DISUSUN OLEH :
NIM : 2001007
Kelompok :2
BALIKPAPAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI
Disusun Oleh,
NIM : 2001007
Kelompok : 2 (Dua)
Disetujui oleh :
NIM : 1801225
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Analisa Fluida
Reservoir ini.
Laporan Praktikum Analisa Fluida Reservoir ini disusun dan diajukan sebagai
persyaratan untuk memenuhi kurikulum Tahun Akademik 2021 / 2022 dalam
menyelesaikan Mata Kuliah Mekanika Reservoir di Jurusan S1 Teknik
Perminyakan, STT MIGAS BALIKPAPAN.
Penulis juga memohon maaf atas kesalahan-kesalahan yang mungkin saja masih
terdapat dalam laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua rekan-
rekan yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak bumi atau bahan bakar fosil merupakan kebutuhan yang sangat penting
bagi kehidupan makhluk hidup, khususnya bagi manusia selain itu minyak bumi
juga memberikan pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan dunia.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen.
Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi yang terdiri dari
hidrokarbon rantai terbuka yang meliputi golongan paraffin dan golongan
hidrokarbon tak jenuh serta hidrokarbon rantai yang meliputi golongan
sikloparafin dan golongan hidrokarbon aromatik. Senyawa hidrokarbon dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan diantaranya :
Golongan Parafin
Golongan ini mempunyai rumus kimia CnH2n+2. Golongan ini memiliki
ikatan rangkap satu dan nama lain dari golongan ini adalah Alkana.
Golongan Olefin
Golongan hidrokarbon ini memiliki rumus kimia CnH2n. Golongan ini
memiliki ikatan rangkap dua. Karena memiliki ikatan rangkap dua maka,
olefin disebut juga sebagai undersaturated hydrocarbon.
Golongan Naphtan
Golongan ini memiliki rumus kimia yang sama dengan olefin, yaitu
CnH2n.Naphtan memiliki cincin yang jenuh. Walaupun rumus kiminya sama
dengan Olefin, namun naphtan memiliki konfigurasi struktur yang berbeda
dengan olefin.
Golongan Aromatik
Golongan hidrokarbon ini memiliki satu inti benzene atau lebih.
Guna mendapatkan minyak dan gas bumi yang tepat guna dilakukan dengan
begitu banyak analisa agar sumber energi ini bisa dimanfaat semaksimal mungkin
dengan kerugian dan dampak negatif seminim mungkin. Salah satunya tahapan
analisa minyak dan gas bumi yang dilakukan adalah analisa fluida reservoir. Pada
tahapan ini dilakukan beberapa analisa fluida reservoir yaitu pengukuran terhadap
air, endapan, berat jenis, titik kabut, titik beku, titik tuang, flash point, fire point,
viskositas kinematic dan analisa terhadap air formasi
Analisa fluida reservoir sangan penting dilakukan guna menghindari hambatan-
hambatan dalam operasinya. Hal itu juga dapat membantu dalam pencapaian
produktifitas secara maksimum dengan baik. Studi dari analisa fluida reservoir ini
sangat bermanfaat untuk mengevaluasi atau merancang peralatan produksi yang
sesuai dengan keadaan di suatu reservoir, meningkatkan efisiensi, serta guna
menunjang kelancaran proses produksi.
Dengan teknik analisa dan perhitungan yang baik pada proses pengolahan
minyakakan didapatkan hasil yang baik pula. Hasil analisa Crude Oil juga sangat
dipengaruhi oleh cara atau metoda pengambilan sampel fluida, karena fluida yang
dihasilkan oleh sumur produksi dapat berupa gas, minyak, dan air.
Analisis terhadap fluida reservoir (antara lain minyak dan air) perlu dilakukan
dilaboratorium karena hal ini berkaitan erat dengan metode produksi yang kita
terapkan.
Air sering terkandung dalam minyak mentah atau crude oil sebagai fasa cair
bersama dengan minyak atau gas yang terlarut didalamnya. Pemisahan antara
minyak dan air yang terkandung di dalamnya disebut “dehidrasi minyak bumi”.
Air formasi yang terkandung dalam minyak ada dua macam, yaitu :
a) Air bebas, merupakan air yang terbebaskan dari minyak.
b) Air emulsi, air yang melayang – layang di dalam minyak dan diperlukan
cara khusus untuk memisahkannya.
Dalam lapangan minyak, air bebas lebih mudah untuk dipisahkan dari minyaknya
dibandingkan dengan air emulsi. Pemisahan air bebas dari minyaknya dapat
dilakukan dengan mendiamkan atau settling dalam suatu tempat, dicampur gas
olise, bisulfide, atau dipanaskan.
Terjadinya emulsi ini memerlukan tiga syarat, yaitu :
a. Adanya dua zat cair yang tidak saling campur.
b. Adanya zat yang menyebabkan terjadinya emulsi (emulsifying agent).
c. Adanya agitasi (pengadukan) yang mampu menghamburkan salah satu
cairan menjadi tetes - tetes (droplet) dalam cairan yang lainnya.
Emulsi juga memiliki sifat–sifat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Umumnya kadar air emulsi cukup tinggi.
2. Pengemulsian juga dipengaruhi oleh sifat-sifat minyak.
3. Semakin lama emulsi terbentuk semakin ketat atau semakin susah untuk
dipisahkan.
Setelah mengetahui penyebab atau syarat terjadinya emulsi, maka hal-hal yang
perlu diketahui selanjutnya ialah sifat-sifat emulsi itu sendiri,yaitu:
1. Umumnya kadar air emulsi cukup tinggi; hal ini disebabkan penguapan
sejumlah air, gas alam sebelum terjadi emulsifikasi pada residu airnya.
2. Kadar garam yang besar pada fasa cair berpengaruh besarpada gaya
permukaan antara cairan minyak dan air.
3. Pengemulsian juga dipengaruhi oleh sifat-sifat minyak, semakin besar
viscositasnya, residu karbon, dan dan tegangan permukaan minyak
semakin terbentuk emulsi .
Semakin lama emulsi terbentuk semakin susah untuk dipisahkan Setelah
memahami syarat-syarat terjadinya emulsi, kemudian sifat-sifat dari emulsi, maka
akan mempermudahkita dalam proses pencegahan. Adapun cara mencegah
terjadinya peristiwa emulsifikasi ini antara lain:
Memperkecil tingkat agitasi, misalnya dengan menggunakan anker pada
sumur-sumur pompa, mengurangi kecepatan pompa, spasi plunger, dan
pompa dianjurkan tenggelam.
Penggunaan zat anti emulsifikasi.
Pemisahan air sebelum terjadinya emulsifikasi.
Disamping cara pencegahan emulsi di atas, kita juga dapat melakukan pemisahan
jika telah terjadi emulsifikasi, yaitu dengan menggunakan metode-metode berikut:
Untuk mengetahui kadar air dalam minyak ini dapat dilakukan dengan
mengujinya dengan metode destilasi yang disebut dengan istilah Dean & Stark
Method. Prinsip pengujian kadar air ini adalah secara destilasi atau pemanasan
fluida sampel pada suhu tertentu hingga terjadi proses penguapan
2.2 Pengujian
2.2.1 Peralatan
1. Condensor
2. Receiver
3. Ground Flask Joint
4. Electrical Oven
2.2.3 Prosedur
1. Sirkulasi air dalam peralatan.
2. Alat harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.
3. Ambil sample (minyak ringan atau berat) 100ml.
4. Tambahkan kedalamnya solvent (bensin atau kerosin)
100ml.
5. Masukkan campuran tersebut kedalam plask.
6. Hubungkan electrical oven dengan arus listrik, dan
setelah beberapa jammpastikan telah terjadi kondensasi.
7. Amati proses kondensasi dengan adanya air yang terdapat
pada water trap.
8. Jika pada water trap sudah tidak ada penambahan air lagi,
laporkan % air dengan Dean and Stark Method.
