Kelompok : II (Dua)
Nama : Rita P. Mendrova (1107035609)
Ryan Tito (1107021186)
Yakub J. Silaen (1107036648)
Abstract
Motorcycle’s or car’s shampoo is a detergent that is now consumed by many
people because of the increasing use of motorcycle vehicles. The goal of this
experiment is to learn how to manufacture motorcycle’s or car’s shampoos,
determine the characteristics of shampoo (viscosity and density) and to know the
application of shampoo. The materials used are LABS (Linear Alkyl benzene
sulfonate, SLS (Sodium Lauryl sulfonate), NaOH, and aquades. This experiment
begin by making a solution of NaOH 40%, making LABSNa by mixing LABS (0,2
mol; 0,3 mol and 0.4 mol) and NaOH, then making a shampoo by mixing LABSNa
and SLS solution also adding some of dyes and perfumes as well. Then,
characteristics of shampoos compared by characteristic of Kit. According to the
result of experiment, overall, characteristics of shampoos that approaching
characteristic of Kit is shampoo with 0,3 mol LABS. Shampoo with 0,3 mol LABS
has density, viskosity and time that needed by shampoo to crossing the line of oil-
water sequentially 0,984 gr/ml, 0,11 mm/s and 28,08 second.
Key words : density;, detergent; shampoos; surfactants; viscosity.
BAB I
PENDAHULAN
NON IONIK
ANIONIK
KATIONIK
AMFOTER
b. Dietanolamida
Dietanolamida merupakan salah satu surfaktan alkanolamida yang paling
penting. Dietanolamida berfungsi sebagai bahan penstabil dan pengembang busa.
Hal ini disebabkan karena adanya kotoran berminyak seperti sebum menyebabkan
stabilitas busa sabun cair atau shampo akan berkurang secara drastis. Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan penstabil busa yang berfungsi untuk
menstabilkan dan mengubah struktur busa agar diperoleh busa yang lebih banyak,
pekat dengan buih yang sedikit. Pada pembuatan sabun, dietanolamida digunakan
agar sabun menjadi lembut. Pemakaian dietanolamida pada formula shampo dapat
mencegah terjadinya proses penghilangan minyak yang berlebihan pada rambut
(efek perlemakan berlebihan) dan produk yang dihasilkan tidak menyebabkan rasa
pedih di mata, sehingga cocok untuk digunakan sebagai produk sabun dan shampo
bagi bayi.
Sintesis dietanolamida menggunakan bahan baku dietanolamina dan asam
laurat. Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus amina dan
dialkohol. Dialkohol menunjukkan adanya dua gugus hidroksil pada molekulnya.
c. N-metil glukamida
N-metil glukamida diperoleh dari reaksi antara asam lemak, metil ester
asam lemak atau trigliserida dengan N-metil glukamina. N-metil glukamida
banyak digunakan sebagai produk farmasi dan biokimia lainnya. N-metil-
glukamida termasuk pada kelompok alkyl-glukamida surfaktan dimana kelompok
surfaktan ini diproduksi dalam jumlah besar sebagai bahan pembersih, contohnya
adalah N-dodekanoil-N metal glukamida.
Sintesis N-metil glukamida menggunakan bahan baku N-metil glukamina
dari golongan gula amina. Senyawa-senyawa gula amina memegang peran
penting dalam pembentukan dan perbaikan tulang rawan. Mekanisme kerja
senyawa-senyawa gula amina adalah dengan menghambat sintetis
glikosaminoglikan dan mencegah destruksi tulang rawan. Gula amina dapat
merangsang sel-sel tulang rawan untuk pembentukan proteoglikan dan kolagen
yang merupakan protein esensial untuk memperbaiki fungsi persendian. Gula
amina dapat diperoleh dari reaksi glukosa, laktosa atau gula lainnya dengan
amonia atau alkil amina. N-metil glukamina merupakan salah satu senyawa gula
amina yang penting. N-metil glukamina diperoleh dari reaksi glukosa dengan
monometil amina.
