikasi yang penting dari penggunaan logam nanopartikel. Dimana
dalam fuel cell digunakan logam Pt dan Pt-Ru.

Besi oksida nanopartikel merupakan oksida logam yang mendapat perhatian yang besar dalam rekayasa material
nanopartikel, mengingat potensi penerapan teknologi yang dimungkinkan. Pemanfaatan oksida logam yang memiliki
beberapa spesies oksida berkarakteristik khas ini telah banyak dilaporkan yaitu sebagai : fotokatalis pada
fotooksidasi fenol sebagai katalis autooksidasi bahan bakar jet-A, komponen aktif pada media rekam padat informasi,
sebagai penghantaran obat paramagnetik dengan mengubahnya menjadi senyawa magnetic-gels, sensor alkohol pada
temperatur ruang dan sebagai fotokatalis untuk menguraikan air menjadi hidrogen dan oksigen dlam bentuk
elektroda lapis tipis, selain itu besi oksida nanopartikel dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan CaO sebagi sensor
gas SO2.\

6) Sifat Fisik
Merupakan kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat dilihat atau tampak
langsung dari suatu bahan/material. Sifat fisik ini relatif tidak dapat dirubah. Beberapa sifat fisik yang dimiliki suatu
bahan/material, antara lain:
a) Warna
Umumnya semua bahan/material mempunyai warna yang khas. Contohnya: tembaga berwarna merah, besi
berwarna hitam, besi cor kelabu berwarna abu-abu, alumunium berwarna keperakan, dan sebagainya.
b) Kepadatan (density)
Yaitu berat bersatunya volume beban. Kebalikan dari densitas adalah volume spesifik. Perkalian dari kedua
besaran ini diperoleh dari volume atom. Contohnya: massa jenis, berat jenis, dan lain sebagainya.
c) Ukuran dan bentuk (dimensi)
Setiap bahan atau material pasti memiliki bentuk dan ukurannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan yang
akan digunakan.

Teknologi nano saat ini berada pada masa pertumbuhannya. Beberapa terobosan penting telah muncul di bidang
nanoteknologi. Pengembangan ini dapat ditemukan di berbagai produk yang digunakan di seluruh dunia. Sebagai
contohnya adalah katalis pengubah pada kendaraan yang mereduksi polutan udara, devais pada komputer yang
membaca-dari dan menulis-ke hard disk, beberapa pelindung terik matahari dan kosmetik yang secara transparan
dapat menghalangi radiasi berbahaya dari matahari, dan pelapis khusus pakaian dan perlengkapan olahraga yang
dapat meningkatkan kinerja dan performa atlit.
Namun pada kesempatan kali ini, kami hanya akan membahas aplikasi nanomaterial pada baterai High Power Ni-
MH (Nickel Metal hydrate).
Battery
Battery (Baterai) merupakan sel elektris yang dapat menghasilkan listrik dari reaksi kimia. Secara umum Battery
dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu Primary battery dan secondary battery. Primary battery adalah battery
yang dapat digunakan sekali saja tanpa dapat diisi ulang setelah kapasitasnya habis. Secondary battery adalah
battery yang dapat diisi ulang setelah kapasitasnya habis.

NICKEL METAL HYDRATE (Ni-MH) BATTERY


Konstruksi Battery NiMH terdiri dari lapisan positif yang terbuat dari nickel hydroxide sebagai bahan aktif utama,
lapisan negatif yang terdiri dari campuran logam yang menyerap hydrogen, pemisah yang terbuat dari fiber halus,
elektrolit alkaline, sebuah kotak logam serta sebuah lapisan penyekat dengan ventilasi pengaman. Hydrogen
disimpan dalam logam penyerap hydrogen pada elektroda negatif. Sebuah larutan encer yang terdiri dari
potassium hydroxide untuk elektrolitnya.
Nano-scale material Ni(OH)2 dan Co(OH)2 pada batere Ni-MH
Keuntungan dari penambahan nanomaterial Ni(OH)2 dan Co(OH)2 adalah menambah kecepatan elektron (EV)
dari batere tersebut.
Penambahan bahan tersebut melalui proses granulasi.
Granulasi merupakan proses pembentukan butir butir kecil menjadi kristal.

Beberapa Penemuan Penting di Bidang Nanomaterial

1. Bahan yang tetap mengalirkan listrik meskipun berubah bentuknya.

Seorang peneliti dari Universitas Tokyo Jepang merilis dalam Journal of Science mengenai penemuannya sekitar
bahan seperti karet yang berisi pipa carbon berukuran nano. Bahan ini mampu memanjang atau memendek
sampai beberapa kali lipat asalnya, namun tetap mengalirkan listrik secara normal/tidak terputus. Mengalirkan
listrik disini bermakna ada transistor atau sirkuit electronic pada bahan ini, tidak hanya sekedar kawat. Penemuan
ini bisa diaplikasikan pada bidang robotika, dimana memungkinkan desain “sendi” robot yang lebih efisien. Atau
membuat bentuk khusus yang diperlukan dari sirkuit electronic seperti jantung buatan/implan dan komponen
robot lain yang memerlukan perubahan ukuran setiap waktu seperti pupil mata atau sensor pada kulit persendian.

2. Bahan yang bisa tembus pandang.


Sekelompok Ilmuwan dari Nanoscale Science Engineering Center di University of California, Berkeley dipimpin
Xiang Zhang telah membuat bahan komposit perak-alumunium oxida yang mampu membelokkan cahaya yang
diterima ke arah berlawanan dengan sifat alamiah benda yang seharusnya memantulkan cahaya. Efeknya, benda
yang diselubungi “kain” ini akan terlihat tembus cahaya. Fenomena ini disebut index negatif dari suatu benda
Secara teknis, bahan ini terdiri dari lapisan-lapisan komposit yang merelay cahaya dari tiap lapisan ke lapisan
selanjutnya, sedemikian rupa sehingga membentuk channel atau saluran cahaya yg membelokkan alur cahaya
normal. Tiap lapisan terdiri dari perak seukuran seperseratus rambut manusia yang dijalin oleh lembar
alumunium oxida.

