Diampu oleh:
Prof. Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si
Dr. Neena Zakia, M.Si
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah studi kasus berjudul "Pemisahan Kimia secara Destilasi" dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada bidang mata kuliah Pemisahan Kimia dan
Analisis Instrumentasi.. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Prof.
Dr. Hayuni Retno Widarti, M. Si. dan Ibu Dr. Neena Zakia, M.Si sebagai dosen pengampu mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Aplikasi Pemisahan Destilasi dalam Kehidupan Sehari-Hari 4
2.2 Aplikasi Pemisahan Destilasi dalam Industri Kimia (Artikel) 8
DAFTAR PUSTAKA 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Solving :
Penyulingan air laut merupakan suatu proses pemurnian air laut dari kandungan yang ada,
yaitu garam. Proses yang digunakan merupakan suatu proses pemisahan fisis antara air dengan
kandungan garam dengan cara menguapkan air laut, yang kemudian uap tersebut didinginkan
sehingga uap akan berubah bentuk menjadi air tawar. Solar still adalah suatu peralatan yang
digunakan untuk menyuling air laut menjadi air tawar dengan menggunakan energi matahari.
Peralatan solar still ini terdiri dari beberapa komponen, antara lain: bak penampung air laut
terdapat pada bagian dasar dari peralatan berfungsi sebagai alat penyerap; kaca penutup, adalah
kacamata penutup pada peralatan yang berfungsi untuk mengurangi kerugian panas konveksi
dari pelat penyerap, dan tempat berkumpulnya uap air; isolator, berfungsi untuk mengurangi
panas konduksi pada sisi samping dan bagian bawah dari bak penampung; serta saluran air, yang
berfungsi untuk mengalirkan air hasil penyulingan menuju ke bak penampungan air tawar.
4
Solving :
Untuk memenuhi konsumsi tersebut maka ada salah satu cara dimana dilakukannya pengolahan
Minyak mentah (minyak bumi) sebagian besar terdiri dari hidrokarbon (alkana dan aromatik),
dan merupakan campuran dari senyawa yang terdiri dari antara 5 dan 40 atom karbon. Melalui
proses Destilasi minyak bumi atau kilang minyak bumi. Kilang minyak bumi adalah proses
pemisahan campuran kompleks dengan cara pemanasan sehingga terbentuk fraksi-fraksi yang
berbeda nilai titik didihnya. Prosesnya menggunakan Destilasi bertingkat, berikut gambar skema
proses destilasi bertingkat.
Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan bioetanol adalah alkohol 40% dari aren,
alkohol ini telah didistilasi satu tahap oleh petani dari air nira dengan menggunakan peralatan
tradisional. Peralatan tradisional ini merupakan alat destilasi yang sangat sederhana sehingga
hanya dapat menghasilkan beer yang berkonsentrasi 20 sampai 40%. Beer ini digunakan sebagai
bahan pembuatan bioetanol. Boiler dengan ukuran 12 liter diisi dengan ¾ cairan alkohol
produksi masyarakat, kemudian boiler dihubungkan dengan alat destilasi refluks dan diusahakan
5
boiler tidak lebih tinggi dari alat destilasi refluks. Apabila terjadi peningkatan suhu yang
melebihi titik didih dari etanol, maka temperatur akan dinetralkan dengan menggunakan pompa
air yang telah dihubungkan dengan alat destilasi refluks sehingga keadaan kesetimbangan akan
tercapai. Dan pada akhirnya uap etanol dan sejumlah kecil uap air yang masuk kedalam alat
destilasi refluks akan mengalami proses kondensasi kemudian keluar menjadi bioetanol dengan
konsentrasi 96%. Bioetanol akan ditampung pada penempung yang telah dihubungkan dengan
rubber fitting (karet pengencang) untuk menghindari kondensasi air dari udara.
Gambar 2. Perubahan fase beku (air) menjadi gas melalui pengeringan beku
6
Terdapat 4 tahap dalam pengolahan pengeringan beku, diantaranya persiapan bahan
pangan, pembekuan, pengeringan primer, dan pengeringan sekunder.
