Disusun
Oleh :
Kelomopok 4
Jihan Afstria Rinanda (4193210001)
Nia Veronika (4192510006)
Nurul Hidayah (4192510007)
Rabiatul Adawiyah Pangaribuan (4192510002)
Rezwan Mulya Sipahutar (4192510008)
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
JURNAL 2
1
1.3 Manfaat CJR
a. Dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah reaksi kimia organik
b. Dapat mengetahui tujuan dari jurnal tersebut
c. Dapat mengetahui isi dan kesimpulan dari jurnal
d. Dapat mengetahui hasil review Jurnal tersebut.
2
BAB II
RINGKASAN
PENDAHULUAN
Dalam penelitian ini, untuk pertama kali, mereka menguji potensi pemanfaatan SMJ
sebagai platform listrik untuk pengukuran dinamis langsung dari nukleofilik unimolekul
yang dapat dibalik. substitusi (S N 1) reaksi pada tingkat molekul tunggal. Sebagai reaksi
organik terkenal, jalur klasik dari S N 1 reaksi melibatkan dua langkah. Itu fi pertama
adalah heterolisis, di mana a meninggalkan gugus terpisah dari reaktan untuk membentuk
perantara karbokation. Yang kedua adalah rekombinasi, dimana zat antara karbokation
bergabung dengan nukleofil untuk membentuk suatu produk. Permukaan energi potensial
reaksi ditunjukkan pada panel kanan atas Gambar 1 . Oleh karena itu, karbokation, sebagai
zat antara berumur pendek tetapi umum, telah menarik minat yang besar pada fi bidang
kimia organik, di mana Olah et al. telah memberikan kontribusi yang luar biasa. 28 , 29
Kami berharap bahwa zat antara karbokation dapat dibedakan dari reaktan dan produk
secara elektrik karena peningkatan konduktansi yang disebabkan oleh transisi dari sp 3
untuk sp 2 hibridisasi, Surat yang telah dilaporkan sebelumnya. 30 Dengan pemantauan
waktu nyata SMJ dengan 9-fenil-9- fl pusat uorenol, kami menemukan bahwa konduktansi
SMJ benar-benar sinkron dengan reaksi kimia, di mana kami mengamati S N 1 reaksi dan
reaksi kompetitifnya yang mengikuti, masing-masing.
Analisis statistik dalam domain waktu lebih lanjut terungkap signi fi cant informasi
tentang kinetika reaksi, yang juga memberikan panduan berguna untuk reaksi kimia
lainnya. Secara khusus, 9-fenil-9- fl uorenol diaplikasikan sebagai reaktan untuk
menyelidiki S yang dikatalisasi oleh asam N 1 reaksi dalam larutan campuran asam asetat
(HAc) dan tri fl asam uoroasetat (TFA). Larutan asam campuran tersebut dapat
memberikan lingkungan proton tinggi untuk menstabilkan zat antara karbokation, yang
disukai untuk deteksi lebih lanjut. Reaksi khusus ini fi pertama kali diselidiki oleh
serangkaian eksperimen makroskopik. Kromatografi gas - spektrometri massa con fi
rmengonsumsi lengkap reagen dan mengamati transisi reversibel antara 9-fenil-9- fl kation
3
uorenil dan 9fenil-9- fl uorenil asetat dalam larutan. Sifat kinetik dan termodinamika reaksi
ditentukan oleh UV - vis eksperimen dan fotolisis abu.
Mekanisme reaksi kimia, termasuk jalur transformasi struktur elektronik dan geometri
molekul, sangat penting untuk memahami esensi dan mengembangkan kimia baru. Namun,
ini sangat di ffi kultus untuk menyadari pada tingkat molekul tunggal. Di sini, kami
melaporkan pendekatan molekul tunggal yang mampu menyelidiki stokastik secara elektrik
fl uktuasi di bawah kondisi ekuilibrium dan menjelaskan lintasan waktu spesies tunggal
dalam sistem non-kesetimbangan. Melalui rekayasa molekuler, kawat molekul tunggal
yang mengandung pusat fungsional 9-fenil-9- fl uorenol secara kovalen disambungkan ke
elektroda graphene bersnano untuk membentuk sambungan molekul tunggal yang stabil.
