Kelompok 3 :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
Jl. Soekarno Hatta No.754 Cipadung Kidul Kota Bandung
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
A. Pengertian Sintesis Organik .................................................................................... 3
B. Pengertian Asetanilida ............................................................................................ 3
D. Proses Pembuatan Asetanilida ............................................................................... 7
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………………… 13
A. Latar Belakang
Senyawa asetanilida merupakan bahan baku yang dapat menunjang
industri kimia dan banyak dibutuhkan dalam dunia pendidikan khusunya untuk
penelitian. Senyawa ini merupakan bahan baku pembuatan obat-obatan, bahan
pembantu dalam industri cat dan karet. Kebutuhan akan senyawa ini semakin
meningkat sehingga dilakukan berbagai cara dalam memperoleh senyawa ini.
Anilin merupakan senyawa kimia dengan rumus C5H6NH2 yang digunakan
sebagai bahan dasar dalam sintesis asetanilada yang direaksikan dengan asam
asetat. Pada sintesis senyawa ini biasanya digunakan metode pemanasan agar
kedua senyawa dapat bereaksi sempurna. Mula – mula anilin bereaksi dengan
asam asetat membentuk suatu amida dalam keadaan transisi, kemudian diikuti
dengan reduksi H2O membentuk asetanilida. Asetanilida pertama kali
ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan
asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang
kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun
1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan
H2O dengan katalis HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker menemukan
asetanilida dari anilin dan asam asetat.
Asetanilida sendiri merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis
yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada
anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran
berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan
bantuan kloral anhidrat. Metode ini merupakan metode awal yang masih
digunakan karena lebih ekonomis. Anilin dan asam asetat berlebih 100 %
direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan pengaduk. Reaksi
berlangsung selama 6 jam pada suhu 150oC–160oC. Produk dalam keadaan
panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer. Berdasarkan uraian
1
diatas, untuk memperdalam pengetahuan tentang asetinilida maka
dilakukanlah percobaan tentang sintesis asetanilida.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini diantaranya:
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini diantaranya:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Pengertian Asetanilida
Asetanilida atau sering disebut phenilasetamida merupakan senyawa
turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer,
dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil.
Asetanilida memiliki rumus molekul C6H5NHCOCH3. Asetanilida pertama
kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara
mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asethopenon
oxime yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi
asetanilida.
3
Struktur Asetanilida
Asetanilida merupakan suatu amida dengan bentuk berupa padatan
kristal putih dengan massa jenis 1,21 gram/mL , titik lebur 113˚C-114˚C,
titik didih 305˚C, berat molekul 135,17 gram/mol . Sangat larut dalam
alkohol, sedangkan kelarutan dalam air adalah 0,53 g dalam 100 mL dan
kelarutan dalam eter adalah 7 gram dalam 100 mL .
4
(C6H11NH2). Sedangkan hidrogenasi anilin pada fase uap dengan
menggunakan katalis nikel menghasilkan 95% cyclohexamine.
d) Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada sushu -20oC menghasilkan
mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada
suhu 0oC menghasilkan 2, 4 dinitrophenol.
2. Asam Asetat
h) Wujud : cair
i) Warna : jernih
5
2 CH3COOH + Zn (CH3COO)2Zn2+ + H
d) Pembentukan ester
3. Asetetanilida
h) Wujud : padat
i) Warna : putih
6
a) Pirolysis dari asetanilida menghasilkan N –diphenil urea, anilin,
benzene dan hydrocyanic acid.
7
2 C6H5NH2 (l) + (CH2CO)2O (l) → 2 C6H5NHCOCH3 (s) + H2O (l)
Anilin Asam Asetat Anhidrid Asetanilida II Air
Mekanisme reaksi sintesis asetanilida yang terjadi antara anilin dan asam
asetat glasial melalui reaksi substitusi nukleofilik adalah sebagai berikut:
8
Mekanisme substitusi nukleofilik senyawa anilin bertindak sebagai
nukleofil pada atom N yang memiliki kelektronegatifan yang lebih tinggi,
sedangkan asam asetat glasial sebagai gugus fungsi dari senyawa asam
karboksilat merupakan elektrofil yang terletak pada atom C yang lebih
elektropositif. Mekanisme reaksi substitusi nukleofilik antara senyawa anilin
dan asam asetat glasial terdiri dari dua tahap yaitu adisi nuklofil pada gugus
asam karboksilat, satu pasang elektron bebas pada ailin menyerang gugus asam
karboksilat pada karbokation (C+) tersier. Kemudian terbentuknya keadaan zat
antara atau intermediet melalui pembentukan kembali ikatan rangkap dari atom
karbon oleh muatan negatif dan satu pasang elektron bebas pada atom oksigen.
Pemurnian asetanilida dilakukan dengan rekristalisasi. Pada uji sifat kimia
asetanilida, penambahan NaOH sebagai basa kuat dapat melarutkan kristal
asetanilida dengan pemanasan dan pengadukan. Reaksi yang terjadi pada
pelarutan kristal asetanilida dengan NaOH yaitu:
9
Pada percobaan sintesis asetanilida, diperoleh hasil uji kelarutan kristal
asetanilida bahwa asetanilida tidak dapat larut dalam air. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan kepolaran antara kedua zat tersebut. Asetanilida bersifat non-
polar sedangkan air bersifat polar. Suatu senyawa organik akan larut dalam
pelarut organik. Oleh karena itu, kristal asetanilida dapat sedikit larut di etanol
yang bersifat semipolar, terjadi gaya tarik antar molekul di dalam kedua
senyawa yang mampu mengikat kuat molekul-molekul di dalamnya sehingga
dapat mempengaruhi ikatan antarkedua senyawa tersebut. Smith,2010, juga
menyatakan bahwa asetanilida larut dalam etanol, asam dan basa kuat, saat
dilarutkan dengan etanol, asetanilida larut dalam etanol, begitu juga dengan
basa kuat(NaOH), dan HCl. Titik leleh kristal asetanilida ditentukan dengan
menggunakan melting point apparatus diperoleh sebesar 114°C, mendekati
dengan titik leleh kristal asetanilida menurut smith, 2010 sebesar 115°C.
F. Retrosintesis Asetanilida
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Senyawa anilin bertindak sebagai nukleofil pada atom N, sedangkan asam
asetat glasial (gugus fungsi dari senyawa asam karboksilat) merupakan
elektrofil.
2. Mekanisme reaksi terdiri dari dua tahap yaitu adisi nukleofil pada gugus
asam karboksilat dan terbentuknya keadaan zat antara melalui
pembentukan kembali ikatan rangkap.
12
DAFTAR PUSTAKA
13