Anda di halaman 1dari 12

1 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

MODUL VIII
PEMBUATAN dan PENGUJIAN
SHAMPO MOTOR atau MOBIL

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Irdoni HS., MS
Dra. Nirwana, M.T

ASISTEN:
VIONA AULIA RAHMI

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
2 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

MODUL VIII
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
SHAMPO MOTOR ATAU MOBIL
Tujuan Percobaan:
 Mempelajari cara pembuatan shampo motor dan shampo mobil
 Menentukan karakteristik pembuatan shampo motor dan shampo mobil

Dasar Teori :
Dewasa ini shampoo yang menggunakan bahan alam sudah banyak
ditinggalkan masyarakat dan diganti dengan shampo yang terbuat dari bahan
surafktan petro. Sehingga saat ini jika orang berbicara mengenai shampo yang
dimaksud adalah shampo yang terbuat dari bahan surfaktan petroleum.
Sampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sekarang sudah
banyak digunakan oleh masyarakat. Bahan yang penting dalam pembuatan
sampo ini adalah surfaktan, seperti LABS (Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau
kadang disebut juga Linier Alkyl Benzene (LAB) dan surfaktan penunjang yaitu SLS
(Sodium Lauryl Sulfonat). Surfaktan (Surface Active Agents), zat yang mempunyai
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan suatu medium dan
menurunkan tegangan antar muka antara dua fase yang berbeda derajat
polaritasnya. Struktur surfaktan dapat digambarkan seperti berudu atau
kecebong yang memiliki kepala dan ekor. Molekul surfaktan mempunyai dua
ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar
(hidrofobik). Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu
surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air. Teknologi
pembuatan sampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna
dalam pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan
alat yang canggih dan proses yang rumit (H. Nirwana, 2010).
Pengertian Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik
dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air
dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan
3 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian
polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan
minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif,
negatif atau netral. (Jatmika, 1998).
Klasifikasi Surfaktan
Sifat dari pada zat aktif permukaan bergantung pada macamnya gugus
hidrofil, yang dapat dibagi sebagai berikut :
A. Surfaktan anionik
Surfaktan anionik merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada
permukaannya mengandung muatan negatif. Contoh dari jenis surfaktan anionik
adalah Linier Alkyl Benzene Sulfonat (LABS), Alkohol Sulfat (AS), Alkohol Eter Sulfat
(AES), Alpha Olefin Sulfonat (AOS).
B. Surfaktan kationik
Surfaktan ini merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya
mengandung muatan positif.Surfaktan ini terionisasi dalam air serta bagian aktif
pada permukaannya adalah bagian kationnya.Contoh jenis surfaktan ini adalah
ammonium kuarterner.
C. Surfaktan nonionik
Surfaktan yang tidak terionisasi di dalam air adalah surfaktan nonionik yaitu
surfaktan dengan bagian aktif permukaanya tidak mengandung muatan apapun,
contohnya: alkohol etoksilat, polioksietilen (R-OCH2CH).
D. Surfaktan ampoterik
Surfaktan ini dapat bersifat sebagai non ionik, kationik, dan anionik di dalam
larutan, jadi surfaktan ini mengandung muatan negatip maupun muatan positip
pada bagian aktif pada permukaannya. Contohnya: Sulfobetain
(RN+(CH3)2CH2CH2SO3- (Zulfikar, 2011).
4 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

NON IONIK

ANIONIK

KATIONIK

AMFOTER

Gambar 2.1 Struktur Surfaktan


Macam-macam Surfaktan
1. Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LABS)
Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkyl
benzene sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid
slurry. Acid slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk
deterjen sintetik dan deterjen cair. Alkylbenzene disulfonasi menggunakan asam
sulfat, oleum atau SO3. Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi
proses yang berbeda pada bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun
viskositas. Bahan baku utama untuk membuat acid slurry adalah dodecyl
benzene, linear alkyl benzene. Nama Kimia Acid Slurry D.D.B.S. adalah Dodecyl
Benzene Sulphonate (NIIR Board, 2004).
Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industri
deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total
surfaktan anionik sintetik. Linear Alkylbenzene Sulfonates (LABS) digunakan
secara luas menggantikan Branch Alkylbenzene Sulfonates (BABS) dalam jumlah
besar yang ada didunia karena LAB merupakan bahan deterjen yang lebih
biodegradabilitas dibandingkan BABS. Produk umumnya dipasarkan berupa asam
bebas (free acid) atau yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium
hidroksida yang ditambahkan kedalam slurry, yang umumnya dalam bentuk
pasta. Sebagian besar pasta di produksi pada sprayed-dried menghasilkan serbuk
deterjen. Pasta bisa juga di proses dengan drum-dried menjadi serbuk atau flake
5 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

