Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROJECT KESETIMBANGAN KIMIA

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Proyek Mata Kuliah Kesetimbangan Fasa dan
Kimia
“Dosen Pengampu : Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T.,M.T.”

Disusun oleh

Kelompok 3 Offering D:

1. Ainayya Almira (210331626098)

2. Anisah Rachmawati (210331626039)

3. Devinovita Wajipalu (220331614347)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya
untuk menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Project Kesetimbangan
Kimia”. Tanpa pertolongan-Nya kami sekelompok tidak akan bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesetimbangan Fasa
dan Kesetimbangan Kimia. Informasi yang terbaru diharapkan mampu menjadi salah
satu bahan untuk menambah wawasan bagi para pembaca. Kami mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 23 November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB I.......................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang....................................................................................................4
1.3. Tujuan Rumusan Masalah....................................................................................4
BAB II........................................................................................................................ 5
DASAR TEORI........................................................................................................... 5
BAB III....................................................................................................................... 7
METODE KERJA.......................................................................................................7
3.1 Alat dan Bahan....................................................................................................7
3.2 Cara Kerja...........................................................................................................8
3.3 Diagram Alir.......................................................................................................8
BAB IV..................................................................................................................... 12
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN.........................................................12
4.1 Data Pengamatan................................................................................................12
4.2 Perhitungan.......................................................................................................12
4.3 Pembahasan.......................................................................................................15
BAB V....................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................. 18
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
5.2 Saran................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
Lampiran.................................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keadaan setimbang merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi seluruh zat


tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat di ruas kanan terbentuk dan terurai
kembali dengan kecepatan yang sama. Pengetahuan mengenai kesetimbangan
kimia ini sangat diperlukan di bidang farmasi (obat-obatan), misalnya banyak zat
aktif yang harus berada dalam keadaan pH yang stabil atau setimbang. Pergeseran
kesetimbangan akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau
dengan kata lain hilang sama sekali. Sebagai contoh untuk obat suntik, pH obat-
obatan tersebut harus sesuai dengan pH cairan tubuh. Obat suntik harus
disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis
pada darah. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan
kesetimbangan kimia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Berapakah tetapan Kesetimbangan pada CH3COOH?
2. Berapakah pH yang diperoleh dari pengenceran CH3COOH?
3. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai tetapan kesetimbangan
ionisasi CH3COOH?
4. Bagaimana derajat CH3COOH berdasarkan nilai pH-nya?
5. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai derajat ionisasi CH3COOH?

1.3. Tujuan Rumusan Masalah

1. Dapat menentukan tetapan kesetimbangan CH3COOH (asam lemah)!


2. Dapat menetukan pH CH3COOH dengan indikator kertas pH!
3. Bisa menjelaskan pengaruh pengenceran terhadap nilai tetapan kesetimbangan
ionisasi CH3COOH!
4. Dapat menentukan derajat dari CH3COOH berdasarkan nilai pH-nya!
5. Bisa menjelaskan pengaruh pengenceran terhadap nilai derajat ionisasi dari
CH3COOH!

1
BAB II
DASAR TEORI

Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi
balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada
setiap zat tinggal pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan
mencapai suatu titik ketika konsentrasi zat-zat pereaksi dan produk tidak lagi berubah
dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi
produk dan dari produk menjadi pereaksi, tetapi tanpa perubahan nettfe
konsentrasinya (Stephen, 2002: 96). Hukum kesetimbangan yaitu : bila suatu reaksi
dalam keadaan setimbang, maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi
dipangkatkan koefisiennya akan mempunyai harga yang tetap. Tetapan
kesetimbangaan bagi suatu reaksi adalah khas untuk setiap reaksi dan harganya tetap
pada suhu tertentu. Artinya setiap reaksi akan mempunyai harga tetapan
kesetimbangan yang cenderung tidak sama dengan reaksi lain meskipun suhunya
berubah (Unggul, 2006: 111).
Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan proses
kesetimbangan. Contohnya: perubahan wujud cair, reaksi kesetimbangan dalam
tubuh, dan reaksi kesetimbangan dalam mulut. Pada umumnya reaksi-reaksi kimia
tersebut berlangsung dalam arah bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil
saja yang berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke
arah pembentukan produk. Segera setelah terbentuk molekul produk terjadi reaksi
sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju
reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah
maka kesetimbanganreaksi tercapai (Dewi, 2009). Kebanyakan reaksi kimia
berlangsung secara reversible (dua arah) yaitu hasil reaksi dapat berubah kembali
menjadi pereaksinya hingga konsentrasi reaktan dan produk konstan. Reaksi kimia
mencapai kesetimbangan jika laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi ke kiri
sehingga tidak terjadi lagi perubahan dalam sistem kesetimbangan. Persamaan reaksi

