PEMBUATAN ASETALINIDA
I. TUJUAN
- Mahasiswa dapat mereaksikan Asam Asetat glasial untuk mendapatkan Asetalinida
- Dapat menganalisa kemurniannya dan menentukan titik leleh.
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
2.1 Alat yang Digunakan
Nama Alat
Erlenmeyer 250 ml
Gelas kimia 500 ml, 100 ml
Jumlah
2 buah
2, 1 buah
Gelas ukur 50 ml
1 buah
Corong kaca
1 buah
Corong Buchner
1 buah
1 buah
Kertas saring
3 lembar
Kaca arloji
1 buah
Spatula
1 buah
Pengaduk
1 buah
Penangas minyak
1 set
1 buah
Batu didih
5 butir
Termometer
1 buah
Hot plate
1 buah
Neraca analitik
1 buah
1 set
1 buah
Jumlah
20 ml
40 ml
Karbon aktif
2 sendok
III. TEORI
Proses pembuatan Asetalinida adalah mereaksikan Anilin dengan asam Asetat
Glasial. Asetalinida merupakan senyawa turunan asetil amida aromatik yang
digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan
dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut
dengan minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Asetalinida atau sering disebut phenilasetamida dengan rumus molekul
C6H5NHCOCH3 mempunyai berat molekul 135 gr/mol dan titik leleh 114oC.
Adapun beberapa proses pembuatan Asetalinida, yaitu:
a. Pembuatan Asetalinida dari Asam Asetat anhidrid dan Anilin
Larutan benzena dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat
direffluk dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin
yang tersisa.
2C6H5NH2 + (CH2CO)2O 2C6H5NHCOCH3 + H2O
Campuran reaksi disaring kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan
pendingin dan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam asetanhidraddapat
digantikan denagan asetat klorida.
b. Pembuatan Asetalinida dari Asam Asetat dan Anilin
Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih
ekonomis. Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah tangki
yang dilengkapi dengan pengaduk.
Reaksinya :
C6H5NH2 + CH3COOH
C6H5NHCOCH3
H2O
reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150oC 160oC. Produk dalam keadaan
panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer
c. Pembutan Asetalinida dari Ketene dan Anilin
Ketene ( gas) dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenalkan
akan menghasilkan asetalinida
C6H5NH2 + H2C=C=O 2C6H5NHCOCH3
d. Pembuatan Asetalinida dari Asam Thioasetat dan Anilin
Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan
menghasilkan asetalinida dengan membebaskan H2S
C6H5NH2 + CH3COSH 2C6H5NHCOCH3 + H2S
Asetalinida banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain :
1.
2.
3.
4.
- Bentuk
: cair
- Bentuk
: cair
- Bau
: khas
- Bau
: khas
- Warna
: tidak berwarna
- Warna
: tidak berwarna
- Densitas
- Densitas
: 1,051 g/ml
- Titik didih
: 117,9 oC
V. DATA PENGAMATAN
Perlakuan
1. Pemanasan anilin dan asam asetat
glasial
2. Pendinginan
3. Pemanasan di atas hot plate
Perubahan
Perubahan warna larutan dari
coklat menjadi bening
Semua larutan menjadi kristal
Berubah warna menjadi hitam karena
penambahan karbon aktif
4. Penyaringan
5. Pendinginan (kristalisasi)
VII. PERHITUNGAN
Berat kaca arloji kosong (a)