+ NaOH + H2O
Natrium lauril sulfat adalah surfaktan yang baik. Karena garamnya berasal
dari asam kuat, larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak
mengendap dalam larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air
sadah serta biodegradable. Sodium lauryl sulfate dapat dibuat dengan reaksi :
RCH2OH + SO3 RCH2OSO3H
Fatty alcoholsulfur trioxide fatty alcohol sulfuric acid
1.2.8 Viskositas
Viskositas adalah gesekan internal fluida. Gaya viskos melawan gerakan
sebagian fluida relatif terhadap yang lain. Viskositas akan mempengaruhi kerja
shampo. Shampo yang terlalu kental akan memperlambat reaksi penyabunan pada
kotoran, sehingga terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak
homogen dan apabila terlalu encer maka akan membutuhkan waktu yang lebih
lama. Faktor yang mempengaruhi viskositas :
a. Besar dan Bentuk Molekul
Molekul-molekul yang mudah berasosiasi mempunyai viskositas yang
besar, seperti air dan etanol. Zat ini membentuk asosiasi molekul dengan ikatan
hidrogen. Makin besar berat molekul, makin besar pula viskositas.
b. Suhu
Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut
teori ”lubang” terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara
kontinyu ke dalam kekosongan ini, sehingga kekosongan akan bergerak keliling.
Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada energi
pengaktifan yang harus mempunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam
kekosongan. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih
tinggi dan dengan demikian cairan lebih mudah mengalir.
c. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan
jumlah lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak
keliling satu terhadap yang lain.
d. Konsentrasi
Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau
kepekatan larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya
juga tinggi, sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah, konsentrasinya juga
rendah.
1.2.9 Densitas
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi)
akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Massa jenis berfungsi untuk
menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Rumus untuk
menentukan massa jenis adalah
𝑚
ρ=
𝑣
Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa
maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang
sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama. Massa jenis zat dapat dihitung
dengan membandingkan massa zat (benda) dengan volumenya. Massa jenis
merupakan salah satu ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang
sama, semakin rapat zatnya, semakin besar massanya. Sebaliknya makin
renggang, makin kecil massa suatu benda. Contoh : kubus yang terbuat dari besi
akan lebih besar massanya dibandingkan dengan kubus yang terbuat dari kayu,
jika volumenya sama. Pada massa yang sama, semakin rapat zatnya, semakin
kecil volumenya. Sebaliknya, semakin renggang kerapatannya semakin besar
volumenya. Contoh : volume air lebih besar dibanding volume besi, jika massa
kedua benda tersebut sama.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
c. Pembuatan SLS
1. SLS sebanyak 10 gram ditimbang ke dalam cawan petri.
2. 60 ml aquades dimasukkan kedalam gelas piala
3. SLS dan aquades dicampur dan diaduk hingga homogen
4. Parfum dan pewarna dicampurkan kedalam larutan SLS
d. Pembuatan Shampo
1. Larutan LABSNa ditimbang sebanyak 140 gram.
2. Larutan LABSNa dan 6 gram larutan SLS dicampurkan.
3. Larutan diaduk hingga homogen, kemudian disaring
4. Shampo siap dan dimasukkan ke dalam botol.
e. Uji Karakteristik Shampo
Viskositas
1. Pergunakan viscometer oswald yang bersih dan kering.
2. Dimasukkan (10-15ml ) cairan yang diukur viskositasnya kedalam
reservoir A (bola besar).
3. Atur penangas air pada suhu yang dikehendaki (400C ), biarkan
viskometer dan isinya selama 5 menit untuk mencapai suhu termostat.
4. Cairan dihisap melewati reservoir B (bola kecil), sedikit diatas garis
batas atas viscometer, kemudian ditutup dengan menggunakan jari,
agar cairan tidak turun.
5. Lepaskan jari untuk menurunkan cairan. Mulailah mencatat waktu
yang diperlukan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah
viscometer owsald. Lakukan pengerjaan ini beberapa kali.
6. Lakukan hal yang sama pada shampo KIT dan bandingkan hasilnya
dengan shampo buatan.
𝑡.⍴
µ = 𝜇𝑜
𝑡𝑜.⍴𝑜
Keterangan :
µ = Viskositas sampel
t = Waktu sampel
to = Waktu air
µo = Viskositas air pada suhu tertentu
⍴o = Densitas air padasuhutertentu
⍴ = Densitassampel
Berat Jenis
1. Piknometer dibersihkan dan ditimbang .
2. Kemudian distandarisasikan volume aquades, masukkan aquades
kedalam piknometer kemudian timbang dan diperoleh volume
piknometer (BJ aqudes : 1 gr/ml)
3. Setelah itu uji densitas sampel, piknometer diisi dengan sampel
bersuhu 250C. Pengisian dilakukan sampai air dalam piknometer
meluap dan tidak ada gelembung udara didalamnya.