2
kesetimbangankimia dapat dituliskan dengan mencantumkan panah bolak balik.
Panah tersebut menyatakan bahwa reaksi berlangsung dua arah (Kencanawati,2012).
Secara umum kesetimbangan dalam reaksi kimia dapat dibagi menjadi dua,
yaitu kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis terjadi
ketika semua gaya yang bekerja pada objek bersifat seimbang, yaitu tidak ada gaya
yang dihasilkan. Sementara itu, kesetimbangan dinamis diperoleh ketika semua gaya
yang bekerja pada objek bersifat seimbang, tapi objeknya sendiri bergerak. Pada
persamaan reaksi kesetimbangan kimia setiap terjadi reaksi ke kanan, maka zat-zat
produk akan bertambah,sementara zat-zat reaktan berkurang. Sebaliknya, reaksi juga
dapat bergeser ke arah reaktan sehingga jumlah produk berkurang. Akibatnya terjadi
lagi reaksi ke arah kanan. Demikian ini terjadi terus-menerus, sehingga secara
mikroskopis terjadi reaksi bolak-balik (dua arah) pada reaksi kesetimbangan. Keadaan
seperti ini dikatakan bahwa kesetimbangan bersifat dinamis. Keadaan dinamis hanya
terjadi dalam sistem tertutup (Ablinda, 2020). Menurut Hidayat 2012, Perubahan
kondisi percobaan dapat mengganggu kesetaraan dan menggeser posisi
kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau
kurang. Ada suatu aturan umum yang membantu kita memprediksi kearah mana
reaksi kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan,
volume, atau suhu. Aturan ini dikenaldengan asas Le Chatelier, yang menyatakan
bahwa:

“jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yangsetimbang, sistem
ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untukmengimbangi sebagian tekanan ini
pada saat sistem mencoba setimbangkembali.” Secara singkat, Asas Le Chatelier
dapat disimpulkan sebagai berikut : Reaksi = -Aksi

Menurut Myranthika 2020, Suatu sistem dalam keadaan setimbang cenderung


mempertahankan kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka
sistem tersebutakan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan
kesetimbangan lagi. Dalam hal ini dikenal dengan azas Le Chatelier yaitu, jika dalam
suatu sistem kesetimbangan diberikan aksi, maka sistem akan berubah sedemikian
rupa sehingga pengaruh aksi itu sekecil mungkin. Beberapa aksi yang dapat
menimbulkan perubahan pada sistem kesetimbangan antara lain :

3
1. Perubahan Konsentrasi, jika dalam suatu sistem kesetimbangan konsentrasi
salah satu komponen dalam sistem ditambah maka kesetimbangan akan
bergeser dari arah penambahan itu, dan jika salah satu komponen dikurangi
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah pengurangan itu.

2. Perubahan Volume/Tekanan Antara volume dan tekanan berbanding terbalik,


jika volume diperbesar maka tekanan diperkecil begitu juga sebaliknya. Jika
dalam suatu sistem kesetimbangan volume diperbesar/tekanan diperkecil
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien zat yang lebih besar dan
jika volumenya diperkecil/tekanan diperbesar maka kesetimbangan akan
bergeser kearah koefisien yang lebih kecil.