1) Tahap pertama dalam pengolahan freeze drying adalah persiapan bahan pangan. Pada
pengolahan buah, umumnya buah yang mempunyai ukuran besar atau mempunyai
kandungan air yang tinggi seperti buah melon, semangka, mangga, nanas, atau jeruk
diperlukan proses pengirisan tipis.
2) Selanjutnya tahap kedua yaitu pembekuan. Tahap ini dilakukan dengan menurunkan suhu
freeze dryer hingga -40oC. Pembekuan bertujuan untuk merubah fase air di dalam buah
menjadi fase padat (es).
3) Pada tahap ketiga adalah proses pengeringan primer. Tahap ini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan air dalam buah yang telah dibekukan melalui proses sublimasi
dengan meningkatkan suhu sampai 0oC serta menurunkan tekanan dalam alat dibawah
triple point yaitu <4,58 mmHg, yang bertujuan agar gas yang terbentuk saat peningkatan
suhu terbuang keluar.
4) Setelah kandungan air telah keluar sekitar 95 %, kemudian dilakukan pengeringan
sekunder dengan meningkatkan tekanan, dan suhu pada kondisi normal 35oC, dengan
tujuan untuk mengkondisikan agar buah yang keluar dari alat tidak dalam kondisi beku
atau dapat beradaptasi dengan suhu ruang.
Produk yang telah dihasilkan dari proses freeze drying umumnya aktivitas enzimnya tidak
mati, namun dalam kondisi inaktif sementara, dikarenakan rendahnya kandungan air didalam
produk. Dengan hal tersebut menjadikan produk freeze drying dapat teroksidasi, apabila terpapar
oksigen (O2). Oleh karena itu dalam pengolahannya produk yang telah dihasilkan harus segera
dikemas menggunakan kemasan yang melindungi dari O2 seperti menggunakan bahan
alumunium, atau plastik. Serta lebih baik menggunakan metode vacuum packaging agar
meminimalisir udara di dalam kemasan.
Simpulan
Freeze drying atau yang sering disebut pengeringan beku merupakan salah satu contoh
teknik pengolahan pangan dengan prinsip non termal. Teknik ini dilakukan dengan
menghilangkan kandungan air di dalam produk pangan melalui pembekuan, kemudian dilakukan
sublimasi untuk mengubah fase padat (air) menjadi gas dengan mengendalikan suhu dan tekanan
pada pengolahannya. Pengeringan jenis ini dinilai mempunyai kelebihan dalam mempertahankan
mutu dari produk, baik dari karakteristik sensorik, nilai gizi, fisik maupun kimia dibanding
dengan pengeringan biasa yang menggunakan termal.
2.1.5 Pembuatan Minyak Atsiri Kemangi dengan menggunakan metode Destilasi Uap
Langsung
Alfian Wahyu Widagdo
Prinsip metode ini adalah Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit
uap. Uap yang dihasilkan lazimnya memiliki tekanan yang lebih besar dari pada tekanan
atmosfer. Uap yang dihasilkan dialirkan kedalam alat penyulingan sehingga minyak atsiri akan
menguap terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi. Alat yang
7
digunakan dalam metode ini disebut alat suling uap langsung. Proses pembuatannya adalah
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan bahan, yaitu daun kemangi yang telah dipisahkan dari batangnya
2. Mengisi air kedalam boiler 4 liter
3. Memasukkan kemangi kedalam kolom distilasi
4. Memasukkan air dan es batu kedalam kondersor
5. Menutup valve di boiler dan distilasi
6. Menghidupkan kompor
7. Menyalakan stopwatch dengan durasi 120 menit
8. Membuka valve boiler pada suhu 60 - 100 derajat Celcius
9. Menunggu hasil berupa Hidrosol, yaitu campuran air dan minyak
10. Mendinginkannya hingga bersuhu 25 derajat Celcius, lalu memisahkannya dari air
8
2.2.3 Pemurnian Etanol hasil Fermentasi Kulit Nanas dengan Menggunakan Destilasi
Vakum
Anisah Rachmawati
Pada akhir proses fermentasi, etanol masih tercampur di dalam larutan. Untuk
memisahkannya perlu dilakukan distilasi atau penyulingan, yaitu dengan memanaskan campuran
air dan etanol pada suhu 78°C. Menurut Hidayat (2003), titik didih etanol murni adalah 78°C
sedangkan air adalah 100°C (kondisi standar). Pada suhu 78°C etanol lebih dulu menguap dari
pada air. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan
kembali menjadi etanol cair. Kondensasi atau proses pengembunan uap menjadi cairan, dan
penguapan suatu cairan menjadi uap melibatkan perubahan fase cairan dengan koefisien pindah
panas yang besar. Kondensasi terjadi apabila uap jenuh seperti steam bersentuhan dengan
padatan yang temperaturnya dibawah temperatur jenuh sehingga membentuk cairan seperti air
(Geankoplis, 1983).Bila terdapat perbedaan besar antar titik didih, proses distilasi dapat
dilangsungkan pada tekanan yang lebih rendah, yang akan menurunkan titik didih senyawa dan
memungkinkan distilasi berlangsung pada suhu rendah.