4. Piknometer dikeringkan dan ditimbang.
5. Piknometer dibersihkan dan dimasukkan shampo
6. Berat piknometer dengan isinya ditimbang.
7. Lakukan hal yang sama pada shampo KIT dan dibandingkan.
𝑊𝑝𝑜− 𝑊𝑝
⍴ (25oC) = 𝑉𝑝
Keterangan :
Wpo = Berat piknometer dan sampel (gr)
Wp = Berat piknometer kosong (gr)
Vp = Volume piknometer (ml)
Tes aplikasi
1. 10 ml aquades dimasukkan kedalam gelas ukur
2. Ditambahkan 5 tetes minyak kedalamnya
3. Ditambahkan 5 tetes shampo dan dicatat lama waktu turun shampo
sampai ke dasar gelas.
4. Lakukan hal yang sama pada shampo KIT dan dibandingkan.
Pembuatan SLS
No. Prosedur Pengamatan
1. 10 gram SLS dimasukkan ke - Warna larutan bening
wadah berisi 60 ml aquades
2. Tambahkan parfum dan - Warna larutan merah
pewarna ke dalam larutan SLS
Pembuatan Shampo
No. Prosedur Pengamatan
1. LABSNa sebanyak 140 gram - Tercampur menjadi
dimasukan ke wadah berisi campuran yang homogen,
larutan SLS kental, dan dihasilkan
shampo berwana cream.
LABS LABSNa
Tabel 3.1 Hasil pengujian berat jenis aquades, shampo motor dan Kit.
Waktu untuk
melewati
Variasi mol
Berat jenis Viskositas perbatasan
Sampel uji LABS
(gr/ml) (mm/s) minyak dan
(mol)
aquades
(sekon)
0,2 0,932 0,08 23,29
Shampo
0,3 0,984 0,11 28,08
motor
0,4 1,008 0,15 42,2
Kit - 0,997 2,02 29,83
3.2 Pembahasan
Bahan yang penting dalam pembuatan shampo motor adalah surfaktan, yaitu
LABS (Linear Alkyl Benzene Sulfonat) dan surfaktan penunjang yaitu SLS
(Sodium Lauryl Sulfonat). Shampo dapat dengan cepat mengangkat kotoran
dikarenakan pada shampo terkandung NaOH. NaOH tersebut akan
bereaksi/berinteraksi dengan kotoran sehingga kotoran dapat terangkat dan
terbuang.
Tahapan proses pembuatan shampo motor dimulai dengan pembuatan
larutan NaOH 40%, yaitu dengan mencampurkan 11,25 ml aquades secara
perlahan-lahan ke dalam 10 gram NaOH. Pada saat pencampuran NaOH dan
aquades hasil yang didapat adalah timbulnya panas dan larutan bewarna bening
seperti air. Hawa panas yang keluar ini menjadi tanda bahwa NaOH memiliki sifat
eksoterm dikarenakan sifat basa nya.
Tahapan proses selanjutnya yaitu pembuatan LABSNa. Campuran
LABSNa ini dibuat dengan cara mencampurkan NaOH 40% sebanyak 20 gram,
aquades sebanyak 126 ml dan LABS secara perlahan-lahan. Percobaan pembuatan
shampo motor dilakukan dengan memvariasikan mol LABS yang digunakan,
yaitu sebesar 0,2 mol, 0,3 mol dan 0,4 mol. Shampo motor dengan variasi sebesar
0,2 mol dibuat dengan menggunakan 54 gram LABS, variasi sebesar 0,3 mol
dibuat dengan menggunakan 79,8 gram LABS, sedangkan variasi 0,4 mol dibuat
dengan menggunakan 106,4 gram LABS (Mr LABS = 266 gr/mol).
Pencampuran LABS, NaOH dan aquades akan menimbulkan busa.
Timbulnya busa ini merupakan bukti bahwa LABS merupakan surfaktan yang
bisa menghasilkan busa ketika bersatu dengan air dan diberi suatu gerakan
pengadukan. Pengadukan harus dilakukan secara pelan untuk mendapatkan hasil
shampo yang bagus. Campuran yang dihasilkan harus bersifat homogen, yaitu
tercampur secara sempurna. LABSNa dengan variasi 0,2 mol LABS
menghasilkan campuran berwarna cream, LABSNa dengan variasi 0,3 mol LABS
menghasilkan campuran berwarna coklat muda, sedangkan LABSNa dengan
variasi 0,4 mol LABS menghasilkan campuran berwarna coklat tua.