atau spray dried menjadi butir-butir halus yang memiliki densitas rendah. Bentuk
kering LAB digunakan terutama pada industri dan produk kebersihan.

Gambar 8.1.Struktur Molekul LABSNa


Sifat atau karekteristik dari senyawa LABS adalah:
▪ Letak cincin benzennya acak sepanjang rantai karbon
▪ Biasanya berbentuk garam Na atau Ca
▪ Panjang rantai alkilnya 12
▪ Murah dan banyak digunakan
▪ Terionisasi sempurna sehingga larut dalam air
▪ Resisten terhadap pengolahan anaerob
▪ Dapat terbiodegradasi pada kondisi aerob

Senyawa LABS yang umum digunakan dalam deterjen yaitu Natrium Alkyl
Benzene Sulfonate (C18H29O5S-Na+) dengan spesifikasi sebagai berikut :
▪ Penampakan berupa cairan kental berwarna coklat tua
▪ Warna (20 % gardner aktif) max`1 %
▪ Warna (10 % kleff aktif) max 60 %
▪ Kelembaban maksimum 1 %
▪ H2SO4 bebas max 2,0 %
▪ Umur aktif min 96 %
▪ Nilai keasaman (mg KOH/gr) dengan nilai 178 s/d 188
6 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

2. Sodium Lauril Sulfat (SLS)


Sodium lauril sulfat (SLS), atau sodium deodecil sulfat (NaDS atau
C12H25SO4Na) adalah surfaktan anionoik yang digunakan dalam membersihkan
lemak, dan pada produk-produk untuk kebersihan. Molekul ini memiliki 12 atom
karbon, yang melekat pada gugus sulfat, dan memberikan sifat amphiphilic yang
dibutuhkan deterjen. SLS adalah surfaktan yang sangat efektif dan digunakan
untuk menghilangkan noda berminyak dan residu. Sebagai contoh, SLS ditemukan
dalam konsentrasi yang tinggi pada produk industri, termasuk degreasers mesin,
pembersih lantai, sampo mobil. Penggunaan SLS dengan konsentrasi yang lebih
rendah yaitu pada pembuatan pasta gigi, shampoo rambut, dan busa cukur.
Sodium lauril sulfat merupakan komponen penting dalam formulasi untuk efek
penebalan busa dan kemampuannya untuk menciptakan busa (Marrakchi S,
Maibach HI, 2006).
Penelitian menunjukkan bahwa SLS tidak karsinogenik jika terkontaminasi
langsung pada kulit ataupun dikonsumsi. Sodium lauril sulfat mengurangi rasa
manis pada gigi, efek biasa terlihat setelah penggunaan pasta gigi yang
mengandung bahan ini. Penelitian menunjukkan bahwa SLS dapat merupakan
mikrobisida topikal yang berpotensi efektif, yang juga dapat menghambat dan
mencegah infeksi oleh virus seperti virus Herpes simpleks. Selain itu SLS dapat
meningkatkan kecepatan pembentukan hidrat metana sebesar 700 kali
kecepatan awal. Dalam pengobatan, natrium lauril sulfat digunakan sebagai
pencahar dubur di enema, dan sebagai eksipien pada aspirin terlarut dan kaplet
terapi serat lainnya (Marrakchi S, Maibach HI, 2006).

Gambar 8.2 Struktur dari SLS: CnH2n+1SO4Na (n≈12)


7 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

∙ Piknometer
Berat jenis suatu zat dapat dihitung yaitu dengan mengukur secara langsung
berat zat dalam piknometer (dengan menimbang) dan volum zat (ditentukan
dengan piknometer). Volum zat padat yang tidak beraturan dapat ditentukan
secara tidak langsung dengan menggunakan piknometer. Bila volum dan berat zat
tersebut telah diketahui, maka dapat dihitung berat jenisnya.
Dalam menggunakan piknometer massa suatu zat cair dapat diketahui dari
pengurangan berat piknometer + zat cair dengan berat piknometer kosong.
Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa
maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang
sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama. Massa jenis zat dapat dihitung
dengan membandingkan massa zat (benda) dengan volumenya. Massa jenis
merupakan salah satu ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang
sama, semakin rapat zatnya, semakin besar massanya. Sebaliknya makin
renggang, makin kecil massa suatu benda. Contoh: kubus yang terbuat dari besi
akan lebih besar massanya dibandingkan dengan kubus yang terbuat dari kayu,
jika volumenya sama. Contoh: volume air lebih besar dibanding volume besi, jika
massa kedua benda tersebut sama (Fessenden, 1997).
∙ Viskositas
Viskositas ada pada zat cair dan gas, dan pada intinya merupakan gaya
gesekan antara lapisan-lapisan yang berisisian pada fluida pada waktu lapisan-
lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat cair, viskositas
terutama disebabkan oleh gaya antar kohesi antar molekul. Fluida yang berbeda
memiliki besar viskositas yang berbeda. Zat cair pada umumnya lebih kental dari
gas. Viskositas fluida yang berbeda dapat dinyatkan secara kuantitatif oleh
koefisien viskositas, η (huruf kecil dari abjad Yunani eta). (Giancoli, 1999)
Viskositas diukur dengan beberapa cara, dalam “Viskometer Oswald” waktu
yang diperlukan oleh larutan untuk melewati pipa kapiler dicatat dan
dibandingkan dengan sampel standar (Atkins, 1999).
8 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

Alat-alat
Alat–alat yang digunakan:
1. Wadah plastik 2 pcs
2. Pengaduk plastik 2 pcs
3. Gelas ukur 100 mL 2 pcs
4. Neraca analitik 1 unit
5. Pipet tetes 3 pcs
6. Labu takar 250 mL 1 pcs
7. Gelas piala 100 mL 1 pcs
8. Gelas piala 500 mL 1 pcs
9. Botol penyimpanan shampoo 1 pcs
10. Corong kaca 1 pcs
11. Spatula 1 pcs
12. Picnometer 1 pcs
13. Viscometer 1 pcs
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan :
1. LABS (laurier alkil benzene sulfonate)
2. SLS (sodium linear sulfonat)
3. NaOH
4. Aquadest
5. Parfum
6. Pewarna makanan
7. Xylene
8. Shampoo komersil (KIT)
Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N dalam 250 mL
1. Hitung keperluan NaOH untuk pembuatan larutan NaOH 0,1N dalam
labu ukur 250 mL.
2. Sediakan labu ukur 250 mL.
3. Ditimbang 1 gram NaOH kristal dalam gelas piala 50 mL.
9 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

4. Tambahkan Aquadest sedikit demi sedikit sambil diaduk, larutannya


dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL.
5. Bilas gelas piala 50 mL dengan aquadst, air bilasan dimasukkan
kedalam labu ukur diatas. Dilakukan beberapa kali sampai semua
NaOH terlarutkan.
6. Aquadest ditambahkan sedikit demi sedikit sampai tanda batas.
7. Larutan NaOH diaduk sampai homogen.