Para peneliti dan perusahaan sedang bekerja untuk menggunakan nanotube karbon di berbagai bidang. Daftar di
bawah ini memperkenalkan banyak dari menggunakan. Nanotube terikat ke antibodi yang dihasilkan oleh ayam
telah terbukti berguna dalam tes laboratorium untuk menghancurkan tumor kanker payudara. Antibodi membawa
nanotube tertarik pada protein yang dihasilkan oleh satu jenis sel kanker payudara. Kemudian nanotube menyerap
cahaya dari laser inframerah, membakar nanotube dan tumor mereka melekat.
Para peneliti sedang mengembangkan bahan, seperti komposit carbon nanotube berbasis dikembangkan oleh
NASA yang tikungan dengan ketika tegangan diterapkan, yang akan hanya perlu tegangan listrik untuk
mengubah bentuk (morphing) dari sayap pesawat terbang dan struktur lainnya. Ini video dari NASA memberi
Anda gambaran tentang apa pesawat morphing datang mungkin terlihat seperti.
6. Dampak Material Nano

Potensi manfaat material nano bagi kesehatan dan lingkungan telah banyak dipelajari, walaupun demikian pengaruh
negatif material tersebut terhadap kesehatan dan lingkungan atau lebih khususnya dapat menyebabkan keracunan tidak
dapat lepas dari pemikiran. Diantaranya pemikiran tersebut tentang efek samping penggunaan material nano dalam
bidang kesehatan serta kemampuanalam untuk menguraikan partikel tersebut. Partikel nano mempunyai skala ukuran
sama dengan komponen seluler dan protein-protein yang lebih besar. Berdasarkan pemikiran ini ada kemungkinan
partikel nano menghindari pertahanan alami tubuh manusia dan makhluk hidup yang lain serta dapat merusakan sel.
Secara umum manusia telah banyak menerima paparan berbagai jenis partikel nano yang bersumber dari alam seperti
fotokimia dari atmosfer, kebakaran hutan akibat Manusia.

3.1. Nano Partikel

3.1.1. Definisi Nano Partikel

Nanopartikel adalah partikel yang berukuran antara 1 dan 100 nanometer. Dalam nanoteknologi, suatu partikel didefinisikan
sebagai objek kecil yang berperilaku sebagai satu kesatuan terhadap sifat dan transportasinya. Partikel lebih jauh
diklasifikasikan menurut diameternya.[1] Partikel ultrahalus serupa dengan nanopartikel dan berukuran antara 1 dan
100 nanometer, partikel halus berukuran antara 100 dan 2,500 nanometer, dan partikel kasar berukuran antara 2,500 dan
10,000 nanometer.
Penelitian ilmiah tentang nanopartikel sangat intensif karena mereka memiliki banyak aplikasi potensial
dalam kedokteran, fisika, optika, dan elektronika.

Partikel berbagai bentuk dengan dimensi antara 1 × 10 −9 dan 1 × 10−7 m.[9]


Catatan 1: Dimodifikasi dari definisi nanopartikel dan nanogel [ref., [10][11]].
Catatan 2: Dasar batas 100-nm berdasarkan fakta bahwa sifat baru yang
membedakan partikel dari material ruahnya umumnya terjadi pada skala panjang
kritis di bawah 100 nm.
Catatan 3: Karena fenomena lainnya (transparansi atau turbiditas, ultrafiltrasi,
dispersi stabil, dll.) yang memperpanjang batas atas terkadang dipertimbangkan,
penggunaan prefiks nano diterima untuk dimensi yang lebih kecil dari 500 nm,
diindikasikan menyediakan rujukan definisi.
Catatan 4: Tabung dan serat yang berdimensi hanya di bawah 100 nm juga merupakan
nanopartikel.[12]

Istilah "nanopartikel" tidak biasanya diterapkan untuk molekul individu; biasanya mengacu pada material anorganik.
Alasan untuk definisi sinonim dari nanopartikel dan partikel ultrahalus adalah bahwa, selama tahun 1970-an dan 80-an, ketika
studi fundamental menyeluruh pertama terhadap "nanopartikel" sedang berlangsung di Amerika Serikat (oleh Granqvist dan
Buhrman)[13] dan Jepang, (dalam Proyek ERATO)[14] mereka disebut sebagai "partikel ultrahalus" (Ultrafine Particle, UFP).
Namun, selama tahun 1990-an ketika National Nanotechnology Initiative diluncurkan di Amerika Serikat, nama baru,
"nanopartikel," telah menjadi lebih umum (misalnya, lihat paper penulis senior yang sama pada 20 tahun kemudian yang
membahas masalah yang sama, ukuran distribusi lognormal [15]). Nanopartikel dapat menunjukkan sifat yang berkaitan dengan
ukuran yang berbeda secara signifikan dari yang baik partikel halus atau material ruah. [16][17]
Nanokluster memiliki setidaknya satu dimensi antara 1 dan 10 nanometer dan suatu distribusi ukuran yang sempit. Bubuk
nano[18] merupakan gumpalan partikel ultrahalus, nanopartikel, atau nanokluster. Kristal tunggal yang berukuran nanometer,
atau domain tunggal partikel ultrahalus, sering disebut sebagai kristal nano.
Bubuk nano silikon

1 kg partikel sebesar 1 mm3 memiliki luas permukaan yang sama dengan 1 mg partikel berukuran 1 nm 3

Nanopartikel adalah kepentingan ilmiah yang besar karena mereka, pada dasarnya, menjadi jembatan antara material ruah dan
struktur atom atau molekul. Suatu material ruah harus memiliki sifat fisik yang konstan terlepas dari ukurannya, tetapi pada
skala nano sifat yang tergantung pada ukuran sering diamati. Dengan demikian, sifat material berubah ketika ukuran mereka
mendekati skala nano dan ketika persentase dari permukaan dalam hubungannya dengan persentase volume material menjadi
signifikan. Untuk material ruah yang lebih besar dari satu mikrometer (atau mikron), persentase permukaan tidak signifikan
dalam kaitannya dengan volume dalam sebagian besar materi. Oleh karena itu sifat yang menarik dan kadang-kadang tak
terduga dari nanopartikel adalah sebagian besar disebabkan oleh luas permukaan yang besar pada material, yang
mendominasi kontribusi yang diberikan oleh sebagian kecil dari materi.