2.2.4 Perhitungan
a. Data Umum
Persen kandungan air dalam sample :
Volume air
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = × 100%
Volume sample
0,36 ml
= × 100%
50 ml
= 𝟎,72%
b. Data kelompok
ersen kandungan air dalam sample :
Volume air
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 ¿ ×100 %
Volume sample
0,4 ml
= × 100%
43 ml
= 𝟎, 𝟗3%
\
Dari data perhitungan diatas dapat diperoleh tabel seperti berikut :
Kelompok 1 2 3 4 5 6
Volume air yang 0,39 0,4 0,41 0,42 0,43 0,44
terkandung
Kadar air % 0,975 0,93 0,891 0,857 0,826 0,8
Grafik 2.1 Grafik hubungan volume air tertampung dengan %kadar air tiap
kelompok
1
0.98 0.93 0.89 0.86 0.83
0.8 0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.39 0.4 0.41 0.42 0.43 0.44
1
0.98 0.93 0.89 0.86 0.83
0.8 0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6
2.3 Pembahasan
Minyak mentah yang kita produksi secara langsung dari dalam perut bumi pada
kenyataannya bukan minyak murni melainkan masih mengandung gas maupun
air, hal ini nantinya akan mempengaruhi perhitungan jumlah minyak yang akan
diproduksi, karena dalam suatu reservoir khususnya minyak, akan selalu
didapatkan kandungan air. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu proses guna
mengurangi kandungan air yang terdapat dalam crude oil tersebut, salah satu
metode yang digunakan adalah Dean & Stark Method.
Dalam praktikum analisa fluida reservoir, percobaan Dean & Stark Method
bertujuan untuk menentukan kandungan air dalam crude oil. Penentuan
kandungan air dalam minyak ini perlu dilakukan untuk menentukan kualitas
minyak, dimana semakin banyak kandungan air yang terdapat di dalam minyak
maka kualitasnya akan semakin akan semakin buruk, dan begitu pun sebaliknya.
Minyak dapat dikatakan baik jika kandungan airnya berada 2–5%. Dengan metode
ini nantinya akan di dapat presentase (%) kandungan air dari minyak.
Alat dean stark merupakan alat yang digunakan untuk menampung destilat yang
terdiri dari dua lapisan yang tidak bercampur satu sama lain. Alat ini biasa
digunakan pada destilasi yang menghasilkan air, jika sampel yang akan dihitung
kadar airnya dapat bercampur pada suhu tinggi dan tidak bercampur pada suhu
rendah.
2.4 Kesimpulan
Tujuan percobaan Dean & Stark Method yakni menentukan kandungan
air dalam minyak mentah
Untuk mengetahui kadar air dalam minyak kita dapat mengujinya
dengan metode detalasi
Kerosin bertujuan untuk mempercepat proses pemisahan air dan
minyak
Dalam lapangan minyak, air bebas lebih mudah untuk dipisahkan dari
minyaknya dibandingkan dengan air emulsi. Pemisahan air bebas dari
minyaknya dapat dilakukan dengan mendiamkan atau settling dalam
suatu tempat, dicampur gas olise, bisulfide, atau dipanaskan.
BAB III
PENENTUAN KANDUNGAN AIR DAN ENDAPAN (BS &W)
DENGAN CENTRIFUGE TABUNG KECIL DAN BESAR
3.1 Dasar Teori
Minyak yang kita produksi ke permukaan sering kali tercampur dengan
sedimen-sedimen yang dapat mempengaruhi proses/laju produksi, untuk itu
endapan tersebut harus dipisahkan dengan cara:
Di Laboratorium Dengan menggunakan metode centrifuge yaitu dengan
menggunakan gaya centrifugal sehingga air, minyak dan endapan dapat
terpisahkan.
Di Lapangan Kalau pemboran dilakukan di daratan maka dibuatkan
kolamkolam pengendapan, sedangkan jika pemboran di lepas pantai maka
disamping dilakukan diseparator juga dilakukan pemisahan dengan zat-zat
kimia tertentu.
Sedimen-sedimen yang ikut terbawa bersama air biasa dikenal dengan
istilah scale (endapan). Scale merupakan endapan kristal yang menempel pada
matrik batuan maupun pada dinding-dinding pipa dan peralatan dipermukaan,
Adanya endapan scale akan berpengaruh terhadap penurunan laju produksi.
Terbentuknya endapan scale pada lapangan minyak berkaitan erat dengan
air formasi, dimana scale mulai terbentuk setelah air formasi ikut terproduksi ke
permukaan. Selain itu jenis scale yang terbentuk juga tergantung dari komposisi
komponen-komponen penyusun air formasi.
Suatu suspensi atau campuran yang berada pada suatu tempat (tabung)
apabila diputar dengan kecepatan tertentu, dengan gaya centrifugal dan berat, jenis
yang berbeda akan saling pisah, dimana zat dengan berat jenis yang lebih besar
akan berada di bawah dan zat dengan berat jenis rendah berada di atas.
Metode Centrifuge ini mempunyai kelebihan antara lain :
1) Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan
lain lebih singkat daripada Dean & Stark Method.
2) Pemindahan alat yang sangat mudah dilakukan.
Sumur-sumur minyak atau crude oil yang dapat menghasilkan minyak
yang bersih dengan hanya sejumlah zat-zat tambahan, tetapi dilain pihak sumur-
sumur dapat menghasilkan air yang relatif besar atau padatan yang jumlahnya
besar pula. Sejumlah sumur akan sedikit sekali memproduksi gas, sedangkan yang
lain banyak sekali memproduksi gas. Kemungkinan untuk memisahkan air dan
padatan yang melayang-layang (suspensi) terutama karena permintaan dari
perusahaan pipa minyak agar minyak atau crude oil yang dikehendaki ditransport
tidak mengandung lebih dari 2% - 3% air dan padatan.
Dalam suatu proses produksi, air dan padatan-padatan yang terbawa atau
ikut terproduksi bersama minyak, harus dipisahkan. Air yang terproduksi dapat
mengganggu proses perfinary. Sedangkan padatan yang ikut terproduksi biasanya
adalah pasir dan serpih, itu dapat mengganggu alat produksi. Hal ini disebabkan
oleh karena batuan yang unconsolidated dan porous. Butir-butir ini sedemikian
kecilnya sehingga dapat lolos dari saringan dan mengendap di bawah sumur.
Untuk pemisahan zat-zat padat dari minyak berat misalnya, dapat
dilakukan dengan centrifuge karena jenis minyak berat penguapannya rendah atau
kecil sehingga fraksi minyak yang hilang kecil atau sedikit. Pemisahan minyak
dari air dan padatan pada waktu produksi mempunyai maksud yaitu Mencegah
Korosi dan Mencegah terbentuknya Scale.
` Dengan metode centrifuge ini, air yang densitasnya lebih besar atau lebih
tinggi berada di atas sedangkan minyak yang densitasnya lebih rendah berada di
bawahnya, pasir dan padatan lainnya cenderung untuk mengikuti air walaupun
padatan yang lebih besar akan tertinggal dalam centrifuge.
Centrifuge mempunyai kelebihan antara lain :
Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan lain
lebih singkat dari pada Dean and Stark Method.
Pemindahan alat sangat mudah dilakukan.
Penguapan yang terjadi sangat kecil karena yang dipakai adalah system
tertutup.
3.2 Pengujian
3.3.1 Peralatan
1) Centrifuge
2) Centrifuge Tube 100 ml
3) Transforme
3.3.2 Bahan
1) Sampel Minyak
2) Kerosi
3.3.3 Prosedur
3. Baca dan catat kombinasi volume dari kandungan air dan sediment didasar
tabung dengan pembacaan skala 0,05 ml ; 0,1 ; dan 1 ml.
4. Ulangi putaran kurang lebih 10 menit pada putaran yang sama sampai
kombinasi volume dari kandungan air dan sediment konstan untuk dua kali
pembacaan.
% BS & W = ( 2 X harga pembacaan /10 ) X 100
Centrifuge Tabung Besar
1. Disiapkan sampel minyak sebanyak 100 ml (2%) dan
memasukkannya ke dalam centrifuge tube dalam posisi berpasangan
2. Dimasukkan centrifuge tube ke dalam centrifuge dan
menghubungkannya dengan transformer.
3. Diatur timer dalam 10 menit.
4. Diatur regulator dalam posisi 8 dan baca rpm.
5. Setelah timer berhenti, menunggu beberapa menit sehingga putaran
berhenti.
