Nafi’aturrifdah J3L117042
Wahdi Muhammad A J3L117064
Yusuf Sidik A J3L117096
Hafni Afrisilia S J3L217193
Ivan Ferdiansyah J3L217195
Shelly Yulianti S J3L217199
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya, sehingga makalah yang bertema detergen ini berhasil diselesaikan. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Armi Wulanawati, M.Si selaku dosen
mata kuliah petrokimia dan polimer yang telah memberikan arahan serta masukan
dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Analisis Kimia yang turut memberi
bantuan secara fisik maupun moril selama proses pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA 2
DAFTAR ISI 3
1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Detergen 5
2.2 Produksi Detergen 5
2.3 Analisis dan Klasifikasi Detergen 5
2.3.1 Surfaktan Anionik 6
2.3.2 Surfaktan Kationik 6
2.3.3 Surfaktan Nonionik 7
2.3.4 Surfaktan Amfoter 7
2.4 Pembuatan Detergen 8
2.4.1 Detergen Anionik 8
2.4.2 Detergen kationik 9
2.4.3 Detergen Nonionik 9
2.4.4 Detergen Amfoterik 9
2.5 Manfaat Detergen 10
2.6 Analisis dengan Metode Ekstraksi dan Spektrofotometri 10
3 SIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 12
3
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah petrokimia dan
polimer, serta untuk mengetahui jenis-jenis detergen, manfaat, dan metode
analisisnya.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Detergen
Detergen merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak. Reaksi
pembentukkan detergen dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali
(NaOH atau KOH) dengan minyak. Detergen dalam air membentuk larutan koloid.
Detergen mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa
karbosilat dengan bobot atom lebih rendah. Detergen dibuat dari bahan petrokimia
dengan rumus R-SO3 Na+ R adalah gugus alkil benzen yang dibuat dari propilen dan
benzen. Detergen merupakan penyebab menurunya tegangan permukaan zat cair.
Adanya detergen di dalam sel akan menurunkan tegangan permukaan antara dinding
sel dengan membran sitoplasma. Akibatnya, membran tersebut akan terlepas bila
diluar sel larutanya lebih pekat, maka dengan cepat saluran cairan plasma akan
mengalir keluar (Saparuddin 2018).
Detergen terdiri atas tiga komponen utama, yaitu surfaktan, bahan bulders
(senyawa fosfat) dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) Surfaktan dapat dibagi ke
dalam beberapa golongan berdasarkan gugus hidrofil yaitu surfaktan anionik,
kationik, nonionik dan amfoter. Gugus hidrofob sufaktan anionik terdiri dari rantai
lurus (terbiodegradasi) dan ada yang bercabang (tak terbiodegradasi) (Fernianti et al
2017).
5
nm, kemudian absorbansi sampel diplotkan kedalam persamaan regresi standar,
sehingga diketahui kadar detergen dalam sampel (Utomo et al 2018).
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan
yaitu surfaktan anionik, kationik, nonionic dan amfoter. Berikut adalah penjelasan
mengenai klasifikasi keempat jenis surfaktan.
2.3.1 Surfaktan Anionik
(Smulders et al 2002).
Gambar 1. Struktur kimia linear alkil benzene sulfonate (LAS)
(Smulders et al 2002).
Gambar 2. Struktur kimia garam imidazolinium
6
2.3.3 Surfaktan Nonionik
Surfaktan nonionik yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaannya tidak
membawa muatan. Surfaktan non ionik tidak terionisasi dalam larutan air, karena
gugus hidrofilik mereka adalah jenis yang tidak dapat dipisahkan, seperti alkohol,
fenol, eter, ester, atau amida. Sebagian besar surfaktan nonionik ini dibuat hidrofilik
dengan adanya rantai polietilen glikol, yang diperoleh dengan kondensasi poli etilena
oksida. Kondensasi poli propilena oksida menghasilkan polieter yang berlawanan
dengan polietilena oksida sedikit bersifat hidrofobik. Rantai polieter ini digunakan
sebagai gugus lipofilik. Contoh surfaktan non ionik adalah alkil fenol etoksilat
(APE), asam lemak alkanolamida (FAA), dan alkil poliglukosida.
(Smulders et al 2002).
Gambar 3. Struktur kimia alkil fenol etoksilat (APE)
Surfaktan amfoter, yaitu surfaktan yang mengandung anion dan kation pada
bagian aktif permukaannya tergantung pada pH larutan. Dalam larutan pH asam,
molekul memperoleh muatan positif dan berperilaku seperti surfaktan kationik,
sedangkan dalam larutan pH basa mereka menjadi bermuatan negatif dan berperilaku
seperti yang anionik. Muatan positif pada umumnya yaitu ammonium sedangkan
sumber muatan negatif dapat bervariasi (karboksilat, sulfat, dan sulfonat). Contoh
surfaktan amfoter adalah alkil betain dan alkil sulfobetain
(Smulders et al 2002).
Gambar 4. Struktur kimia alkilbetain.
7
2.4 Pembuatan Detergen
8
katalisasi dengan asam organik. Ester kemudian dihidrolisis menghasilkan alkohol.
Berikut adalah reaksi yang terjadi.
(Sumardjo 2008)
Gambar 4 Reaksi proses WI. Wels
Detergen nonionik dapat dibuat dengan dua cara, yaitu pembuatan etilen
oksida 75 dan amina oksida. Pembuatan etilen oksida 75 dilakukan dengan cara
mereaksikan senyawa yang mengandung kelompok hidrofobik dengan etilen oksida
atau propilen oksida, dilakukan pada suhu 150-220°C. Hasil yang diperoleh
dinetralkan dengan 30% asam sulfur dan asam asetat glasial. Sedangkan pembuatan
amina oksida dapat dibuat dengan cara mengoksidasi amina tetriari.
2.4.4 Detergen Amfoterik
(Sumardjo 2008)
Gambar 5 Reaksi pembuatan detergen amfoterik
9
2.5 Manfaat Detergen
Detergen berfungsi sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan
permukaan suatu zat. Karena sifat surfaktan inilah detergen biasanya digunakan untuk
membersihkan pakaian dari noda atau kotoran yang bersifat nonpolar. Detergen juga
bisa digunakan sebagai pembersih serba guna. Detergen yang dikombinasikan dengan
mineral tertentu dapat digunakan untuk membersihkan berbagai barang. Selain itu,
manfaat detergen yang lain adalah bisa digunakan untuk membersihkan karat pada
engsel pintu. Engsel pintu yang terbuat dari logam merupakan salah satu komponen
penting dari sebuah pintu. Namun, jika engsel tersebut berkarat, maka pintu akan sulit
untuk ditutup maupun dibuka. Karena itulah engsel pintu harus dihindarkan atau
dibersihkan dari karat. Dengan begitu, engsel pintu akan kembali bersih dan licin
sehingga pintu bisa dibuka dan ditutup dengan mudah.
10
konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang
selalu sama diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur”. Perbandingan
konsentrasi pada keadaan seimbang dalam dua fasa disebut dengan koefisien
distribusi atau koefisien partisi (Santi 2009)
Analisis kadar kandungan surfaktan anionik pada detergen yang terdapat
dalam air detergen dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Pereaksi yang digunakan untuk analisis sulfaktan anionik secara spektrofotometri
adalah metilen biru atau malasit hijau. Metilen biru dan malasit hijaun merupakan
senyawa organik hidrofob dan mempunyai gugus amonium kwarterner yang
memungkinkan lebih selektif dan kuantitatif untuk membentuk suatu asosiasi ion
dengan sulfaktan yang mempunyai hidrokarbon yang panjang, karena semakin
panjang rantai hidrokarbon suatu senyawa, makin hidrofob senyawa tersebut dan
semakin kuat tambatannya dengan ion lawan yang mempunyai hidrofobilitas yang
besar. Sehingga memungkunkan sulfaktan anionik akan memiliki selektifitas yang
tinggi dengan menggunakan pengompleks malasit hijau membentuk suatu asosiasi
ion.
Reaksi yang terjadi antara sulfaktan dan metilen biru atau malasit hijau
merupakan reaksi pasangan ion yang terjadi akibat gaya elektrostatis antara ion logam
dengan counter ion (ion lawan). Reaksi asosiasi ion dalam proses ekstraksi pelarut
berdasarkan pada interaksi elektrostatis antara komponen penyusunnya dan sifat
hidrofobik kompleks asosiasi ion. Semakin besar gaya elektrostatis antara komponen-
komponen penyusun kompleks asosiasi ion semakin dekat jaraknya dan kompleks
asosiasi ion yang terbentuk semakin kuat. Kompleks asosiasi ion cukup stabil dalam
pelarut kurang polar. Jika berada dalam pelarut polar seperti air, komponen penyusun
dari kompleks pasangan ion berada dalam bentuk ionik dan ion lawan dan tidak dapat
dideteksi sebagai satu kasatuan. Kompleks pasangan ion akan terjadi apabila senyawa
ionik dan ion lawan berada dalam pelarut organik dengan adanya gaya elektrostatik
(Utomo et al . 2018)
Prinsip dari prosedur analisis ini adalah Surfaktan anionik bereaksi dengan
warna biru metilen membentuk pasangan ion baru yang terlarut dalam pelarut
organik, Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar surfaktan
anionik. Cara kerja dengan metode spektrofotometri ini dengan: Memasukkan sampel
sebanyak 100 ml ke dalam corong pisah. Agar netral sampel ditambahkan 2-3 tetes
indikator fenolftalien dan NaOH 1N sampai warna larutanmenjadi merah muda.
Kemudian ditambahkan H2SO4 sampai warna merah muda hilang dan menjadi
bening. Setelah itu larutan ditambahkan 25 ml larutan metilen biru. Ektraksi larutan
dengan 10 ml CH2CI2 (diklrometana) dan biarkan selama 30 detik. Biarkan terjadi
pemisahan fase. Goyang perlahan, apabila terbentuk emulsi tambahkan isopropil
alkohol. Pisahkan lapisan bawah (CH2CI2) dan lakukan ektraksi dengan
menggunakan kertas saring dan Na2SO4 anhidrat. Lakukan ektraksi dengan cara
yang sama sebanyak 3 kali dan gabungkan hasil ektraksi. Perlakukan blanko aquades
seperti langkah seperti diatas. Kemudian larutan sampel dan blanko dimasukkan
kedalam kuvet, dan diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 652 nm.
11
3 SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
12