Nanopartikel semikonduktor (titik kuantum) timbal sulfida dengan pasivasi sempurna oleh asam oleat, oleil amina dan ligan
hidroksil (ukuran ~5nm)

Nanopartikel sering memiliki sifat optik yang tak terduga karena mereka cukup kecil untuk membatasi elektron dan
menghasilkan efek kuantum.[7] Misalnya, nanopartikel emas tampak merah pekat hingga hitam dalam larutan. Nanopartikel
emas berwarna kuning dan silikon abu-abu berwarna merah. Nanopartikel emas mencair pada suhu yang lebih rendah
(~300 °C untuk ukuran 2.5 nm) daripada lempengan emas (1064 °C);.[19] Penyerapan radiasi matahari jauh lebih tinggi dalam
material yang terdiri dari nanopartikel daripada dalam film tipis pada lembaran kontinyu dari material. Baik dalam PV surya
dan aplikasi panas matahari, pengendalian ukuran, bentuk, dan material dari partikel, dimungkinkan untuk mengendalikan
penyerapan surya.[6][8][20]
Nanopartikel logam, dielektrik, dan semikonduktor telah dibuat, begitu pula dengan struktur hibridnya (misalnya, nanopartikel
kulit-inti).[5] Nanopartikel yang terbuat dari bahan semikonduktor juga dapat diberi label titik kuantum jika mereka cukup kecil
(biasanya sub 10 nm) di mana kuantisasi dari tingkat energi elektronik terjadi. Partikel nano tersebut digunakan dalam aplikasi
biomedis sebagai pembawa obat atau agen pencitraan.
Nanopartikel semi padat dan lembut telah diproduksi. Suatu prototipe nanopartikel yang bersifat semi-padat
merupakan liposom. Berbagai jenis nanopartikel liposom saat ini digunakan secara klinis sebagai sistem pengiriman untuk obat
antikanker dan vaksin.
Nanopartikel dengan satu separuh hidrofilik dan separuh lainnya hidrofobik disebut partikel Janus dan sangat efektif untuk
menstabilkan emulsi. Mereka dapat merakit diri pada antarmuka air/minyak dan bertindak sebagai surfaktan padat.

Aplikasi

Penggunaan nanopartikel pada laser poli(metil metakrilat) (PMMA) terdoping-pewarna didemonstrasikan pada tahun 2003 dan
telah terbukti meningkatkan efisiensi konversi dan mengurangi divergensi sinar laser. [21] Peneliti mengaitkan pengurangan
dalam divergensi berkas untuk meningkatkan karakteristik dn/dT dari nanokomposit organik-anorganik terdoping-pewarna.
Komposisi optimum yang dilaporkan oleh para peneliti ini adalah 30% w/w SiO 2 (~ 12 nm) dalam PMMA terdoping-pewarna.

2.5. Nanoteknologi

B. Definisi Nanoteknologi

Nanoteknologi adalah sebuah cabang ilmu yang berfokus pada materi-materi pada ukuran antara 1 hingga 100
nanometer (1 nm = 10 -9 meter ). Pada dasarnya, nanoteknologi ialah peluasan sains-sains yang sedia ada ke skala
nano. Pada dasarnya, nanoteknologi adalah perluasan ilmu-ilmu yang ada ke skala nano.

C. Sejarah Nanoteknologi

Richard Feynman seorang ahli Fisika, adalah orang yang pertama kali mendiskusikan tentang Nanoteknologi dalam
kuliahnya dengan topic “Masih Banyak Ruang di Bagian Paling Bawah” dalam suatu pertemuan tahunan American
Physical Society pada tahun 1959, tapi yang dianggap menciptakan istilah “Nanoteknologi” adalah Prof. Norio
Taniguchi dari Tokyo Science University dalam suatu presentasi pada konferensi yang dilaksanakan pada tahun 1974
yang berjudul Konsep Dasar “Nanoteknologi’”. Konsep self-assembly (sistem dan alat yang mengembangkan dirinya
sendiri berdasarkan pada reaksi kimia maupun interaksi yang lain antar komponen berskala nano juga menjadi tren
utama dalam Nanoteknologi).

D. Perkembangan Nanoteknologi

Era nanoteknologi diawali dari penemuan di bidang nano sains yang mempunyai ;pengertian lebih kepada pengertian
konvergensi dari fisika kuantum,biologi molecular,ilmu computer,kimia dan rekayasa material.Diperkirakan dalam
periode nulai tahun 2010 sampai 2020 akan terjadi percepatan yang luar biasa dalam penerapan nanoteknologi di
dunia industry dan ini menandakan bahwa dunia sekarang mengarah pada dekade “Revolusi Nanoteknologi “ Rahasia
dibalik nanoteknologi Nanoteknologi telah dianggap sebagai ilmu pengetahuan baru di masa mendatang,dengan
inovasi terbaru diantaranya menggunakan partikel mikro yang dapat digunakan untuk menghilangkan kerut
wajah,memperkokoh botol kemasan,dan membersihkan pakaian tanpa air.Studi awal di bidang kesehatan juga
mengindikasikan beberapa dari partikel-partikel tersebut,telah dipergunakan dalam teknik mesin terbaru yang dapat
mengakibatkan kanker atau mengobati penyakit kanker. Nanoteknologi adalah teknologi yang menggunakan skala
namometer,atau sepersemilyar meter,merupakan teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau satu per
miliar meter dan merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi berbagai bentuk atau model
yang jauh lebih berharga dari sebelumnya.Para ilmuwan yang berkecimpung dalam nanoteknologi mengatakan
bekerja dengan partikel-partikel ini dapat member harapan yang paling besar untuk membangun mesin miniature yang
tersusun dari atom demi atom,sama seperti halnya setiap makhluk hidup juga tersusun dari atom.