Baik studi eksperimental dan teoritis secara konsisten menunjukkan dan menafsirkan
pengukuran langsung dari dinamika pembentukan zat antara karbokation individu dengan
ketergantungan pelarut yang kuat dalam nukleofilikreaksi substitusi. Kami juga
menunjukkan proses kinetik transisi kompetitif antara spesies asetat dan bromida, yang
tidak dapat dihindari melalui perantara karbokation, con fi menggunakan mekanisme
klasik. Metode unik ini menciptakan banyak peluang untuk melakukan penyelidikan
dinamika molekul tunggal atau biofisika secara luas fi bidang di luar kimia reaksi melalui
desain dan rekayasa molekuler
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa menunjukkan cara molekul
tunggal untuk mengatasi kesulitan mewujudkan pengukuran listrik real-time tanpa label dari
dinamika reaksi cepat dengan sensitivitas peristiwa tunggal dan resolusi temporal tinggi serta
mengungkapkan mekanisme molekuler reaksi kimia klasik. Hasil eksperimental dan teoritis
menunjukkan reverSible dengan katalis asam S N 1 reaksi pada tingkat molekul tunggal,
termasuk ketergantungan keasaman dan persaingan nukleofilik reaksi. Atas dasar hasil tersebut,
lebih detail di S N 1 reaksi, seperti rasemisasi dan penataan ulang intramolekulerreaksi ini, layak
untuk diselidiki di masa depan. Dengan mengintegrasikan kelompok fungsional target secara
rasional ke dalam jembatan molekuler melalui rekayasa molekuler, pendekatan ini o ff ers
merupakan alat yang menjanjikan untuk mengungkap mekanisme fundamental dari reaksi kimia
4
umum serta secara mendalam memahami proses dasar kehidupan di tingkat molekuler dan
mengembangkan diagnostik molekuler yang akurat.
Di sisi lain, substituen klorin di C-4 dan triklorometil di C-2 dalam jenis pirimidin ini. 3
harus cukup reaktif terutama dalam reaksi substitusi dan dapat digunakan sebagai penyusun
berbagai pimidin lainnya. 37–40 Kami mempelajari reaktivitas mereka melalui reaksi substitusi
dengan berbagai nukleofil termasuk, oksigen, sulfur, nitrogen, dan karbon, memberikan produk
substitusi yang diharapkan (Tabel 2). Dalam semua reaksi substitusi, kami mengamati serangan
selektif oleh nukleofil pada karbon elektrofilik lebih dari cincin heterosiklik (C-4) menurut
sebagai N Mekanisme Ar2, pada suhu rendah atau pada suhu kamar, tanpa mempengaruhi gugus
triklorometil (entri 1, 3, 4, 6, 8, 10, dan 13–16). Namun, nukleofilnya adalah oksigen dan
tetrakloropirimidin 3a direaksikan dengan kelebihan natriummetoksida dalam metanol pada suhu
65 ° C, dimetoksipirimidin 4b dibentuk mungkin oleh hilangnya tri-klorometanida (entri 2).
5
Sebaliknya, bila natrium fenoksida digunakan, hanya produk monosubstitusi 4c terbentuk bahkan
ketika tetrakloropirimidin 3a dipanaskan pada suhu 65 ° C semalaman, hasil ini mungkin karena
karakter nukleofiliknya yang kecil dibandingkan dengan ion metoksida.