6. Diambil centrifuge dan laporkan BS & W dalam prosen.
3.3.4 Perhitungan
a) Data Umum
Sample Minyak 1
Volair +Vol padatan
% BS & W = ×100 %
Vol Sample
0.9+0.07
% BS & W = ×100 %
120
% BS & W = 0.808 %
Sample Minyak 2
Volair +Vol padatan
% BS & W = ×100 %
Vol Sample
0.08+0.03
% BS & W = 100 %
120
% BS & W = 0.803 %
b) Data Kelompok
Sample Minyak 1
Volair +Vol padatan
% BS & W = ×100 %
Vol Sample
0.75+0.03
% BS & W = × 100 %
120
% BS & W = 0.65 %
Sample Minyak 2
Volair +Vol padatan
% BS & W = ×100 %
Vol sample
0.009+0
% BS & W = × 100 %
120
% BS & W = 0,75 %
3.3 Pembahasan
Minyak yang kita produksi ke permukaan sering kali tercampur dengan sedimen-
sedimen yang dapat mempengaruhi proses atau laju produksi, serta mempengaruhi
mutu suatu minyak. Untuk itu dengan menggunakan metode centrifuge, sehingga
air, minyak, dan endapan dapat terpisahkan.
Dengan menggunakan metode centrifuge yaitu dengan menggunakan gaya
sentrifugal, kita dapat memisahkan antara air, minyak, dan endapan sedimen pada
suatu sampel. Ini merupakan cara yang lebih efektif untuk melakukan pemisahan
dibandingkan dengan menggunakan Dean & Stark Method. Hal ini dikarenakan
waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan dengan menggunakan centrifuge lebih
singkat.
Semakin banyak air dan padatan yang terikut bersamaan dengan minyak saat
produksi akan menimbulkan berbagai macam masalah seperti korosi, scale, dan
menurunnya laju produksi minyak. Hubungan volume air dan volume padatan
dengan %BS&W adalah berbanding lurus, semakin banyak volume air dan
volume padatan yang terikut dalam produksi minyak ke permukaan, maka
semakin besar pula %BS&W-nya sehingga laju produksi akan menurun karena
adanya endapan yang membentuk scale pada pipa produksi sehingga minyak
sukar untuk melewatinya (terhambat) dan juga jika air yang ikut banyak dan
bersifat korosi, maka akan merusak peralatan produksi dan ini sangat tidak baik.
Pada grafik sample 1 & 2 diatas dapat kita lihat bahwa garis grafiknya
selalu turun ini disebabkan karena masing-masing kelompok volume air
dan padatanya berbeda. Dimana sample minyak 1 kelompok 1 mempunyai
nilai % BS & W yang paling tinggi diantara kelompok yang lainnya.
3.4 Kesimpulan
Sedimen-sedimen yang terbawa bersama air biasa disebut scale
(Endapan)
Dengan metode centrifuge ini, air yang densitasnya lebih besar atau
lebih tinggi berada di atas sedangkan minyak yang densitasnya lebih
rendah berada di bawahnya,
centrifuge adalah alat yang memutar Sempel pada kecepatan tinggi
yang kemudian memisahkan partikel yg lebih berat berkumpul ke dasar
tabung centrifuge dapt di katakan bahwa jika suatu campuran yang
berada pada suatu tabung apabila di putar dengan kecepatan tertentu
maka dengan memanfaatkan gaya sentrifugal maka akan membuat
campuran saling memisah
BAB IV
ρoil
SGOil=
ρ water
ρgas
SGgas =
ρ air
o
141,5
API ¿ −131,5
SG oil
Specific Gravity (SG) pada minyak bumi adalah perbandingan antara berat yang
diberikan oleh minyak bumi pada volume tertentu dengan berat air suling pada
volume tertentu,dengan berat air suling pada volume yang sama dan diukur pada
temperatur 60.
Penentuan specific gravity atau berat jenis minyak (crude oil) dilakukan dengan
alat hydrometer dimana penunjuk specific gravity dapat dibaca langsung pada alat.
Sedangkan untuk menentukan specific gravity gas, alat yang digunakan adalah
effusiometer, dengan memasukkan gas kedalam alat tersebut dan menghitung
waktunya saat menekan air keluar dari dalam alat tersebut setelah sampai batas
yanag ditentukan, gas dihentikan sedangkan perhitungannya waktunya jangan
dilakukan untuk kembalinya air dalam alat tersebut.
Densitas minyak adalah massa persatuan volume pada suhu yang tertentu atau
dikenal juga dengan perbandingan massa minyak dengan volume pada kondisi
tekanan dan temperature tertentu. Selain densitas salah satu sifat minyak bumi
yang penting memiliki nilai perdagangan yaitu SG.
API minyak bumi sering menunjukkan kualitas minyak. Makin kecil berat
jenisnya makin tinggi API-nya, maka minyak tersebut makin berharga karena
lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah API-nya, maka mutu
minyak itu kurang baik, karena lebih banyak mengandung lilin.
4.2 Pengujian
4.2.1 Peralatan
a. Hydrometer
b. Thermometer
c. Gelas Ukur
d. Stopwatch
4.2.2 Bahan
4.2.3 Prosedur
4.2.4 Perhitungan
a) Data Umum
Konversi Temperature Sample
= 24,6 oC = ( 95 × 24,6)+ 32
= 76,28 oF
Menghitung harga oAPI terukur
o
141.5
API terukur = −131.5
SG terukur
141.5
= −131.5
0,864
= 32.27 oAPI
Menghitung koreksi oAPI pada 60/60 oF
b) Data Kelompok
4.3 Pembahasan
4.4 Kesimpulan
Hubungan SG dan oAPI standar adalah jika SG semakin kecil maka oAPI
semakin besar, maka minyak termasuk minyak ringan dan sebaliknya.
Minyak berat (10-20), minyak sedang (20-30), minyak ringan (>30)
API minyak bumi sering menunjukkan kualitas minyak. Makin kecil berat
jenisnya makin tinggi API-nya, maka minyak tersebut makin berharga
karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah API-
nya, maka mutu minyak itu kurang baik, karena lebih banyak mengandung
lilin.
BAB V
Pada saat perjalan dari formasi menuju kepermukaan, Minyak bumi (Crude Oil)
mengalami penurunan temperature dan tekanan.Apabila hal ini tidak diperhatikan,
maka akan terjadi pembekuan minyak didalam pipa.sehingga menghambat proses
produksi karena minyak tidak lagi mengalir. Oleh karena itu untuk mengatasi hal
tersebut,kita harus mengambil sample minyak formasi dan mengadakan uji coba
untuk mengetahui titik beku,titik kabut dan titik tuang dari crude oil tersebut.
Definisi dari titik kabut, titik beku dan titik tuang adalah sebagai berikut:
Fungsi titik kabut dan titik tuang adalah untuk membandingkan (mendeterminasi)
jumlah relative lilin yang terkandung dalam minyak mentah (Crude Oil), Tetapi
tes menggunakan cara ini tidak menyatakan jumlah kandungan lilin secara
absolut, begitu juga kandungan materi solid lainnyadidalam minyak mentah.
Setelah ketiga titik diatas diketahui, dapat ditentukan bagaimana karakteristik
minyak tersebut sehingga dapat diusahakan suatu cara agar minyak mentah itu
dapat terus mengalir tanpa hambatan dari factor temperatur baik di reservoir, pipa
pengeboran dan di permukaan.
Sumur-sumur produksi biasanya memiliki jarak yang cukup jauh antara sumur
yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, akan lebih efektif jika dibangun
satu atau beberapa stasiun pengumpul untuk beberapa lapangan produksi. Pada
kasus ini, transportasi minyak menggunakan pipeline merupakan salah satu
alternatif terbaik untuk mengirim minyak dari lapangan produksi menuju stasiun
pengumpul dan dari stasiun pengumpul menuju export station.
Untuk minyak yang memiliki titik tuang rendah, transportasi minyak dari sumur
produksi menuju stasiun pengumpul dan dari stasiun pengumpul menuju export
station relatif sederhana karena kondisi aliran dapat diasumsikan isotermal, yaitu
kondisi temperatur yang sama sepanjang aliran pipa. Akan tetapi, pada aliran
minyak yang memiliki titik tuang tinggi, transportasi minyak menggunakan
pipeline akan kompleks, karena alirannya tidak isoterma
Setelah titik kabut, titik tuang, dan titik beku yang diperoleh, kita
dapatmengetahui pada temperatur berapa minyak tersebut masih dapat
mengalir,kapan padatannya mengkristal, hingga saat minyak mulai membeku,
sehingga kita dapat mengantisipasinya dengan memasang heater pada jarak-jarak
tertentu pada pipa atau dengan mengisolasi pipa (di steam) untuk
mempertahankan temperaturnya dalam kondisi yang sesuai agar crude oil pada
flowline tetap mengalir dengan lancer.