3. Perubahan Suhu Menurut Azas Le Chatelier, jika sistem dalam sistem


kesetimbangan terjadi kenaikan suhu, maka akan terjadi pergeseran
kesetimbangan ke arah reaksi yang menyerap kalor(ΔHpositif/endoterm) dan
sebaliknya jika dalam sistem penurunan suhu maka akan terjadi pergeseran
kesetimbangan ke arah reaksi yang melepaskan kalo (∆H negative/eksoterm)

Di kalangan industri, konsep kesetimbangan reaksi banyak dipergunakan.


Melalui prinsip-prinsip pergeseran kesetimbangan, industri dapat mengatur tekanan,
suhu dan pereaksi, sehingga dihasilkan produk yang banyak tetapi tidak banyak
memakan biaya. Misalnya industry pembuatan amonia dan pembuatan asam sulfat
(Tim Konsultasi Kimia, 2003).

4
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Labu ukur
4. Ember
5. Tabung reaksi
6. Botol semprot
7. Kertas pH universal
3.1.2 Bahan
1. CH3COOH
2. Aquades

3.2 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu


2. Pastikan alat sudah dicuci bersih sebelum digunakan
3. Ambil asam cuka sebanyak 1 mL lalu masukkan kedalam tabung reaksi dan
ukur pH nya dengan kertas pH meter.
4. Ambil masing - masing secara bergantian 1 mL, 2 mL, 3 mL, 5 mL, 10 mL, 15
mL asam cuka atau cuka apel lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
5. Tuangkan aquades ke dalam labu ukur hingga sampai batas, kocok hingga
homogen dan catat suhu dan pH nya.
6. Ulangi percobaan tersebut dengan mengganti volume asam cuka yang diminta.

5
3.3 Diagram Alir

Alat Praktikum

- disiapkan alat yang akan digunakan praktikum.


- dicuci alat hingga bersih dan keringkan.

Hasil

CH3COOH 1 mL

- diambil CH3COOH atau asam cuka sebanyak 1 mL menggunakan pipet.


- dimasukkan dalam labu ukur 100 mL.
- ditambahkan aquades hingga tanda batas.
- dikeringkan bagian leher labu ukur.
- digojok labu ukur hingga homogen.
- diambil CH3COOH yang telah diencerkan menggunakan pipet tetes dan
teteskan ke pH universal.
- diuji pH nya dengan mengamati perubahan warna pada pH universal.
- dicatat hasil pengukuran pH.
- dimasukkan termometer kedalam labu ukur yang berisi CH3COOH yang
telah diencerkan.
Hasil

CH3COOH 2 mL

- diambil CH3COOH atau asam cuka sebanyak 2 mL menggunakan pipet.


- dimasukkan dalam labu ukur 100 mL.
- ditambahkan aquades hingga tanda batas.
- dikeringkan bagian leher labu ukur.
- digojok labu ukur hingga homogen.
- diambil CH3COOH yang telah diencerkan menggunakan pipet tetes dan
teteskan ke pH universal.
- diuji pH nya dengan mengamati perubahan warna pada pH universal.
- dicatat hasil pengukuran pH.
- dimasukkan termometer kedalam labu ukur yang berisi CH3COOH yang
telah diencerkan.
Hasil

6
CH3COOH 3 mL

- diambil CH3COOH atau asam cuka sebanyak 3 mL menggunakan pipet.


- dimasukkan dalam labu ukur 100 mL.
- ditambahkan aquades hingga tanda batas.
- dikeringkan bagian leher labu ukur.
- digojok labu ukur hingga homogen.
- diambil CH3COOH yang telah diencerkan menggunakan pipet tetes dan
teteskan ke pH universal.
- diuji pH nya dengan mengamati perubahan warna pada pH universal.
- dicatat hasil pengukuran pH.
- dimasukkan termometer kedalam labu ukur yang berisi CH3COOH yang
telah diencerkan.
Hasil

CH3COOH 5 mL

- diambil CH3COOH atau asam cuka sebanyak 5 mL menggunakan pipet.


