Anda di halaman 1dari 26

Makalah Kimia Organik II

REAKSI PERISIKLIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V

1. ESTER MOEDEKAI SITOMPUL (RSA1C115009)


2. FRANDI MARDIANSYAH (RSA1C115010)
3. ROBI (RSA1C115015)
4. SILMI AULIA WARDAH (RSA1C115023)
5. WINDI PUJIWATI (RSA1C115032)

DOSEN PENGAMPU :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILM PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan maha

penyayang, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penyusunan makalah dapat

terselesaikan dan terwujud. Makalah ini di susun untuk dijadikan referensi yang

lengkap dan menyeluruh tentang Reaksi Perisiklik.

Makalah ini di susun secara khusus untuk memenuhi tugas final Kimia

Organik II. Substansi yang terdapat dalam makalah ini berasal dari beberapa

referensi yang berasal dari media elektronik melalui pengambilan bahan dari

internet. Sistematika penyusunan makalah ini terbentuk melalui kerangka yang

berdasarkan acuan atau bersumber dari buku ataupun literatur lain dengan

mengembangkan substansi yang ada untuk kemudian di rangkai secara terstruktur

dan benar.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...........1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................3

C. Tujuan......................................................................................................................................3

D. Manfaat...................................................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Pengertian Reaksi Perisiklik............................................................................................4

B. Tahapan Terjadinya Reaksi Perisiklik............................................................................4

C. Jenis-Jenis Reaksi Perisiklik............................................................................................8

BAB III. PENUTUP...............................................................................................................22

A. Kesimpulan............................................................................................................................22

B. Saran........................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa organik yang

mengandung satu ikatan rangkap dua. Hidrokarbon tak jenuh adalah kelompok

hidrokarbon yang mempunyai jumlah atom hidrogen per atom karbon lebih

sedikit dibandingkan dengan alkana. Lebih kecilnya jumlah hidrogen ini

disebabkan oleh adanya ikatan ganda antara karbon-karbon, baik ganda dua

maupun ganda tiga. Kelompok hidrokarbon yang dalam ikatan karbon-karbonnya

mengandung ikatan ganda dua dinamakan alkena, dimana perbandingan karbon

dan hidrogen dapat ditandai dengan rumus empirik CnH2n.

Berbeda dengan kelompok hidrokarbon jenuh (Alkana), di mana ikatan

tunggal C-C merupakan ikatan sigma pada orbital hibrida Sp3 dari dua atom

karbonnya, maka pada alkena ikatan ganda dua C=C terbentuk dari ikatan sigma

orbital-orbital hibrida sp2 dari dua karbon yang kemudian dilengkapi dengan

ikatan p dari satu orbital p yang tersisa pada masing-masing atom karbon yang

bersangkutan. Alkena yang mempunyai lebih dari satu ikatan ganda dua dikenal

dengan nama alkadiena, -tiena, - tetraena, atau poliena, secara berturut-turut untuk

dua, tiga, empat, atau banyak ikatan ganda dua.

Apabila dalam satu molekul terdapat lebih dari satu ikatan ganda, maka

strukturnya perlu digolongkan berdasarkan posisi relatif ikatan-ikatan ganda

tersebut. Jika ikatan ganda terletak bersebelahan satu dengan lain, maka

1
kelompok seperti itu dinamakan terkumulasi. Jika ikatan ganda yang terlibat

dalam senyawa menempati posisi berselang-seling dengan ikatan tunggal,

dinamakan terkonjugasi, tetapi apabila ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai oleh

dua atau lebih ikatan tunggal,maka susunan seperti ini dinamakan terisolasi. Dari

ketiga susunan di atas, sistem terkonjugasi merupakan sistem yang senyawanya

banyak ditemukan di alam dengan sifat-sifat kimia yang menarik.

Konjugasi yaitu intraksi electron antara ikatan tak jenuh mempunyai

peranan yang sangat penting dalam mnentukan banyak ciri senyawa organic.

Konjugasi menunjukan bahwa ciri electron gugus fungsi dapat dipindahkan

sepanjang rantai karbon. Ikatan rangkap pada dua karbon karbon yang dalam

keadaan biasa dianggap bersifat sebagai nukleofil bila dalam keadaan

terkonjugasai dengan gugus penarik electron menjadi bersifat elekrofil. Reaksi

yang dapat terjadi tersebut dinamakan reaksi perisiklik

Suatu diena atau poliena terkonjugasi dapat mengalami reaksi perisiklik.