5.2 Pengujian
5.2.1 Peralatan
5.2.2 Bahan
http://cdn1-a.production.images.static6.com/5Pn441-
8tMpFj2DSZzbOcVkQt_M=/673x379/smart/filters:quality(75):strip_icc():forma
t(jpeg)/liputan6-media-production/medias/714929/original/esbatu.jpg
https://storage.googleapis.com/manfaat/2015/06/air-garam.jpg
5.2.3 Prosedur
5.2.4 Perhitungan
Sample
Data Umum Data Kelompok
Param
eter o
Rankie o
o
C F C
K n o
F K Rn
Titik 16 60, 289, 520,4 28, 83,8 301, 543,51
kabut 8 15 7 8 4 95
Titik 4 39, 277 498,8 20 68 293, 527,67
beku 2 7 15
Titik 1 51, 284 511,4 24, 75,9 297, 535,59
tuang 1 8 7 4 2 55
1. Data Umum
Titik Kabut
16 oC ( 95 × 16 )+ 32=28,8+32=¿60,8 F o
16 oC = 16 + 273 = 289 K
16 oC = F + 459,67 Rn = 60,8 + 459,67 = 520,47 Rn
Titik Beku
4 oC = ( 95 × 4 ) + 32 = 7,2 + 32 = 39,2 F
o
4 oC = 4 + 273 = 277 K
4 oC = F + 459,67 Rn = 39,2 + 459,67 = 498,87 Rn
Titik Tuang
4 oC = 11 + 273 = 284 K
4 oC = F + 459,67 Rn = 51,8 + 459,67 = 511,47 Rn
2. Data Kelompok
Titik Kabut
20 oC = ( 95 × 20 )+ ¿32 = 36 + 32 = 68 F
o
20 oC = 20 + 273 = 293 K
20 oC = F + 459,67 Rn = 68 + 459,67 = 527,67 Rn
Titik Tuang
5.3 Pembahasan
Menentukan titik kabut, titik tuang serta titik beku pada minyak mentah sangat
diperlukan, agar kita dapat mengetahui kapan titik kabut, titik tuang dan titik beku
pada suatu minyak terjadi. Kita perlu mengetahui kapan minyak mentah akan
mulai mengkristal, kapan minyak mentah masih dapat dituangkan dan kapan
minyak mentah akan mengalami pembekuan. Dengan kata lain, titik kabut dan
titik tuang digunakan untuk mendeterminasi jumlah relatif kandungan lilin pada
crude oil. Dan titik beku itu sendiri digunakan agar kita mengetahui kapan minyak
mentah akan mengalami pembekuan.
Setelah kita mendapatkan titik kabut, titik beku, dan titik tuang, kita dapat
mengantisipasi titik-titik dimana kemungkinan terjadinya pembekuan sehingga
dapat segera diantisipasi dengan memasang heater pada flow line, atau dengan
mengisolasi pipa-pipa untuk menjaga kestabilan temperatur.
Jika dilihat dari hasil perhitungan yang kemudian diplot ke dalam suatu grafik,
baik data umum maupun data kelompok, dapat kita ketahui bahwa titik kabut
memiliki temperatur tertinggi, dan titik beku memiliki temperatur terendah
sedangkan titik tuang memiliki temperatur di antara keduanya (antara titik kabut
dan titik beku).
5.4 Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi titik kabut,titik tuang dan titik beku adalah
komposisi penyusun minyak itu sendiri.
Semakin berat minyak tersebut semakin cepat beku.
Titik kabut merupakan titik dimana padatan miyak mengkristal dan mulai
berkabut.
Titik tuang merupakan titik dimana minyak bisa mengalir setelah
membeku,
Titik beku merupakan titik dimana minyak tidak dapat mengalir lagi
Saat perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi mengalami
penurunan temperatur. Apabila hal ini tidak di waspadai, maka akan terjadi
pembekuan minyak di dalam pipa sehingga tidak bisa lagi mengalir.
BAB VI
PENENTUAN TITIK NYALA (FLASH POINT) DAN
Titik nyala (flash point) adalah temperatur terendah dimana suatu material mudah
terbakar dan menimbulkan uap tertentu sehingga akan bercampur dengan udara,
campuran tersebut mudah terbakar.
Titik bakar (fire point) adalah temperatur dimana suatu produk petroleum terbakar
untuk sementara (ignites momentarialy) tetapi tidak selamanya,
sekurangkurangnya 5 detik.
Flash point (titik nyala) ditentukan dengan cara memanaskan sampel dengan
pemanasan yang tetap. Setelah tercapai suhu tertentu, nyala penguji atau test flame
diarahkan pada permukaan sampel. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan
sampel secara bergantian sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena
adanya tekanan dan api yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang
disebut flash point (titik nyala).
Suatu larutan yang dipanaskan pada suatu temperatur dan tekanan tetap akan
terjadi penguapan pada temperatur tertentu. Sedangkan penguapan sendiri
merupakan proses pemisahan molekul dari larutan dalam bentuk gas yang ringan.
Adanya pemanasan yang meningkat akan menyebabkan gerakan–gerakan partikel
penyusun larutan akan lepas dan meninggalkan larutan
Penentuan fire point (titik bakar) ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana
apabila contoh akan terbakar/menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya
sebagai fire point (titik bakar). Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada
produk-produk yang volatile seperti gasoline dan solvent-solvent ringan, karena
mempunyai flash point (titik nyala) di bawah temperatur atmosfer normal.
Flash point (titik nyala) dan fire point (titik bakar) juga berhubungan dengan SG
minyak mentah dan juga oAPI-nya. Semakin tinggi titik nyala (flash point) dan
titik bakar (fire point) dari suatu minyak mentah, maka minyak tersebut tidak
mudah terbakar (unflameable). Jika tidak mudah terbakar, berarti SG minyak
tersebut tinggi, sedangkan oAPI kecil.
Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produk-produk yang volatile
seperti gasoline dan solvent-solvent ringan, karena mempunyai flash point (titik
nyala) di bawah temperatur atmosfer normal. Flash point (titik nyala) dan fire
point (titik bakar) juga berhubungan dengan SG minyak mentah dan juga ºAPI-
nya. Semakin tinggi titik nyala (flash point) dan titik bakar (fire point) dari suatu
minyak mentah, maka minyak tersebut tidak mudah terbakar (unflameable). Jika
tidak mudah terbakar, berarti SG minyak tersebut tinggi, sedangkan ºAPI kecil.
6.2 Pengujian
6.2.1 Peralatan
https://www.nof.co.jp/english/business/chemical/img/product01_05/01.gif
https://www.asynt.com/wp-content/uploads/2017/11/ADS-LSS-Compact-Lab-
Safety-Shield.jpg?x54455
Gambar 6.3 Termometer
https://ecs7.tokopedia.net/img/cache/300/product1/2016/8/8/2054028/2054028_
6c08bd08-1c16-456f-802b-17f5dd314d71.pngTermometer
6.2.2 Bahan
https://i.ebayimg.com/images/a/(KGrHqF,!
rEFC14yLVlZBQwR,IZjmg~~/sl300.jpg
https://cdn-image.hipwee.com/wpcontent/uploads/2017/07/hipwee-manfaat-air-
putih.jpg
6.2.3 Prosedur
Koreksi
o o
Tekanan Barometer (mm F C
X
Hg)
751-836 5 2,8
634-551 10 5,5
6.2.4 Perhitungan
SAMPLE
2. Data Kelompok
Titik Nyala
6.3 Pembahasan
Penentuan titik nyala dan titik bakar tergantung dari komposisi minyak yang
bersangkutan. Semakin berat minyak maka titik didihnya semakin tinggi demikian
juga titik nyala dan titik bakar.
