DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Eva Marlina Ginting, M. Si
Diusulkan Oleh:
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak atas bantuannya dalam
pemberian saran mengenai penulisan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat membantu para pembaca untuk dijadikan
pengetahuan ataupun sebagai pedoman untuk mencari atau sebagai pembanding materi
sesuai penulisan. Kami berharap para pembaca dapat lebih mudah untuk memahami
materi perkuliahan dan mencapai kompetensi yang diharapkan.
Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam tulisan ini, baik dalam bentuk
penulisan ataupun substansi. Dengan demikian, penulis sangat menerima dan
mengharapkan saran dari pembaca guna memperbaiki penulisan review junral ini.
Demikianlah pengantar tugas ini dan penulis berharap semoga tugas ini dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Disamping masih banyaknya ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan
makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi
penulis, pembaca, dan seluruh mahasiswa.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Critical Journal Review adalah salah satu dari enam tugas yang harus
dipenuhi pada mata kuliah Kimia Fisika Larutan. Dimana pada tugas ini akan
membandingkan dua buah artikel dengan topik pembahasan mengenai Larutan
Non Ideal yang dirangkum dalam satu makalah. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengkritisi dua buah artikel dengan topik pembahasan mengenai l untuk
menambah pengetahuan dan memenuhi tugas yang diberikan.
Kedua jurnal akan dibahas terkait identitas jurnal, latar belakang penelitian,
metode penelitian, hasil penelitian, serta kesimpulan dari jurnal. Selain itu, kedua
jurnal akan dibandingkan kegayutan antar elemen, originalitas temuan,
kemuktahiran masalah, kohesi dan koherensi isi jurnal.
Critical Journal Review sangat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
karena dalam prosesnya kita di tuntut untuk berfikir kritis dalam menanggapi
materi yang di jelaskan dalam kedua artikel untuk mendapatkan kesimpulan
perbandingan antara keduanya. Selain sebagai tugas dari mata kuliah ini. Makalah
ini juga bermanfaat sebagai acuan bagi pembaca mengenai topik yang kita bahas
sekarang, yakni larutan non idela.
REVIEW JURNAL
2.1 Jurnal 1
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau
lebih. Suatu. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah – ubah.
Pelarutan merupakan interaksi antar molekul yang terlibat dalam pembentukan larutan ,
dimana pelarut yang digunakan pada penelitian kali ini adalah pelarut – pelarut organik yang
bersifat polar dan non – polar seperti benzena, etanol, metanol, heksana dengan berbagai
variasi perbandingan interaksi yang akan digunakan yaitu perbandingan 1 : 1, 1 : 2, 2 : 1. Bila
dua macam senyawa murni yang tidak saling bereaksi dicampurkan ada tiga kemungkinan
yang akan terjadi, yaitu terbentuk larutan ideal, larutan reguler dan larutan non ideal. Bila gaya
molekul adalah sama diantara AA, AB, dan BB, yaitu UAB = UAA = UBB, maka larutan
tersebut otomatis disebut ideal. Larutan non ideal adalah larutan yang karena interaksi diantara
kedua kedua senyawanya menyebabkan penyimpangan dari hokum Raoult. Larutan reguler
adalah larutan yang karena interaksi diantara kedua senyawa – senyawanya menyebabkan
menyimpang dari hokum Raoult tetapi tidak mengalami perubahan entropi ekses.
Metode yang digunakan pada penelitian di jurnal ini adalah Density Functional Theory dimana
Density Functional Theory (DFT) adalah salah satu metode yang digunakan untuk perhitungan
secara komputasi. Metode ini memiliki kelebihan dibandingkan metode sebelumnya yaitu
dapat menghitung senyawa kompleks yang lebih sederhana, cepat dan terpenting hasilnya
2
tidak jauh berbeda dengan data riset laboratorium. Dalam hal ini metode Density Functional
Theory (DFT) mengandalkan densitas electron sebagai besaran dasarnya maka persamaan
scrodinger dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan sederhana. Penelitian ini merupakan
kajian pemodelan molekul menggunkana perhitungan kimia komputasi, sehingga dalam
pelaksanaan perhitungan ini sepenuhnya menggunakan perangkat computer.
Besar energi dari hasil perhitungan kimia komputasi dengan menggunakan metode B3LYP/6 -
31G
• benzena sebesar - 230.62447487 KJ/mol
• etanol sebesar -154.01322923 KJ/mol
• metanol sebesar - 114.98816558 KJ/mol,
• heksana sebesar - 235.27001385 KJ/mol.