Larutan LABSNa kemudian ditambahkan larutan SLS di mana SLS
berfungsi sebagai surfaktan penunjang. SLS dibuat dengan melarutkan sebanyak
10 gram SLS ke dalam 60 ml aquades. Penambahan larutan SLS diikuti dengan
penambahan zat aditif yakni pewarna dan pengharum. Campuran yang dihasilkan
bersifat homogen, kental dan dikenal dengan shampo. Shampo hasil percobaan
disajikan pada Gambar 3.1.
Uji karakteristik shampo yang dilakukan antara lain pengujian berat jenis
shampo, viskositas shampo dan waktu yang dibutuhkan shampo untuk menembus
batas antara minyak dengan aquades. Sebagai pembanding shampo hasil
percobaan digunakan salah satu jenis shampo motor komersial, yaitu shampo
motor merk “Kit”.
Gambar 3.1 Shampo hasil percobaan: 0,2 mol LABS (kiri), 0,3 mol LABS
(tengah) dan 0,4 mol LABS (kanan)
Berat jenis shampo pada berbagai variasi mol LABS hasil percobaan dan
shampo komersial Kit disajikan pada Gambar 3.2.
1.008
1.02
0.997
1 0.984
Berat Jenis (gr/ml)
0.98
0.96
0.932
0.94
0.92
0.9
0.88
LABS 0,2 mol LABS 0,3 mol LABS 0,4 mol Kit
Sampel Uji
Gambar 3.2 Berat jenis shampo pada berbagai variasi mol LABS hasil percobaan
dan shampo komersial Kit.
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan berat jenis
shampo hasil percobaan pada berbagai variasi mol LABS. Shampo dengan LABS
0,2 mol memiliki berat jenis sebesar 0,932 gr/ml, shampo dengan LABS 0,3 mol
memiliki berat jenis sebesar 0,984 gr/ml sedangkan shampo dengan LABS 0,4
mol memiliki berat jenis sebesar 1,008 gr/ml. Semakin besar mol LABS yang
digunakan, maka semakin banyak massa LABS yang ditambahkan ke dalam
shampo, sehingga shampo yang dihasilkan semakin berat (kerapatan partikel
penyusunnya sangat besar). Akibatnya, berat jenis shampo pun semakin
meningkat.
Berdasarkan Gambar 3.2 juga dapat dilihat bahwa berat jenis shampo
komersial kit didapat sebesar 0,997 gr/ml. Sebelum shampo motor komersial kit
dipasarkan, tentunya telah melalui berbagai pengujian dari pihak yang berwenang
mengenai baku mutu atau karakteristik shampo motor kit tersebut. Oleh karena
itu, dapat dibandingkan karakteristik shampo pada variasi mol LABS mana yang
sesuai atau mendekati karakteristik shampo komersial kit sehingga layak untuk
dipasarkan. Berdasarkan hasil percobaan, berat jenis shampo dengan variasi 0,3
mol LABS mendekati berat jenis kit. Ini berarti shampo dengan 0,3 mol LABS
memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan shampo pada variasi mol LABS
lainnya.
3.2.2 Uji Viskositas Shampo Motor dan Kit
Viskositas shampo pada berbagai variasi mol LABS hasil percobaan dan
shampo komersial Kit disajikan pada Gambar 3.3.
2.02
2
Viskositas (mm/s)
1.5
0.5 0.15
0.08 0.11
0
LABS 0,2 mol LABS 0,3 mol LABS 0,4 mol Kit
Sampel Uji
Gambar 3.3 Viskositas shampo pada berbagai variasi mol LABS hasil percobaan
dan shampo komersial Kit.
Uji viskositas dilakukan dengan cara menghitung berapa lama waktu yang
dibutuhkan shampo dan kit untuk melewati tabung yang terdapat pada viscometer
oswald. Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan
viskositas shampo hasil percobaan pada berbagai variasi mol LABS. Shampo
dengan LABS 0,2 mol memiliki viskositas sebesar 0,08 mm/s, shampo dengan
LABS 0,3 mol memiliki viskositas sebesar 0,11 mm/s sedangkan shampo dengan
LABS 0,4 mol memiliki viskositas sebesar 0,15 mm/s. Semakin besar mol LABS
yang digunakan, maka semakin banyak massa LABS yang ditambahkan ke dalam
shampo, Akibatnya, viskositas shampo yang dihasilkan pun semakin meningkat.