Dalam percobaan kali ini, temperatur flash point ( titik nyala ) pada data umum
sebesar 84,6 oC sedangkan untuk fire point ( titik bakar ) didapat sebesar 96,4 ºC.
sedangkan flash point untuk data kelompok adalah 76,6 oC dan untuk fire point
92,8 oC. Untuk percobaan penentuan flash point ( titik nyala ) dan fire point (titik
bakar), praktikan melakukan pengetesan tentang titik nyala dan titik bakar pada
sampel minyak yang telah disediakan. Dimana sampel minyak mentah
dimasukkan ke dalam test cup dan air ke dalam bath kemudian dipanasi. Setelah
beberapa menit dipanasi, kita dapat mengamati terjadinya flash point ( titik nyala )
dan fire point (titik bakar).
Flash point ( titik nyala ) dapat kita amati apabila dilakukan penyulutan, sampel
akan menyala beberapa saat saja. Sedangkan fire point ( titik bakar ) terjadi bila
nyala yang dihasilkan lebih lama dari flash point ( minimal / kirakira berlangsung
selama 5 detik ). Penentuan titik nyala dan titik bakar tergantung dari komposisi
minyak yang bersangkutan. Semakin berat minyak maka titik didihnya semakin
tinggi demikian juga titik nyala dan titik bakar. Penentuan titik nyala dan titik
bakar dari minyak mentah ini sangat penting dalam mengatisipasi timbulnya
kebakaran pada peralatan produksi, karena temperatur minyak terlalu tinggi yang
biasanya terjadi akibat adanya gesekan antara minyak dengan flow line, sehingga
kita dapat melakukan pencegahan lebih dini.
Untuk minyak bumi sendiri yang mudah terbakar adalah minyak ringan karena
komponen penyusunnya yang dominan gas. Penentuan titik nyala dan titik bakar
tergantung dari komposisi crude oil yang diproduksi. Semakin ringan minyak
yang diproduksi, maka titik didihnya semakin tinggi demikian juga titik nyala dan
titik bakarnya, karena lebih banyak mengandung gas sehingga mudah terbakar.
6.4 Kesimpulan
Semakin tinggi titik nyala (flash point) dan titik bakar (fire point) dari
suatu minyak mentah, maka minyak tersebut tidak mudah
terbakar(unflameable).
Semakin tidak mudah terbakar (unflameable) maka bisa dikatakan minyak
tersebut mempunyai SG yang tinggi sedangkan API yang rendah.
Penentuan titik nyala hanya dapat dilakukan pada produk-produk yang
mempunyai flash point di atas temperature atmosfer normal
BAB VII
Sub ASTM
Range
Difision Temperatur
Temperatur (oF)
(oF) (oF)
-61 ≈ -29 0,2 4
3
-67,5 ≈ -62,5 0,1 7
4
-42,5 ≈ -37,5 0,1 7
3
-2,5 ≈ 2,5 0,1 7
2
66,5 ≈ 71,5 0,1 4
4
74,5 ≈ 79,5 0,1 4
5
97,5 ≈ 102,5 0,1 2
8
119,5 ≈ 124,5 0,1 4
6
127,5 ≈ 132,5 0,1 2
9
137,5 ≈ 142,5 0,1 4
7
177,5 ≈ 162,5 0,1 4
8
207,5 ≈ 212,5 0,1 3
0
4. Bath
5. Timer
6. Kalibrasi-kalibrasi sesuai dengan salah satu metode di bawah ini:
a) Basic Calibration
Menentukan waktu air dalam detik dari destilated water pada
master viscometer. Air harus mempunyai waktu alir minimum
200 detik pada temperature test. Kemudian hitung konstanta C
dengan persamaan
Dimana :
Vh = viscositas kinematik air ( 1,0038 cs pada 20 C )
C = konstanta viscometer
t = waktu alir ( detik )
Maka harga konstanta C dapat ditentukan:
Dimana :
Vh2= Viskositas kinematik dari hidrokarbon yang
digunakan untuk kalibrasi.
Setelah viscometer ke-2 dikalibrasi, harga viskositas kinematik
dapat ditentukan untuk sample hidrokarbon dengan viskositas yang
lebih besar. Harga viskositas tersebut digunakan untuk menentukan
kalibrasi viscometer ke- 3. Seperti pada viscometer ke-2, jadi untuk
viscometer ke-3 perlu dua hidrokarbon untuk menentukan
konstanta viscometernya.
(V xt ) (V xt )
Dimana:
t1 = waktu alir (minimum 200 detik) untuk hidrokarbon yang
mempunyai viscositas kinematik Vh2.
t2 = waktu alir untuk hydrocarbon yang mempunyai
viscositas kinematik Vh2.
Hitung konstanta C:
Dimana:
Vh = viscositas kinematik hydrocarbon yang digunakan untuk
kalibrasi
B = koefisien viscometer dari persamaan sebelumnya
Terakhir ulangi viskositas kinematik dari suatu hydrocarbon yang
diinginkan dalam centistokes, sebagai berikut: Viscositas kinematik
( Vh) :
1/2016/8/8/2054028/2054028_6c08bd08-1c16-456f-802b-17f5dd314d71.png
7.2.2 Bahan
1. Cairan Non Newtonian (sampel)
2. Air
3. Obat penyaring
7.2.3 Prosedur
1) Atur temperatur bath dengan thermometer berketelitian sampai
dengan 0,02 oF, atau dengan thermometer berketelitian sampai
0,05 oF,temperature lebih kecil dari 60 oF.
2) Saring sample secukupnya dengan saringan 200 mesh atau
penyaring lain yang sesuai, untuk membuang partikel-partikel
padat atau air. Bila temperatur kurang rendah gunakan obat
penyaring.
3) Ambil viscometer yang bersih dan kering dengan waktu alir lebih
dari 200 detik.
4) Pasang pemegang viscometer di dalam bath sampai viscometer
mencapai temperatur pengukuran yang dinginkan ( selama 5
menituntuk mencapai temperatur 100 oF atau 10 menit untuk
mencapaitemperatur 210 oF).
5) Gunakan peralatan penghisap untuk menaikkan sampel masuk ke
dalam pipa kapiler sampai batas bawah sampel kurang lebih 5
mm di atas garis batas atas sampai dari viscometer ( pada awal
pengukuran ).
6) Catat waktu yang diperlukan ( dengan ketelitian 0,1 detik )
sampel untukbergerak ( mengalir ) dari garis batas ( awal
pengukuran ).
7) Catat waktu yang diperlukan ( dengan ketelitian 0,1 detik )
sampel untuk bergerak ( mengalir ) dari garis batas ( awal
pengukuran ) pada viscometer. Bila waktu yang diperlukan
kurang dari 2 detik, ganti viscometer dengan viscometer yang
mempunyai pipa kapiler yang lebih kecil, ulangi prosedur
tersebut.
8) Lakukan percobaan 2 ( dua ) kali, bila hasil yang diperoleh dari
kedua percobaan sasuai dengan repeatabilitas, maka gunakan
harga rata-rata untuk menghitung viscositas kinematiknya.
9) Hitung viscositas kinematika dalam centistokes dengan cara
perhitungan diatas.
Catatan:
Untuk viscometer dengan harga B/t besar atau sama dengan
(0,001x C x t),
maka gunakan persamaan sebagai berikut :
Viskositas kinematik :
7.2.4 Perhitungan
7.3 Pembahasan
7.4 Kesimpulan
Viscositas adalah keengganan cairan untuk mengalir.
Viscositas dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain; Temprature,
Tekanan, Tegangan geser, Berat molekul solute, Konsentrasi larutan dan
Komposisi minyak
Cairan Newtonian (sample) adalah cairan yang mempunyai perbandingan
yang linier anatara shear rate dengan shear stress.
BAB VIII
ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI
8.1 Dasar Teori
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate water
intertial water adalah air yang diproduksikan ikut bersama-sama dengan
minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam garam
dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam
sekali.
Untuk menganalisa air formasi secara tepat, digunakan klasifikasi air
formasi yang digambarkan, secara grafis hal ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sifat air formasi dengan cara yang paling sederhana tetapi
dapat dipertanggungjawabkan, hanya kelemahannya tergantung pada
spesifikasinya.
Pengambilan sampel air formasi dilakukan di kepala sumur dan / atau di
separator dengan menggunakan wadah penampungan bertutup terbuat dari
kaca atau plastik agar tidak terjadi kontaminasi dan hilangnya ion
Hidrogen karena akan mempengaruhi kebasahan sampel.