- dimasukkan dalam labu ukur 100 mL.
- ditambahkan aquades hingga tanda batas.
- dikeringkan bagian leher labu ukur.
- digojok labu ukur hingga homogen.
- diambil CH3COOH yang telah diencerkan menggunakan pipet tetes dan
teteskan ke pH universal.
- diuji pH nya dengan mengamati perubahan warna pada pH universal.
- dicatat hasil pengukuran pH.
- dimasukkan termometer kedalam labu ukur yang berisi CH3COOH yang
telah diencerkan.
Hasil

7
CH3COOH 10 mL

- diambil CH3COOH atau asam cuka sebanyak 10 mL menggunakan pipet.


- dimasukkan dalam labu ukur 100 mL.
- ditambahkan aquades hingga tanda batas.
- dikeringkan bagian leher labu ukur.
- digojok labu ukur hingga homogen.
- diambil CH3COOH yang telah diencerkan menggunakan pipet tetes dan
teteskan ke pH universal.
- diuji pH nya dengan mengamati perubahan warna pada pH universal.
- dicatat hasil pengukuran pH.
- dimasukkan termometer kedalam labu ukur yang berisi CH3COOH yang
Hasil
telah diencerkan.

CH3COOH 15 mL
mL
- diambil CH3COOH atau asam cuka sebanyak 10 mL menggunakan pipet.
- dimasukkan dalam labu ukur 100 mL.
- ditambahkan aquades hingga tanda batas.
- dikeringkan bagian leher labu ukur.
- digojok labu ukur hingga homogen.
- diambil CH3COOH yang telah diencerkan menggunakan pipet tetes dan teteskan ke pH
universal.
- diuji pH nya dengan mengamati perubahan warna pada pH universal.
- dicatat hasil pengukuran pH.
- dimasukkan termometer kedalam labu ukur yang berisi CH3COOH yang telah diencerkan.
- diamati perubahan suhu yang terjadi dan dicatat hasilnya.

Hasil

8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No. volume pH sebelum pH sesudah Suhu (℃)


diencerkan diencerkan

1. 1 ml 2 3 30

2. 2 ml 2 3 30

3. 3 ml 2 3 30

4. 5 ml 2 3 30

5. 10 ml 2 3 30

6. 15 ml 2 3 30

4.2 Perhitungan

Kadar asam asetat dalam cuka makan atau cuka apel sebesar 6 % sehingga dapat
diperoleh konsentrasi CH3COOH sebesar 1 M dengan menggunakan rumus perhitungan
sebagai berikut :
% × p× 10
M= Mr
Ket : M = molaritas
% = Persentase larutan
p = massa jenis larutan
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut

% × p× 10
M CH3COOH = Mr
g
6 ×1 ×10
mL
M CH3COOH = g
60
mol

12
M CH3COOH = 1 M
Saat asam cuka diencerkan dengan aquades 100 mL maka diperoleh nilai konsentrasinya,
perhitungan sebagai berikut :
M 1. V 1× M 2. V 2

Ket : M1 = molaritas larutan sebelum pengenceran


M2 = molaritas larutan sesudah pengenceran
V1 = volume larutan sebelum pengenceran
V2 = volume larutan sesudah pengenceran
● Pengenceran 1 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
M 1 . V 1=M 2 .V 2
1 M . 1 mL ¿ M2 . 100 mL
M2 = 0,01 M
● Pengenceran 2 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
M 1 . V 1=M 2 .V 2
1 M . 2 mL ¿ M2 . 100 mL
M2 = 0,02 M
● Pengenceran 3 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
M 1 . V 1=M 2 .V 2
1 M . 3 mL ¿ M2 . 100 mL
M2 = 0,03 M
● Pengenceran 5 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
M 1 . V 1=M 2 .V 2
1 M . 5 mL ¿ M2 . 100 mL
M2 = 0,05 M
● Pengenceran 3 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
M 1 . V 1=M 2 .V 2
1 M . 3 mL ¿ M2 . 100 mL
M2 = 0,03 M
● Pengenceran 10 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
M 1 . V 1=M 2 .V 2
1 M . 10 mL ¿ M2 . 100 mL
M2 = 0,1 M
● Pengenceran 15 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
M 1 . V 1=M 2 .V 2