Beberapa ilmuwan sudah menerapkan nanoteknologi untuk menambah partikel-partikel perak mini,yang diketahui
sebagai sebuah anti bakteri pada pisau cukur,wadah penyimpanan makanan,minuman dan kaus kaki anti
debu.Pengaruh bagi manusia adalah bahwa patikel-partikel ini dapat menyebabkan tubuh dan ilmuwan membutuhkan
waktu bertahun-tahun sebelum mereka benar-benar dapat memahami efek yang dihasilkan dari penggunaan
teknologi.Partikel nano,karena sangat kecil dapat masuk melalui sebuah membran sel tanpa diketahui namun dapat
membawa cukup besar materi asing di antara untaian DNA.Namun,tidak ada studi kesehatan jangka panjang untuk
masalah ini. Revolusi Industri di bidang Nanoteknologi Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer. Mula-mula ,tubuh kita berada di dunia
berskala meter (m).Kemudian, dimisalkan bagian tubuh manusia yang berskala 1 per 1000 dari itu atau micrometer
dianalogikan seperti diameter rambut manusia,sel tubuh atau sel darah merah.
Nanometer (nm) adalah besaran 1 per 1000 dari mm,seperti lebar DNA yang skalanya berkisar 2 nm.Apabila
namometer dibagi lagi menjadi 1 persepuluhnya,akar sampai pada besaran atom yang terakhir yaitu (0,1 nm=1A0
(Angstrom). Perbandingan antara 1 meter dengan 1 nanometer adalah seperti haknya perbandingan antara bola bumi
dengan bola pingpong.”Dari kenyataan ini,dapat dikatakan bahwa,manusia secara perlahan –lahan tengah
mendapatkan teknologi yang sulit dibayangkan,”.Adapun Nanobaja mampu menghasilkan baja yang berstuktur halus
(mencapai beberapa puluh nm) dan memiliki kekuatan dan umur 2 kali lipat dari baja tanpa melibatkan nanoteknologi
dalam pengolahannya.teknologi .Teknologi Nanobaja,sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu
untuk membuatnya.

E. Penggunaan nanoteknologi dalam kehidupan sehari-hari

1) Medis & Pengobatan


Molekul dalam skala nano yang bersifat multifungsi untuk mendeteksi kanker dan untuk penghantaran obat
langsung ke sel target.

2) Farmasi
Sebagian besar obat-obatan dan kosmetika yang beredar di pasaran saat ini bekerjanya kurang optimal
disebabkan karena zat aktifnya :
- memiliki tingkat kelarutan yang rendah.
- membutuhkan lemak agar dapat larut.
- mudah teragregasi menjadi partikel besar
- tidak mudah diabsorpsi dan dicerna
3) Kosmetik
Terobosan nanoteknologi dalam bidang kosmetika dan obat-obatan mampu menciptakan bahan kosmetika dan
obat-obatan dengan efektivitas yang jauh lebih baik. Sebagai contoh adalah penggunaan liposom dalam formula
obat dan kosmetika.

Liposom adalah vesikel berbentuk spheris dengan membran yang terbuat dari dua lapis fosfolipid (phospholipid
bilayer), yang digunakan untuk menghantarkan obat atau materi genetik ke dalam sel. Liposom dapat dibuat dari
fosfolipid alamiah dengan rantai lipid campuran ataupun komponen protein lainnya. Bagianphospholipid
bilayer dari liposom dapat menyatu dengan bilayeryang lain seperti membran sel, sehingga kandungan dari
liposom dapat dihantarkan ke dalam sel. Dengan membuat liposom dalam formula obat atau kosmetika, akhirnya
bahan yang tidak bisa melewati membran sel menjadi dapat lewat. Manfaat sistem penghantaran zat aktif
kosmetika dengan menggunakan liposom berukuran 90 nm adalah :
- Mampu menghantarkan zat aktif sampai lapisan bawah kulit.
- Mampu menghantarkan zat aktif lebih cepatk, sehingga didapatkan recovery yang lebih cepat pula.

4) Bidang Industri
Aplikasi nanoteknologi dalam industri sangat luas. Dengan nanoteknologi, kita bisa membuat pesawat ruang
angkasa dari bahan komposit yang sangat ringan tetapi memiliki kekuatan seperti baja. Kita juga bisa
memproduksi mobil yang beratnya hanya 50 kilogram. Industri fashion pun tidak ketinggalan. Mantel hangat
yang sangat tipis dan ringan bisa menjadi tren di masa mendatang dengan bantuan nanoteknologi.

Berbagai terobosan dapat dilakukan dengan nanoteknologi untuk menggantikan bahan baku industri yang kian
langka. Jepang, misalnya, pada 1997 membuat proyek ultra baja untuk mengembangkan teknologi konservasi
baja. Baja super ini dilaporkan memiliki kekuatan dua kali lipat dari baja biasa, sehingga pemakaiannya dapat
lebih efisien. Hal ini dapat menjadi solusi bagi krisis baja yang melanda dunia beberapa bulan terakhir akibat
melonjak tajamnya permintaan baja dari Cina.Diperkirakan tahun 2010, produk-produk industri dalam skala apa
pun akan menggunakan material hasil rekayasa nanoteknologi. Tidak heran kalau Bill Clinton-saat menjabat
Presiden AS-sejak 1993 telah menginstruksikan kepada National Science and Technology Council (NSTC) untuk
meriset bidang nanoteknologi ini. (dapat dilihat di www.whitehouse.gov/WH/EOP/OSTP/
NSTC/).Perkembangan pesat ini akan mengubah wajah teknologi pada umumnya karena nanoteknologi
merambah semua bidang ilmu. Tidak hanya bidang rekayasa material seperti komposit, polimer, keramik,
supermagnet, dan lain-lain. Bidang-bidang seperti biologi (terutama genetika dan biologi molekul lainnya), kimia
bahan dan rekayasa akan turut maju pesat. Misalnya, manusia akan mengecat mobil dengan cat nanopartikel yang
mampu memantulkan panas sehingga kendaraan tetap sejuk walau diparkir di panas terik matahari. Atau, kawat
tembaga akan sangat jarang digunakan (terutama dalam hardware computer) karena digantikan dengan konduktor
nanokarbon yang lebih tinggi konduktivitasnya.

5) Bidang Luar Angkasa


Nanoteknologi juga sudah berhasil menyodorkan suatu material hebat yang sangat ringan, tetapi kekuatannya 100
kali lebih kuat dari baja! Material hebat ini diberi nama Carbon Nano-Tube (CNT). Material ini hanya tersusun
dari atom karbon (C), seperti grafit dan berlian.Kuat tetapi sangat ringan sehingga menara dapat dibuat lebih
tinggi dan kabel dapat dibuat lebih panjang dan kuat tanpa takut jatuh/roboh karena beratnya sendiri. Hal berikut
yang sangat dibutuhkan adalah sesuatu yang cukup berat yang mengorbit mengelilingi bumi. Asteroid dapat
dimanfaatkan untuk tujuan ini! Asteroid ini berfungsi sebagai beban yang menstabilkan kabel serta satelit
geostasioner yang sedang mengorbit itu. Tanpa beban penstabil (counterweight), kabel dan satelit bisa jatuh
menimpa bumi karena tertarik gravitasi, walaupun bahan konstruksinya merupakan material yang sangat ringan.
Asteroid ini nantinya dihubungkan dengan satelit menggunakan kabel yang sama. Asteroid ini dapat diarahkan
supaya mengorbit pada ketinggian tertentu mengelilingi bumi dengan cara menembaknya dengan rudal. Tabrakan
dengan rudal tersebut dapat menggeser posisi asteroid sehingga berada pada jangkauan gravitasi bumi. Dengan
demikian asteroid akan terus mengorbit mengelilingi bumi pada ketinggian yang sama. Rencana konstruksi
bangunan dan lintasan/kabelnya tampaknya sudah cukup baik. Lalu bagaimana dengan 'lift'nya sendiri? Yang
pasti bentuknya tidak sama dengan lift yang biasa kita lihat di gedung-gedung bertingkat. Lift ke luar angkasa ini
berupa sebuah pesawat luar angkasa yang akan membawa penumpang dari bumi menuju satelit yang sedang
mengorbit. Pesawat ini berbeda dengan pesawat luar angkasa yang saat ini digunakan para astronot untuk
menjalankan misi-misi mereka.

6) Bidang Teknologi Tahan Gempa


Nanoteknologi jadikan beton kokoh dan tahan gempa. Konstruksi bangunan menjadi dua kali lebih kokoh, tahan
gempa, kedap air laut dengan ditemukannya bahan konstruksi nanosilika, suatu jenis mineral yang melimpah ruah
di Indonesia dan diolah melalui teknologi nano.Dengan mencampur beton dengan 10 persen bahan nano-silica,
kekuatan bertambah menjadi dua kali lipatnya.

7) Bidang Teknologi Informasi


Dunia informatika dan komputer/elektronik bisa menikmati adanya kuantum yang mampu mengirimkan data
dengan kecepatan sangat tinggi. Superkomputer di masa depan tersusun dari chip yang sangat mungil, tetapi
mampu menyimpan data jutaan kali lebih banyak dari komputer yang kita gunakan saat ini. Begitu kecilnya
superkomputer itu, kita mungkin hanya bisa melihatnya dengan menggunakan mikroskop cahaya/elektron. Peran
teknologi nano dalam pengembangan teknologi informasi (IT,information technology), sudah tidak diragukan
lagi. Bertambahnya kecepatan komputer dari waktu ke waktu, meningkatnya kapasitas hardisk dan memori,
semakin kecil dan bertambahnya fungsi telepon genggam, adalah contoh-contoh kongkrit produk teknologi nano
di bidang IT.

F. Perkembangan Teknologi Nano Di Indonesia

Di Indonesia perkembangan nanoteknologi boleh dikatakan masih sangat premature.Kondisi ini,tidak jauh berbeda
dengan Negara-negara Asean lainnya.Kendati demikian ,kegagalan dalam mengembangkan produk berbasis
nanoteknologi pada lima tahun ke depan,berpotensi menyebabkan pasar domestic hanya menjadi pasar bagi produk
nanoteknologi impor sehingga Indonesia diperkirakan kehilangan nilai tambah sekitar Rp 10 triliun per tahun.
Indonesia memiliki keunggulan komparatif berupa kekayaan sumber daya alam misalkan mineral pasir
besi,kuarsa,tembaga,emas yang dapat digunakan sebagai basis teknologi nanomaterial.Oleh karena itu,pengembangan
nanoteknologi harus diarahkan untuk mengelolah dan memberikan nilai tambah secara signifikan bagi sumber daya
alam Indonesia guna meningkatkan daya saing bangsa. Nanoteknologi berdampak di bidang ilmu pengetahuan dan
teknik rekayasa serta setiap sisi kehidupan manusia sebagaimana yang kita ketahui dalam dekade pertama abad ke-21
ini. Banyak yang percaya nanoteknologi mampu menjadi solusi dari sekian banyak maslah dalamkehidupan
manusia,diantaranya teknologi pembersih lingkungan,teknologi material yang kuat dan ringan,menyembuhkan
sebagian besar penyakit medis pada manusia.Nanoteknologi sangat berkembang pesat dan begiru mencengangkan
banyak pihak,sehingga mau atau tidak kita harus mempertimbangkan suatu kebijakan yang untuk selanjutnya
berbenah diri menyesuaikan orientasi teknologi yang akan dipakai dimasa yang akan datang.

Tahun 2012 Indonesia memasuki era teknologi nano. Teknologi yang satu ini tidak sebatas digunakan membuat
nanomaterial bagi piranti mikroelektronik, akan tetapi juga bagi industri lain, seperti pertanian dan pangan.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Masyarakat Nano Indonesia, Dr. Nurul Taufiqu Rochman pada Seminar
Nasional Sains dan Teknologi 3 yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim, belum lama ini.
Dalam presentasinya berjudul “Rekayasa dan Inovasi Nanoteknologi dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Produk-
Produk Pertanian dan Pangan, Dia memaparkan mengenai perlunya penguasaan teknologi rekayasa proses, mengingat
saat ini diukur dari segi kesiapan teknologi, daya saing global, Indonesia hanya menempati peringkat 91. Saat ini
sektor pertanian menyumbang 13% dari total PDB Indonesia. Padahal sektor pertanian dapat menjadi unggulan,
mengingat karakteristik Indonesia sebagai negara agraris. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guna
mengedepankan sector pertanian, yakni dengan menerapkan teknologi rekayasa proses, semisal teknologi nano”
tandasnya. Berdasarkan kajian dan survey, Dr. Nurul menambahkan, ada lima bidang industri yang berpotensi
menerapkan teknologi nano, yaitu industri pupuk, pestisida, pangan, obat herbal dan kemasan.

G. Prospek Perkembangan Teknologi Nano Di Masa Depan.


Setiap pengembangan ilmu dan teknologi nano seharusnya selalu memperhatikan dampak terhadap masyarakat dan
lingkungan hidup. Dampak tersebut berupa potensi bahan dan produk nano sebagai bahan beracun bagi tubuh
manusia dan lingkungan serta perubahan karakter konsumtif masyarakat. Penguasaan teknologi nano dapat berakibat
berubahnya tatanan dunia seperti yang terjadi saat teknologi nuklir dan ruang angkasa turut serta menentukan tatanan
dunia modern. Selain itu, keanekaragaman hayati Indonesia dapat menjadi sumber pengembangan ilmu dan teknologi
nano di Indonesia dan dunia.

2.6. Partikel Nano Dalam Aplikasi Beton Dalam Ketahanan Terhadap Gempa

Konstruksi bangunan menjadi dua kali lebih kokoh, tahan gempa, dan kedap air laut menggunakan bahan konstruksi
nanosilika. Material jenis ini dapat dihasilkan melalui pengolahan silika yang melimpah ruah di Indonesia dengan
teknologi nano.

Dengan campuran 10 persen bahan nanosilika, kekuatan beton bertambah menjadi dua kali lipatnya, kata penemu dan
pemilik paten nanosilika Dr. Nurul Taufiqu Rochman di sela Konferensi Internasional Advanced Material and
Practical Nanotechnology di Serpong, Banten, Senin (4/9).

Indonesia, ujar Peneliti dari Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, memiliki potensi
silika hingga miliaran ton. Bahan tersebut dapat ditemukan di berbagai tempat seperti pantai, pegunungan, dan lain-
lain sehingga dapat diperoleh dengan mudah dan murah.

Untuk mengolah silika, ujar Nurul, pihaknya telah mematenkan alat pengolah khusus ball mill. Alat ini yang
menghancurkan mineral tersebut hingga berukuran nanometer (sepermiliar meter).

Nanosilika harganya hanya 30 persen lebih mahal daripada semen, namun kualitasnya mencapai dua kali lipat.
Produksi nanosilika dalam negeri menjadi alternatif untuk menggantikan mikrosilika yang saat ini masih diimpor dan
dengan harga relatif jauh lebih mahal.

Mikrosilika adalah silika yang digiling dengan peralatan penggilingan biasa sebagai bahan konstruksi beton. Namun
nanosilika diproses dengan ball mill yang hasilnya menjadi lebih halus lagi sehingga menjadi lebih kuat, katanya.

Di masa depan, ia berharap konstruksi sipil seperti bangunan, jembatan, terowongan, bahkan bangunan di dalam laut
menjadi lebih murah dan sederhana dengan nanosilika.

Di Jepang, sekarang semua lab sudah menggunakan nama nano, jika tidak, lab itu tak akan dilirik. Itu mencerminkan
di masyarakat dunia, teknologi nano sudah memasyarakat. Sayangnya di Indonesia, orang masih bertanya-tanya
benda apakah nano itu, katanya.

Di luar negeri, ujarnya, kaca-kaca bangunan tinggi sudah menggunakan teknologi nano sehingga selalu bersih dan tak
perlu perawatan, kosmetik penahan virus juga sudah diproduksi. Teknologi nano, ujarnya, mampu menyusun atom
atau molekul karbon yang terdapat dalam batubara dan grafit menjadi sebutir berlian yang berkilauan.

Itu karena atom-atom yang terdapat dalam grafit sama persis dengan atom-atom dalam berlian, yang berbeda hanya
strukturnya dan dapat direkayasa dengan teknologi nano,\ ujarnya. Karena itu Indonesia jangan sampai hanya
menonton saja dan menjadi negara pengimpor berbagai produk hasil teknologi nano. Namun, bangsa Indonesia harus
berperan aktif bahkan menjadi pengekspor bahan-bahan hasil teknologi nano.

Penelitian beton dengan teknologi nano terus dikembangkan.Mengingat kondisi alam Indonesia rawan bencana gempa,
maka penelitian beton nano dengan penambahan serat kelapa dapat mengatasi kondisi tersebut. Pengujian dilakukan
terhadap serat kelapa untuk mendapatkan sifat fisik dan mekanik. Diamati untuk serat yang terawat dan tidak terawat.
Pengujian terhadap bahan pembentuk beton secara fisik dan mekanik untuk kekuatan tekan pada umur 28 hari. Hasil
yang didapat menyatakan bahwa serat kelapa mempunyai sifat daktilitas.

Kekuatan beton nano memiliki kekuatan lebih tinggi dari beton konvensional. Penambahan serat kelapa memberikan
kekuatant ekan lebih tinggi dari beton nano dan beton konvensional. Kekuatan tekan meningkat 58%. Kata
kunci:beton serat, nanosilika, serat alam, kekuatan tekan,, kuat tarik. Pendahuluan Indonesia rawan terhadap gempa
bumi. Penderitaan yang selalu dirasakan oleh masyarakat akibat bencana gempa adalah kerusakan pada bangunan
infrastruktur.
Bahan bangunan yang paling dominan digunakan pada konstruksi bangunan infrastruktur tersebut terbuat dari beton
konvensional yang mudah hancur dan tidak tahan gempa. Dilain pihak program kerja pemerintah saat ini terus
melakukan pembangunan infrastruktur untuk pemerataan ekonomi, selain untuk memenuhi perkembangan kebutuhan
masyarakat Indonesia.
Dalam rangka menunjang kebutuhan percepatan kerja dalam pembangunan infrastruktur, maka diperlukan industri
teknologi bahan bangunan yang inovatif untuk konstruksi bangunan yang sesuai dengan kondisi lokal dengan
memanfaatkan bahan lokal. Sejalan dengan program pemerintah di bidang material maju dalam mendukung
infrastruktur, banyak diperlukan penelitian dengan mengembangkan material beton terbarukan dan berkelanjutan,
ramah lingkungan serta tahan terhadap gempa. Pendekatan dasar desain bagunan tahan gempa harus didasarkan pada
kekuatan lateral serta kemampuan deformabilitas dan daktilitas struktur dengan terbatas tetapi tidak runtuh. Faktor
penting untuk membuat bangunan tahan terhadap gempa yaitu desain yang aman dan konstruksi dengan material yang
berkualitas.

Teknologi nano merupakan teknologi yang memungkinkan pembuatan dan penguatan materi atau pada alat berukuran
yang sangat kecil. Besaran 1 (satu) nanometer sama dengan 1 (satu) per 1 (satu) milyar meter , artinya berukuran
50.000 kali lebih kecil dari ukuran rambut manusia. Dengan kata lain, bahwa teknologi nano merupakan manipulasi
benda pada skala atomik dan molekular. Di era saat ini, teknologi nano sedang gencar untuk terus dikembangkan dan
dipergunakan. Ukuran yang mungil ini bisa menghasilkan efek yang sangat besar. Teknologi nano sudah diterapkan
diberbagai bidang, seperti: Bidang Medis dan Pengobatan Produksi dan Konservasi Energik, Kebersihan dan
Perlindungan Lingkungan, Elektronik, Komputer dan Teknologi Informasi, Keamanan dan Pertahanan, Otomotif,
Tekstil, Kosmetik dan Konstruksi Bangunan.

Perkembangan teknologi yang semakin melaju pesat membuat berbagai macam penemuan – penemuan baru. Salah
satu penemuan yang bisa menjadi masa depan yaitu pengaplikasikan teknologi nano pada konstruksi bangunan.
Penerapan teknologi nano salah satunya adalah bidang waterproofing. Teknologi ini dapat melindungi bangunan dari
kebocoran dan rembesan. Penerapan teknologi nano pada waterproofing bisa melindungi media bangunan pada
permukaan hingga sampai pori-pori bangunan, sehingga bangunan tersebut bisa bekerja maksimal dalam menolak air.
Ketika air menetes pada media tersebut, air tersebut akan menjadi butir dan tidak bisa meresap kedalam media, mirip
seperti halnya kinerja daun talas ketika terkena air.

Prinsip dasar teknologi nano adalah mengendalikan material, yaitu dengan cara menghancurkan material sampai
berukuran nano kemudian disusun kembali sesuai dengan komposisi yang diinginkan agar berfungsi mengurangi
rongga di dalam beton sehingga beton menjadi lebih padat. Ketika terjadi peningkatan kepadatan, porositas dalam
beton berkurang, maka beton lebih kedap terhadap air dan material perusak lainnya sehingga beton menjadi lebih
tahan lama. Studi Pustaka Dunia dibagi menjadi zona seismik berdasarkan lempeng tektonik dan besarnya gempa
bumi.

Jepang menempati urutan teratas daftar daerah rawan gempa, negara paling rentan gempa bumi di dunia dan gempa
telah menyebabkan kerusakan besar. Negara ini memiliki sejarah panjang menyaksikan bencana gempa bumi karena
terletak di Pasifik "Ring of fire". Negara lainnya adalah Nepal, India, Ekuador, Filipina, Pakistan, El Savador,
Meksiko, Turki dan yang ke 10 Indonesia. Gempa bumi bisa datang kapan saja dan dimana saja oleh karenanya
struktur bangunan maupun materialnya harus dibuat sedemikian rupa supaya tetap aman dari kejadian tersebut. Hal
ini perlu dilakukan inovasi terhadap material beton yang mempunyai sifat getas agar supaya tidak cepat hancur serta
memberikan dampak rendah bagi lingkungan. Indonesia memiliki serat tumbuh tumbuhan sangat berlimpah, yang
berpotensi besar sebagai bahan baku material bangunan terbarukan dan berkelanjutan. Kami dan para peneliti telah
melakukan penelitian terhadap serat dari tumbuhan dan hasilnya bahwa serat dapat berfungsi sebagai bahan penguat
untuk menghasilkan bahan komposit yang ringan, kuat dan ramah lingkungan [1], [2], [3], [4], [5], [6]. Serat kelapa
memiliki sifat daktail yang lebih tinggi daripada serat alami lainnya.

Metodologi Penelitian Metode penelitian yang dilakukan disini dengan melakukan pengujian di laboratorium.
Penyelidikan dilakukan terhadap sifat fisik dan mekanik dari serat kelapa. Kemudian dilakukan design pencampuran
material pembentuk beton serat dan ditambahkan partikel nanosilica. Selanjutnya dilakukan perawatan dengan
perendaman dan pengujian tekan setelah berumur 28 hari untuk betond nano serat. Hasil dan Pembahasan Hasil
penelitian menunjukkan serat kelapa dari Indonesia memiliki kemampuan kekuatan tarik yang meningkat dan
menghambat regangan setelah proses perawatan dengan melalui proses pencucian (Gambar 1) [7].

Serabut kelapa memiliki potensi sebagai bahan penguat untuk konstruksi, terutama di daerah-daerah gempa
khususnya di negara-negara tropis. Serat kelapa setelah dilakukan proses perawatan menunjukkan peningkatan
perilaku daktilitas dan peningkatan kekuatan tarik 2 (dua) kali lebih tinggi daripada yang belum dirawat (Gambar 2)
[7].
Gambar.1. Serat kelapa terawat dan belum dirawat

Gambar.2. Kekuatan tarik serat kelapa yang terawat dan belum terawat

Penelitian dilakukan pada campuran serat dengan mortar beton diperoleh keunggulan material mortar beton
terbarukan.

Serat serabut kelapa, menunjukkan bahwa penambahan serat sebagai bahan dengan berbasis semen seperti mortar dan
beton dapat meningkatkan kekuatan tarik dan tekan. Keunggulan lainnya, mempunyai berat lebih ringan dari beton
konvensional, serta memiliki sifat daktilitas yang mengurangi efek beban gempa [7, 8, 9]. Penelitian dilakukan
dengan uji mekanik terhadap semen mortar beton dengan perkuatan serat kelapa, hasil nya terjadi peningkatan
kekuatan terutama pada uji tarik. Sifat hambatan regangan naik 100% untuk kandungan serat 3%. Hasil ini
menyatakan serat kelapa dapat digunakan sebagai penguat bahan komposit serta memiliki daktilitas tinggi [7].

Penyelidikan terhadap pengaruh kandungan serat (diekspresikan oleh rasio massa serat / semen) menunjukkan bahwa
kandungan serat 5% memungkinkan 10 kali lebih tinggi defleksi dan menyajikan kekuatan tarik 1,5 kali lebih tinggi
daripada mortar tanpa serat. Pengamatan dari mikromekanik serat, terlihat adanya ikatan antara matriks dengan serat
(Gambar 3) [8].