Percobaan yang dilakukan adalah dengan menentukan pH, Alkalinitas,
penentuan kandungan Kalsium, Magnesium, Barium, Sulfat, Ferro,
Klorida, Sodiumdan perhitungan indeksstabilitas Kalsium Karbonat.
Adapun keadaan air formasi mempunyai sifat-sifat:
a. Sifat fisika , dimana meliputi :
• Kompresibilitas
• Kelarutan gas didalam air
• Viskositas air
• Berat jenis
• Konduktifitas
b. Sifat kimiawi, dimana meliputi :
• Ion-ion negatif (Anion)
• Ion-ion positif (Kation)
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan produksi sumur,
tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga mempunyai kegunaan
yang cukup penting yaitu :
Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu
sumur.
Untuk mengetahui adanya scale formation.
Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan
yodium dan barium yang cukup besar dan dapat juga digunakan
untuk mengetahui adanya reservoir minyak yang cukup besar.
Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi:
- Adanya korosi.
- Adanya solid deposit.
- Adanya scale formation.
- Adanya emulsi.
- Adanya kerusakan formasi.
Oleh karena adanya hal-hal diatas, maka diperlukan suatu bentuk
penanganan terhadap air formasi guna mengurangi resiko kerugian
seminimal mungkin.
Adapun bentuk penanganan itu adalah dengan cara melakukan analisa
terhadap air formasi yang terdiri atas: pH, alkalinitas, kandungan kalsium,
magnesium, barium, sulfat, ferro, klorida, sodium dan perhitungan indeks
stabilitas kalsium karbonat. Untuk menganalisa air formasi secara tepat
digunakan metoda klasifikasi air formasi yang digambarkan secara grafis.
Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan sifat air formasi dengan
cara yang paling sederhana tetapi hasilnya dapat dipertanggung jawabkan,
hanya kelemahannya tergantung pada spesifikasinya.
8.2 Pengujian
8.2.1 Peralatan
1. Alat titrasi
2. Labu ukur
3. pH paper strip
4. Alat ukur elektrolit
5. Pipet
8.2.2 Bahan
1. Sampel air formasi
2. Larutan buffer
3. Larutan indicator
4. Larutan H2SO4
5. Larutan AgNO3
Gambar 8.6 Sampel Air Formasi
http://oilfieldwaterservices.co.uk/wp-content/uploads/2014/05/watersample.jpg
8.2.3 Prosedur
Penentuan pH
1. Dengan menggunakan pH paper strip dapat langsung
menentukan harga pH dari sampel setelah mencocokkan warna
pada standar pH paper strip, maka diperlukan kejelian dalam
memilih dan mencocokkan warnam dari paper strip.
2. Dengan alat ukur elektrolit, kalibrasi alat sebelum digunakan
dengan cara: isi botol dengan larutan buffer yang telah diketahui
harga pH- nya, masukkan elektroda pada botol yang berisi
larutan buffer. Putar tombol kalibrasi sampai digit menunjukkan
harga pH larutan buffer.
3. Cuci botol dan elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji
sampel dengan air destilasi untuk mencegah terjadinya
kontaminasi.
Penentuan Alkalinitas
1. Mengambil contoh air formasi 1 cc dan menambahkan PP 2 tetes.
2. Mentitrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N. Bila larutan telah
jernih, mencatat jumlah larutan pentitrasi yang digunakan.
3. Mentetesi dengan larutan MO 2 tetes.
4. Mentitrasi kembali sampai ada perubahan warna menjadi pink,
mencatat volume larutan pentitrasi.
5. Perhitungan :
Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air
Penentuan untuk setiap ion dalam mili eqivalen (me/L)
dapatditentukan dari tabel berikut:
Tabel 8.1. Harga Kebasahan Tiap Ion
Penentuan Magnesium
Magnesium, me/L = (kesadahan total, me/L) - (kalsium, me/L)
= Magnesium, me/L × 12.2
Penentuan Klorida
1. Mengambil 5 ml air sample
2. Tuangkan ke erlenmeyer, menambahkan 5 tetes KcrO, warna
akan menjadi kuning bening.
3. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1 ml = 0.001 g Cl sampai
warna coklat kemerahan, kemudian menunggu sampai warna
tidak berubah lagi
4. mencatat volume pentitrasi.
5. Jika menggunakan AgNO3 0,001 N :
ml liter∗1000
Kadar Cl, mg/L =
ml contoh air
Jika menggunakan AgNO3 0,01 N :
ml liter∗10000
Kadar Cl, mg/L =
ml contoh air
Penentuan kadar sulfat dengan instant test kit
1. mengisi auter tube dgn sample air formasi sebanyak 2 ml
2. menambahkan 2 tetes SO4 1A kedalam autertube,lalu campurkan
3. kemudia menambahkan 1 SO4-2A hijau, diaduk dan kondisikan
dengan suhu 40 derajat celcius selama 7 menit dan
menggoyangkan tube beberapa kali selama pemanasan
4. lalu menambahkan 2,5 SO4-3A ke autor tube dan campurkan
5. memindahkan isi campuran autertube ke innertube
6. menambahkan 4 tetes SO4-4A
7. mengisi autertube dengan 2,5 liter air murni
8. kemudian membandingkan 2 warna di autertube dan innertube
setelah dikondisikan 40 derajat celcius selam 7 menit
Penentuan Sodium
1) Mengkonversikan mg/L anion dengan me/L dan menjumlahkan
harganya.
KONSENTRASI
KOMPONEN
Mg/L Me/L
Tenaga ion ini terdapat pada grafik I. Jumlah tenaga ion didapat
dengan mengalikan factor tiap - tiap ion dengan konsentrasi dalam
air (dalam me/L atau mg/L) kemudian dijumlahkan dan K ditentukan
dari grafik II.
Dimana:
pCa = Konversi ion Ca++ dalam mg/L, lihat grafik II
pAlk = Konversi ion HCO3- dalam mg/L, lihat grafik II
Setelah selesai perhitungan dapat digambarkan suatu kurva indeks
stabilitas terhadap suhu agar diperhatikan gejala relative pada air dari
segi – segi sistemnya.
Contoh permasalahan : Hitung indeks stabilitas air pada suhu 50, 77,
177, dan 158 oF dengan air pH = 6.9
ION m mg/L
e/
L
Ca++ 1 240
2.
0
Mg++ 2 249
0.
4
Na++ 29 6769
5.
5
Cl- 25 9000
3.
5
SO4- 4 2000
1.
7
HCO3- 1 841
3.
8
Setelah menggunakan ion dari air dapat dihitung, tentukan nilai L dari
grafik I dimulai dari bawah grafik jumlah tenaga ion (µ), ikuti garis tegak
lurus hingga bertemu dengan kurva suhu, kemudian baca nilai K ke sisi
kiri.
Grafik II digunakan untuk menentukan nilai pCa dan pAlk. Tentukan titik
konsentrasi Ca++ pada nilai sebelah kiri grafik, tarik garis lurus hingga
bertemu pada kurva kiri. Ikuti garis kebawah untuk menentukan nilai pCa.