13
1 M . 15 mL ¿ M2 . 100 mL
M2 = 0,15 M

Selanjutnya perhitungan penentuan kesetimbangan asam (ka) dari beberapa zat yang
sudah diencerkan, perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:
Ka=¿ ¿ ¿

● CH3COOH 0,01 M ● CH3COOH 0,02 M ● CH3COOH 0,03 M


−3 2 −3 2 −3 2
(10 ) (10 ) (10 )
Ka= Ka= Ka=
0,01 M 0,02 M 0,03 M
−4 −5 −5
Ka=10 Ka=5 ×10 Ka=3,3 ×10

● CH3COOH 0,05 M ● CH3COOH 0,10 M ● CH3COOH 0,15 M


−3 2 −3 2 −3 2
(10 ) (10 ) (10 )
Ka= Ka= Ka=
0,05 M 0,10 M 0,15 M
Ka=2 ×10−5 Ka=10−5 Ka=6,67 × 10−6

Perhitungan derajat ionisasi dapat dilakukan dengan rumus berikut ini

α=
√ Ka
[ HA ]
Ket : α = derajat ionisasi
Ka = Kesetimbangan asam / tetapan ionisasi
HA = Konsentrasi asam lemah

● CH3COOH 0,01 M ● CH3COOH 0,02 M ● CH3COOH 0,03 M

√ √ √
−4 −5 −5
10 5× 10 3,3× 10
α= α= α=
0,01 0,02 0,03
α =0,1 α =0,05 α =0,0331

● CH3COOH 0,05 M ● CH3COOH 0,10 M ● CH3COOH 0,15 M

α=
√ 2× 10−5
0,05
α=
√ 10−5
0,10
α=
√ 6,67 ×10−6
0,15
α =0,02 α =0,01 α =0,0210

4.3 Pembahasan
Pengenceran larutan merupakan proses menurunkan konsentrasi larutan dengan
menambahkan zat pelarut seperti air kedalam larutan yang pekat sehingga terjadi penurunan

14
konsentrasi dari semula pekat menjadi lebih encer. Pada prinsipnya pengenceran hanya
menambahkan pelarut saja sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dari percobaan tersebut diperoleh hasil
pengencerannya adalah 0,01 M; 0,02 M; 0,03 M; 0,05 M; 0,10 M; 0,15 M.
Tetapan kesetimbangan asam basa merupakan tingkat kekuatan asam diaman
memberikan ukuran tingkat kemudahan suatu ion hidrogen yang dapat dilepaskan dari spesies
yang bersangkutan. Pada asam tetapannya diidentifikasi sebagai tetapan ionisasi asam, Ka
dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut :

HA (aq) + H2O (l) ⇌H3O+ (aq) + A- (aq)

Dari reaksi kesetimbangan asam tersebut diperoleh rumusan tetapan kesetimbangan


ionisasinya adalah Ka=¿ ¿ dari data hasil percobaan diperoleh nilai tetapan kesetimbangan asam
nya (Ka) yaitu 10−4;5 ×10−5;3,3 ×10−5;2 ×10−5 ;10−5 ;6,67 ×10−6

Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa pengenceran asam cuka
(CH3COOH) larutannya memiliki pH <7 artinya semakin pekat larutan yang diencerkan maka
pHnya akan semakin asam. Pengenceran terhadap asam menghasilkan kesetimbangan asam
demikian pula pada senyawa basa akan menghasilkan kesetimbangan basa. Pengenceran
dilakukan berbeda-beda ,hal ini menjelaskan bahwa pengenceran dapat menyebabkan
terjadinya perubahan suhu. Semakin encer suatu larutan maka semakin rendah suhunya ,dari
teori ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh bertolak-belakang dengan teori yang ada.
Setelah pengamatan suhu yang diperoleh mengalami perubahan suhu yang rata-rata sama
yaitu 30oC. Hal ini mungkin diakibatkan oleh adanya kesalahan pada saat praktikum dan juga
faktor tempat yang ada pada dataran rendah atau dataran tinggi. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan kurang akuratnya atau kurang tepatnya data yang diperoleh,yaitu:
1. pembacaan nilai skala pada termometer yang kurang tepat
2. kesalahan dalam pemipetan
3. penggunaan termometer yang keliru
4. alat yang digunakan kurang baik

Tempat yang digunakan praktikum pun juga menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan
suhu. Karena jika kita melakukan praktikum di tempat yang bisa dibilang merupakan dataran
tinggi maka suhu akan menyesuaikan pada suhu tempat tersebut sehingga sulit untuk bisa
tepat suhu ruang yaitu 25oC.

15
Nilai Ka dari konsep teoritis adalah jika konsentrasi berubah harga Ka tetap, namun yang terjadi
pada pengamatan adalah kebalikannya, konsentrasi berubah harga Ka juga berubah. Nilai Ka
akan semakin kecil jika larutan semakin diencerkan.

Perubahan derajat ionisasi akan semakin kecil jika larutan makin encer. hal ini dibuktikan
dalam percobaan yang telah dilakukan dalam hal ini sesuai dengan pernyataan “Hukum
Pengenceran Ostwald” yaitu “Bila larutan berisi elektrolit lemah diencerkan volumenya, maka
derajat ionisasi elektrolit akan mengecil”.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan antara lain :
1. Perubahan konsentrasi
jika dalam sistem kesetimbangan ditambahkan lebih banyak reaktan atau produk, reaksi akan
bergeser ke sisi lain untuk menghabiskannya. Sebaliknya, jika sebagian reaktan atau produk
diambil, reaksi akan bergeser ke sisinya untuk menggantikannya.

2. Perubahan suhu
Secara umum, memanaskan suatu reaksi menyebabkan reaksi tersebut bergeser ke sisi
endotermis. Sebaliknya, mendinginkan campuran reaksi menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke sisi eksotermis.Temperatur berubah maka harga Kc berubah.

3. Perubahan tekanan dan volume


Pada pengaruh tekanan atau volume, jika tekanan atau volume dikurangi, reaksi
kesetimbangan bergeser ke arah zat yang memiliki jumlah koefisien lebih kecil sedangkan jika
tekanan diturunkan atau volume diperbesar, reaksi kesetimbangan bergeser ke arah zat yang
memiliki jumlah koefisien lebih besar.

4. Peranan Katalisator
Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tapi tidak ikut bereaksi. Sesuai dengan
fungsinya mempercepat reaksi maka akan mempercepat tercapainya proses kesetimbangan,
dengan cara mempercepat reaksi maju dan reaksi balik sama besar. Fungsi katalisator pada
awal reaksi (sebelum kesetimbangan tercapai). Jika kecepatan reaksi maju = kecepatan reaksi
balik maka katalis berhenti berfungsi.
Macam-macam indikator pH ialah :
1. Indikator pH universal adalah indikator yang terdiri atas berbagai macam indikator yang
memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1 – 14. Indikator universal ada yang berupa
larutan larutan dan ada juga yang berupa kertas. Paket indikator universal tersebut selalu
dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1 – 14
2. Indikator bahan alam sebagai bahan tambahan yang berwarna dapat digunakan sebagai
indikator asam basa, misalnya daun mahkota bunga, kembang sepatu, bougenvil, mawar, dan