Gambar.3. Beban dan defleksi dari mortar beton tanpa serat dan mortar beton serat komposit

Pengaruh panjang serat dan kandungan serat dalam beton komposit diperkuat oleh serat kelapa terjadi peningkatan
kekuatan tarik mencapai hasil tertinggi pada kandungan serat 3% dan panjang serat 5 mm, dimana kekuatan tarik
belah 1,28 kali lebih besar dari beton standard (Gambar 4)[9].
Penambahan jumlah serat kelapa hingga 4% untuk panjang serat 5 mm telah mengurangi kerapatan komposit beton
serat kelapa, menjadikan beton lebih ringan (Gambar 5)[9]. Serat kelapa ini berfungsi sebagai tulangan mikro yang
melindungi beton dari keretakan [10]. Sistem tulangan mikro ini bekerja berdasarkan prinsip-prinsip mekanis, ikatan
antar serat dan beton. Oleh karenanya, material komposit beton berserat akan menjadi bahan yang tak mudah retak
dan rusak. Hal ini tepat digunakan pada pelat bangunan dan jembatan, landas pacu pesawat, dan jalan beton semen.
Penelitian untuk evaluasi efek dari serat kelapa pada beton terhadap beban dinamik telah menghasilkan kondisi serat
lebih berdaktilitas. Hasil penelitian ditemukan bahwa komposit beton serat sabut kelapa dengan panjang serat dari 5
cm dan kandungan serat 5% memiliki sifat terbaik [11].

Gambar.4. Kekuatan tarik vs banyaknya serat

Gambar.5. Berat Jenis vs banyaknya serat

Penelitian pada material ini sangat perlu dikembangkan lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah dengan
menyesuaikan kondisi daerah setempat. Dibeberapa daerah di Indonesia yang rawan akan gempa bumi, sudah saat nya
material beton serat kelapa dimanfaatkan pada bangunan yang dipengaruhi oleh gempa dan beban berulang.

Dari uraian tersebut, keunggulan beton berserat adalah dapat meningkatkan kuat tarik dan lentur, meningkatkan
daktilitas dan kemampuan menyerap energi saat berdeformasi, mengurangi retak akibat susut beton, meningkatkan
ketahanan fatigue akibat beban berulang dan meningkatkan ketahanan impact /beban tumbukan. Perkembangan
teknologi material beton berukuran nano makin pesat. Studi telah menunjukkan bahwa beton dengan penambahan
nano-silika memperoleh kekuatan awal lebih dibandingkan dengan mikro-silika. Hal ini mengukapkan bahwa
penambahan nano silika dalam beton meningkatkan kemampuan kerja beton dengan penambahan superplasticizer
dosis minimum. Pemakaian nano silika dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan beton [12, 13, 14]. Sejalan
dengan hasil penelitian yang telah kami lakukan sampai tahun 2018 terhadap kekuatan tekan beton nano, memberikan
peningkatan kekuatan pada beton dengan penambahan nano silika.

Penambahan nano silika 2% meningkatkan kekuatan tekan 43% dari beton standard. Sedangkan beton dengan nano
silika 0,5 % ditambahkan serat kelapa 1% menaikan kekuatan tekan hingga sampai 58% (Gambar 6)[15]. Dari
penelusuran beberapa artikel tersebut, memperlihatkan bahwa posisi penelitian adalah bagaimana mendapatkan
metode proses perawatan dan karakteristik fisik, mekanik dari serat kelapa serta komposit beton nano serat alam. Hal
ini untuk meningkatkan kinerja material konstruksi terbarukan dan berkelanjutan sebagai inovasi material maju.
Penelitian dalam bidang material maju yang memanfaatkan serat alam dengan menggunakan material lokal untuk
bahan bangunan infrastruktur saat ini terus dikembangkan. SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi
Indonesia ISSN: 2654-489X 256 Gambar. 6.. Kekuatan tekan vs variasi nano-silika dan serat kelapa Kesimpulan
Bahan bangunan beton untuk konstruksi mempunyai peran penting dalam keamanan dan kenyamanan perlindungan
manusia dari bencana gempa.

Salah satu cara utama masyarakat melindungi diri dari potensi bencana gempa adalah dengan mengadopsi dan
menegakkan peraturan bangunan dengan desain seismik dan standar konstruksi yang sesuai. Penelitian perlu terus
dilanjutkan untuk mendapatkan material beton serat berteknologi nano yang terbarukan dan berkelanjutan untuk
bangunan kontruksi hijau yang ramah lingkungan dan tahan gempa. Aplikasi material ini untuk bangunan gedung,
bendungan, irigasi, jembatan dan jalan dapat berupa pra cetak maupun di cetak dilokasi.
Oleh karena itu perlu dilakukan kolaborasi dengan industri konstruksi bangunan untuk mendapatkan hasil yang
optimal yang segera terwujud, dan tepat guna. Ucapan Terima kasih Ucapkan terima kasih kepada Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana Penelitian Pasca Doktor (Kontrak penelitian
044/KM/PNT/2018), sehingga penelitian material maju di bidang material beton serat dengan teknologi nano untuk
bangunan Teknik Sipil dapat berkelanjutan.
webugm@ugm.ac.id /Nanomaterial Berlapis dan Berpori, Material Multifungsi oleh Karna Wijaya, 2010.
(didownload tanggal 21-12-2011 pukul 09.30)

Lia. Kurnia, Darminto, Malik.A. 2010. Sintesis Dan Karakterisasi Partikel Nano Fe3O4 Yang Berasal Dari
Pasir Besi Dan Fe3 O4 Bahan Komersial (Aldrich). Surabaya :ITS

Horasdia.S.____. Nanomaterial: Pendekatan Baru Penanggulangan Kanker Dan Diabetes. Bandung:


Universitas Advent Indonesia

Fahlefi.N .D.2010. Simulasi Dengan Metode Monte Carlo Untuk Proses Pembuatan Nanomaterial
Menggunakan Ball Mill. Skripsi prodi fisika FMIPA UI

www. Nanocompositech.com/ nanotechnology applications (didownload tanggal 21-12-2011 pukul 09.20)


http://fiqrotul.wordpress.com/nanomaterial. (didownload tanggal 21-12-2011 pukul 09.25)

Ade.E. N.2011. Aplikasi Material. Bandung : Jurusan Fisika Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung

Kumar, C.S.S.R., Hormes, J., dan Leuschner, C., 2005. Nanofabrication Towards Biomedical
Applications. Wilet-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim, Germany.

Schaefer, H.E., 2010. Nanoscience The Science of the Small in Physics, Engineering, Chemistry, Biology and
Medicine. Springer-Verlag, Berlin, Germany

Anda mungkin juga menyukai