Cara yang sama untuk konsentrasi HCO3- dengan kurva kekanan dan ke
bawah untuk pAlk. Setelah didapat harga pCa dan pAlk, maka hitung indeks
stabilitas dengan rumus :
Indeks stabilitas = pH – K pCa – pAlk
SI/50 oF = 6.9 – 2.90 -2.2 -1.85 = -0.05
SI/77 oF = 6.9 – 2.65 -2.2 -1.85 = 0.20
SI/50 oF = 6.9 – 2.15 -2.2 -1.85 = -0.70
SI/50 oF = 6.9 – 1.50 -2.2 -1.85 = 1.3
8.2.4 Perhitungan
Tabel 8.6 konsentrasi anion & kation
konsentrasi anion konsentrasi anion
anion BM Mg/l Me/L(*) kation BM mg/L Me/L (*)
Cl- 35,5 24400 687,3239437 Ca++ 40 40 2
SO42- 96 300 6,25 Mg++ 24 0 0
CO32- 60 300 10 Fe++ 56 1000 35,71428571
HCO3- 61ℨ 0 0 Ba++ ℨ 137
OH- 17 51 3 Na++ 23
anion 706,5739437 kation 37,71428571
Ion strength
Cl- : 687,32 x (6 x 10-4) = 0,412
SO42− : 6,25 x (1 x 10-3) = 0,00625
CO32− : 10 x (1,5 x 10-3) = 0,015
HCO3− : 0 x (5 x 10-3) =0
Ca++ : 2 x (2 x 10-3) = 0,004
Mg2+ : 0 x (1 x 10-3) =0
Fe3+ : 53,57 x (1,5 x 10-3) = 0,080
Ba2+ : Negatif
Na+ : 647,418 x (2 x 10-4) = 0,1294836
∑ Molar ionic strength
= Cl− + SO42− + CO32− + HCO3−+ Ca2+ + Mg2+ + Fe3+ + Na+
= 0,412 + 0,00625 + 0,015 + 0 + 0,004 + 0 + 0,080 + 0,1294836
= 0,646736
Tabel 8.8 Tenaga ion keseluruhan dari grafik
℃
tenaga ion keseluruhan dari grafik
suhu k
0 3,44
15 3,16
40 2,72
65 2,15
85 1,44
100 0,56
Dari jenis – jenis fluida reservoir adapun fluida yang diklasifikasikan berdasarkan
fasanya adapun oil dan gas reservoir. Yang dimana klasifikasi dari jenis fluidanya
tergantung pada: Komposisi dari campuran reservoir hidrokarbon, Tekanan dan
temperatur awal (inisial) reservoir, Tekanan dan temperatur di surface production.
Black Oil
Volatile Oil
RetrogradeGas(Gas Condensate)
Wet gas
Dry gas
Adapun komponen dari elemen diagram P & T adalah sebagai berikut :
1) Cricondentherm (Tct) : Didefinisikan sebagai suhu atau temperatur maksimum
dimana fasa liquid tidak dapat terbentuk tanpa memperhatikan tekanannya.
2) Cricondenbar (Pcb) : Didefinisikan sebagai tekanan maksimum dimana gas
tidak dapat terbentuk tanpa memperhatikan temperaturnya
3) Critical Point : Didefinisikan sebagai titik temperatur dan tekanan dimana fasa
liquid dan gas tidak diketahui yang mana fasa yang mendominasi (equal).
Untuk tekanan critical disimbolkan Pc untuk temperatur atau suhu
disimbolkan Tc
4) Phase Envelope (two-phase region) : adalah area dimana fasa liquid dan fasa
gas hadir di dew-point curve dan bubble-point curve dimana fluida saturated
akan ketika menyentuh area phase envelope akan menjadi fluida
undersaturated.
5) Quality Lines : Didefinisikan sebagai garis atau kurva yang menunjukkan
banyaknya kandungan liquid pada suatu yang terkandung dalam suatu
reservoir.
6) Bubble-Point Curve : Didefinisikan sebagai kurva yang menujukkan fasa
saturated dimana fasa gas mulai muncul dalam reservoir minyak , yang
menyebabkan berpisahnya gas yang terlarut didalam liquid. Tekanan dari
bubble point ini biasa disimbolkan sebagai Pb
7) Dew-Point Curve : Adalah kurva yang menunjukkan embun – embun mulai
muncul pada reservoir gas , yang biasa disebut kondensat (condensate)
disimbolkan sebagai Pdew
8) Pressure Path : Adalah garis yang menunjukkan penurunan tekanan dari
reservoir ke permukaan.
LAMPIRAN
MANUSKRIP
ANALISA FLUIDA RESERVOIR
DISUSUN OLEH :
Nama : Melgha Ghea Anantha
NIM : 2001007
Kelas : Teknik Perinyakan A
Kelompok :2
ASPRAK : Adinsya Yudha
3. Jelaskan grafik dari sifat-sifat fisik fluida reservoir serta lampirkan gambar
tersebut!
Jawab :
Viscositas oil
Bila tekanan reservoir mula-mula lebih besar dari tekanan gelembung
(bubble point pressure) maka penurunan tekanan akan mengecilkan
viscositas oil (µo) karna gas yang berekspansi membantu oil untuk
bergerak.
Viscositas gas
Pada gas, ketika terjadi penurunan pressure, gas akan semakin
berekspansi. Gas yang telah berekspansi akan semakin mudah untuk
mengalir, sehingga viscositasnya akan semakin kecil ketika terjadi
penurunan pressure.
Faktor volume formasi
Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume dalam
bbl reservoir yang ditempati oleh satu STB minyak di permukaan
bersama-sama dengan gas yang terlarut di dalamnya.Sebelum melewati
Pb, Bo akan naik karna gas yg terlarut berekspansi sehingga volume oilnya
meningkat.Namun setelah melewati Pb, Bo turun karna gas yang terlarut
dalam oil telah memisahkan diri sehingga volume oilnya berkurang.
Kelarutan gas
Sebelum melewati Pb, harga Rs konstan. Dan setelah melewati Pb, harga
Rs akan turun karna gas yg terlarut mulai memisahkan diri dari oil.
Kompresibilitas
Co akan bertambah ketika terjadi penurunan pressure karna volume oil
akan terus berkurang saat terjadi penurunan pressure, sehingga perubahan
volumenya semakin besar.Pada saat kondisi di Pb, terjadi kenaikan Co
secara drastis. Hal ini dikarenakan gas telah keluar dari oil.
Volatile Oil
Tipe kedua dari diagram fasa fluida reservoir adalah volatile oil. Jenis
minyak mentah ini biasanya ditandai dengan penyusutan secara drastis di
bawah pressure bubble. Volatile oil memiliki faktor volume formasi
minyak < 2 bbl/STB, Gas Oil Ratio antara 2000-3200 Scf/STB, Gravity oil
antara 45-55° API, serta memiliki warna hijau ke orange. Volatile oil
memiliki kandunganmolekul berat yang lebih sedikit dibandingkan dengan
black oil. Volatile oilsering juga disebut High-shrinkage crude oil atau
Near-critical oil.
Retrograte Gas
Pada kondisi awal reservoir fluida berbentuk fasa gas, dengan seiring
penurunan tekanan reservoir maka gas akan mengalami pengembunan
dan terbentuklah cairan direservoir. Diagram fasa dari retrograde gas
memiliki temperatur kritik lebih kecil dari temperatur reservoir dan
cricondentherm lebih besar daripada temperatur reservoir. Cairan yang
diproduksi inilah yang disebut dengan gas kondensat.
Diagram fasa dari Retrograde Gas memiliki temperatur kritis lebih
rendah dari temperatur reservoir dan cricondenterm lebih besar dari
temperature reservoir.
Produksi GOR untuk Retrograde Gas akan meningkat setelah
prooduksi dimulai dari tekanan reservoir mencapai tekanan titik embun
dari gas. Oilgravity pada stock tank antara 40◦ dan 60◦ API dan
meningkat seiring semakin jauh dibawah tekanan titik embun.
Cairannya dapat berwarna cerah, coklat, oranye, atau air putih.
Wet Gas
Wet gas hanya ada sebagai gas di reservoir sepanjang pengurangan
tekanan di reservoir.Pressure path dari titik 1 ke titik 2 tidak masuk
dalam phase envelope. Dengandemikian, tidak ada cairan (liquid) yang
terbentuk di reservoir. Namun, padasaat kondisiseparator titik 3 berada
di dalam phase envelope yang menyebabkanbeberapa liquid terbentuk
di permukaan.
Wet gas menghasilkan liquid di stock tank memiliki gravity dengan
rentan yang sama dengan retrograde gas. Wet gas yang sebenarnya
memiliki produksi GOR yang tinggi. Gas dengan produksi lebih dari
50,000 scf/STB dapat di asumsikan sebagai wet gas.
Dry gas
Dry gas komposisi umunnya adalah metane dengan beberapa
tambahan.Gambar dibawah menunjukan bahwa campuran hidrokarbon
hanya gas di reservoir danpada kondisi separator dipermukaan berada
di luar dari phase envelope yang berarti tidak ada liquid yang terbentuk
hingga di separator di permukaan.Kata “dry” dalam dry gas
menunjukkan bahwa gas tidak mengandung cukup banyak molekul
yang lebih berat untuk membentuk cairan hidrokarbon di permukaan.
Biasanya beberapa air terkondensasi di permukaan. Reservoir dry gas
sering disebut sebagai reservoir gas. Hal ini menyebabkan
kebingungan karena wet gas juga disebut dengan reservoir gas.
