Grup : 2K1
Asisten : Wulan S
BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Identifikasi Masalah
1.2.1. Bagaimana perbandingan sublasi surfaktan dari detergen dengan detergen sisa
pencucian?
1.2.2. Metode apakah yang digunakan untuk mengtahui proses sublasi dapat memisahkan
surfaktan dari campurannya?
1.2.3. Apa pengaruh atau efek dari penambahan natrium tripolifosfat pada proses uji
detergensi?
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Sublasi
Proses sublasi ini bertujuan untuk mengurangi kandungan surfaktan pada limbah
atau untuk mengambil kembali surfaktan dari larutan detergen dan surfaktan yang
terambil dapat digunakan kembali. Keberhasilan proses sublasi ini diukur dengan nilai
MBAS. Nilai MBAS sebelum dan sesudah reaksi dibandingkan sehingga dapat diketahui
recovery surfaktan. MBAS adalah kompleks bahan aktif dengan metilen biru yang
bersifat nonpolar dan dapat diekstrak oleh kloroform. Intensitas warna biru dari MBAS
dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Reaksi antara surfaktan dengan metilen
2.2.Detergensi
Martin (8) dan Osipow (10) menyatakan bahwa istilah detergensi biasanya
digunakan untuk proses membersihkan suatu permukaan benda padat, dengan bantuan
larutan pencuci dalam suatu proses kimia fisika.
Sifat utama dari kerja detergensi adalah membasahi permukaan yang kotor dan
kemudia melepaskan kotorannya.
Detergensi adalah sifat spesifik yang dimiliki oleh surfaktan atau zat aktif
permukaan untuk membersihkan suatu permukaan dari kotoran (Rosen, 1978). Tetapi
zat aktif permukaan tidak dapat membersihkan kotoran dari permukaan dengan
sempurna tanpa adanya zat-zat lain sebagai penunjang seperti builder, dan zat aditif,
sehingga detergensi diartikan lebih khusus sebagai sifat spesifik yang dimiliki oleh zat
aktif permukaan. Larutan pencuci atau larutan detergen merupakan suatu larutan yang
mempunyai sifat membersihkan. Kandungan dari larutan pencuci terdiri dari bahan
utama (surfaktan), builder, filler dan aditif. Builder berfungsi meningkatkan efisiensi
pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air.
Empat kategori builder: • Fosfat : sodium tri poly phosphate (STPP) atau natrium tri
poly phosphate (Tanthakit et al, 2003) • Acetate: nitril tri acetate (NTA), ethylene
diamine tetra acetate (EDTA) • Silicate : zeolite • Citrate : citrate acid
2.4 Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan
yaitu:
a. Anionik :
-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
2.5 Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
d. Sitrat : Asam Sitrat
2.6 Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium
sulfat.
2.7 Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC).
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dua tahap yaitu tahap sublasi dan tahap detergensi. Untuk
mengetahui senyawa hasil sublasi dilakukan analisis dengan FTIR.
Alat:
satu set alat sublasi, Spektofotometer UV-Vis. Spektofotometer FTIR dan peralatan
gelas.
Bahan:
Detergen, Metilen biru, H2SO4 pekat, NaOH, NaCl, NaH2PO4.1H2O, Indikator pp, Etil
asetat teknis, NaHCO3, Gas N2 , Kain katun (10x10 cm), Kaolin, Feriklorida, Karbon
hitam, Bensin mobil, Lemak sapi, Aseton dan Kloroform teknis SUBLASI Larutan
detergen sebanyak 1000 mL diambil secara perlahan ke dalam tabung sublator.
Ditambahkan 80 gram NaCl dan NaHCO3 sebanyak 4 gram. Sebanyak 20 ml etil asetat
dialirkan secara perlahan melalui dinding sublator hingga terbentuk lapisan di atas
larutan surfaktan. Gas N2 dialirkan ke dalam 100 mL larutan etil asetat yang berada pada
tabung lain. Sublasi dilakukan selama 10 menit, setelah itu etil asetat yang berada di atas
larutan dipisahkan dari fasa aquades dengan corong pisah. Dilakukan sublasi tiga kali
dengan penambahan 50 mL etil asetat yang baru. Hasil sublasi diuapkan hingga tinggal
residu. Selanjutnya residu dilarutkan dan dilakukan analisis MBAS.
Rangkaian Alat Sublasi
Larutan detergen sebelum sublasi diambil sebanyak 100 mL. Larutan ini kemudian
dipindahkan ke corong pisah dan dinetralkan (ditandai dengan penambahan 2-3 tetes
indikator pp, kemudian ditambah NaOH 1 N sehingga larutan berwarna merah muda dan
kemudian dihilangkan dengan beberapa tetes H2SO4 1 N). Sebanyak 25 mL larutan
metilen biru dan 10 mL kloroform ditambahkan ke dalam corong pisah dan dikocok
selama 30 detik. Larutan kloroform dipisahkan dari fasa air dan fasa air diekstrak
kembali dengan 10 mL kloroform baru sebanyak 2 kali. Semua ekstrak kloroform
dicampur dan dicuci dengan 20 mL larutan pencuci fosfat sebanyak 3 kali. Ekstrak
kloroform kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 652 nm. Dilakukan dengan perlakuan yang sama untuk
larutan detergen sesudah sublasi.
Substrat dimasukkan dalam gelas piala 1000 mL yang berisi kotoran standar sambil
diaduk-aduk hingga rata selama 30 menit. Setelah itu substrat diangkat dan diangin-
anginkan selama 30 menit. Setelah substrat kering, substrat dioven lagi selama 3 jam
hingga diperoleh berat yang konstan dalam suhu 1050C. Substrat dimasukkan kedalam
desikator selama 1 jam. Lalu jika sekiranya substrat kering ditimbang dan dicatat sebagai
berat substrat yang telah terkena kotoran, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Substrat dioven lagi selama 1 jam. Kemudian substrat dicuci dengan larutan pencuci
surfakan hasil sublasi selama setengah jam. Setelah dicuci, substrat dibilas dengan air
kran dan diangin-anginkan selama setengah jam. Kemudian substrat dioven selama 3 jam
pada suhu 1050C, dan didesikator selama 1 jam. Substrat yang telah bersih ditimbang dan
dicatat berat bersihnya. Persentase kehilangan kotoran dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Kemudian dari data berkurangnya kotoran dan kotoran yang menempel detergensi dapat
dihitung. Detergensi :
BAB IV
HASIL Analisis FTIR Spektra FTIR surfaktan hasil sublasi larutan detergen
ANALISIS DETERGENSI
Hal ini disebabkan karena PO43- bebas memiliki kemampuan serangan terhadap
senyawa MgCO3 dan CaCO3 membentuk ikatan yang lebih kuat dibanding ikatan dari
kedua senyawa, serta menjadikan unsur-unsur penyebab kesadahan menjadi non aktif.
Sehingga STPP dapat berfungsi untuk membantu meningkatkan proses detergensi.
BAB V
KESIMPULAN
1. Sublasi surfaktan larutan detergen murni lebih besar dari sublasi surfaktan larutan
detergen sisa cucian.
2. Dari spektra FTIR terbukti bahwa proses sublasi dapat memisahkan surfaktan dari
campurannya.
3. Detergensi surfaktan dapat ditingkatkan dengan penambahan 60% Natrium
Tripolifosfat.
DAFTAR PUSTAKA
Kim, Y.S., et al., 2002, J. Bull. Korean Chem. Soc., Vol. 23, no. 10, p. 1381
Clester, S.L., 1989, Standard Method for the examination of Water and Waste Water, 17th
ed, John Wiley & Sons, Washington, p. 56-67
Cross, J., 1998, Anionic Surfactants Analitical Chemistry, 2nd edition, Marcel Dekker Inc,
New York, 9-10.
Hummel,D., 1962, Identification and Analysis of Surface Active Agent, John Wiley & Sons,
NY, p. 231.
Rosen, Milton J., 1978, Surfactant and Interfacial Phenomena, John Willey & Sons, New
York, p. 7-8
Arnelli : Sublasi Surfaktan Dari Larutan Detergen Dan Larutan Detergen Sisa Cucian Serta
Penggunaannya Kembali Sebagai Detergen
Tanthakit, P., Amorn, A.N., Scamehorn, J.F., Sabatini, D.A., Tongcumpou, C.,Cavadej, S.,
2009, Microemulsion Formation and Detergency with Oily
Soil: V. Effects of Water Hardness and Builder, J. Surfactant Detergent, vol 12 : 173-183,
AOCS.
Analisa Zat Aktif Permukaan dan Detergensi, oleh: Isminingsih, M. Sc. S. Teks.