KESIMPULAN
Sebuah sintesis dua langkah, satu pot yang mudah dari 4-kloro-2- (tri-klorometil)
pirimidin mulai dari 2- (triklorometil) -1,3-diaz-abutadiena dijelaskan. Heterosiklik nitrogen ini
dibuat dengan reaksi asilasi / siklisasi intramolekul berurutan antara 2- (triklorometil) -1,3-
diazabutadiena dan asil klorida dalam presence trietilamina diikuti dengan pengobatan dengan
POCl 3. Ini adalah laporan pertama untuk sintesis jenis 4-kloro-2- (triklorometil) pyrimidine
turunan dan berfungsi sebagai sumber untuk berbagai pirimidin tersubstitusi lainnya melalui
reaksi substitusi nukleofilik
6
BAB III
Jurnal 2
1. Jurnal ini disertai dengan reaksi-reaksi substitusi dan gambar sehingga lebih mudah
dipahami pembaca khusus nya mahasiswa
2. Keterbaharuan isi jurnal
3. Metode yang digunakan dapat dipahami dan dimengerti
Jurnal 2
1. Referensi yang digunkan oleh peneliti masih sedikit sehingga keoriginalitasannya kurang
dipercaya.
2. Masih banyak kata yang jarang ditemukan
3. Kurang lengkapnya isi jurnal
7
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari critical journal review ini adalah bahwa jurnal
yang kami bahas memiliki kelebihan dan kekurangan. Di satu sisi kelebihan jurnal ini adalah
pembahasannya yang sangat bagus dan detail yang membuat Jurnal ini cocok digunakan
mahasiswa di Jurusan FMIPA sebagai panduan dan pedoman untuk menambah pengetahuan
tentang Reaksi Sibstitusi Nukleofilik. Didalam pembelajaran maupun dalam aplikasinya harus
kita terapkan. Semua itu adalah peningkatan hasil pembelajaran yang sangat berguna untuk
kemajuan Indonesia.
4.2 Saran
Kami menyadari bahwa kajian review yang telah kami lakukan ini tidak terlepas dari
kekurangan ,maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya lebih baik. Akhirnya,
semoga kajian ini memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan dalam
keilmuan tentang pengkajian sebuah jurnal.
8
DAFTAR PUSTAKA
Gu, Chunhui ., Dkk. 2018. Deteksi Dinamis Bebas Label dari Reaksi Substitusi
Nukleofilik Molekul Tunggal. American Chemical Society. 10.1021 /
acs.nanolett.8b00949
Michael, L., Dkk. 2019. Sintesis 4-Kloro-2- (triklorometil) pirimidin dan Studinya dalam
Substitusi Nukleofilik. Synthesis. 10.1055/s-0037-1610270
9
REKAYASA IDE
REAKSI KIMIA ORGANIK
Dosen Pengampu : Eddiyanto, Ph.D
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia- Nya
penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Rekayasa ide ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan RI ini, Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Eddiyanto,Ph.D Yang telah memberikan tugas RI ini sehingga kami dapat memahami lebih jauh
mengenai reaksi subsitusi nukleofilik dan dapat memberika pemikiran pemikaran kami dalam makalah
ini.
Makalah ini disusun dalam memenuhi salah satu tugas mata kuliah Reaksi Kimia Organik. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan,
isi maupun pemilihan ide. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang dapat membangun penulis agar dapat menulis makalah yang lebih baik lagi.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik itu dari dosen
pengajar, teman-teman kuliah dan seluruh pembaca yang sudah mau menyempatkan diri untuk
membaca makalah ini. Terima kasih.
BAB 1
PENDAHULUAN
REAKSI SUBSITUSI
1. Mensintesis t-butilklorida dari t-butilalkohol melalui reaksi substitusi nukleofilik.
2. Mensintesis kristal 4-bromonitrobenzen dari bromobenzen melalui reaksi substitusi
elektrofilik.
3. Menghitung rendemen hasil reaksi substitusi nukleofilik dan elektrofilik.
II. DASAR TEORI
Reaksi yang berlangsung karena pergantian (substitusi) satu atom atau gugus atom dalam suatu
senyawa oleh atom atau gugus atom lain disebut reaksi substitusi (Suja, 2003). Reaksi substitusi dapat
terjadi pada substrat karbon yang bermuatan positif (karbonium) dengan spesi yang menyenangi
muatan positif atau spesi yang kelebihan elektron (muatan negatif) atau yang dikenal dengan nukleofil,
sehingga reaksi yang terjadi disebut dengan reaksi substitusi nukleofilik (S N). Selain itu, reaksi substitusi
juga dapat terjadi pada substrat karbon yang menyenangi muatan negatif atau spesi yang kekurangan
elektron (muatan positif) atau yang dikenal dengan elektrofil, sehingga reaksi yang terjadi dikenal dengan
reaksi substitusi elekrofilik (SE) (Frieda, 2004).
A. Reaksi Substitusi Nukleofilik
Dalam substitusi nukleofilik alifatik, pendonor elektron memberikan pasangan elektron kepada
substrat dan menggunakan pasangan elektron ini untuk membentuk ikatan yang baru sedangkan gugus
pergi (nucleofuge) pergi dengan membawa pasangan elektron. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan
seperti berikut.
Nukleofil Y harus memiliki sepasang pasangan elektron bebas, sehingga semua nukleofil termasuk
basa Lewis (Smith & March, 2007).
Menurut kinetika reaksinya, reaksi substitusi nukleofilik dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Reaksi Substitusi Nukleofilik Unimolekuler (S N1)
Laju reaksi substitusi nulkeofilik yang hanya bergantung pada konsentrasi substrat dan tidak
bergantung pada konsentrasi nuleofil dinyatakan sebagai reaksi S N1. Persamaan laju reaksinya adalah:
Reaksi S N1 terdiri dari dua tahapan reaksi. Tahap pertama melibatkan ionisasi substrat menjadi ion
karbonium yang berlangsung lambat dan merupakan tahap penentu laju reaksi. Tahap kedua melibatkan
serangan nukleofil secara cepat terhadap ion karbonium.
Pada reaksi S N1 memungkinkan untuk terjadi penataulangan ion karbonium untuk mendapatkan
produk yang lebih stabil. Faktor penentu reaksi S N1 adalah:
1. Pelarut polar
2. `Struktur RX adalah tersier
3. Nukleofil lemah
2. Reaksi Substitusi Nukleofilik Bimolekuler (S N2)
Jika laju reaksi reaksi substitusi nuleofilik tergantung pada konsentrasi substrat dan nukleofil, maka
tergolong reaksi tingkat dua dan dinyatakan sebagai reaksi S N2. Persamaan laju reaksinya adalah:
Mekanisme reaksi S N2 terjadi secara serempak, dimana ikatan antara substrat dengan gugus yang akan
diganti melemah, sedangkan ikatan antara nukleofil dan substrat mulai terbentuk pada saat yang
bersamaan. Mekanismenya dapat digambarkan sebagai berikut. Faktor penentu reaksi S N2 adalah:
1. Pelarut non polar
2. Struktur RX adalah primer 3. Nukleofil kuat
BAB 2
METODELOGI
dicuci kembali dengan 10 mL larutan Na- kembali. Lapisan atas merupakan t-butilklorida
Reaksi substitusi nukleofilik yang dilakukan tergolong reaksi S N1. Hal ini teramati dari penggunaan pelarut
polar (dalam hal ini HCl pekat). Disamping merupakan pelarut, HCl juga merupakan reaktan. Pendinginan HCl
pekat ini diperlukan untuk menjaga HCl tetap dalam fase cair. Apabila tidak dilakukan pendinginan, maka HCl
akan menguap sehingga jumlah HCl yang dapat bereaksi dengan t-butilalkohol menjadi berkurang.