Reaksi perisiklik adalah reaksi serempak yang berlangsung dalam suatu deret

siklis elektron pada keadaan transisinya. Selama beberapa tahun, para ahli kimia

tidak mampu untuk menjelaskan suatu mekanisme reaksi terkait reaksi perisiklik

secara teoritis. Namun sejak 1960 beberapa teori telah dikembangkan untuk

menjelaskan reaksi- reaksi ini. R.B Woodward dari universitas dari universitas

Harvard dan R. Hofman telah mengemukakan penjelasan berdasarkan simetri

orbital molekul dari pereaksi dan produk. Perlakuan serupa dikembangkan oleh K.

Fukui dimana perlakuannya dsebut metode orbital garis depan.

Reaksi perisiklik terdiri dari reaksi sikloadisi, reaksi elektrosiklik,dan

2
penataan-ulang sigmatropik. Masing-masing reaksi ini memiliki mekanisme yang

berbeda-beda, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih detail

mengenai reaksi-reaksi perisiklik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan reaksi perisiklik ?

2. Bagaimana proses terjadinya reaksi perisiklik ?

3. Bagaimana tipe- tipe reaksi perisiklik ?

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian reaksi perisiklik.

2. Untuk mengetahui tahapan proses reaksi perisiklik.

3. Untuk lebih memahami jenis- jenis atau tipe- tipe dari reaksi perisiklik.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Dapat mengetahui pengertian reaksi perisiklik.

2. Dapat mengetahui tahapan proses reaksi perisiklik.

3. Dapat lebih memahami jenis- jenis atau tipe- tipe dari reaksi perisiklik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reaksi Perisiklik

Reaksi poliena terkonjugasi disebut reaksi perisiklik yang berasal dari

perkataan peri (disekitar atau sekeliling cincin). Reaksi perisiklik berlangsung satu

tahap yang dapat dikatalis baik oleh cahaya (terimbas cahaya = h) maupun kalor

(terimbas termal).

Reaksi perisiklik merupakan reaksi poliena terkonjugasi yang berlangsung

dengan mekanisme serempak (concerted, tahap tunggal) seperti reaksi SN2 dimana

ikatan-ikatan lama terputus ketika ikatan baru terbentuk yang terjadi dalam satu

tahap. Reaksi perisiklik dicirikan oleh suatu keadaan transisi siklik

yang melibatkan ikatan .

B. Tahapan Terjadinya Reaksi Perisiklik

1. Orbital molekul poliena terkonjugasi

Suatu poliena berkonjugasi mengandung 4n atau 4n + 2 elektron dalam

sistem berkonjugasinya dengan n ialah bilangan bulat. Sistem 4n yang paling

sederhana diwakili oleh 1,3- butadiena, dimana n=1. Setiap diena berkonjugasi

mengandung orbital molekul yang mirip dengan orbital molekul 1,3 butadiena

sehingga molekul ini digunakan sebagai model bagi semua diena berkonjugasi.

4
2. Interaksi LUMO/HOMO

Sebelum beranjak ke penjelasan lebih lanjut, perlu diketahui orbital molekul pada
sistem terkonjugasi

Diena adalah nukleofil yang kaya elektron, dimana terdapat gugus

pendonor elektron yang membuatnya lebih reaktif. Diena harus dalam keadaan

komformasi s-cis karena jika tidak seperti itu tiadak akan reaktif. Dalam 1,3

butadiena, empat orbital p digunakan dalam pembentukan molekul . Dalam

* *
sistem ini, 1 (1) dan 2 (2) adalah orbital bonding sedangkan 3 (3) dan 4

(4) adalah orbital antibonding.

5
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa orbital molekul

dengan energi tinggi adalah yang mempunyai banyak simpul antara inti- inti.

Dalam hal ini pada keadaan 4 memiliki tiga simpul anatara inti. Dalam keadaan

dasar, keempat elektron pi berada dalam dua orbital dengan energy terendah , 1

(1) dan 2 (2). Dalam hal ini, 2 (2) adalah orbital molekul terhuni tertinggi

*
HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dan 3 (3) adalah Orbital

Molekul Tak Terhuni Terendah LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbiatal).

