Dosen Pembimbing :
Drs. Anang Wahid M.Diah, M.Si.,Ph.D
“REAKSI PERISIKLIK”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
Alhamdulillahi Rabilalmin, Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam senantiasa kita panjaktkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang
kita harapkan syafaatknya di hari akhir nanti, AMIN..
Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Organik
Fisik. Tak lupa kami mengucapkan terimah kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, kepada bapak Drs. Anang Wahid M.Diah, M.Si.,Ph.D yang
telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari penyusunan makalah ini belum sempurna, oleh sebab itu kami selaku
penyusun memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi dan perbaikan
dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi
pembaca pada umumnya dan penulis sendri secara khusus.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat,
khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Semoga segala jerih payah kita
bernilai ibadah disisi Allah SWT. AMIN.....
Kelompok VI
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
keadaan transisinya. Selama beberapa tahun, para ahli kimia tidak mampu untuk
menjelaskan suatu mekanisme reaksi terkait reaksi perisiklik secara teoritis. Namun sejak
1960 beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan reaksi- reaksi ini. R.B
Woodward dari universitas dari universitas Harvard dan R. Hofman telah mengemukakan
penjelasan berdasarkan simetri orbital molekul dari pereaksi dan produk. Perlakuan serupa
dikembangkan oleh K. Fukui dimana perlakuannya dsebut metode orbital garis depan.
Reaksi perisiklik terdiri dari reaksi sikloadisi, reaksi elektrosiklik, dan penataan-ulang
sigmatropik. Masing-masing reaksi ini memiliki mekanisme yang berbeda-beda, oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih detail mengenai reaksi-reaksi perisiklik.
1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian reaksi perisiklik.
2. Untuk mengetahui tahapan proses reaksi perisiklik.
3. Untuk lebih memahami jenis- jenis atau tipe- tipe dari reaksi perisiklik.
1.4 MANFAAT
1. Dapat mengetahui pengertian reaksi perisiklik.
2. Dapat mengetahui tahapan proses reaksi perisiklik.
3. Dapat lebih memahami jenis- jenis atau tipe- tipe dari reaksi perisiklik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reaksi Perisiklik
Reaksi poliena terkonjugasi disebut reaksi perisiklik yang berasal dari perkataan peri
(disekitar atau sekeliling cincin). Reaksi perisiklik berlangsung satu tahap yang dapat
dikatalis baik oleh cahaya (terimbas cahaya = ℎ𝜐) maupun kalor (terimbas termal).
2. Interaksi LUMO/HOMO
Sebelum beranjak ke penjelasan lebih lanjut, perlu diketahui orbital molekul pada
sistem terkonjugasi.
3
Diena adalah nukleofil yang kaya elektron, dimana terdapat gugus pendonor
elektron yang membuatnya lebih reaktif. Diena harus dalam keadaan komformasi s-cis
karena jika tidak seperti itu tiadak akan reaktif. Dalam 1,3-butadiena, empat orbital p
digunakan dalam pembentukan molekul π. Dalam sistem ini, π1 (Ψ1) dan π2 (Ψ2)
adalah orbital bonding sedangkan π3* (Ψ3) dan π4* (Ψ4) adalah orbital antibonding.
4
(Ψ1) dan π2 (Ψ2). Dalam hal ini, π2 (Ψ2) adalah orbital molekul terhuni
tertinggi HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dan π3* (Ψ3) adalah Orbital
Molekul Tak Terhuni Terendah LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbiatal).
HOMO dan LUMO dirujuk sebagai orbital garis depan dan merupakan orbital yang
digunakan dalam metode orbital garis depan untuk melakukan analisa pada reaksi
perisiklik. Bila 1,3 butadiena menyerap sebuah foton dari panjang gelombang yang
sesuai, sebuah electron dipromosikan dari HOMO ke LUMO yang kemudian
menjadi HOMO baru.
(5 bidang simpul)
(4 bidang simpul)
(3 bidang simpul)
(2 bidang simpul)
(1 bidang simpul)
5
(tidak ada bidang simpul
diantara inti)
Reaksi sikloadisi [ 2 + 2 ]
Sikloadisi etilena atau dua alkena sederhana apa saja disebut sikloadisi [ 2 + 2 ]
karena disini terlibat dua electron pi + dua elektron pi. Tipe reaksi ini lebih lazim
berlangsung dengan terimbas cahaya dibandingkan dengan terimbas thermal.
Reaksi sikloadisi tipe ini mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang
gelombang yang sesuai, tetapi tidak mudah terjadi bila campuran reaksi itu
dipanaskan. Contoh:
6
Sikloadisi etilena yang menghasilkan siklobutana. Etilena mempunyai dua
orbital molekul π: π1 dan π2*. Dalam keadaan dasar, π1 merupakan orbital bonding
dan HOMO, sedangkan π2* adalah orbital antibonding dan LUMO.
+ -
LUMO
- +
+ +
HOMO
- -
Terimbas termal
Bila etilena dipanaskan, electron π nya tidak dipromosikan, tetapi tetap dalam
keadaan dasar, π1. Dalam keadaan imbasan termal fase- fase orbital tidak dapat
berikatan sehingga reaksi ini kerap disebut reaksi terlarang simetri (symmetry
forbidden reaction).
+
HOMO +
- kalor
- -
7
Suatu reaksi terlarang simetri dapat terjadi pada beberapa keadaan,
namun energi pengaktifan yang dibutuhkan sangat tinggi dibandingkan reaksi-
reaksi yang lain. Namun, jika etilena disinari dengan cahaya ultraviolet, maka
sebuah electron pi dipromosikan dari orbital π1 ke π2*, tetapi tidak semua.
Selanjutnya akan diperoleh campuran molekul etilena tereksitasi dan keadaan
dasar.
Terimbas cahaya
Reaksi Sikloadisi [4 + 2]
Pada hakekatnya reaksi ini adalah reaksi Diels-alders yaitu pembentukkan
cincin anggota enam dari suatu diena terkonyugasi (diena 1,3) dengan suatu ikatan
tidak jenuh (dienofil yang umumnya adalah alkena atau alkuna. Reaksi Diels-
alders merupakan sikloadisi [4 + 2] yang paling dikenal. Reaksi Diels – Alders
memerlukan panas bukan cahaya ultraviolet.
O O
H CH
2 CH o CH
C 100 C
HC
C CH
H CH 2
2
1,3-butadiena ( diena-nya ) propenal( dienofil-nya) 3-sikloheksena-1-karboksaldehida
(100%)
8
Kedua pereaksi dalam reaksi Diels-adler digolongkan sebagai Diena dan
dienofil. reaksi Diels-Adler tidak berlangsung melalui zat antara bersifat ion,
elektron pi “mengalir” dari homo (π2) dari diena ke lumo (π2*) dari dienofil.
+
kalor
HOMO - -
-
+
+
+
terizinkan simetri LUMO
-
9
Bila suatu diena tereksitesi oleh cahaya, homo-nya akan menjadi orbital π3*
dan orbital molekul ini tidak dapat bertumpang-tindih dengan lumo dari dienofil.
Karena itu siklisasi [4+2] terimbas-cahaya bersifat telarang-semitri.
+
tidak ada reaksi
HOMO +-
-
-
+
+
terlarang simetri
LUMO
-
2. Reaksi elektrosiklik
Reaksi elektrosiklik adalah antar- ubahan (interconversion) serempak dari
suatu poliena berkonjugasi dan suatu sikloalkena. Dalam siklisasi ini dua electron pi
digunakan untuk membentuk sebuah ikatan sigma. Diena akan menghasilkan siklik
anggota empat dan triena akan menghasilkan siklik anggota enam. Pada reaksi ini
hanya HOMO yang simetri yang menentukan terjadinya reaksi.
CH
CH
2 HC CH CH
HC kalor atau hv HC CH
2
kalor atau hv HC CH 2
2
HC CH
HC HC CH 2 HC CH 2
2
CH CH CH
2
siklobutena1,3,5-heksatriena 1,3-sikloheksadiena
1,3-butadiena
Salah satu sifat dari reaksi elektrosiklik bahwa stereokimia dari produknya
apakah reaksi itu terimbas termal atau terimbas cahaya. Misalnya, bila (2E,4Z)-
heksadiena dipanaskan diproleh cis-dimetilsiklobutena. Namun bila diena disinari
dengan cahaya ultaviolet, terbentuk trans-dimetil-siklobutena.
10
H
H
CH3
CH3 kalor CH3
H
cis-3,4-dimetilsiklobutena
CH3
H
H hv
(2E,4Z)-heksadiena CH
3 CH
3
H
trans-3,4-dimetilsiklobutena
+
+
+ -
- -
-
+
sefase
berlawanan arah
Untuk membentuk suatu ikatan sigma, ikatan C-C harus berotasi sedemikian
rupa sehingga orbital orbital p dapat bertumpang tindih ujung ke ujung. Untuk
menghasilkan hal tersebut maka ikatan ikatan pi harus putus. Energi untuk
pemutusan ikatan pi dan rotasi ikatan disediakan oleh panas dari luar atau cahaya
ultraviolet. Suatu ikatatn sigma, sepasang cuping yang bertumpang tindih harus
sefase setelah rotasi.
Terdapat dua cara yang berlainan agar ikatan-ikatan sigma C-C berotasi
untuk mendapatkan posisi yang tepat untuk menumpang tindihkan orbital p :
a. Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dalam arah yang sama (keduanya
searah jarum jam atau keduanya berlawanan arah dengan jarum jam). Tipe
rotasi ini disebut sebagai gerakaan konrotasi (conrotatory motion).
b. Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dengan arah yang berlainan, satu
searah dan yang lain berlawanan dengan jarum jam. Tipe rotasi ini disebut
gerakan disrotasi (disrotatori mation).
11
+
kontrotasi -
- -
+
+ -
keduanya searah
+
disrotasi -
- +
+
+ +
berlawanan searah
-
disrotasi +
+
- hv
-
- -
berikatan
+
terizinkan-simetri
12
+
CH
3 H
Kontrotasi
H
- - H Kalor
CH 3 CH
3
H
+ CH
3
Dalam gerakan disrotasi, satu gugus metil berotasi keatas dan yang lain
kebawah. Hasilnya adalah bahwa kedua gugus metil dalam produk adalah
trans.
+
CH H
3
hv
+ CH3
- H
CH disrotasi
CH3
3
H
- H
trans
+
+
kalor CH3
+ disrotasi -- H
- 3
+
-
13
+
-
hv -CH3
+ kontrotasi -
+
CH3
+
-
CH 3
CH kontrotasi CH 3
CH 3
HH 3 disrotasi
CH
3
CH CH
3
gugus trans metil CH 3 3
pertemuan cincin cis
CH3 CH3
1,5-heptadiena 3-metil-1,5-heksadiena
b. Penataan ulang Claisen
O O OH
CH
2
CH C
HC2
H CHCH 2
CH CH 3
2
14
Klasifikasi Penataan Ulang Sigmatropik
Penataan Ulang Sigmatropik dikelompokan berdasarkan sistem penomoran
rangkap yang merunjuk keposisi –posisi relatif atom yang terlibat dalam
perpindahan (migrasi). Metode klasifikasi ini berbeda dari metode untuk sikloadisi
atau reaksi elektrosiklik yang dikelompokan berdasarkan banyaknya elektron π yang
terlibat dalam keadaan transisi siklik.
Pengelompokan reaksi sigmatropik paling tepat dijelaskan dengan contoh
sebagai berikut:
Penomoran gugus yang berpindah
CR 1 2
2 3
CH CR
1 CH 2 3
2
CH CH CR CH CH CR 2
2 2 2
1 2 3 1 2 3
CH CH CD sukar CH CHCD 2
2 2 2
dan sebuah radikal alil, yang mengandung tiga elektron pi dan karena itu tiga orbital
molekul π.
H H
*
CH CH CD pemaksapisahan *CH CH CD
2 2 homolitik hipotesis 2 2
radikal alil
Geseran dari H radikal dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah.
Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim terjadi, contohnya
15
Geseran dari H* dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah. Pertama,
gugus berpindah dapat tetap pada satu sisi dari sistem orbital π, proses perpindahan
simetri berlangsung, gugus berpindah (dalam hal ini H*) harus bergeser dengan
proses antarafasial (antara facial process) yakni, gugus itu harus berpindah ke
Keadaan transisi
16
Sementara terizinkan simetri, suatu penataan ulang sigmatropik antarfasial [1,3]
[1,3] tidak mudah terjadi. Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim
terjadi.
H H
[1,5]
CHCH CHCD
CH2CH CHCH CD2 CH2 2
H H
*
2 2 2
radikal
pentadienil
Jika HOMO dari radikal ini dan simetri orbitalnya diperiksa, akan terlihat bahwa geseran
[1,5] bersifat terizinkan simetri dan suprafasial.
17
Geseran suprafasial [1,5] bersifat terizinkan simetri
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan dari makalah ini adalah sebaiknya pembaca lebih
banyak belajar atau mencari literatur lain mengenai reaksi perisiklik agar dapat lebih
menambah wawasan dan pemahaman mengenai reaksi perisiklik tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
University of Technology.
Fessenden, 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua, Jakarta: Erlangga.
20