= 34,50 gr
= 46,40 gr
= (46,40 34,50) gr
= 11,9 gr
100%
114 o C
19,30%
% kesalahan
gr
40 ml 1,05 ml
0,6939 mol
Mol Asam Asetat =
gr
BM
60,53
mol
gr
20 ml 1,022 ml
0,2195 mol
Mol Anilin =
gr
BM
93,12
mol
Secara Teori
CH3COOH
C6H5NH2
C6H5NHCOCH3
H2O
0,6939
0,2195
0,2195
0,2195
0,2195
0,2195
0,2195
0,2195
0,4744
Neraca Massa
Komponen
BM
CH3COOH
In put
Out put
60,53
mol
0,6938
gr
42
mol
0,4743
gr
28,71
C6H5NH2
93,12
0,2195
20,44
C6H5NHCOCH3
135
0,2195
29,63
H2O
Tota
18
62.44
0,2195
3,95
62,29
massa analit
29,63
mol asetalinida =
massa
11,9 gr
0,0881mol
BM
135 gr
mol
CH3COOH
C6H5NH2
C6H5NHCOCH3
+ H2O
0,6939
0,2195
0,0881
0,0881
0,0881
0,0881
0,6058
0,0881
0,0881
Neraca Massa
Komponen
BM
CH3COOH
In put
Out put
60,53
mol
0,6939
gr
42
mol
0,6058
gr
36,67
C6H5NH2
93,12
0,2195
20,44
0,1314
12,24
C6H5NHCOCH3
135
0,0881
11,9
H2O
18
62.44
0,0881
1,59
62,4
mol praktek
0,0881mol
% yield
11,9 gr
VII. Tugas :
1. Tuliskan mekanisme reaksi yang terjadi ?
CH3COOH
C6H5NH2
C6H5NHCOCH3
+ H2O
VIII. PEMBAHASAN
Setelah melakukan percobaan dapat dianalisa bahwa pembuatan asetanilida dari
asam asetat dan anilin, pada saat pemanasan dilakukan penambahan karbon aktif yang
berfungsi untuk mengikat kotoran pada campuran. Setelah melalui proses penyaringan
dan pengeringan, kristal asetanilida yang didapat berwarna kehitaman. Hal ini dapat
disebabkan oleh masih adanya kotoran yang tidak dapat diikat oleh karbon aktif. Selain
itu, secara teoritis berat asetanilida yang didapatkan adalah 29, 63 gram sedangkan dari
hasil percobaan hanya 11,9 gram. Persentase konversi dan persentase yield yang
didapatkan sama, yaitu 40,1%.
Kemurnian zat ditentukan dari nilai titik lelehnya, berdasarkan teori titik leleh dari
Asetalinida adalah 114oC sedangkan dari hasil praktek didapatkan 92oC. Semakin tinggi
titik lelehnya mendekati titik leleh teoritis maka kemurnian zatnya pun tinggi.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Berat kristal asetalanida
= 11,9 gr
Titik leleh
= 92 oC
= 47,56 %
= 40,14%
= 40,16%
X. DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/
http://www.wikipedia.com/
hidroksida.
Pengasaman larutan alkali menghasilkan kembali eugenol yang kemudian
dimurnikan dengan destilasi bertingkat dengan pengurangan tekanan.
Analisis penyusun-penyusun bukan fenolat dengan cara kromatografi gas dan
spektroskopi massa menghasilkan 8 komponen (Hardjono 1981). Enam dari padanya
diidentifikasi sebagai : kubena, kopaen, karyofillen, humulen, kadina 1,3,5-trien
dan kadinen. Penyusun utama dari fraksi fraksi bukan fenolat adalah karyofillen.
Pada percobaan ini, eugenol akan diubah menjadi ester dengan reaksi
asetilasi kemudian diproses lebih lanjut menjadi vanilin melalui reaksi oksidasi.
Ester-ester dari eugenol digunakan dalam pembuatan minyak wangi karena
baunya lebih halus dari pada eugenol. Vanilin adalah merupakan bahan utama dari
pembuatan vanilabuatan.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh ester eugenol dengan reaksi asetilasi eugenol dengan
asam asetat.
2. Pembuatan vanilin dari metil eugenol dengan reaksi oksidasi.
1.3. Manfaat Penelitian.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan minyak daun cengkeh sebagai
bahan dasar untuk pembuatan senyawa senyawa yang lebih berdaya guna. Dengan
demikian, daun cengkeh dapat lebih dimanfaatkan secara efisien sehingga akan
memperoleh nilai tambah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Tanaman Cengkeh.
Tanaman cengkeh dalam bahasa latin mempunyai beberapa nama yaitu,
Eugenia Aromatica, Eugenia Crropyta TUMB, Jambosa Caryophyllus Spengel dan lain
sebagainya.
Sistematika tanaman cengkeh adalah sebagai berikut :
2004 Digitized by USU digital library 1Divisio : Spermatophyta
Sub-Divisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledoneae
Sub-Klas : Choripetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Eugenia
Spesies : Eugenia Carryophyllus
2.2. Minyak Daun Cengkeh
Minyak yang diperoleh dari daun cengkeh disebut minyak cengkeh (CLove
Leaf Oil) dengan cara destilasi uap dari daun cengkeh yang sudah tua atau yang
telah gugur. Kadar minyak cengkeh tergantung kepada jenis, umur dan tempat
Pembuatan ester dari fenol dan asam karboksilat, lambat sekali. Pembuatan
ester dari fenol dapat dibuat dengan baik dari turunan asam, seperti anhidrida atau
asil klorida. Turunan asam ini lebih reaktif dari pada asam, sehingga pembuatan
ester dari alkohol dan anhidrida asam atau asil klorida dapat memberikan hasil yang
baik. Ester dapat dihidrolisa dengan katalisator asam atau basa.
