Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

6.1. Tabel Hasil Reaksi

No Perlakuan Hasil
1. Preparasi sampel Didapatkan simplisia teh halus 100gr
Simplisia teh kering di haluskan
dengan blender
2. Pembuatan estrak etanol teh Di dapat larutan estrak etanol teh pekat
100gr serbuk teh hijau + 100ml
etanol di rendam selama 1 hari +
disaring
3. Ampas teh di maserasi kembali Di dapat larutan estrak etanol teh encer
dengan 100ml etanol + disaring
4. Pembuatan reagen meyer Didapat larutan HgCl2
1,3gr HgCl2 + 60ml akuadest
5. 5gr KI + 10ml Akuadest Didapat larutan KI
6. Campuran larutan HgCl2 + KI Larutan HgCl2 dan KI menjadi homogen
7. Uji alkaloid estrak teh dengan Larutan hijau keruh dan terdapat sedikit endapan
reagen mayer

6.2. Pembahasan

Simplisia teh hijau dihaluskan hingga menjadi serbuk dengan tujuan untuk untuk memperkecil
ukuran sampel dan meningkatkan luas permukaannya, sehingga kontak antara sampel dengan pelarut
semakin luas, dengan demikian memungkinkan komponen zat aktif yang terdapat dalam teh hijau
dapat diekstrak secara maksimal
Serbuk simplisa teh hijau diekstraksi menggunakan cara maserasi dengan melakukan proses
perendaman. Maserasi dipilih karena prosesnya yang sederhana, tidak memerlukan peralatan yang
rumit, relatif murah, dan tidak melibatkan pemanasan sehingga dapat menghindari kerusakan senyawa
kimia yang tidak tahan terhadap pemanasan.
Secara Teori Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam)
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian
(Suhartono, 2020).
Tanaman teh dapat tumbuh subur dengan baik pada ketinggian 250-1.200 m dpl, curah
hujan minimal 60 mm/bulan, cepat mendapat sinar matahari, karena jika sinar matahari
kurang maka pertumbuhan tanaman teh akan lambat, tidak boleh dilalui angin kering, dan
keadaan tanah subur (Anggorowati, 2008). Teh mengandung beberapa senyawa metabolit
sekunder terutama bagian daun. Kandungan kimia daun teh sangat bervariasi tergantung pada
musim, kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun, dan banyaknya sinar matahari
yang diterima (Pusat Penelitian Teh dan Kina [PPTK],2008)
Komposisi senyawa kimia yang terkandung dalam teh sangat kompleks, terdiri atas
polifenol (katekin dan turunannya), senyawa-senyawa ksantin (kafein, teofilin, dan
teobromin), asam amino, karbohidrat, protein, klorofil, senyawa-senyawa volatil, fluor,
mineral, dan senyawa-senyawa kelumit. Turunan polifenol terdapat dalam jumlah yang
paling banyak dan memiliki potensi aktivitas antioksidan, baik in vitro maupun in vivo (Wu
dan Wei, 2002).
Keberadaan alkaloid biasanya sebagai garam organik dalam tumbuhan dalam bentuk
senyawa padat berbentuk kristal dan kebanyakan berwarna. Pada daun atau buah segar
biasanya keberadaan memberikan rasa pahit (Simbala, 2009). Kafein merupakan alkaloid
putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine
(Isnindar et al.,2016). Terbentuknya endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut
mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan putih, dengan
pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah jingga dan dengan pereaksi wagner terbentuk
endapan coklat (Harborne, 1987).

6.3. Gambar Hasil Percobaan

Penyaringan Estrak Etanol Teh Hasil Estrak Etanol Teh


Hasil Pembuatan Reagen Mayer Uji Alkaloid Estrak Teh
DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati., 2008. Analisis Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) di Perkebunan
Rumpun Sari Kemuning, PT. Abadi Tirta Sentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa
Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wu, C. D., & Wei, G., 2002. Tea as a functional Food for Oral Health 18, 443-444.

Suhartono, R. 2020. Farmakognosi X. Penerbit : Pilar Media. Jakarta

Isnindar, S. Wahyuono, S. Wadyarini dan Yuswanto. 2016. Analisis Kandungan Kafein Pada
Ekstrak Buah Kopi Mentah Dari Perkebunan Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta
Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi –
Unsrat. Vol. 5 No. 2, 187-190.

Simbala, H.E.I., 2009, Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai
Bahan Aktif Fitofarmaka, Pasific Journal, Vol. 1(4) : 489-494.

Pusat Penelitian Teh dan Kina. (2008). Petunjuk teknis pengelolaan teh (p. 109). Gambung:
Pusat Penelitian Teh dan Kina.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.


Institut Teknologi Bandung (Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro)

Anda mungkin juga menyukai