HOMO dan LUMO dirujuk sebagai orbital garis depan dan merupakan orbital

yang digunakan dalam metode orbital garis depan untuk melakukan analisa pada

reaksi perisiklik.

Bila 1,3 butadiena menyerap sebuah foton dari panjang gelombang yang

sesuai, sebuah electron dipromosikan dari HOMO ke LUMO yang kemudian

menjadi HOMO baru.

6
Keadaan dasar 1,3-butadiena

Keadaan tereksitasi 1,3-butadiena

(5 bidang simpul)

(4 bidang simpul)

E (3 bidang simpul)

(2 bidang simpul)

(1 bidang simpul)

7
(tidak ada bidang simpul
diantara inti)

C. Jenis-Jenis Reaksi Perisiklik

Terdapat tiga tipe utama reaksi perisiklik yaitu: (1) Reaksi sikloadisi; (2)

reaksi elektrosiklik dan (3) penataan ulang sigmatropik.

1. Reaksi sikloadisi

Raksi sikloadisi adalah reaksi dimana dua molekul tak jenuh menjalani

suatu reaksi adisi untuk menghasilkan produk siklik. Dalam reaksi ini dua ikatan

pi diubah menjadi dua ikatan sigma. Pembentukan ikatan dapat terjadi pada sistem

pi pada sisi yang sama (suprafasial) atau pada sisi berseberangan (antarafasial).

8
Reaksi sikloadisi [ 2 + 2 ]

Sikloadisi etilena atau dua alkena sederhana apa saja disebut sikloadisi [ 2 + 2 ]

karena disini terlibat dua electron pi + dua elektron pi. Reaksi sikloadisi tipe ini

mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai,

tetapi tidak mudah terjadi bila campuran reaksi itu dipanaskan. Contoh:

Sikloadisi etilena yang menghasilkan siklobutana. Etilena mempunyai dua

*
orbital molekul : 1 dan 2 . Dalam keadaan dasar, 1 merupakan orbital bonding

*
dan HOMO, sedangkan 2 adalah orbital antibonding dan LUMO.

+ -

LUMO

- +

+ +

HOMO

- -

Dalam suatu reaksi sikloadisi, HOMO dari molekul pertama harus

bertumpang tindih dengan LUMO dari molekul kedua. Bersamaan dengan

9
menyatunya orbital , orbital-orbital ini juga mengalami hibridisasi menghasilkan

3
ikatan sigma sp yang baru.

Aturan Orbital Simetri Untuk Sikloadisi [2+2]

Terimbas termal

Bila etilena dipanaskan, electron nya tidak dipromosikan, tetapi tetap

dalam keadaan dasar, 1. Dalam keadaan imbasan termal fase- fase orbital tidak

dapat berikatan sehingga reaksi ini kerap disebut reaksi terlarang simetri

(symmetry forbidden reaction).

HOMO +

- kalor
tidak ada reaksi
- -

+
-
fase fase salah untuk
+
bertumpang tinduh,
terlarang oleh simetri LUMO,
-

Suatu reaksi terlarang simetri dapat terjadi pada beberapa keadaan, namun

energi pengaktifan yang dibutuhkan sangat tinggi dibandingkan reaksi- reaksi

yang lain. Namun, jika etilena disinari dengan cahaya ultraviolet, maka sebuah

*
electron pi dipromosikan dari orbital 1 ke 2 , tetapi tidak semua. Selanjutnya

akan diperoleh campuran molekul etilena tereksitasi dan keadaan dasar.

Terimbas cahaya

Bila etilena disinari dengan cahaya ultraviolet maka orbital pi akan

*
terbentuk dari orbital 1 ke 2 dalam beberapa tetapi tidak semua dari molekul.
*
Jika diamati homo suatu molekul tereksitasi (2 ) dan lumo. Suatu molekul
*
berkeadaan dasar (2 ) akan tampak bahwa fase fase telah sesuai untuk berikatan.

10
Reaksi semacam ini mempunyai energi pengativan yang relatif rendah, dan

disebut terizinkan-simetri (symmetry-allowed). Meskipun sikloetilena berlangsung

dengan rendemen rendah, sikloadisi [ 2+2 ] yang terimbas cahaya mempunyai

terapan sintetik.