2004 Digitized by USU digital library 2Hidrolisa dengan katalis asam, menyebabkan
gugus karbonil lebih positip
yang memudahkan untuk diserang oleh nukleofil. Dari uraian di atas, maka dari
eugenol yang merupakan senyawa fenolat dapat dibuat ester-ester dari eugenol dan
asam asetat anhidrida dengan menggunakan pelarut benzena dan asam sulfat
sebagai katalis.
2.6. Reaksi Oksidasi
Yang dinamakan reaksi oksidasi dalam kimia organik adalah penghilangan atom H
atau pembentukan ikatan baru antara C dan H. Oksidasi terhadap senyawa dengan
ikatan rangkap dapat dibagi menjadi 2 golongan.
1. Oksidasi ikatan tanpa pemutusan ikatan
2. Oksidasi ikatan dengan pemutusan ikatan .
Oksidasi tanpa pemutusan ikatan akan menghasilkan epoksida atau diol, sedangkan
oksidasi dengan pemutusan ikatan akan menghasilkan aldehida, keton asam
karboksilat.
2004 Digitized by USU digital library 3Pereaksi-pereaksi yang umum digunakan untuk
oksidasi alkena., antara lain KMn04,
OsO4,C6
H5
CO3
H, CF
6
CO3
H, 03.
Berdasarkan. uraian di atas maka oksida,si metil iso eugenol dengan KMo4
adalah oksidasi yang terjadi dengan pemutusan ikatan yang diikuti dengan
pemutusan ikatan menghasilkan vanilin. Mekanisme reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut :
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat-alat Yang Digunakan
Satu alat- alat destilasi dengan pengurangan tekanan
Satu set alat evaporator Buchi
Kromatografi gas Hitachi 163
Pengaduk listrik
Kromatografi gas yang digunakan adalah Kitachi 163 dengan menggunakan detektor
FID dan kondisi sebagai berikut :
Jenis kolom : OV 17;10 %
Suhu kolom : 200o
C
Suhu injeksi : 225o
C
Gas pembawa : Nitrogen
Sensitivitas : 16/32
Kecepatan Kertas : 5 mm/menit
Jumlah sampel : 1
/
2l
Setelah kondisi alat stabil maka sampel diinjeksikan.
Pengujian Dengan NMR
NMR yang digunakan adalah NMR spektrometer JEOL, JNM-PMX 60,
sebagai pelarut digunakan CDCl3 dan standar TMS.
2004 Digitized by USU digital library 5Pengujian Dengan Kromatografi Lapis Tipis
Untuk menentukan bahwa produk telah terjadi ditentukan dengan cara KLT
(Kromatografi Lapis Tipis). Pada plat KLT diteteskan standar dan produk yang akan
rumus :
% komponen X = luas komponen X x 100
luas total
akan diperoleh eugenol 31 % dan asetil eugenol 69 %.
Dari data tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Rereaksi eugenol dengan
asetat anhidrida tidak terjadi secara sempurna, hal ini terlihat bahwa pada
kromatogram menunjukkan adanya 2 puncak. Untuk mendapatkan asetil eugenol
murni perlu dilakukan pemisahan selanjutnya.
Dari hasil reaksi oksidasi metil iso eugenol dengan KMn04 diperoleh metil
vanilin sebanyak 2,8 g.
Dari data NMR yang terlihat pada lampiran 3 bahwa reaksi berjalan tidak
sempurna dan masih mengandung CH2
Cl2 untuk itu maka perlu dilakukan evaporasi
ulang dan diuji kemurniannya dengan kromatografi gas, kemudian dilakukan
pemisahan,untuk mendapatkan metil vanilin.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Asetil eugenol dapat dibuat dengan cara esterifikasi antara eugenol
dan asam asetat anhidrida dengan asam sulfat sebagai katalis.
2. Metil vanilin dapat dibuat dengan cara oksidasi metil iso eugenol