3.2.3 Penentuan Waktu yang Dibutuhkan Shampo Motor dan Kit untuk
Menembus Batas antara Minyak dengan Aquades
Waktu yang dibutuhkan shampo motor dan kit untuk menembus batas
antara minyak dengan aquades disajikan pada Gambar 3.4.
42.2
42
Waktu untuk menembus batas
29.83
35 28.08
minyak dengan air
28 23.29
(sekon)
21
14
0
LABS 0,2 mol LABS 0,3 mol LABS 0,4 mol Kit
Sampel Uji
Gambar 3.4 Waktu yang dibutuhkan shampo motor dan kit untuk menembus
batas antara minyak dengan aquades.
Berdasarkan Gambar 3.4 juga dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan
oleh Kit untuk menembus campuran minyak-air didapat selama 29,83 sekon.
Sebelum shampo motor komersial kit dipasarkan, tentunya telah melalui berbagai
pengujian dari pihak yang berwenang mengenai baku mutu atau karakteristik
shampo motor kit tersebut. Oleh karena itu, dapat dibandingkan karakteristik
shampo pada variasi mol LABS mana yang sesuai atau mendekati karakteristik
shampo komersial kit sehingga layak untuk dipasarkan. Berdasarkan hasil
percobaan, waktu tes aplikasi shampo dengan variasi 0,3 mol LABS mendekati
waktu tembus kit. Ini berarti shampo dengan 0,3 mol LABS memiliki kualitas
yang lebih bagus dibandingkan shampo pada variasi mol LABS lainnya.
4.1. Kesimpulan
1. Semakin besar mol LABS maka berat jenis shampo yang dihasilkan juga
semakin besar. Shampo dengan LABS 0,2 mol memiliki berat jenis sebesar
0,932 gr/ml, shampo dengan LABS 0,3 mol memiliki berat jenis sebesar
0,984 gr/ml sedangkan shampo dengan LABS 0,4 mol memiliki berat jenis
sebesar 1,008 gr/ml. Berat jenis Kit yang diuji yaitu didapat sebesar 0,997
gr/ml.
2. Semakin besar mol LABS maka viskositas shampo yang dihasilkan juga
semakin besar. Shampo dengan LABS 0,2 mol memiliki viskositas sebesar
0,08 mm/s, shampo dengan LABS 0,3 mol memiliki viskositas sebesar 0,11
mm/s sedangkan shampo dengan LABS 0,4 mol memiliki viskositas sebesar
0,15 mm/s. Viskositas Kit yang diuji yaitu didapat sebesar 2,02 mm/s.
3. Semakin besar mol LABS maka waktu yang dibutuhkan oleh shampo untuk
menembus batas campuran minyak-air juga akan semakin besar. Shampo
dengan LABS 0,2 mol memiliki waktu tembus atau waktu tes aplikasi
sebesar 23,29 sekon, shampo dengan LABS 0,3 mol memiliki waktu tes
aplikasi sebesar 28,08 sekon, sedangkan shampo dengan LABS 0,4 mol
memiliki waktu tes aplikasi sebesar 42,2 sekon. Waktu yang dibutuhkan
oleh Kit untuk menembus batas campuran minyak-air yaitu 29,83 sekon.
1. Pada saat pencampuran zat harus mengetahui sifat-sifat dari zat tersebut,
untuk mengetahui zat mana yang harus dimasukkan terlebih dahulu.
2. Proses pengadukan harus dilakukan secara perlahan guna meminimalisir
pembentukan busa.
2. Pada saat tes aplikasi sebaiknya menggunakan volume shampo yang sama
agar hasil yang didapat akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Jadi, untuk membuat larutan NaOH 40% dengan massa 10 gram diperlukan
pelarut yaitu aquades sebanyak 11,25 ml.
Jadi, didapat berat jenis shampo pada variasi LABS 0,2 mol sebesar 0,96 g/ml.
Perhitungan berat jenis shampo lainnya serta kit menggunakan cara yang sama.
LAPORAN SEMENTARA
Hasil percobaan :
Tabel B.1 Hasil pengujian berat jenis aquades, shampo motor dan Kit.
Tabel B.2 Hasil pengujian viskositas aquades, shampo motor dan Kit.
Asisten laboratorium,
Randi Farlindo