Reaksi Sikloadisi [4 + 2]

Reaksi Diels-alders merupakan sikloadisi [4 + 2] yang paling dikenal. Reaksi

Diels Alders memerlukan panas bukan cahaya ultraviolet.

O O
H CH
2 CH o CH
C 100 C
HC
C CH
H CH 2
2
1,3-butadiena ( diena-nya ) propenal( dienofil-nya) 3-sikloheksena-1-karboksaldehida
(100%)

Gambar reaksi Diels-Alder

Kedua pereaksi dalam reaksi Diels-adler digolongkan sebagai Diena dan

dienofil. reaksi Diels-Adler tidak berlangsung melalui zat antara bersifat ion,

namun diena dan dienofilnya mempengaruhi laju reaksi.

Berikut akan dibandingkan interaksi homo-lumo untuk keadaan dasar

(reaksi terimbas-termal) dan interaksi untuk keadaan eksitasi (reaksi terimbas-

cahaya). Berdasarkan pengamatan dan eksperimen akan dijumpai bahwa antraksi-

antraksi homo-lumo dari terimbas-termal bersifat terizinkan-simetri dan antraksi

dari reaksi terimbas-cahaya bersifat telarang-simetri.

11
Sistem [ 4+2 ] sederhana: sikloadisi 1,3-butadiena (diena-nya) dan etilena

(dienofil-nya). Dalam reaksi terimbas-termal, dapat dibayangkan bahwa elektron

pi mengalir dari homo (2) dari diena ke lumo (2*) dari dienofil. Reaksi ini

bersifat terizinkan-semitri.

kalor
HOMO - -

-
+
+
+
terizinkan simetri LUMO

-

Bila suatu diena tereksitesi oleh cahaya, homo-nya akan menjadi orbital
*
3 dan orbital molekul ini tidak dapat bertumpang-tindih dengan lumo dari
dienofil. Karena itu siklisasi [4+2] terimbas-cahaya bersifat telarang-semitri.

HOMO +- tidak ada reaksi

-
-

+
+
terlarang simetri
LUMO
-

12
2. Reaksi elektrosiklik

Reaksi elektrosiklik adalah antar- ubahan (interconversion) serempak dari

suatu poliena berkonjugasi dan suatu sikloalkena. Dalam siklisasi ini dua electron

pi digunakan untuk membentuk sebuah ikatan sigma Pada reaksi ini hanya

HOMO yang simetri yang menentukan terjadinya reaksi.

Reaksi elektrsiklik merupakan reaksi terimbas-termal atau fotokimia:

CH
CH
2 HC CH CH
HC kalor atau hv HC CH
2

kalor atau hv HC CH 2
2
HC CH
HC HC CH 2 HC CH 2
2
CH CH CH
2
siklobutena1,3,5-heksatriena 1,3-sikloheksadiena
1,3-butadiena

Salah satu sifat dari reaksi elektrosiklik bahwa stereokimia dari produknya
apakah reaksi itu terimbas termal atau terimbas cahaya. Misalnya, bila (2E,4Z)-
heksadiena dipanaskan diproleh cis-dimetilsiklobutena. Namun bila diena disinari
dengan cahaya ultaviolet, terbentuk trans-dimetil-siklobutena.

H
CH3
CH3 kalor CH3
H
cis-3,4-dimetilsiklobutena
CH3
H
H hv
(2E,4Z)-heksadiena CH
3 CH
3

H
trans-3,4-dimetilsiklobutena

13
Siklisasi sistem 4n

Suatu poliena berkonjugasi menghasillkan suatu sikloalkana dengan

tumpang tindih ujung ujung dari orbital p-nya dan rehibridisasi secara serempak

atom-atom karbon yang terlibat dalam pembentukan ikatan, seperti 1,3-butadiena

yang mempunyai 4n elektron .

Kedua cuping (lobe) dari masing-masing dari orbital p yang akan

membentuk ikatan sigma baru dalam siklisasi ini dapat bersifat sefase atau

berlawanan fase satu terhadap yang lain:

+
+

+ -
- -

-
+

sefase
berlawanan arah

Untuk membentuk suatu ikatan sigma, ikatan C-C harus berotasi

sedemikian rupa sehingga orbital orbital p dapat bertumpang tindih ujung ke

ujung. Untuk menghasilkan hal tersebut maka ikatan ikatan pi harus putus. Energi

untuk pemutusan ikatan pi dan rotasi ikatan disediakan oleh panas dari luar atau

cahaya ultraviolet. Suatu ikatatn sigma, sepasang cuping yang bertumpang tindih

harus sefase setelah rotasi.