Pada saat penambahan t-butilalkohol harus dilakukan pengocokan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Pada saat
ini keran corong pisah dibuka untuk mengusir kemungkinan gas HCl yang terbentuk. Mekanisme reaksi yang terjadi
adalah: Setelah semua t-butilalkohol ditambahkan, campuran dibiarkan dan membentuk 2 lapisan. Lapisan atas
merupakan t-butilklorida sedangkan lapisan bawah merupakan HCl dan selanjutnya dipisahkan. Setelah lapisan HCl
dipisahkan, t-butilalkohol dicuci dengan air dengan tujuan menghilangkan HCl yang masih tersisa di lapisan t-butil
klorida. Setelah dicuci, terbentuk dua lapisan kembali dimana lapisan bawah merupakan air dengan
kontaminan HCl, sedangkan lapisan atas merupakan t-butil korida. Lapisan bawah ini dipisahkan. Setelah
pemisahan ini, t-butilklorida kembali dicuci dengan Na-bikarbonat
dengan tujuan menghilangkan kontaminan berupa HCl. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Setelah dipisahkan lapisan bawahnya, t-butilklorida yang terbentuk menjadi keruh karena dikotori oleh air,
sehingga perlu ditambahkan dengan zat anhidrous untuk mengikat air. Zat anhidrous yang digunakan adalah
CuSO4. Penambahan CuSO4 ke t-butilklorida dihentikan ketika CuSO4 yang ditambahkan tidak berubah warna
menjadi biru. Setelah penambahan CuSO4, t-butilklorida yang terbentuk menjadi bening.
Volume t-butilalkohol yang digunakan adalah 5 mL. Volume ini dikonversi ke dalam mol dengan perhitungan
sebagai berikut.
Volume t-butilalkohol = 5 mL.
Volume t-butilklorida yang terbentuk adalah 2,3 mL. Hal ini berbeda dengan hasil teoritis. Secara teoritis, t-
butilklorida yang terbentuk seharusnya adalah 5,84 mL. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh pendinginan
HCl yang kurang sempurna sehingga HCl yang
bereaksi dengan t-butilalkohol sedikit. Hal lain yang mungkin menyebabkan perbedaan ini adalah pemisahan
kurang sempurna sehingga menyebabkan t-butilklorida yang terbentuk
belum memisah secara sempurna dengan pelarut ataupun kontaminan lainnya. Pengocokan kurang optimal
menyebabkan reaksi yang terjadi tidak berjalan optimal dan mengurangi
jumlah t-butil korida yang terbentuk. Dari hasil ini dapat dihitung rendemen dan kesalahan relatif praktikan.
Rendemen = 2,3 mL/5,84 mL x 100% = 39,38%
Setelah dilakukan pengujian terhadap titik didih t-butilklorida dengan distilasi, distilat menetes pada suhu
50oC. Hal ini menunjukkan bahwa t-butilklorida yang diperoleh merupakan senyawa yang murni, karena secara
teoritis titik didih t-butilklorida adalah 49- o
52 C. Selain dilakukan pengujian terhadap titik didih, dilakukan juga pengujian terhadap indeks bias t-
butilklorida dan menghasilkan indeks bias sebesar 1,3828. Indeks bias yang
diperoleh tidak berbeda jauh dengan indeks bias secara teoritis yang sebesar 1,3860. Hal ini menunjukkan bahwa t-
butilklorida yang diperoleh merupakan senyawa yang murni.
.
Penambahan bromobenzen dilakukan sedikit demi sedikit sambil digoyang dengan tujuan tumbukan yang
terjadi antara elektrofil dan bromobenzen dapat berlangsung secara sempurna. Suhu reaksi dijaga antara 50-
55oC. Suhu ini dijaga dengan tujuan agar tidak terjadi gas NO2 yang bersifat racun bagi tubuh. Apabila gas NO2
tidak menguap, maka elektrofil
NO2+ akn tetap dalam fase cair sehingga dapat menghasilkan reaksi yang sempurna.
Kristal nitrobromobenzen yang terbentuk didinginkan selama ± 30 menit dalam suhu kamar kemudian
dicuci dengan air dingin, disaring dan dikeringkan. Pencucian dengan air dingin ini bertujuan untuk
menghilangkan kontaminan dari kristal yang diperoleh. Kristal nitrobromobenzen yang terbentuk seberat
4,7322 gram. Secara teoritis, berat kristal yang terbentuk adalah seberat 5,075 gram dengan perhitungan
sebagai berikut.
Mol nitrobromobenzen = mol bromobenzen = 0,025 mol.
Massa nitrobromobenzen yang terbentuk = 0,025 mol x 203 g/mol = 5,075 gram. Perbedaan massa yang
diperoleh dengan teoritis kemungkinan disebabkan karena
pembentukan elektrofil yang kurang sempurna karena pendinginan yang kurang sempurna, sehingga mengurangi
jumlah elektrofil dan jumlah produk yang terbentuk menjadi berkurang
juga. Dari kristal nitrobromobenzen yang terbentuk, dapat dihitung rendemen dan kesalahan relatif praktikan.
Rendemen = 4,7322 gram / 5,075 gram x 100% = 93,25 %
Kristal 4-bromonitrobenzena yang diperoleh adalah seberat 4,2322 gram. Secara teoritis,
berat kristal 4-bromonitrobenzena yang terbentuk adalah seberat 5,075 gram dengan
bromonitrobenzena yang terbentuk secara teoritis. Hal dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kurang optimalnya pengocokan yang dilakukan sehingga tidak semua bromobenzena bereaksi
membentuk bromonitrobenzena,
2. Kurang telitinya menjaga rentang suhu saat penambahan bromobenzena sehingga tumbukan antara
elektrofil dengan bromobenzena kurang optimal,
3. Kemungkinan tidak semua produk minor (posisi orto dan meta) dapat berubah menjadi produk mayor
(posisi para) melalui penambahan etanol sehingga rendemen menjadi kurang dari 100%.
Setelah dilakukan pengujian terhadap titik leleh 4-bromonitrobenzen, diperoleh titik leleh o
sebesar 120 C. Hal ini boerbeda terlalu jauh dengan titik leleh p-nitrobromobenzena secara
teoritis yang sebesar 127 C. Hal ini menunjukkan bahwa kristal p-nitrobromobenzena yang
diperoleh masih berupa campuran,namun kristal 2-bromonitrobenzena dan 3- bromonitrobenzena yang merupakan
kontaminannya hanya dalam jumlah sedikit. Dari kristal 4-bromonitrobenzen yang terbentuk, dapat dihitung
rendemen dan kesalahan relatif praktikan. Rendemen = 4,2322 gram / 5,075 gram x 100% = 83,39%
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Volume t-butilklorida yang dihasilkan sebanyak 2,3 mL dengan titik didih 50 oC dan indeks
bias 1,3828. Rendemen t-butilklorida = 39,38%, dengan keslahan relatif sebesar 60,62%.
2. Berat kristal nitro-benzena yang diperoleh seberat 4,7322 gram. Rendemen nitro-benzena = 93,25%,
dengan kesalahan relatif sebesar 6,75%.
3. Berat kristal 4-bromonitrobenzena yang dihasilkan adalah 4,2322 gram dengan titik leleh adalah 120 oC.
Rendemen 4-bromonitrobenzena = 83,39%, dengan kesalahan relatif sebesar 16,61%.
DAFTAR PUSTAKA
Frieda Nurlita dan I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja : IKIP
Negeri Singaraja
Furniss, Brian S., Antony J. Hannaford, Peter W.G. Smith, Austin R. Tatchell. 1989. Vogel’s
I Wayan Suja dan Frieda Nurlita. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1. Singaraja : STKIP Singaraja
I Wayan Suja dan I Wayan Muderawan. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut (Stereokimia, Struktur &
Reaktivitas, Mekanisme Reaksi). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Pine, Stanley H., James B. Hendrickson, Donald J. Cram, dan George S. Hammond. 1988. Kimia Organik 2
Terbitan Keempat . Diterjemahkan oleh Roehyati Joejodibroto dan Sasanti W. Purbo-Hadiwidjoyo. Bandung :
Penerbit ITB.
Smith, B. Michael dan Jerry March. 2007. March’s Advanced Organic Chemistry: Reactions,
Mechanisms, and Structure 6t h Edition. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc. Diposkan 11th December
2010 oleh Raiwata Mertanjaya