Besar energi pada campuran benzena dan etanol
• Pada perbandingan 1 : 1 sebesar -384.63823964 KJ/mol
• Pada erbandingan 1 : 2 sebesar - 538.66009762 KJ/mol,
• Pada perbandingan 2 : 1 sebesar -615.26607558 KJ/mol.
Besar energi campuran benzena dan metanol
• Pada perbandingan 1 : 1 sebesar - 345.61255299 KJ/mol,
• Pada perbandingan 1 : 2 sebesar - 460.60826254 KJ/mol
• Pada perbandingan 2 : 1 sebesar -576.24044425 KJ/mol,
Besar energi campuran heksana dan etanol
• Pada perbandingan 1 : 1 sebesar - 389.28477268 KJ/mol
• Padaperbandingan 1 : 2 sebesar - 543.29869234 KJ/mol
• Pada perbandingan 2 : 1 sebesar -624.55723290 KJ/mol.
Besar energi campuran heksana dan metanol
• pada perbandingan 1 : 1 sebesar - 350.25984691 KJ/mol,
• pada perbandingan 1 : 2 sebesar - 465.26041654 KJ/mol
• pada perbandingan 2 : 1 sebesar -585.53373886 KJ/mol.
KESIMPULAN
Selisih energi yang paling stabil pada senyawa campuran adalah pada campuran benzena dan
etanol dengan perbandingan 1 : 2 sebesar - 0,00916429 KJ / mol, pada campuran benzena dan
metanol dengan perbandingan 1 : 2 sebesar - 0,00745651 KJ/mol, campuran heksana dan
etanol dengan perbandingan 2 : 1 sebesar - 0,00397597 KJ / mol, dan campuran heksana dan
metanol dengan perbandingan 1 : 2 sebesar -0,01407153 KJ / mol. Interaksi yang membentuk
3
besar energi paling rendah adalah pada campuran heksana dan metanol pada perbandingan 1 :
2 sebesar - 0,01407153 KJ /mol. Jadi berdasarkan hasil yang didapat maka disimpulkan tidak
ada hubungan antara besarnya energi interaksi campuran dengan jarak antar molekul.
4
2.2 Jurnal II
IDENTITAS JURNAL
Nama Penulis : Asep Wahyu Nugraha
Judul Jurnal : Evaluasi Jenis Kompleks Molekuler pada Campuran Biner Asetonitril
Metanol Melalui Pengukuran Tekanan Uap Total
RINGKASAN JURNAL
Larutan merupakan suatu sistem homogen yang terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pelarut
merupakan komponen dengan jumlah yang lebih besar dan berwujud cairapabila larutan terdiri
dari campuran antara cairan dengan padatan ataupun cairan dengan gas. Sementara itu, zat
terlarut memiliki jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan pelarut dan dapat
memiliki wujud apapun.
Larutan dibedakan menjadi dua jenis yaitu larutan ideal dan non ideal. Larutan ideal
merupakan larutan yang interaksi antarmolekul komponen-komponennya sama besarnya
dengan interaksi antarmolekul pada keadaan murni. Larutan ideal memenuhi Hukum Roult
yang menyatakan bahwa tekanan uap dari zat pelarut adalah sama dengan fraksi mol zat
pelarut di dalam larutan tersebut. Contoh dari larutan ideal adalah benzena dan toluena.
Sementara itu, Larutan non ideal merupakan larutan yang penjumlahan volume zat terlarut
murni dan zat pelarut murninya tidak sama dengan volume larutan.
Pembahasan tentang larutan merupakan bahan yang penting untuk dipelajari terutama
menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu sendiri. Pengetahuan ini bermanfaat dalam
memprediksi jenis pelarut yang tepat dalam proses-proses tertentu. Misalnya dalam isolasi
suatu bahan kimia dari bahan alam tertentu, pelarutan suatu bahan untuk berbagai keperluan
praktis, pengembangan teori terutama menyangkut campuran biner, campuran terner, serta
5
keperluan-keperlu lainnya dalam bidang sains dan teknologi. Jenis asosiasi yang terjadi pada
camputan biner asetonitril metanol. Pengetahuan tentang jenis asosiasi ini dapat dimanfaatkan
untuk menentukan harga fungsi-fungsi termodinamika terutamna fungsi termodinamika ekses,
di antaranya entalpi molar ekses, dan fungsi termodinamika ekses lainnya. Bila dua macam
senyawa murni yang tidak saling bereaksi dicampurkan, maka ada tiga kemungkinan yang
akan terjadi, yaitu terbentuk larutan ideal, larutan reguler, dan larutan non ideal. Proses
terbentuknya jenis jenis larutan tersebut sangat tergantung pada sifat-sifat senyawa yang
bercampur. Bila kedua senyawa yang bercampur memiliki sifat-sifat yang memungkinkan
tidak adanya interaksi antara satu molekul dengan molekul yang lain atau interaksinya sangat
kecil akan mengakibatkan volume campuran merupakan penjumlahan dari volume senyawa
murninya, dan tidak mengakibatkan adanya perubahan entalpi. Campuran yang memiliki sifat
seperti ini dinamakan sebagai larutan ideal. Menurut Alpelblat (1970) penyimpangan dari
keadaan ideal pada sistem-sistem yang mengand komponen-komponen yang thamp
membentuk ikatan hidrogen dapat dijelaska oleh pembentukan konfigurasi yang relati stabil
(asosiasi) di antara molekul-molekul serupa (swaasosiasi) atau molekul-molekul yang berbeda
(kompleksi).