Terdapat dua cara yang berlainan agar ikatan-ikatan sigma C-C berotasi

untuk mendapatkan posisi yang tepat untuk menumpang tindihkan orbital p :

1. Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dalam arah yang sama (keduanya

searah jarum jam atau keduanya berlawanan arah dengan jarum jam). Tipe

rotasi ini disebut sebagai gerakaan konrotasi (conrotatory motion).

14
2. Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dengan arah yang berlainan, satu

searah dan yang lain berlawanan dengan jarum jam. Tipe rotasi ini disebut

gerakan disrotasi (disrotatori mation).

kontrotasi -
- -

+
+ -

keduanya searah

disrotasi -
- +

+
+ +

berlawanan searah
-

Bila 1,3-butadiena dipanaskan, rekasi terjadi sejak keadaan dasar.

Elektron-elektron yang akan digunakan untuk membentuk ikatan sigma berada

dalam homo (2). Agar terbentuk ikatan sigma baru rotasi harus berupa konrotasi.

*
Dalam siklisasi terimbas-cahaya, fase-fase orbital p dari homo (3 ) adalah

kebalikan dari fase-fase dalam siklisasi termal oleh karena itu rotasi terizinkan-
simetri berupa disrotasi dan bukan konrotasi.

disrotasi +
+
- hv

-
- -
berikatan

+
terizinkan-simetri

15
Stereokimia dari suatu elektrosiklisasi 4n:

[2E,4Z]-heksadien merupakan cis-dimetilsiklobutena dihasilkan oleh

siklisasi termal dari isomer trans oleh fotosiklisasi.

+
CH
3 H
kontrotasi
- H
- H kalor
CH 3 CH
3

H
+ CH
3

Dalam gerakan disrotasi, satu gugus metil berotasi keatas dan yang lain

kebawah. Hasilnya adalah bahwa kedua gugus metil dalam produk adalah trans.

+
CH H
3
hv
+ CH3
- H
CH disrotasi
3
CH3
H
- H
trans

Siklisasi sistem [4n+2]

1,3,5-heksatriena menunjukan orbital-orbital , suatu poliena (4n+2).

Dalam homo dari keadaan dasar (3), orbital-orbital p yang membentuk ikatan

sigma dalam siklisasi bersifat sefase. Siklisasi termal berlangsung dengan gerakan

dirotasi.

+
+
kalor CH3
+ disrotasi -- H
- 3
- +

Siklisasi terimbas-cahaya berlangsung dengan gerakan konrotasi. Reaksi-

reaski yang terizinkan-simetri dari sistem (4n+2) berlawanan dengan reaksi-reaksi

dari 1,3-butadiena, suatu sistem 4n.

16
+
-
hv CH3
+ kontrotasi --
+ CH3
- +

Reaksi elektrosiklik terimbas-termal dari [2E,4Z,6Z]-dikatetraena

merupakan contoh elektrosiklik yang sangat bagus. Tetraena merupakan suatu

poliena 4n. Bila siklooktatriena ini dipanaskan pada temperatus yang sedikit lebih

tinggi terjadi penutupan cincin elektrosiklik lain.

CH
CH kontrotasi CH 3
3 CH 3

HH 3 disrotasi
CH
3
CH CH
3
gugus trans metil CH 3 3
pertemuan cincin cis

3. Penataan Ulang Sigmatropik

Penataan Ulang Sigmatropik ialah geseran intermolekul serempak dari

suatu atom atau gugus atom. Dua contoh Penataan Ulang Sigmatropik :

Penataan Ulang Cope

CH3 CH3

1,5-heptadiena 3-metil-1,5-heksadiena
Penataan ulang Claisen
O O OH
CH
2
CH C
HC2
H CH CH 2
CH CH 3
2

Alil fenil eter Bentuk keto o-alilfeno


(Bentuk enol)

17
Klasifikasi Penataan Ulang Sigmatropik

Penataan Ulang Sigmatropik dikelompokan berdasarkan sistem

penomoran rangkap yang merunjuk keposisi posisi relatif atom yang terlibat

dalam perpindahan (migrasi). Metode klasifikasi ini berbeda dari metode untuk

sikloadisi atau reaksi elektrosiklik yang dikelompokan berdasarkan banyaknya

elektron yang terlibat dalam keadaan transisi siklik.