16
lain-lain, kunyit dan bit.Ekstra bahwa bahan tersebut memberi warna yang berbeda dalam
larutan asam dan basa. Contoh daun mahkota bunga mawar, untuk larutan asam berwarna
merah dan larutan basa berwarna biru.
3. Indikator kertas lakmus adalah kertas yang diberi suatu senyawa kimia sehingga akan
menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asam maupun basa.
Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya, untuk larutan asam, jika diuji
dengan kertas lakmus merah maka warnanya akan tetap, sedangkan diuji dengan kertas
lakmus biru maka warna akan berubah menjadi warna merah. Untuk larutan basa, jika diuji
dengan kertas lakmus merah maka warna akan berubah jadi warna biru, sedangkan diuji
dengan kertas lakmus biru maka warnanya akan tetap.
4. pH meter mempunyai electrode yang di celupkan kedalam larutan yang akan diukur pH-
nya, nilai pH dapat langsung diketahui melalui tampilan layar digital pada alat tersebut.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa yaitu :
1. pH yang diperoleh pada percobaan rata-rata sama yaitu pH sebelum adalah 2 dan pH
setelah diencerkan adalah 3.
2. Pengaruh pengenceran terhadap nilai Ka asam yaitu nilai Ka akan berubah dengan
konsentrasi yang juga berubah.
3. Pengaruh suhu yaitu pengenceran terhadap suhu larutan yang telah kami lakukan
percobaan mendapatkan hasil suhu yang tetap yaitu 30oC.
4. Derajat ionisasi asam semakin kecil jika larutan yang diencerkan artinya derajat ionisasi
asam berbanding lurus dengan faktorr pengenceran.

5.2 Saran

Demikianlah makalah yang kelompok kami buat. Semoga dalam pembuatan makalah
yang berjudul “Project Kesetimbangan Kimia” diharapkan teman - teman pembaca
mendapat tambahan ilmu yang bermanfaat. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan ejaan dan penulisan kata yang kurang jelas. Kelompok kami sangat mengharap
kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari
kelompok kami, kami ucapkan terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ablinda, Novitalia. (2020). Modul Pembelajaran SMA Kimia Kelas XI. Palembang : SMA N 5
Palembang.

Dewi, Luh Joni Erawati. (2009). Pengembangan Media Pembelajaran ReaksiKesetimbangan


Kimia. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 6(2):71-80.

Hidayati, Nunik. (2012). Penerapan Metode Praktikum Dalam Pembelajaran KimiaUntuk


Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa PadaMateri Pokok
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK DiponegoroBanyuputih Batang. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma. (2012). Diktat Mata Kuliah Kimia Dasar. Bukit
Jimbaran: Universitas Udayana.

Myranthika, Fadillah Okty. (2020). Modul Pembelajarn SMA Kimia Kelas XI. Surabaya: SMA
Negeri 13 Surabaya.

Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta : Erlangga

Tim Konsultan Kimia. (2003). Modul Kesetimbangan Kimia. Bandung: FPTK UPI

19
Lampiran

Alat dan Bahan

Labu Ukur 100 mL Tabung reaksi Pipet tetes

Termometer raksa Botol semprot Kertas pH meter

Ember Tisu Cuka Makan

20
Cuka apel Aquades

21
Proses percobaan

1. diambil 2. dimasukkan dalam 3. ditambahkan 4. digojok labu ukur


CH3COOH atau labu ukur 100 mL aquades hingga hingga homogen.
asam cuka sebanyak tanda batas.
1 mL, 2 mL, 3 mL, 5
mL, 10 mL, 15 mL
menggunakan pipet.

pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan


setelah diencerkan setelah diencerkan setelah diencerkan setelah diencerkan
pH 3 pH 3 pH 3 pH 3

22
pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh
setelah diencerkan setelah diencerkan pada percobaan 1 pada percobaan 2
pH 3 pH 3 dengan CH3COOH 1 dengan CH3COOH 2
mL adalah 30oC mL adalah 30oC

suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh
pada percobaan 3 pada percobaan 4 pada percobaan 5 pada percobaan 6
dengan CH3COOH 3 dengan CH3COOH 5 dengan CH3COOH dengan CH3COOH
mL adalah 30oC mL adalah 30oC 10 mL adalah 30oC 15 mL adalah 30oC

23

Anda mungkin juga menyukai