Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA ORGANIK FISIK

Dosen Pembimbing :
Drs. Anang Wahid M.Diah, M.Si.,Ph.D

“REAKSI PERISIKLIK”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VI

Sitti Armianti Lahangko (A 251 17 085)


Dian Rani Minggus (A 251 17 021)
Fikriyanti Wardani (A 251 17 052)
Sufia (A 251 17 012)
Mega Puspita L. (A 251 17 071)
Akhter Pualaa (A 251 17 020)
Ilman Laubeka (A 251 17 059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabilalmin, Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam senantiasa kita panjaktkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang
kita harapkan syafaatknya di hari akhir nanti, AMIN..

Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Organik
Fisik. Tak lupa kami mengucapkan terimah kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, kepada bapak Drs. Anang Wahid M.Diah, M.Si.,Ph.D yang
telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari penyusunan makalah ini belum sempurna, oleh sebab itu kami selaku
penyusun memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi dan perbaikan
dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi
pembaca pada umumnya dan penulis sendri secara khusus.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat,
khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Semoga segala jerih payah kita
bernilai ibadah disisi Allah SWT. AMIN.....

Palu, 31 Agustus 2019

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Reaksi Perisiklik ................................................................................... 3


2.2 Tahapan Terjadinya Reaksi Perisiklik .................................................................... 3
2.3 Jenis-jenis Reaksi Perisiklik ................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 19


3.2 Saran ....................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa organik yang mengandung satu ikatan
rangkap dua. Hidrokarbon tak jenuh adalah kelompok hidrokarbon yang mempunyai jumlah
atom hidrogen per atom karbon lebih sedikit dibandingkan dengan alkana. Lebih kecilnya
jumlah hidrogen ini disebabkan oleh adanya ikatan ganda antara karbon-karbon, baik ganda
dua maupun ganda tiga. Kelompok hidrokarbon yang dalam ikatan karbon-karbonnya
mengandung ikatan ganda dua dinamakan alkena, dimana perbandingan karbon dan
hidrogen dapat ditandai dengan rumus empirik CnH2n.
Berbeda dengan kelompok hidrokarbon jenuh (Alkana), di mana ikatan tunggal C-C
merupakan ikatan sigma pada orbital hibrida Sp3 dari dua atom karbonnya, maka pada
alkena ikatan ganda dua C=C terbentuk dari ikatan sigma orbital-orbital hibrida sp2 dari dua
karbon yang kemudian dilengkapi dengan ikatan p dari satu orbital p yang tersisa pada
masing-masing atom karbon yang bersangkutan. Alkena yang mempunyai lebih dari satu
ikatan ganda dua dikenal dengan nama alkadiena, -tiena, - tetraena, atau poliena, secara
berturut-turut untuk dua, tiga, empat, atau banyak ikatan ganda dua.
Apabila dalam satu molekul terdapat lebih dari satu ikatan ganda, maka strukturnya
perlu digolongkan berdasarkan posisi relatif ikatan-ikatan ganda tersebut. Jika ikatan ganda
terletak bersebelahan satu dengan lain, maka kelompok seperti itu dinamakan terkumulasi.
Jika ikatan ganda yang terlibat dalam senyawa menempati posisi berselang-seling dengan
ikatan tunggal, dinamakan terkonjugasi, tetapi apabila ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai
oleh dua atau lebih ikatan tunggal,maka susunan seperti ini dinamakan terisolasi. Dari ketiga
susunan di atas, sistem terkonjugasi merupakan sistem yang senyawanya banyak ditemukan
di alam dengan sifat-sifat kimia yang menarik.
Konjugasi yaitu intraksi electron antara ikatan tak jenuh mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mnentukan banyak ciri senyawa organic. Konjugasi menunjukan
bahwa ciri electron gugus fungsi dapat dipindahkan sepanjang rantai karbon. Ikatan rangkap
pada dua karbon karbon yang dalam keadaan biasa dianggap bersifat sebagai nukleofil bila
dalam keadaan terkonjugasai dengan gugus penarik electron menjadi bersifat elekrofil.
Reaksi yang dapat terjadi tersebut dinamakan reaksi perisiklik.
Suatu diena atau poliena terkonjugasi dapat mengalami reaksi perisiklik. Reaksi
perisiklik adalah reaksi serempak yang berlangsung dalam suatu deret siklis elektron pada

1
keadaan transisinya. Selama beberapa tahun, para ahli kimia tidak mampu untuk
menjelaskan suatu mekanisme reaksi terkait reaksi perisiklik secara teoritis. Namun sejak
1960 beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan reaksi- reaksi ini. R.B
Woodward dari universitas dari universitas Harvard dan R. Hofman telah mengemukakan
penjelasan berdasarkan simetri orbital molekul dari pereaksi dan produk. Perlakuan serupa
dikembangkan oleh K. Fukui dimana perlakuannya dsebut metode orbital garis depan.
Reaksi perisiklik terdiri dari reaksi sikloadisi, reaksi elektrosiklik, dan penataan-ulang
sigmatropik. Masing-masing reaksi ini memiliki mekanisme yang berbeda-beda, oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih detail mengenai reaksi-reaksi perisiklik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan reaksi perisiklik ?
2. Bagaimana proses terjadinya reaksi perisiklik ?
3. Bagaimana tipe- tipe reaksi perisiklik ?

1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian reaksi perisiklik.
2. Untuk mengetahui tahapan proses reaksi perisiklik.
3. Untuk lebih memahami jenis- jenis atau tipe- tipe dari reaksi perisiklik.

1.4 MANFAAT
1. Dapat mengetahui pengertian reaksi perisiklik.
2. Dapat mengetahui tahapan proses reaksi perisiklik.
3. Dapat lebih memahami jenis- jenis atau tipe- tipe dari reaksi perisiklik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reaksi Perisiklik

Reaksi poliena terkonjugasi disebut reaksi perisiklik yang berasal dari perkataan peri
(disekitar atau sekeliling cincin). Reaksi perisiklik berlangsung satu tahap yang dapat
dikatalis baik oleh cahaya (terimbas cahaya = ℎ𝜐) maupun kalor (terimbas termal).

Reaksi perisiklik merupakan reaksi poliena terkonjugasi yang berlangsung dengan


mekanisme serempak (concerted, tahap tunggal) seperti reaksi SN2 dimana ikatan-ikatan
lama terputus ketika ikatan baru terbentuk yang terjadi dalam satu tahap. Reaksi perisiklik
dicirikan oleh suatu keadaan transisi siklik yang melibatkan ikatan 𝜋.

2.2 Tahapan Terjadinya Reaksi Perisiklik


1. Orbital molekul poliena terkonjugasi
Suatu poliena berkonjugasi mengandung 4n atau 4n + 2 elektron 𝜋 dalam sistem
berkonjugasinya dengan n ialah bilangan bulat. Sistem 4n yang paling sederhana
diwakili oleh 1,3-butadiena, dimana n=1. Setiap diena berkonjugasi mengandung
orbital molekul π yang mirip dengan orbital molekul 1,3 butadiena sehingga molekul
ini digunakan sebagai model bagi semua diena berkonjugasi.

2. Interaksi LUMO/HOMO

Sebelum beranjak ke penjelasan lebih lanjut, perlu diketahui orbital molekul pada
sistem terkonjugasi.

3
Diena adalah nukleofil yang kaya elektron, dimana terdapat gugus pendonor
elektron yang membuatnya lebih reaktif. Diena harus dalam keadaan komformasi s-cis
karena jika tidak seperti itu tiadak akan reaktif. Dalam 1,3-butadiena, empat orbital p
digunakan dalam pembentukan molekul π. Dalam sistem ini, π1 (Ψ1) dan π2 (Ψ2)
adalah orbital bonding sedangkan π3* (Ψ3) dan π4* (Ψ4) adalah orbital antibonding.

4
(Ψ1) dan π2 (Ψ2). Dalam hal ini, π2 (Ψ2) adalah orbital molekul terhuni
tertinggi HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dan π3* (Ψ3) adalah Orbital
Molekul Tak Terhuni Terendah LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbiatal).
HOMO dan LUMO dirujuk sebagai orbital garis depan dan merupakan orbital yang
digunakan dalam metode orbital garis depan untuk melakukan analisa pada reaksi
perisiklik. Bila 1,3 butadiena menyerap sebuah foton dari panjang gelombang yang
sesuai, sebuah electron dipromosikan dari HOMO ke LUMO yang kemudian
menjadi HOMO baru.

Keadaan dasar 1,3-butadiena

Keadaan tereksitasi 1,3-butadiena

(5 bidang simpul)

(4 bidang simpul)

(3 bidang simpul)

(2 bidang simpul)

(1 bidang simpul)

5
(tidak ada bidang simpul
diantara inti)

2.3 Jenis-Jenis Reaksi Perisiklik


Terdapat tiga tipe utama reaksi perisiklik yaitu: (1) Reaksi sikloadisi; (2) reaksi
elektrosiklik dan (3) penataan ulang sigmatropik.
1. Reaksi sikloadisi
Raksi sikloadisi adalah reaksi dimana dua molekul tak jenuh menjalani suatu reaksi
adisi untuk menghasilkan produk siklik. Dalam reaksi ini dua ikatan pi diubah menjadi
dua ikatan sigma. Pembentukan ikatan dapat terjadi pada sistem pi pada sisi yang sama
(suprafasial) atau pada sisi berseberangan (antarafasial). Kedua reaksi ini dapat terimbas
cahaya maupun terimbas thermal sebagai berikut:

 Reaksi sikloadisi [ 2 + 2 ]
Sikloadisi etilena atau dua alkena sederhana apa saja disebut sikloadisi [ 2 + 2 ]
karena disini terlibat dua electron pi + dua elektron pi. Tipe reaksi ini lebih lazim
berlangsung dengan terimbas cahaya dibandingkan dengan terimbas thermal.
Reaksi sikloadisi tipe ini mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang
gelombang yang sesuai, tetapi tidak mudah terjadi bila campuran reaksi itu
dipanaskan. Contoh:

6
Sikloadisi etilena yang menghasilkan siklobutana. Etilena mempunyai dua
orbital molekul π: π1 dan π2*. Dalam keadaan dasar, π1 merupakan orbital bonding
dan HOMO, sedangkan π2* adalah orbital antibonding dan LUMO.

+ -
 LUMO

- +

+ +
 HOMO

- -

Dalam suatu reaksi sikloadisi, HOMO dari molekul pertama harus


bertumpang tindih dengan LUMO dari molekul kedua. Bersamaan dengan
menyatunya orbital π, orbital-orbital ini juga mengalami hibridisasi menghasilkan
ikatan sigma sp3 yang baru.

Aturan Orbital Simetri Untuk Sikloadisi [2+2]

 Terimbas termal
Bila etilena dipanaskan, electron π nya tidak dipromosikan, tetapi tetap dalam
keadaan dasar, π1. Dalam keadaan imbasan termal fase- fase orbital tidak dapat
berikatan sehingga reaksi ini kerap disebut reaksi terlarang simetri (symmetry
forbidden reaction).
+

HOMO  +

- kalor

tidak ada reaksi

- -

fase-fase salah untuk


+
bertumpang tinduh,
terlarang oleh simetri LUMO, 
-

7
Suatu reaksi terlarang simetri dapat terjadi pada beberapa keadaan,
namun energi pengaktifan yang dibutuhkan sangat tinggi dibandingkan reaksi-
reaksi yang lain. Namun, jika etilena disinari dengan cahaya ultraviolet, maka
sebuah electron pi dipromosikan dari orbital π1 ke π2*, tetapi tidak semua.
Selanjutnya akan diperoleh campuran molekul etilena tereksitasi dan keadaan
dasar.

 Terimbas cahaya

Bila etilena disinari dengan cahaya ultraviolet maka orbital pi akan


terbentuk dari orbital π1 ke π2* dalam beberapa tetapi tidak semua dari molekul.
Jika diamati homo suatu molekul tereksitasi (π2*) dan lumo. Suatu molekul
berkeadaan dasar (π2*) akan tampak bahwa fase fase telah sesuai untuk
berikatan.

Reaksi semacam ini mempunyai energi pengativan yang relatif rendah,


dan disebut terizinkan-simetri (symmetry-allowed). Meskipun sikloetilena
berlangsung dengan rendemen rendah, sikloadisi [ 2+2 ] yang terimbas cahaya
mempunyai terapan sintetik.

 Reaksi Sikloadisi [4 + 2]
Pada hakekatnya reaksi ini adalah reaksi Diels-alders yaitu pembentukkan
cincin anggota enam dari suatu diena terkonyugasi (diena 1,3) dengan suatu ikatan
tidak jenuh (dienofil yang umumnya adalah alkena atau alkuna. Reaksi Diels-
alders merupakan sikloadisi [4 + 2] yang paling dikenal. Reaksi Diels – Alders
memerlukan panas bukan cahaya ultraviolet.

O O
H CH
2 CH o CH
C 100 C
HC
C CH
H CH 2
2
1,3-butadiena ( diena-nya ) propenal( dienofil-nya) 3-sikloheksena-1-karboksaldehida
(100%)

Gambar reaksi Diels-Alder

8
Kedua pereaksi dalam reaksi Diels-adler digolongkan sebagai Diena dan

dienofil. reaksi Diels-Adler tidak berlangsung melalui zat antara bersifat ion,

namun diena dan dienofilnya mempengaruhi laju reaksi.

Berikut akan dibandingkan interaksi homo-lumo untuk keadaan dasar (reaksi

terimbas-termal) dan interaksi untuk keadaan eksitasi (reaksi terimbas-cahaya).

Berdasarkan pengamatan dan eksperimen akan dijumpai bahwa antraksi-

antraksi homo-lumo dari terimbas-termal bersifat terizinkan-simetri dan antraksi

dari reaksi terimbas-cahaya bersifat telarang-simetri.

Sistem [ 4+2 ] sederhana: sikloadisi 1,3-butadiena (diena-nya) dan etilena

(dienofil-nya). Dalam reaksi terimbas-termal, dapat dibayangkan bahwa

elektron pi “mengalir” dari homo (π2) dari diena ke lumo (π2*) dari dienofil.

Reaksi ini bersifat terizinkan-semitri.

+


kalor
HOMO  - -

-
+
+
+
terizinkan simetri LUMO  

-

9
Bila suatu diena tereksitesi oleh cahaya, homo-nya akan menjadi orbital π3*
dan orbital molekul ini tidak dapat bertumpang-tindih dengan lumo dari dienofil.
Karena itu siklisasi [4+2] terimbas-cahaya bersifat telarang-semitri.

+
tidak ada reaksi

HOMO  +-

-
-

+
+
terlarang simetri
LUMO 
-

2. Reaksi elektrosiklik
Reaksi elektrosiklik adalah antar- ubahan (interconversion) serempak dari
suatu poliena berkonjugasi dan suatu sikloalkena. Dalam siklisasi ini dua electron pi
digunakan untuk membentuk sebuah ikatan sigma. Diena akan menghasilkan siklik
anggota empat dan triena akan menghasilkan siklik anggota enam. Pada reaksi ini
hanya HOMO yang simetri yang menentukan terjadinya reaksi.

Reaksi elektrsiklik merupakan reaksi terimbas-termal atau fotokimia:

CH
CH
2 HC CH CH
HC kalor atau hv HC CH
2
kalor atau hv HC CH 2
2
HC CH
HC HC CH 2 HC CH 2
2
CH CH CH
2
siklobutena1,3,5-heksatriena 1,3-sikloheksadiena
1,3-butadiena

Salah satu sifat dari reaksi elektrosiklik bahwa stereokimia dari produknya
apakah reaksi itu terimbas termal atau terimbas cahaya. Misalnya, bila (2E,4Z)-
heksadiena dipanaskan diproleh cis-dimetilsiklobutena. Namun bila diena disinari
dengan cahaya ultaviolet, terbentuk trans-dimetil-siklobutena.

10
H

H
CH3
CH3 kalor CH3
H
cis-3,4-dimetilsiklobutena
CH3
H
H hv
(2E,4Z)-heksadiena CH
3 CH
3

H
trans-3,4-dimetilsiklobutena

 Siklisasi sistem 4n


 Suatu poliena berkonjugasi menghasillkan suatu sikloalkana
dengantumpang tindih ujung ujung dari orbital p-nya dan rehibridisasi secara
serempak atom-atom karbon yang terlibat dalam pembentukan ikatan, seperti 1,3-
butadienayang mempunyai 4n elektron .
 Kedua cuping (lobe) dari masing-masing dari orbital p yang akan membentuk
ikatan sigma baru dalam siklisasi ini dapat bersifat sefase atau berlawanan fase satu
terhadap yang lain:

+
+

+ -
- -

-
+

sefase

berlawanan arah

Untuk membentuk suatu ikatan sigma, ikatan C-C harus berotasi sedemikian
rupa sehingga orbital orbital p dapat bertumpang tindih ujung ke ujung. Untuk
menghasilkan hal tersebut maka ikatan ikatan pi harus putus. Energi untuk
pemutusan ikatan pi dan rotasi ikatan disediakan oleh panas dari luar atau cahaya
ultraviolet. Suatu ikatatn sigma, sepasang cuping yang bertumpang tindih harus
sefase setelah rotasi.
Terdapat dua cara yang berlainan agar ikatan-ikatan sigma C-C berotasi
untuk mendapatkan posisi yang tepat untuk menumpang tindihkan orbital p :
a. Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dalam arah yang sama (keduanya
searah jarum jam atau keduanya berlawanan arah dengan jarum jam). Tipe
rotasi ini disebut sebagai gerakaan konrotasi (conrotatory motion).
b. Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi dengan arah yang berlainan, satu
searah dan yang lain berlawanan dengan jarum jam. Tipe rotasi ini disebut
gerakan disrotasi (disrotatori mation).

11
+

kontrotasi -
- -

+
+ -

keduanya searah
+

disrotasi -
- +

+
+ +

berlawanan searah
-

Bila 1,3-butadiena dipanaskan, rekasi terjadi sejak keadaan dasar. Elektron-


elektron yang akan digunakan untuk membentuk ikatan sigma berada dalam
homo (π2). Agar terbentuk ikatan sigma baru rotasi harus berupa konrotasi.
Dalam siklisasi terimbas-cahaya, fase-fase orbital p dari homo (π3*) adalah
kebalikan dari fase-fase dalam siklisasi termal oleh karena itu rotasi terizinkan-
simetri berupa disrotasi dan bukan konrotasi.

disrotasi +
+
- hv

-
- -
  berikatan


+
terizinkan-simetri

Stereokimia dari suatu elektrosiklisasi 4n:


[2E,4Z]-heksadien merupakan cis-dimetilsiklobutena dihasilkan oleh siklisasi
termal dari isomer trans oleh fotosiklisasi.

12
+
CH
3 H
Kontrotasi
H
- - H Kalor
CH 3 CH
3

H
+ CH
3

Dalam gerakan disrotasi, satu gugus metil berotasi keatas dan yang lain
kebawah. Hasilnya adalah bahwa kedua gugus metil dalam produk adalah
trans.
+
CH H
3
hv
+ CH3
- H
CH disrotasi
CH3
3
H
- H
trans

 Siklisasi sistem [4n+2]

1,3,5-heksatriena menunjukan orbital-orbital π, suatu poliena (4n+2).

Dalam homo dari keadaan dasar (π3), orbital-orbital p yang membentuk

ikatan sigma dalam siklisasi bersifat sefase. Siklisasi termal berlangsung

dengan gerakan dirotasi.

+
+
kalor CH3
+ disrotasi -- H
- 3
+
-

Siklisasi terimbas-cahaya berlangsung dengan gerakan konrotasi.

Reaksi-reaski yang terizinkan-simetri dari sistem (4n+2) berlawanan dengan

reaksi-reaksi dari 1,3-butadiena, suatu sistem 4n.

13
+
-
hv -CH3
+ kontrotasi -
+
CH3
+
-

Reaksi elektrosiklik terimbas-termal dari [2E,4Z,6Z]-dikatetraena


merupakan contoh elektrosiklik yang sangat bagus. Tetraena merupakan
suatu poliena 4n. Bila siklooktatriena ini dipanaskan pada temperatus yang
sedikit lebih tinggi terjadi penutupan cincin elektrosiklik lain.

CH 3
CH kontrotasi CH 3
CH 3

HH 3 disrotasi
CH
3
CH CH
3
gugus trans metil CH 3 3
pertemuan cincin cis

3. Penataan Ulang Sigmatropik


Penataan Ulang Sigmatropik ialah geseran intermolekul serempak dari suatu atom
atau gugus atom. Dua contoh Penataan Ulang Sigmatropik :
a. Penataan ulang Cope

CH3 CH3

1,5-heptadiena 3-metil-1,5-heksadiena
b. Penataan ulang Claisen

O O OH
CH
2
CH C
HC2
H CHCH 2
CH CH 3
2

Alil fenil eter Bentuk keto o-alilfeno


(Bentuk enol)

14
 Klasifikasi Penataan Ulang Sigmatropik
Penataan Ulang Sigmatropik dikelompokan berdasarkan sistem penomoran
rangkap yang merunjuk keposisi –posisi relatif atom yang terlibat dalam
perpindahan (migrasi). Metode klasifikasi ini berbeda dari metode untuk sikloadisi
atau reaksi elektrosiklik yang dikelompokan berdasarkan banyaknya elektron π yang
terlibat dalam keadaan transisi siklik.
Pengelompokan reaksi sigmatropik paling tepat dijelaskan dengan contoh
sebagai berikut:
Penomoran gugus yang berpindah
CR 1 2
2 3
CH CR
1 CH 2 3
2
CH CH CR CH CH CR 2
2 2 2

1 2 3 1 2 3

Penomoran rantai alkenil


 Mekanisme Penataan Ulang Sigmatropik
Penataan ulang sigmatropik tipe [1,3] agak jarang sedangkan penataan ulang
sigmatropik [1,5] cukup lazim. Perhatikan penataan ulang sigmatropik terimbas-
termal berikut ini, yang merupakan geseran [1,3]:
H H

CH CH CD sukar CH CHCD 2

2 2 2

Produk-produk pemaksapisahan hepotetis ini berupa sebuah atom hidrogen

dan sebuah radikal alil, yang mengandung tiga elektron pi dan karena itu tiga orbital

molekul π.

H H
*

CH CH CD pemaksapisahan *CH CH CD
2 2 homolitik hipotesis 2 2
radikal alil

Geseran dari H radikal dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah.
Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim terjadi, contohnya

15
Geseran dari H* dapat berlangsung dalam salah satu dari dua arah. Pertama,

gugus berpindah dapat tetap pada satu sisi dari sistem orbital π, proses perpindahan

ini disebut proses suprafasial (suprafacial process). Suatu perpindahan

suprafasial dimungkinkan secara geometris, namun terlarang simetri.

Orbital 1s dari H terlarang simetri

HOMO Keadaan transisi


Perpindahan kedua, suatu pergeseran sigmatropik [1,3] yang terizinkan

simetri berlangsung, gugus berpindah (dalam hal ini H*) harus bergeser dengan

proses antarafasial (antara facial process) yakni, gugus itu harus berpindah ke

muka bersebrangan dari sistem orbital.

Terizinkan simetri tetapi secara geometri sukar

Keadaan transisi

16
Sementara terizinkan simetri, suatu penataan ulang sigmatropik antarfasial [1,3]

dari H tidak disukai secara geometris sehingga pergeseran sigmatropik antarfasial

[1,3] tidak mudah terjadi. Sebaliknya geseran sigmatropik [1,5] sangat lazim

terjadi.

H H

[1,5]
CHCH CHCD
CH2CH CHCH CD2 CH2 2

Jika diandaikan suatu pemaksapisahan ikatan homolitik untuk maksud

analisis maka harus diperiksa orbital-orbital molekul π dari suatu radikal

pentadienil yang mengandung lima elektron pi.

H H
*

CH CH CHCH CH pemaksapisahan * CH CH CHCH CH


homolitik hipotesis
2

2 2 2
radikal
pentadienil

Jika HOMO dari radikal ini dan simetri orbitalnya diperiksa, akan terlihat bahwa geseran
[1,5] bersifat terizinkan simetri dan suprafasial.

17
Geseran suprafasial [1,5] bersifat terizinkan simetri

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Reaksi perisiklik merupakan reaksi serempak, terimbas termal atau terimbas


cahaya.
2. Tiga tipe reaksi perisiklik adalah
a. Sikloadisi
b. Elektrosiklisasi
c. Penataan ulang sigmatropik
3. Pada metode orbital garis depan electron mengalir dari HOMO satu molekul ke
LUMO molekul lain.
4. Dalam reaksi reaksi elektrosiklik komponen orbital-p dari HOMO mengalami
tumpang tindih ujung ke ujung untuk membentuk ikatan sigma baru.
5. Penataan ulang sigmatropik terjadi secara suprafasial atau antarafasial
tergantung pada fase fasedari orbital yang berantaraksi dalam HOMO suatu
sisitem radikal hipotetik.

3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan dari makalah ini adalah sebaiknya pembaca lebih
banyak belajar atau mencari literatur lain mengenai reaksi perisiklik agar dapat lebih
menambah wawasan dan pemahaman mengenai reaksi perisiklik tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Angel, R., 1969, Chem, lnt Ed.Laboratory of Organic Chemistry, Helsinki:

University of Technology.

Fessenden, 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua, Jakarta: Erlangga.

Marham, S. 2008. Kimia Organik fisik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Pine, S. H., 1988, Kimia Organik Jilid 2, Bandung: ITB Press.

20

Anda mungkin juga menyukai