Pengelompokan reaksi sigmatropik paling tepat dijelaskan dengan contoh

sebagai berikut:

Penomoran gugus yang berpindah


1 2
2 CR 3
CH CR
1 CH 2 3
2
CH CH CR CH CH CR 2
2 2 2

1 2 3 1 2 3

Penomoran rantai alkenil

Mekanisme Penataan Ulang Sigmatropik

Penataan ulang sigmatropik tipe [1,3] agak jarang sedangkan penataan

ulang sigmatropik [1,5] cukup lazim. Perhatikan penataan ulang sigmatropik

terimbas-termal berikut ini, yang merupakan geseran [1,3]:

H H

CH CH CD sukar CH CHCD 2

2 2 2

Produk-produk pemaksapisahan hepotetis ini berupa sebuah atom hidrogen

dan sebuah radikal alil, yang mengandung tiga elektron pi dan karena itu tiga

orbital molekul .

18
H H
*

CH CH CD pemaksapisahan * CH CH CD
2 2 homolitik hipotesis 2 2
radikal alil

Geseran dari H radikal dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah.

Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim terjadi, contohnya

*
Geseran dari H dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah.

Pertama, gugus berpindah dapat tetap pada satu sisi dari sistem orbital , proses

perpindahan ini disebut proses suprafasial (suprafacial process). Suatu

perpindahan suprafasial dimungkinkan secara geometris, namun terlarang simetri.

Orbital 1s dari H terlarang simetri

HOMO Keadaan transisi

Perpindahan kedua, suatu pergeseran sigmatropik [1,3] yang terizinkan

simetri berlangsung, gugus berpindah (dalam hal ini H*) harus bergeser dengan

proses antarafasial (antara facial process) yakni, gugus itu harus berpindah ke

muka bersebrangan dari system orbital.

19
Terizinkan simetri tetapi secara geometri sukar

Keadaan transisi

Sementara terizinkan simetri, suatu penataan ulang sigmatropik antarfasial

[1,3] dari H tidak disukai secara geometris sehingga pergeseran sigmatropik

antarfasial [1,3] tidak mudah terjadi. Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat

lazim terjadi.

H H

[1,5]
CHCH CHCD
CH2CH CHCH CD2 CH2 2

Jika diandaikan suatu pemaksapisahan ikatan homolitik untuk maksud analisis maka

harus diperiksa orbital-orbital molekul dari suatu radikal pentadienil yang mengandung lima

elektron pi.
H H
*

CH CH CHCH CH pemaksapisahan * CH CH CHCH CH


homolitik hipotesis
2

2 2 2
radikal pentadienil

20
Jika HOMO dari radikal ini dan simetri orbitalnya diperiksa, akan terlihat bahwa

geseran [1,5] bersifat terizinkan simetri dan suprafasial.

Geseran suprafasial [1,5]


bersifat terizinkan simetri

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Reaksi perisiklik merupakan reaksi serempak, terimbas termal atau terimbas

cahaya.

2. Tiga tipe reaksi perisiklik adalah

a. Sikloadisi

b. Elektrosiklisasi

c. Penataan ulang sigmatropik

3. Pada metode orbital garis depan electron mengalir dari HOMO satu molekul ke

LUMO molekul lain.

4. Dalam reaksi reaksi elektrosiklik komponen orbital-p dari HOMO mengalami

tumpang tindih ujung ke ujung untuk membentuk ikatan sigma baru.

5. Penataan ulang sigmatropik terjadi secara suprafasial atau antarafasial

tergantung pada fase fasedari orbital yang berantaraksi dalam HOMO suatu

sisitem radikal hipotetik.

B. Saran

Saran yang dapat kami berikan dari makalah ini adalah sebaiknya pembaca

lebih banyak belajar atau mencari literatur lain mengenai reaksi perisiklik agar

dapat lebih menambah wawasan dan pemahaman mengenai reaksi perisiklik

tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Angel, R., 1969, Chem, lnt Ed.Laboratory of Organic Chemistry, Helsinki:


University of Technology.

Fessenden, 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua, Jakarta: Erlangga.

Pine, S. H., 1988, Kimia Organik Jilid 2, Bandung: ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai