2.5.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang merupakan senyawa amida primer, dimanasatu atm hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atausering disebut phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan mempunyai berat molekul 135,16 (Naufal, 2013). Pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetatanilin, fenilamin atau aminobenzen adalah senyawa organik dengan rumus C6H5NH2. Terdiri dari kelompok fenil melekat ke gugus amino, anilin adalah amina aromatik prototipikal. Menjadi prekursor bahan kimia industri, penggunaan utama adalah dalam pembuatan prekursor untuk poliuretan. Anilin tidak berwarna, tetapi perlahan-lahan mengoksidasi dan resinifies di udara, memberi warna merah-coklatAda beberapa proses pembuatan asetanilida yang telah dikenal, seperti pembuatan Asetanilida dari asam asetat anhidrat dan anilin.Asetanilida dapat dihasilkan dari reaksi antara asam asetat anhidrat dan anilin. Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat berlebih 150% dengan konversi 90% dan yield 65%, direfluks dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin yang tersisa kindisi operasi temperatur reaksi 30-110°C (Diqriy, 2013). 2.5.2 Kegunaan produk Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia, misalnya: 1. Sebagai bahan baku dalam industri farmasi, 2. Sebagai zat awal dalam sintesa penisilin, 3. Bahan pembantu pada industri cat dan karet, 4. Sebagai inhibitor hidrogen peroksida, dan 5. Stabiliser untuk pernis dari ester selulosa (Kirk & Othmer, 1981). 2.5.3 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Asetanilida Sifat-sifat fisik: Berat molekul : 135,17 kg/kmol Fase : Padat Bentuk : Kristal Warna : Putih dan berkilauan Berat jenis : 1.107 kg/m3 Titik didih : 303,8oC Titik leleh : 113,7oC Kemurnian : Min 99,50% Impuritas : Max 0,2% anilin Max 0,3% asam asetat (Kirk & Othmer, 1981) Sifat-sifat kimia: a. Pirolysisis dari asetanilida menghasilkan N-diphenyl urea, anilin, benzene dan hydrocyanic acid. b. Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil di bawah kondisi biasa, hidrolisa dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam keadaan panas akan kembali ke bentuk semula. C6H5NHCOCH3 + HOH C6H5NH2 + CH3COOH c. Adisi sodium dalam larutan panas di dalam xilena menghasilkan N- sodium derivative. d. Bila dipanaskan dengan phospor pentasulfida asetanilida menghasilkan thio asetanilida (C6H5NHCOCH3). e. Bila di-treatment dengan HCl, asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan 2 garam (2C6H5NHCOCH3). f. Dalam larutan yang mengandung potassium bicarbonat menghasilkan N- bromo asetanilida. g. Nitrasi asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan p-nitro asetanilida (Kirk & Othmer, 1981). 2.6.2 Proses Pembuatan Asetanilida Asetanilida dapat dibuat dengan beberapa proses. Adapun proses pembuatan asetanilida adalah sebagai berikut (Irdoni, 2015) : 1. Pembuatan Asetanilida dari Asetat Anhidrat dan Anilin C6H5NH2(l) + (CH3CO)2O(l) 2 C6H5NHCOCH3(s) + CH3COOH(l) Anilin Asetat anhidrat Asetanilida Asam Asetat
2. Pembuatan Asetanilida dari Anilin dan Asam Asetat
C6H5NH2(l) + CH3COOH(l) C6H5NHCOCH3(s) + H2O Anilin Asam Asetat Asetanilida Air
4. Pembuatan Asetanilida dari Asam Thioasetat dan Anilin
C6H5NH2(l) + CH3COSH C6H5NHCOCH3(s) + H2S Anilin Asam Thioasetat Asetanilida Asam Sulfida Irdoni, dkk. 2015. Modul Praktikum Kimia Organik. Pekanbaru: Universitas Riau Diqriy. 2013. Asetanilida. https://diqriy.wordpress.com Kirk, dkk. 1981. Rekristalisasi. http://chemistry.org/materi_kimia/ rekristalisasi/.com, Naufal.A. Sendy.F, dan Zhuhrotul.A. 2013. Sintesis Asetinilida dan Anilin dan Asam Asetat Glasial Menggunakan Metode Refluks. https://www.academia.edu/12859929/SINTESIS_ASETANILIDA BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang Digunakan
1. Labu didih dasar bulat 2. Erlenmeyer vakum 250 ml 3. Erlenmeyer 250 ml 4. Kondensor 5. Corong Buchner 6. Cawan petri 7. Statip dan klem 8. Pompa vakum 9. Penangis air 10. Gelas ukur 11. Pipet tetes 12. Gelas beker 13. Kertas saring 14. Timbangan analitik 15. Hotplate 3.2 Bahan-bahan yang Digunakan 1. Anilin 2. Asam asetat glasial 3. Asetat anhidrat 4. Serbuk besi 5. Batu es 3.3 Prosedur percobaan 3.3.1 Perlakuan III: 1. Dimasukkan 10,25 ml anilin, 10,5 ml asam asetat glasial, 10,75 ml asetat anhidrat dan 0,05 gram serbuk besi kedalam labu dasar bulat. 2. Campuran tadi di refluks selama 30 menit, kemudian campuran yang masih panas disaring menggunakan corong Buchner. Lalu dipisahkan katalis dan larutannya. 3. Larutan dituangkan kedalam gelas beker yang berada pada penangas air. 4. Kristal yang terjadi disaring menggunakan kertas saring, lalu dicuci dengan aquades di dalam corong Buchner. 5. Setelah itu ditimbang hasil kristal yang didapat. 6. Jika kristal yang didapat masih kotor, kristal direkristalisasi dengan penambahan 150 ml aquades ke dalam erlenmeyer dan dipanaskan dengan hotplate hingga kristal larut, kemudian ditambahkan sedikit karbon aktif dan dipanaskan kembali beberapa menit kemudian disaring dengan cepat dalam keadaan panas dengan pompa vakum. 7. Larutan dituangkan kedalam gelas beker, kemudian di dinginkan menggunakan batu es. Kristal yang terbentuk disaring dengan kertas saring sambil dicuci dengan aquades dalam corong Buchner. 8. Kristal dioven selama 5-10 menit pada suhu 60oC hingga konstan. 9. Ditimbang kristal yang diperoleh dan dihitung yield dan kadar air.