Sifat-sifat campuran sangat tergantung dari jenis asosiasi yang terjadi pada campuran. Sebagai
contoh untuk menentukan fungsi fungsi termodinamika campuran biner harus ditentukan dulu
jenis asosiasi yang terjadi. Ada beberapa metoda yang bisa dilakukan untuk menentukan jenis
asosiasi seperti telah dilakukan oleh Fletcher dan Heller (1967).
Fletcher dan Heller (1967) menemukan bahwa polimer yang paling stabil adalah tetramer yang
berbentuk siklis kemudian tetramer yang berbentuk alipatis. Walaupun bentuk dimer dan
trimer terjadi dalam asosiasi, metanol yang memiliki atom O dengan dua pasang elektron
bebas disamping berikatan langsung dengan atom H. Untuk memperkirakan sifat-sifat
campuran dan menentukan fungsi-fungsi termodinamika dapat dilakukan dengan percobaan
penentuan tekanan uap seperti yang telah dilakukan oleh Nugraha (2000). Kompleks
molekuler asetonitril-metanol terbentuk akibat interaksi antara pasangan elektron non bonding
yang dimiliki atom nitrogen dari molekul asetonitril dengan atom hidrogen dari metanol. Atom
nitrogen dari asetonitril bertindak sebagai donor pasangan elektron, sedangkan atom hidrogen
dari metanol bertindak sebagai akseptor pasangan elektron. Dengan memiliki pasangan
elektron bebas atom nitrogen pada asetonitril bisa bertindak sebagai donor pasangan elektron.
Disamping itu atom nitrogen memiliki sifat elektronegativitas yang tinggi sehingga bisa
berinteraksi dengan ujung yang bermuatan relatif positif.
6
Dalam penentuan jenis asosiasi yang terjadi antara asetonitril dengan metanol diasumsikan
bahwa larutan yang terbentuk mengikuti model larutan terasosiasi ideal. Asumsi yang paling
mendasar dalam model larutan terasosiasi ideal adalah bahwa spesies-spesies penyusun larutan
baik reaktan maupun produk asosiasi bercampur secara ideal dan bahwa kontribusi fisikanya
adalah jauh lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi kimianya terhadap penyimpangan dari
keadaan idealnya. Asumsi ini sangat cocok untuk campuran yang tersusun dari reaktan yang
volumenya relatif sama dan punya bentuk yang relatif sferis (Sarolea dan Manhot, 1952).
Prigogine dan Defay (1954), secara tegas mengungkapkan bahwa larutan terasosiasi ideal
didefinisikan sebagai larutan yang mengalami penyimpangan dari keadaan ideal akibat
interaksi fisiknya dapat diabaikan terhadap deviasi akibat interaksi kimiawinya. Lebih lanjut
mereka menyatakan bahwa melalui definisi ini dapat diungkapkan bahwa molekul-molekul
monomer, tetramer, dan molekul kompleks diasumsikan bercampur secara ideal, yaitu ideal
untuk seluruh rentang fraksi mol.
METODE
Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas benzena, toluena, asetonitril dan metanol, aquabides,
kloroform dan etanol. Alat yang digunakan terdiri atas coolnics (model CTR 120 Komatsu,
Yamamoto), manometer raksa (terbuat dari pipa kaca), penangas air (Yamamoto), pompa
vakum (tipe SKD from DBKK, Toshiba), alat pengukur tekanan uap satu set (terbuat dari
bahan kaca), termometer 100°C (1 buah), gelas kimia 250 mL. (5 buah), buret 50mL. (2buah),
gelas ukur 50ml. (1 buah), pengaduk kaca (2 buah), corong kaca (2 buah), piknometer 10mL.
dilengkapi dengan termometer (1 buah), neraca listrik (tipe AT 200, Metler), barometer (Fortin
Barometer, Shimadzu).
Prosedur kerja: Untuk menentukan massa jenis dari asetonitril dan menol digunakan
piknometer. Sebelumnya volume piknometer dibakukan terhadap volume aquabides pada suhu
298,15K. Tekanan uap murni asetonitril, metanol, dan campurannya ditentukan dengan alat
pengukur tekanan. Sesuai dengan tujuan yang harus dipenuhi, maka prosedur penelitian terdiri
dari: (a) penentuan massa jenis cairan murni pada berbagai temperatur, (b) penentuan tekanan
uap cairan murni pada berbagai temperatur, dan (c) penentuan tekanan uap campuran pada
berbagai fraksi mol dan berbagai temperatur. tiada dila teknik bantalan Penentuan massa jenis
(p) cairan murni: Massa jenis asetonitril dan metanol pada berbagai temperatur ditentukan
dengan piknometer yang telah dibakukan volumenya terhadap volume aquabides.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari Gambar 1 terlihat bahwa campuran biner asetonitril-metanol menyimpang dari keadaan
ideal, dan penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan positif. Karena terjadi
penyimpangan dari larutan ideal maka untuk menentukan fungsi-fungsi termodinamika
mengikuti persamaan-persamaan untuk larutan non ideal. Dalam penentuan fungsi-fungsi
termodinamika untuk larutan non ideal harus ditentukan jenis asosiasi yang terjadi yang
mengakibatkan campuran tersebut menyimpang dari keadaan ideal. Untuk menentukan jenis
asosiasi yang terjadi harus ditentukan dulu harga aktivitas dari komponen dalam campuran
tersebut pada berbagai temperatur dengan menggunakan metoda Barker.
KESIMPULAN
Pertama, campuran asetonitril metanol merupakan larutan non ideal, penyimpangan yang
terjadi adalah penyimpangan positif. Kedua, campuran asetonitril-metanol membentuk
kompleks molekul campuran jenis AM4, dan AM₂: [CH3CN.(CH3OH)4] dan
[CH3CN.(CH3OH)₂]. Ketiga, aliran tekanan uap larutan total terhadap fraksi mol metanol
terjadi pada suhu 298,15K.
8
BAB III
KELEBIHAN JURNAL
9
BAB IV
KELEMAHAN JURNAL
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan dari kedua artikel yang penulis review :
Pada jurnal pertama di dapat Selisih energi yang paling stabil pada senyawa campuran
adalah pada campuran benzena dan etanol dengan perbandingan 1 : 2 sebesar -
0,00916429 KJ / mol, pada campuran benzena dan metanol dengan perbandingan 1 : 2
sebesar - 0,00745651 KJ/mol, campuran heksana dan etanol dengan perbandingan 2 : 1
sebesar - 0,00397597 KJ / mol, dan campuran heksana dan metanol dengan perbandingan
1 : 2 sebesar -0,01407153 KJ / mol. Interaksi yang membentuk besar energi paling rendah
adalah pada campuran heksana dan metanol pada perbandingan 1 : 2 sebesar -
0,01407153 KJ /mol. Jadi berdasarkan hasil yang didapat maka disimpulkan tidak ada
hubungan antara besarnya energi interaksi campuran dengan jarak antar molekul.
Sedangkan pada jurnal kedua di dapatkan kesimpulan bahwa campuran
asetonitril metanol merupakan larutan non ideal, penyimpangan yang terjadi adalah
penyimpangan positif. Kedua, campuran asetonitril-metanol membentuk kompleks
molekul campuran jenis AM4, dan AM₂: [CH3CN.(CH3OH)4] dan CH3CN.(CH3OH)₂].
Ketiga, aliran tekanan uap larutan total terhadap fraksi mol metanol terjadi pada suhu
298,15K.
5.2 Saran
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Penulis sangat mengharapakn kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya
penulis dapat menyempurnakan tulisan ini maupun tulisan-tulisan selanjutnya.
Penulis berharap baik itu penulis maupun pembaca dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang larutan ideal serta menjadi refensi dalam
mempelajari materi tentang larutan non ideal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, A, W. (2004). Evaluasi Jenis Kompleks Molekuler pada Campuran Biner Asetonitril
Metanol Melalui Pengukuran Tekanan Uap Total. Jurnal Sains Indonesia. 28(2) : 80
– 87.
12