2.2.4 Aplikasi Distilasi Molekuler pada artikel Balai Besar Kimia dan Kemasan
Alfian Wahyu Widagdo
1. Aplikasi untuk Minyak Atsiri
Di Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK), distilasi molekuler sering
dimanfaatkan untuk pemurnian minyak atsiri baik untuk mengambil salah satu komponen
maupun untuk memisahkan dengan pengotor. Dalam rantai suplai minyak atsiri di
Indonesia, seringkali minyak atsiri tercampur dengan minyak-minyak lain seperti minyak
kelapa atau minyak jarak. Minyak pengotor tersebut dapat merugikan para eksportir dan
industri pemakai.
Dalam pemurnian bahan aktif minyak atsiri, Borgarello et al. (2015) memekatkan
kandungan timol dalam minyak atsiri oregano (sejenis tumbuhan rempah). Dengan
kondisi suhu penguapan 37 oC dan tekanan 3x10-3 bar, konsentrasi timol dalam residu
meningkat 2,4 kali lipat daripada dalam feed.
9
Terkait dengan aplikasi pangan lainnya adalah pemisahan asam lemak bebas dari
distilat deodorizer minyak nabati yang merupakan proses terakhir dari proses produksi
minyak nabati. Distilat deodorizer dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku vitamin E
(dalam bentuk tokoferol), sterol, dan asam lemak. Distilasi molekuler distilat deodorizer
dapat memisahkan asam lemak sebanyak 96,16% dan recovery tokoferol sebanyak
81,23%. Tokoferol dan asam lemak memiliki tekanan uap yang berbeda cukup jauh,
sebagai contoh pada suhu 200 oC, tokoferol dan asam lemak masing-masing memiliki
tekanan uap 20 Pa dan 533,28 Pa, selain itu berat molekul tokoferol (415 g.mol-1) jauh
lebih besar daripada asam lemak (180 g.mol-1), hal ini makin memudahkan proses
pemisahan. (Martins et al. 2006).
3. Aplikasi dalam Sintesis Kimia
Biomassa, dengan proses fast-pyrolysis, dapat diubah menjadi bahan kimia dan
bahan bakar cair atau yang biasa disebut sebagai bio-oil. Crude bio-oil memiliki
kandungan oksigen tinggi, heating value rendah dan mengandung berbagai senyawa
kompleks sehingga pemakaiannya terbatas. Pemurnian bio-oil menggunakan distilasi
biasa menyebabkan pembentukan coke dan mengarah ke reaksi polimerisasi. Namun,
penelitian Wang et al. (2015) membuktikan bahwa distilasi molekuler dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Distilasi molekuler bio-oil pada 70 oC , tekanan 129 Pa, laju feed
2 mL/min dan kecepatan wiper 120 rpm tidak hanya memisahkan fraksi ringan distilat
sebagai upgrade bio-fuel, namun juga menghasilkan residu yang kaya akan senyawa
lignin pirolitik. Lignin pirolitik dapat diaplikasikan sebagai bahan resin fenolik, adhesive
coating dan carbon fiber.
2.2.5 Analisis Kandungan Kimia Asap Cair dari Tempurung dan Sabut Kelapa dengan
Metode Destilasi
Anik Kosimatul Hidayah
Latar belakang
Asap cair merupakan asam cuka (vinegar) yang diperoleh dengan cara destilasi kering
bahan baku pengasap seperti kayu, lalu diikuti dengan peristiwa kondensasi dalam kondensor
berpendingin air. Asap cair berasal dari bahan alami yaitu pembakaran hemiselulosa, selulosa,
dan lignin dari kayu-kayu keras sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki efek
antimikroba, antibakteri, dan antioksidan seperti senyawa asam dan turunannya, alkohol, fenol,
aldehid, karbonil, keton dan piridin, sehingga banyak diaplikasikan sebagai pengawet alami pada
makanan serta memberikan karakteristik sensori berupa aroma, warna, serta rasa yang khas pada
produk pangan, sebagai anti bakteri yang dapat menghambat aktivitas pertumbuhan S. aureus, P.
aeruginosa, E. coli and C. albican. Penggunaan asap cair juga disesuaikan dengan klasifikasi
kualitas asap cair yang terdiri dari 3 grade. Grade C (grade 3) digunakan sebagai pengawet kayu
dan koagulan, grade B (grade 2) digunakan sebagai antimikroba dan grade A (grade 1)
digunakan sebagai pengawet alami makanan.
10
Metode penelitian
1) Pembuatan asap cair
Sebelum dibakar, bahan baku dibersihkan terlebih dahulu. Tempurung kelapa dibersihkan
untuk menghilangkan sabut dari permukaannya. Setelah itu, tempurung kelapa
dipotong-potong sampai berukuran diameter kira-kira 5-6 cm, sedangkan sabut
dilepaskan serat-seratnya agar mudah dimasukkan ke dalam alat pembakar. Pembuatan
asap cair dilakukan dengan menggunakan kiln yang terbuat dari baja tahan karat yang
dilengkapi dengan alat pemanas listrik, tiga kondensor dan dua buah labu penampung
destilat. Cairan yang terbentuk mengalir melalui bagian bawah kiln ke alat pendingin,
kemudian destilat ditampung dalam 2 buah labu dengan volume 2 liter. Destilat
dikumpulkan dalam labu pemisah, dikocok dan dibiarkan 24 jam untuk mengendapkan
ter. Bagian atas larutan destilat adalah pyroligneous liquor sedangkan bagian bawah
adalah endapan ter (settled ter).
2) Pemurnian Asap Cair
Pemurnian asap cair dilakukan dengan cara distilasi. Asap cair dimasukkan sebanyak 200
ml ke dalam labu destilasi, dipanaskan menggunakan pemanas listrik. Proses distilasi ini
dilakukan untuk mengambil seluruh fraksi dan diatur pada berbagai suhu dan dilakukan
hingga suhu maksimum, yaitu 200°C. Suhu yang ditera adalah suhu asap cair dalam labu
destilasi. Uap yang terbentuk lalu masuk ke dalam pipa pendingin balik (condenser) dan
destilat ditampung dalam sebuah wadah atau labu.
Hasil
11
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, D., Susilo, B., Nugroho, W. A., Keteknikan, J., Teknologi, P.-F., Brawijaya, P.-U.,
Veteran, J., & Korespondensi, P. (2014). Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit
Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan Menggunakan Distilasi Vakum. In Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem (Vol. 2, Issue 2).
Habibi, N. A., Fathia, S., & Utami, C. T. (2019). Perubahan Karakteristik Bahan Pangan
pada Keripik Buah dengan Metode Freeze Drying (Review). JST (Jurnal Sains
Terapan), 5(2). https://doi.org/10.32487/jst.v5i2.634
Jurnal Fluida Volume 14, No. 1, Mei 2021, Hlm. 24 - 28. Retno Indarti, Distilasi Azeotrop
Campuran Etanol-Air untuk Meningkatkan Kadar Etanol menggunakan Entrainer Etil
Asetat
Putri, Imas Ayu, dkk.. PEMBUATAN MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocinum Basilicum L.)
DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTILASI UAP LANGSUNG. Vol. 6. No.
2. 2021.
12