Biasanya system yang mempunyai GOR lebih besar dari 100,000
scf/STB diasumsikan sebagai Dry Gas Reservoir.
8. Jelaskan mengenai:
a) Titik kabut
b) Titik beku
c) Titik tuang
d) Titik nyala
e) Titik bakar
Jawab :
a) Titik kabut : Titik kabut adalah dimana padatan mulai mengkristal atau
memisahkan diri dari larutan bila minyak didinginkan.
b) Titik beku : Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak sudah
tidak dapat mengalir lagi.
c) Titik tuang : Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak
mentah dapat tertuang setelah mengalami pembekuan.
d) Titik nyala : Titik nyala (flash point) adalah temperatur terendah dimana
suatu material mudah terbakar dan menimbulkan uap tertentu sehingga
akanbercampur dengan udara, campuran tersebut mudah terbakar.
e) Titik Bakar : Titik bakar (firepoint) adalah temperatur dimana suatu
produk petroleum terbakar untuk sementara (ignites momentarialy)
tetapi tidak selamanya, sekurangkurangnya 5 detik.
9. Jelaskan perbedaan viskositas kinematik dengan viskositan dinamik!
Jawab :
Viskositas kinematik merupakan waktu aliran atau eflux timer
teratur,viskositas dinamik dibagi dengan densitas (Va/d), dimana keduanya
diukur pada temperatur yang sama. Sedangkan Viskositas dinamis atau
viskositas absolut unit cgs dari viskositas dinamis (Va) adalah poise, yang
mana mempunyai dimensi gram /cm/detik.
10. Jika nilai dari ˚API adalah 2X, dimana X diganti dengan angka terakhir pada
NIM masingmasing mahasiswa dan tentukan:
a. Oil Specific Gravity
b. Oil Density
Jawab :
a. Oil Specific Gravity
Nim :2001007
API : 27
141 .5
SG ¿
131.5+ API
141.5
¿
131.5+27
141.5
¿
158.5
= 0,892
b. Oil Density
141.5
API¿ −131.5
SG
141.5
¿ −131.5
0.892
¿ 158.632−131.5
¿ 27.132
11. Sebutkan macam-macam klasifikasi dari minyak berdasarkan ˚API-nya!
Jawab :
a) Minyak Berat : 10 – 20 oAPI
b) Minyak Sedang : 20 – 30 o API
c) Minyak Ringan : >30 o API
12. Mengapa kalasifikasi dari nilai ˚API dimulai dari angka 10?
Jawab :
Karena sudah ketetapannya dan °API minyak bumi menunjukkan kualitas
minyak. Makin kecilberat jenisnya makin tinggi °API-nya, maka minyak
tersebut makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin.
Sebaliknya makin rendah °API-nya, semakin besar berat jenisnya. maka
mutu atau kualitas minyak bumi tersebut kurang baik,karena lebih banyak
mengandung residu atau lilin. Maka dari itu °API dimulai dari angka 10
13. Jelaskan hubungan SG dan ˚API berdasarkan titik nyala dan titik bakar crude
oil.
Jawab :
Semakin tinggi titik nyala (flash point) dan titik bakar (fire point) dari
suatu minyak mentah, maka minyak tersebut tidak mudah terbakar
(unflameable). Jika tidak mudah terbakar, berarti SG minyak tersebut
tinggi, sedangkan API kecil.
14. Jelaskan mengenai gambar berikut.
a.
b.
Jawab :
a) Flash liberation terkenal juga dengan flash vaporization atau flash
expansionatau pressure volume relation. Dalam pengujian ini gas yang
keluar dari larutandalam minyak dibiarkan berada dalam kontak dengan
minyak sehinggakomposisi tidak berubah selama test berlangsung.
Adapun prosedur untuk flash liberation ialah:
1) Tempatkan sampel dalam tabung percobaan(PVT cell) pada p di atas
tekananawal reservoir dan T reservoir.
2) Sambil menjaga T konstan, turunkan tekanan sampai tekanantertentu
kemudian catat volume totalnya Vt.
3) Ulangi Langkah 2 sampai gas keluar dari larutan. Saat gas keluar dari
larutan catat tekanannya sebagai tekanan saturasi ( bubble point atau
dew point pressure) dan volumenya sebagai Vsat (volume saturasi)
4) Hitung Vrel volume relatif dengan menggunakan persamaan :
Vt
V rel =
V sat
b) Differential Liberation (Vaporization) adalah suatu test dimana dilakukan
untuk mengetahui banyaknya gas yang terlepas dari sampel Oil pada saat
terjadinya penurunan tekanan dan di keluarkan dari tabung secara
berkelanjutan dari kontak dengan minyak, dan sebelum sampai ke masa
equilibrium pada fasa liquid.Dari hasil experimen Differential Liberation test
akan didapatkan data :
Banyaknya gas yang terlarut sebagai fungsi tekanan
Penyusutan volume minyak sebagai fungsi tekanan
Sifat fisik dari gas yang terlepaskan termasuk komposisinya
diantaranya faktor kompresibilitas gas, dan spesific gravity dari gas.
Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tempatkan fluida dalam tabung pada tekanan = pb dan emperatur
sama dengan temperatur reservoir.
2. Turunkan tekanan sampai tekanan tertentu, maka sejumlah gas akan
terlepas dari minyak.
3. Kocok cell supaya terjadi kesetimbangan, dan diamkan beberapa
saat sampai gas terpisah dari liquid.
4. Gas dikeluarkan dari cell dengan cara pendesakan pada tekanan
konstan.
5. Ukur jumlah gas yang dikeluarkan dan specifik gravity-nya.
6. Ukur volume minyak yang tertinggal di dalam tabung.
7. Ulangi Langkah 2-6 sampai tekanan atmosfir.
8. Turunkan temperatur sampai kondisi standar 60oF dan ukur
volumenya.
Data yang dihasilkan adalah volume minyak, Vo, pada waktu awal dan tiap
tekanan berikutnya, volume gas yang keluar dari larutan dan dikeluarkan dari
tabung,volume residual minyak yang tersisa pada akhir pengujian (p = 1 atm,
T = 60℉),Vo,res.
1) Solution GOR = cuft gas pada p = 14.65 psia 60℉ dibagi dengan
barrel minyak sisa pada akhir test (p = 14.65 psia 60℉).
2) Relative oil volume = barrel minyak pada tiap tekanan dibagi dengan
barrel minyak sisa pada akhir test (p = 14.65 psia 60℉)
3) Relative total volume = barrel minyak ditambah dengan gas yang
keluar pada tiap tekanan dibagi dengan barrel minyak sisa pada akhir
test (p = 14.65 psia 60℉).
4) Faktor volume formasi gas = cuft gas pada tiap tekanan dibagi
dengan cuft pada p 14.65 psia 60℉.
15. Sebutkan minimal 3 surface facility dan sub-surface facility serta jelaskan
masing-masing fungsi dari peralatan tersebut!
Jawab :
Surface Facility
Well head
Wellhead merupakan peralatan untuk dudukan (menggantungnya)
casing atau tubing. Wellhead juga merupakan tambahan peralatan
untuk work over sumur.
Separator
Separator adalah tabung bertekanan yang digunakan untuk
memisahkan fluida sumur menjadi air dan gas (tiga fasa) atau cairan
dan gas (dua fasa).
Pompa
Pompa adalah alat yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja
aliran sumur agar mendapat jumlah produksi pada suatu sumur.
Sub-surface Facility
Motor
Motor berfungsi untuk menggerakan pompa dengan cara mengubah
electrical energy menjadi mechanical energy, yaitu berupa tenaga
putaran Energi ini menggerakkan protector dan pompa melalui shaft
yang terdapat pada setiap unit yang dihubungkan dengan coupling.
Protector
Protector dipasang di atas motor yang berfungsi sebagai penyekat
untuk mencegah fluida sumur masuk ke dalam motor. Jika akan
menyambung protector dengan motor dan pompa yang berbeda
serinya maka digunakan housing adaptor.
Gas separator
Gas separator (GS) dipasang di antara protector dan pompa,
berfungsi sebagai pemisah antara gas dan cairan. Disamping itu gas
separator juga berfungsi sebagai fluid intake. Gas separator dipakai
pada sumur yang mempunyai Gas Oil Ratio di atas 1000 cuft/bbl
DAFTAR PUSTAKA