Pembuatan LABSNa
1. Ditimbang LABS 41 gram ke dalam gelas piala dan dituangkan kedalam
wadah plastik.
2. Ambil 50 mL aquadest dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam wadah
plastik yang berisi LABS sambil diaduk.
3. Tambahkan Larutan NaOH 0,1 N sebanyak 25 mL kedalam wadah
plastik secara sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen.
4. Larutan yang telah homogen merupakan larutan LABSNa.
Pembuatan Larutan SLS
1. Ditimbang 10 gr SLS ke dalam cawan petri.
2. Kemudian SLS yang telah ditimbang dimasukkan kedalam wadah
plastik.
3. Ambil 60 ml aquadest dengan gelas ukur 100 mL, dan aquadest
dituangkan kedalam wadah plastik sambil diaduk (Sisakan 10 mL untuk
membilas cawan petri dan dimasukkan kedalam cawan plastik).
4. Tambahkan parfum dan pewarna dalam larutan SLS sambil diaduk.
Pembuatan shampoo
1. SLS dicampurkan ke dalam larutan LABSNa yang telah dibuat.
2. Campuran larutan diaduk hingga homogen.
3. Kemudian dimasukkan ke dalam botol.
4. Uji sifat fisik dan bandingkan dengan shampoo komersil
Pengujian Viskositas
1. Disiapkan viskometer Ostwald yang bersih dan kering
10 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

2. Dimasukkan (10 ml) cairan yang akan diukur viskositasnya kedalam


reservoir C.
3. Cairan dihisap melewati garis A, kemudian ditutup dengan
menggunakan jari agar cairan tidak turun.
4. Kemudian jari dilepaskan pelan-pelan untuk menurunkan sampai pas
digaris A.
5. Lepaskan jari sehingga permukaan cairan dari garis A turun ke garis B
dan dicatat waktu yang diperlukan cairan untuk menempuh garis A ke
garis B.
6. Uji yang sama dilakukan terhadap shampoo komersil lainnya dan
dibandingkan hasilnya.
𝒕×𝝆
𝒗𝒊𝒔𝒌𝒐𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 = × 𝞵°
𝒕° × 𝝆°
Keterangan Rumus :
1. t = Waktu cairan shampoo yang dibuat untuk menempuh garis A ke garis
B
2. 𝛒 = Densitas Shampoo yang dibuat.
3. 𝐭° = Waktu Air untuk menempuh garis A ke garis B
4. 𝛒° = Densitas air
5. 𝝻° = Viscositas Air (cari dilietrarure)

Pengujian densitas

1. Piknometer dibersihkan dan ditimbang berat kosongnya.


11 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

2. Kemudian masukkan aquadest kedalam piknometer sampai penuh lalu


ditimbang dan diperoleh berat dari piknometer dan aquadestnya.

3. Setelah itu dibuang aquadest didalam piknometer dan dibersihkan kembali


sampai kering.

4. Masukkan shampoo yang dibuat kedalam piknometer sampai penuh.

4. Timbang berat piknometer dengan isinya dan hitung densitas Shampoo.

6. Uji ini dilakukan pada shampoo komersil lainnya.

(Berat picno + shampoo) − (Berat picno kosong)


berat jenis =
volume picnometer

Pengujian daya busa

1. Ambil 2 buah botol yang sama ukurannya (botol A dan botol B).

2. Botol A diisi 5 mL Shampoo hasil pratikum dan botol B diisi dengan


Shampoo komersil lainnya.

3. Kemudian ditambahkan kedalam masing-masing botol sebanyak 15 mL


aquadest.

4. Botol A dan botol B dikocok bersamaan, sehingga menghasilkan busa.

5. Botol A dan botol B didiamkan distandar yang sama.

6. Amati dan catat waktu busa sampai habis, bandingkan waktu ketahanan
busa sampoo hasil pratikum dengan shampoo komersil lainnya.
12 KIMIA ORGANIK (SHAMPO MOTOR atau MOBIL)

Stabilitas Emulsi

1. Siapkan tabung reaksi 2 buah (tabung reaksi A dan B).

2. Ambil 6 mL aquadest dan 4 mL larutan xilen kedalam tabung raksi A dan B.

3. Tambahkan 10 tetes shampoo komersil kedalam tabung reaksi A dan


shmpoo hasil pratikum di tabung reaksi B.

4. Campuran tersebut dikocok selama 5 menit, dan didiamkan dalam rak


tabung reaksi selama 8 jam.

5. Amati perubahan yang terjadi pada tabung rekasi A dan B.

6. Catat volume pemisah yang berada diatas dan hitung stabilitas emulsi
dengan rumus :

(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛)


% Stabilitas = x 100
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

7. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan shampo komersial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai