Anda di halaman 1dari 77

Sediaan Obat Bentuk Tablet

Kelompok 5
Wardah Musfirah
Wiwin Widianingsih
Meilitha Eriyana
Nurfadilah Ariani
Qotrun Nada Syauqiah
Syarifah Aldamega Husali
Definisi Tablet
Menurut FI Edisi III, Tablet adalah sediaan padat kompak,
dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi,
zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat
lain yang cocok.
Menurut USP 26, Tablet adalah sediaan bentuk padat yang
mengandung obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau
tablet kompresi.
Menurut FI Edisi IV, Tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi
yang paing banyak tantangannya didalam mendesain dan
membuatnya. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Bolus adalah tablet besar yang digunakan Formularium untuk
obat hewan besar.
Menurut Nasional Edisi II, Tablet adalah sediaan padat
kompak, dibuat dengan cara kempa cetakdalam bentuk umumnya
tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi.
Menurut Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Tablet
adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak
dari serbuk kering, kristal atau granulat,umumnya dengan
penambahan bahan pembantu,pada mesin yang sesuai dengan
menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk
silinder,kubus, batang dan cakram serta bentuk seperti telur atau
peluru.
Keuntungan dan Kerugian
Sediaan Tablet
Keuntungan sediaan tablet :
1. Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan
dan diangkut.
2. Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk
volume yang lebih kecil.
3. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
4. Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif
lebih terjaga.
5. Dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari
sediaan.
6. Merupakan sediaan oral yang paling mudah diproduksi
massal.
7. Komposisi tablet dapat disesuaikan dalam berbagai dosis.
8. Harga relatif lebih murah
9. Merupakan sediaan oral yang memiliki stabilitas paling baik.
Kerugian sediaan tablet :
1. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah dan
prang lanjut usia.
2. Formulasi tablet cukup rumit.
3. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak.
4. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa
pahit dan tidak enak dari obat.
5. Sukar digunakan untuk anak-anak.
6. Sulit untuk memformulasikan zat aktif yang sulit dibasahi
dan tidak larut serta disolusinya rendah.
7. Beberapa bahan aktif sukar dikempa.
8. Diperlukan cara penggunaan khusus untuk tablet tertentu,
seperti tablet vagina, tablet implant, tablet sublingual, dan
tablet effervescent.
Komponen Tablet
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif,
bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan. Selain
itu, juga dapat mengandung bahan pewarna dan lak (bahan warna
yang diadsopsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut)
yang diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis.
1. Zat Aktif
Zat aktif yang terkandung dalam suatu sediaan harus
memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope yang berlaku,
seperti homogen dan stabil.

2. Excipient (Bahan Tambahan)


a. Bahan Pengisi (diluent), berfungsi untuk memperbesar
volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi
ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa.
Bahan pengisi yang biasa digunakan adalah laktosa, amylum,
kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal. Bahan
pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung adalah
filler-binders, seperti avicel (modifikasi mikrokristal-in-
selulosa/MCC).
b. Bahan Pengikat (binder), berfungsi memberikan daya
adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah
daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom akasia,
gelatin, sukrosa, povidon, metil selulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisis, dan selulosa mikrokristal.
c. Bahan Penghancur/Pengembang (desintegran), berfungsi
membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya
amylum, selulosa dan amylum yang termodifikasi secara
kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon
sambung-silang.
d. Glidan, merupakan bahan yang dapat meningkatkan
kemampuan mengalirnya serbuk. Umumnya digunakan
dalam kempa langsung tanpa proses granulasi, misalnya
silika pirogenik koloidal.
e. Bahan Pelicin/Lubrikan (lubricant), berfungsi mengurangi
gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna
untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan,
misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat,
minyak nabati terhidrogenisasi, dan talkum. Umumnya
lubrikan bersifat hidrofobil sehingga dapat menurunkan
kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu,
kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam
lauril sulfat dapat digunakan, tetapi kurang memberikan daya
lubrikan yang optimal dan perlu kadar yang lebih tinggi.
f. Bahan Penyalut (coating agent), penyalutan pada tablet bisa
dengan menggunakan lapisan gula (dragee), lapisan
tipis/salut film (film coated), lapisan cetak (press coating),
dan salut gelatin.
3. Ajuvans
a. Bahan Pewarna (colour) dan lak, berfungsi untuk
meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk,
misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan Pengharum (flavour), berfungsi untuk menutupi rasa
dan bau zat berkhasiat yang tidak enak (tablet isap penisilin),
biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di
mulut, misalnya minyak atsiri.
Macam-macam Tablet
1. Berdasarkan Metode Pembuatan
a. Tablet cetak
Tablet ini dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang
umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrisa dalam berbagai
perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan ethanol persentase
tinggi. Kadar ethanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan
pengisi dalam sistem pelarut serta derajat kekerasa tablet yang
diinginkan. Massa serbuk yang lembap ditekan dengan tekanan
rendak ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan
dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga harus hati-hati
dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet tergantung
pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan dan
tidak bergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
b. Tablet kempa
Tablet ini dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet
kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan
pengikat, desintegran dan lubrikan, serta dapat juga mengandung
bahan pewarna dan lak yang diizinkan, bahan pengaroma, dan
bahan pemanis.

2. Berdasarkan Distribusi Obat dalam Tubuh


a. Bekerja Lokal, seperti tablet isap untuk pegobatan pada
rongga mulut dan ovula untuk pengobatan infeksi pada
vagina.
b. Bekerja Sistemik (tablet per oral), yang dibedakan menjadi :
1) Yang bekerja jangka pendek (short acting), dalam satu hari
memerlukan beberapa kali pemakaian obat.
2) Yang bekerja jangka panjang (long acting), dalam satu hari
cukup menelan satu tablet, yang dibedakan lagi menjadi :
a) Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelapisan zat berkhasiat
karena proses pembuatannya, yaitu : Sebelum dicetak, granul-
granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak
diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut
yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut
dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok
kedua, dan lama kerja obat yang dikehendaki. Granul-granul dari
semua kelompok dicampurkan kemudian baru dicetak.
b) Repeat Action Tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak
dahulu menjadi tablet ini (core tablet). Kemudian granul-granul yang
kurang lama pecahnya dimanfaatkan di sekeliling kelompok pertama
sehingga terbentuk tablet baru.

3. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut


Tujuan penyalutan :
1) Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan
terhadap pengaruh udara, kelembapan, atau cahaya.
2) Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
3) Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
4) Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna, misalnya
enteric tablet yang pecah diusus.
Macam-macam Tablet Salut :
a. Tablet salut biasa/salut gula (dragee). Tablet ini disalut
dengan sispensi gula dalam air dan serbuk yang tidak larut
seperti amylum, kalsium karbonat, talkum, atau titanium
dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama dan
perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan
memperbesar bobot tablet.
b. Tablet salut selaput (film coated tablet/FCT). Tablet ini
disalut dengan hidrosipropil metil selulosa, metil selulosa,
hodrosipropil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa
asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau
mengandung air.
c. Tablet salut kempa. Tablet yang disalut secara kempa cetak
dengan massa granulat yang terdidi dari laktosa, kalsium fosfat
dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti,
kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain
sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet
ini sering digunakan untuk pengobatan secara repeat action.
d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet). Tablet salut
enterik termasuk jelis tablet lepas tunda. Jika obat dapat rusak
atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi
mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan
untuk menunda pelepasan obat hingga tablet melewati
lambung, misalnya polimer turunan selulosa dan polimer
turunan metakrilat (eudragit).
e. Tablet lepas lambat (suistained release), (efek diperpanjang,
efek pengulangan, dan lepas lambat) dibuat sedemikian rupa
sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu
setelah obat diberikan.
4. Berdasarkan Cara Pemakaian
a. Tablet biasa/tablet telan, dibuat tanpa penyalut, digunakan
per oral dengan cara ditelan, dan pecal di lambung.
b. Tablet kunyah (chewable tablet), tablet kunyah
dimaksudkan untuk dikunyak, meninggalkan residu dengan
rasa enak dalam rongga mulut. diformulasikan untuk anak-
anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan
antibiotik tertentu. Dibuat dengan cara dikempa, umumnya
menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan
pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan
bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa
tablet. Bentuk seperti tablet biasa, cara pemakaiannya adalah
dikunyah terlebih dahulu kemudian ditelan. Rasa umumnya
tidak pahit.
c. Tablet isap (lozenges, troches, pastilles), merupakan sediaan
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang
membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam
mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang (dengan bahan
dasar gelatin dengan atau tanpa sukrosa yang dilelehkan atau
sorbitol) disebut pastilles atau dengan cara kempa tablet
menggunakan bahan dasar gula disebut troches. Cara
penggunaanya, yaitu diisap di dalam rongga mulut. obat ini
digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut
atau tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotik,
antiseptik, dan adstringen.
d. Tablet larut (effervescent tablet), dibuat dengan cara
dikempa. Selain zat aktif, tablet ini juga mengandung
campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
karbon dioksida. Obat ini disimpan dalam wadah tertutup
rapat atau dalam kemasan tahan lembap, pada etiket tertera
“tidak untuk langsung ditelan”. Contohnya Ca-D-Redoxon,
Supradin Effervescent.
e. Tablet implantasi (pelet), bentuk keci, bulat atau oval putih,
steril dan berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit
dengan cara merobek kulit sedikit, lalu tablet dimasukkan,
kemudian kulit dijahit kembali, dengan kata lain melalui
proses pembedahan. Zat aktif akan dilepas perlahan-lahan.
f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet), merupakan tablet
steril, berat umumnya 30 mg, larut dalam air digunakan
dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injksi secara
antiseptik dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).
g. Tablet bukal (buccal tablet), digunakan dengan cara
meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
h. Tablet sublingual, digunakan dengan cara meletakkan tablet
di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung
melalui mukosa mulut, diberikan secara obat atau obat yang
ketersediaannya diperlukan cepat seperti halnya tablet
nitrigliserin dan tablet isosorbid dinitrat.
i. Tablet vagina (ovula), berbentuk bulat telur atau agak pipih
digunakan dengan cara dimasukkan ke vagina dengan cara
langsung maupun menggunakan alat “insertor” tabung
plastik guna memastikan tablet dimasukkan dalam bagian
atas vagina. Tablet akan terdesintegrasi dalam cairan vagina.
Contohnya Nystatin tablet vagina.
j. Tablet implant, merupakan sediaan dengan massa padat
steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurinian tinggi,
dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan
dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (subkutan)
dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara
berkesinambungan dalam jangka waktu lama. Implan
ditanam dengan bantuan injektor khusus (tractor) atau
dengan sayatan bedah. Implan biasanya mengandung hormon
seperti testoteron atau estradiol yang dikemas dalam vial atau
lembaran timah steril.
Cara Pembuatan Tablet
Pengolahan sediaan padat dimulai dari proses penimbangan
hingga pengemasan primer. Dalam melakukan setiap tahap
proses produksi sediaan padat selalu dilakukan pencucian alat
dan pembersihan ruangan setiap akan melakukan proses
produksi dan sesudah melakukan proses produksi yang nantinya
akan diperiksa oleh bagian Pengawasan Mutu.
Bahan obat dan zat-zat tambahan pada sediaan tablet
umumnya berupa serbuk, tidak dapat langsung dicampur dan
kemudian dicetak menjadi tablet karena tablet akan terpisah dan
pecah. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul,
yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang melekat
satu sama lain. cara mengubah sebuk menjadi granul ini disebut
granulasi.
Tujuan granulasi :
1. Memperbaiki sifat alir (free-flowing), yaitu granul dengan
volume tertentu dapat mengalir teratur dalam jumlah yang
sama ke dalam mesin pencetak tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika
dibandingkan bentuk sediaan serbuk jika diukur dalam volume
yang sama. Karena semakin banyak udaranya, tablet makin
mudah pecah.
3. Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada punch dan
mudah lepas dari cetakan (die).
4. Tablet-tablet yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung
butiran-butiran serbuk lembut/halus (fines) antara 10% - 20%
yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya.
5. Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara, yaitu granulasi
basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slug), dan
kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah
untuk meningkatkan aliran campuran dan/atau kemampuan
kempa.

Tablet-tablet yang dibentuk masih diperbolehkan


mengandung butiran-butiran serbuk lembut/halus (fines) antara
10% - 20% yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya.
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara, yaitu granulasi
basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slug), dan kempa
langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan/atau kemampuan kempa.
Granulasi Basah
Dibuat dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan
zat penghancur hingga homogeny, lalu dibasahi dengan larutan
bahan pengikat, jika perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu,
diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam oven dengan suhu
400-500C (tidak lebih dari 600C). Setelah kering, granul tersebut
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelican/lubrikan dan dicetak
menjadi tablet dengan mesin pencetak tablet.
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan
dapat disimpan lama dibandingkan cara granulasi kering. Untuk
proses pembuatan lebih jelas dijabarkan sebagai berikut.
1. Proses Penimbangan Bahan Baku
Proses penimbangan dimulai dari penimbangan bahan aktif
dan bahan tambahan lainnya yang dibutuhkan dalam pembuatan
obat yang dilakukan oleh minimal 2 (dua) personil Instalasi
Penyimpanan (Instalsimpan) atau gudang farmasi, dimana satu
orang menimbang dan satu orang mengawasi agar didapatkan
hasil penimbangan yang tepat.
Selain itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang
Prosedur Tetap (Protap) penimbangan dan personil. Hasil
penimbangan disimpan di dalam ruang staging.
Timbangan skala Laboratorium Timbangan skala Industri
2. Proses Pembuatan Bahan
Pengikat (Mucilago)
Sejumlah tertentu aqua
demineralisasi dididihkan dalam
tangki pemanas double jacket.
Setelah mendidih, dimasukkan
sejumlah bahan pengawet kemudian
diaduk hingga homogen. Setelah itu,
masukkan gelatin dan aduk
homogen. Kemudian, Amylum
Solani yang sebelumnya sudah
dikembangkan dimasukkan ke dalam
aqua demineralisasi sedikit demi
sedikit, lalu dilakukan pengadukan
sampai terbetuk massa bening.
Panci double jacket
3. Proses Pencampuran Bahan
Berkhasiat dengan Fase
Dalam
Bahan berkhasiat dicampurkan
dengan fase dalam dan diaduk
sampai homogen. Saat
pencampuran, memasukkan bahan
dilihat dari sifat bahan baku seperti
higroskopis, kristal, volumines, dan
lain-lain, yang dicampurkan sedikit
demi sedikit.
Mixer skala industri R&D Cube Mixer

Slant Cone Mixer Mixer V


4. Proses Granulasi Basah
Metode granulasi yang digunakan adalah granulasi basah,
yaitu proses pembuatan granul dengan cara membasahi bahan-
bahan yang digunakan hingga menjadi massa kempal.
5. Proses Pengeringan
 

Massa yang telah diperoleh


kemudian dikeringkan dalam
oven dengan suhu 40-50 selama
15 jam sampai terbentuk massa
setengah kering dengan
kapasitas oven 500 kg.
6. Proses Pengayakan
Massa setengah kering diayak dengan ayakan ukuran mesh
tertentu, tergantung dari jenis dan ukuran tablet.
7. Proses Pengeringan
Massa yang telah diayak dikeringkan kembali di oven dengan
suhu dan waktu yang sama seperti pengeringan sebelumnya
sampai mencapai kadar air sekitar 2-5%, tergantung jenis tablet
yang dibuat.
8. Proses Pengayakan
Massa yang telah kering dilakukan pengayakan kembali
dengan ayakan ukuran mesh tertentu sampai diperoleh massa
granul. Misalnya untuk tablet dengan ukuran 6,5 mm dan 7,5 mm
menggunakan diameter mesh ukuran 16 sedangkan untuk tablet
dengan diameter 12 mm dan 13 mm menggunakan mesh ukuran
10.
9. Pengawasan Mutu
Terhadap granul yang telah dikeringkan dilakukan pengujian
mutu atau In Process Control (IPC), yakni kadar air dan
pemeriksaan susut pengeringan. Granul yang memenuhi syarat
dibuat massa cetak dengan penambahan fase luar dan dilakukan
IPC dengan mengambil sampel sebanyak 3 x 7,5 g untuk
dilakukan uji kadar oleh Instalasi Pengawasan Mutu (QC).
10. Proses Pembuatan Massa Cetak Granul
Granul yang telah lulus dalam pengujian mutu (IPC)
kemudian dibuat massa cetak dengan penambahan pelincir
(untuk mengurangi gesekan antar zat), pelicin (untuk mengurangi
gesekan antara zat dengan alat atau mesin cetak), dan penghancur
luar, lalu diaduk hingga homogen.
11. Pengawasan Mutu
Massa cetak yang akan dicetak,
sebelumnya dilakukan pengujian mutu
(IPC) terhadap homogenitas kadar zat
aktifnya.
12. Proses Pencetakan Tablet
Massa cetak yang telah lulus
pengujian mutu kemudian dicetak
dengan mesin cetak tablet yang
sebelumnya telah disesuaikan dengan
ukuran dan diameter tablet yang akan
dibuat. Selama proses pencetakan harus
diperhatikan kekerasan, ketebalan, dan
keragaman bobot tablet, kemudian hasil
cetak tersebut dialirkan ke dalam alat
deduster untuk menghilangkan debu
atau fines yang masih ada pada
permukaan tablet.
13. Pengawasan Mutu
Selama pencetakan, dilakukan IPC di ruang produksi terhadap sisi
kanan dan sisi kiri mesin cetak yang meliputi keseragaman bobot,
kekerasan tablet, dan ketebalan tablet. Sedangkan pengujian mutu oleh
Instalasi Pengawasan Mutu (QC) meliputi uji waktu hancur, keregasan,
diameter, tebal, kekerasan, keragaman bobot tablet, kadar bahan aktif,
dan uji disolusi tablet tertuntu pada hasil pencetakan. Sampling IPC
dilakukan setiap 15 menit sekali kepada tablet hasil cetak yang
kemudian dicatat dalam Batch Record.
Jika tidak memenuhi spesifikasi, maka akan dilakukan penyesuaian
dan cek kinerja mesin cetak. Masalah yang sering dihadapi ketika
proses cetak adalah capping, yaitu pemisahan sebagian atau
keseluruhan bagian atas atau bawah badan tablet sehingga tidak
memenuhi spesifikasti yang dipersyaratkan. Capping dapat disebabkan
oleh proses pengeringan yang tidak baik sehingga kadar air tidak
sesuai. Sebanyak 50 tablet dikirim ke Instalasi Pengawasan Mutu (QC)
untuk dilakukan uji kualitas dari tablet yang dicetak.
14. Proses Penyalutan
Jika perlu, tablet akan
melalui proses penyalutan.
15. Pengawasan Mutu
Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap tablet salut
adalah penampilan, waktu
hancur, ketebalan, dan
keseragaman bobot.
•   Proses Stripping
16.
Tablet salut ataupun tablet biasa yang telah lulus pengujian
mutu dikemas (stripping) dengan menggunakan bahan pengemas
Polycellonium sebagai kemasan primer, dengan suhu mesin 80-
100. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyetripan yaitu
sebelum digunakan sealing roller pada mesin stripping harus
dipanaskan terlebih dahulu. Suhu mesin tidak boleh terlalu
rendah karena akan menyebabkan kemasan tidak dapat melekat
satu sama lain dan juga tidak boleh terlalu tingi karena akan
menyebabkan pelekatan yang buruk atau pelelehan pada kemasan
strip. Selain suhu yang digunakan, hal yang perlu diperhatikan
adalah kecepatan.
17. Pengawasan Mutu
Pengujian Mutu yang dilakukan di ruang produksi terhadap
hasil stripping meliputi uji kebocoran strip secara visual,
penandaan ED (Expire Date), dan nomor batch setiap 30 menit
sekali.

Pada beberapa proses pembuatan harus memperhatikan


parameter kritis yang ditentukan agar produk yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan.
Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel
zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip
dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini
yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif
yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban. Pada proses ini komponen–
komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke
dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa
yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya
slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya
mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat
belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan
pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu
dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada
salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan
tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
• Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
• Zat aktif susah mengalir ·
• Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Kempa Langsung
Metode kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan
cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat
aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap
panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl,
NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar
zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif
tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan
sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat
aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya
baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu
menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
Keuntungan & Kerugian
Metode Pembuatan Tablet
Metode Keuntungan Kerugian
Granulasi 1. Memperoleh daya alir 1. Tahap pengerjaan
Basah yang lebih baik lebih lama
2. Meningkatkan 2. Banyak tahapan
kompresibilitas. validasi yang harus
3. Untuk mendapatkan berat dilakukan
jenis yang sesuai 3. Biaya cukup tinggi
4. Mengontrol pelepasan 4. Tidak cocok untuk
5. Mencegah pemisahan bahan yang tidak
komponen selama proses tahan lembab dan
6. Meningkatkan distribusi panas
keseragaman kandungan
Granulasi 1. Peralatan lebih sedikit 1. Memerlukan mesin
dibandingkan granulasi tablet khusus slug
Kering
basah 2. Tidak dapat
2. Cocok untuk bahan yang mendistribusikan zat
tidak tahan panas dan warna dengan seragam
lembab 3. Proses banyak
3. Tahap pengerjaan tidak menghasilkan debu,
terlalu lama sehingga rentan
4. Biaya lebih efisien terhadap kontaminasi
5. Mempercepat waktu hancur silang
obat dalam tubuh karena 4. Menghasilkan tablet
tidak menggunakan yang kurang tahan lama
pengikat dibandingkan dengan
granulasi basah
Kempa 1. Lebih ekonomis 1. Kurang seragamnya

langsung kandungan zat aktif karena


2. Lebih singkat prosesnya kerapatan antara zat aktif
3. Dapat diterapkan pada dengan pengisi berbeda.

zat aktif yang tidak 2. Zat aktif dengan dosis besar


tidak mudah untuk dikempa
tahan panas dan lembab langsung
4. Waktu hancur dan 3. Sulit memilih eksipien,

disolusi lebih baik karena harus memiliki sifat


mudah mengalir, memiliki
karena tidak memakai kompresibilitas, kohesifitas,
pengikat dan adhesifitas yang baik,
dsb.
4. Alat yang digunakan mahal.
Kerusakan pada Pembuatan Tablet
1. Binding
Merupakan kerusakan tablet yang disebabkan massa yang
akan di cetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2. Sticking/picking
Merupakan pelekatan yang
terjadi pada punch atas dan
bawah yang disebabkan
permukaan punch tidak licin,
pencetak masih ada lemaknya,
zat pelicin kurang, atau massa
yang masih basah.
3. Whiskering
Merupakan terjadinya
pelelehan zat aktif saat
pencetakan pada tekanan tinggi
karena pencetak tidak pas
dengan ruang cetakan.
Akibatnya pada penyimpanan
dalam botol-botol, sisi-sisi yang
berlebih akan lepas dan
menghasilkan bubuk.
4. Spliting/Capping
Spliting: Lepasnya lapisan tipis dari
permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Capping: Membelahnya tablet dibagian
atasnya. Penyebabnya adalah :
Spliting
a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang
b. Massa tablet terlau banyak serbuk dan
terlalu banyak mengandung udara sehingga
setelah dicetak udara akan keluar.
c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan
tablet terlalu besar, sehingga udara yang
berada diatas massa yang akan dicetak
Capping
sukar keluar dan ikut tercetak.
d. Formulanya tidak sesuai.
e. Die dan Punch tidak rata.
5. Motling
Merupakan terjadi karena zat
warna tersebar tidak merata pada
permukaan tablet.

6. Crumbling
Merupakan tablet menjadi retak
dan rapuh. Penyebabnya adalah
kurang tekanan pada pencetakan
tablet dan kurangnya zat pengikat.
Evaluasi Mutu Tablet
1. Keseragaman Bobot dan
Keseragaman kandungan
Alat : Timbangan Digital Analitik
Prosedur :
Diambil 20 tablet sebagai
sampel, lalu timbang satu per satu.

Timbangan Digital Analitik


2. Uji Kekerasan
Alat : Hardness Tester
Prosedur :
Ambil sebagian tablet sebagai
sampel. Letakkan satu tablet diantara
dua penyangga, kemudian tekan
sampai tablet retak atau hancur.
Lihat dan catat hasil pengamatan
apakah telah memenuhi syarat Hardness Tester
kekerasan yang telah ditentukan atau
tidak.
3. Uji Keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain, diameter
tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet.
a. Uji Ketebalan
Alat : Dial Thickness Gauge
Prosedur :
Letakkan tablet diantara penyangga,
kemudian lihat dan catat hasil Dial Thikness Gauge
pengamatan.
b. Uji Diameter
Alat : Jangka Sorong
Prosedur :
Letakkan tablet diantara penyangga Jangka Sorong
jangka sorong, kemudian lihat dan catat
hasil pengamatan.
4. Uji Waktu Hancur
a. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan tablet
tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet bersalut gula dan bersalut selaput,
serta salut enterik.
b. Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan
cara yang tertera pada waktu hancur tablet,
waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan tablet bukal tidak lebih
dari 4 jam.
c. Untuk obat yang kelarutannya dalam air
terbatas, uji disolusi akan lebih berarti dari
Disintegration/Disolusi
pada uji waktu hancur. Tester
Alat : Disintegration/Disolusi Tester
Prosedur :
a. Masukkan 6 tablet ke dalam tabung, dimana tiap 1 tabung
diisi dengan 1 tablet.
b. Naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit.
c. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat
penyalut.
d. Catat waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing tablet
untuk hancur.
5. Uji Keregasan
Alat : Friability Tester
Prosedur :
a. Ambil sampel tablet yang akan diuji
sebanyak 20 tablet.
b. Bersihkan tiap tablet dan juga wadah yang
akan digunakan.
c. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam piringan acrilic atau alat friabilitor,
dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4
menit, jadi kecepatan putarannya 25 Friability Tester
putaran per menit atau selama 5 menit
kecepatan putarannya 20 per menit.
d. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat,
bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama.
e. Hitung presentase kehilangan bobot
sebelum dan sesudah perlakuan.
6. Uji Kebocoran Strip
Alat : Desicator dan Vacum Pum
Prosedur :
Ambil beberapa sampel tablet yang
telah di strip. Masukkan strip ke dalam
desicator yang telah diberi cairan
berwarna, lalu beri pemberat di atas strip.
Nyalakan Vacum Pum, biarkan kurang
lebih 5-15 menit. Matikan Vacum Pum,
ambil sampel strip yang telah diuji lalu
buka kemasan strip dan amati apakah Desicator dan Vacum Pum
terjadi kebocoran atau tidak dengan
indikator perubahan warna yang terjadi
pada tablet jika terjadi kebocoran pada
strip.
Daftar Pustaka
1. Teknik Pembuatan Sediaan Obat Jilid 2 untuk SMK/MAK
Kompentensi Farmasi
2. http://
farmasiindustri1.blogspot.co.id/2016/01/ilmu-farmasi_5.html
3. http://
www.keyinternational.com/processing-equipment/tablet-friab
ility-tester/key-friability-tester-ft-400
4. https://
www.alibaba.com/product-detail/Tablet-Disintegration-Test-
Apparatus_133951741.html
Daftar Pertanyaan
1. Contoh sediaan tablet salut selaput! (Kelompok 1)

Sumber : https://www.google.com/search?q=contoh+sediaan+tablet+salut+selaput&client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=np&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj4mqCqhubWAhUKEpQKHX8dDEgQ_AUI
2. Apa yang dimaksud tablet inti? (Kelompok 2)
Tablet inti merupakan tablet yang belum mengalami proses
penyalutan dalam pembuatan tablet salut kempa. Oleh karena itu,
tablet ini sering juga disebut tablet dalam tablet.
Sumber : http://ntaundaimena.blogspot.co.id/2013/06/farmasetika-tablet-salut.html

3. Contoh tablet salut kempa (multi layer tablet)! (Kelompok 3)

Kremil-S

Sumber : https://www.google.com/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US
%3Aofficial&channel=np&biw=1366&bih=677&tbm=isch&sa=1&q=decolgen+tablet&oq=de
colgen+tablet&gs_l=psy-
ab.3...668147.672406.0.672593.40.13.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1.1.64.psy-
ab..40.0.0.0...0.GwuOqMAPNBE#imgrc=_
4. Apa parameter kritis Roller Compactor dalam granul kering?
(Kelompok 4)
Parameter Kritis adalah parameter atau hal-hal yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas
atau mutu produk yang dibuat.
Parameter kritis pada Roller Compactor pada granulasi
kering adalah compression force (kekuatan tekanan), gap width
(lebar celah/bolongan), roll speed (kecepatan putaran), feeding
screw speed (kecepatan sekrup pengumpan), granulating screen
size (ukuran granul), played different roles to the properties of
ribbon and granul products (perbedaan sifat dan produk granul).

Sumber : https://documents.tips/documents/tugas-industri-teaching-parameter-kritis-
tablet.html
5. Apa bantuan injektor khusus (tracor) pada tablet implant?
(Kelompok 6)

Naltrexone Implant Injection

Sumber : https://www.google.com/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US
%3Aofficial&channel=np&biw=1366&bih=677&tbm=isch&sa=1&q=naltrexone+implants+
injection&oq=naltrexone+implants+injection&gs_l=psy-
ab.3...657515.667213.0.667544.43.25.0.0.0.0.477.477.4-1.1.0....0...1.1.64.psy-
ab..42.1.475.0..0j0i67k1.0.haZo0o4hGgw#imgrc=7aF-ivozHV11RM:
Formulasi Tablet Vitamin C 50 mg
I. Formulasi II. Spesifikasi
A. Satuan Dasar……………200mg/tablet A. Pemerian
1. Acidum Ascorbicum……………..50mg
Massa tablet berwarna kuning,
2. Amylum Manihot………………….14mg
rasa asam manis.
3. Avicel……………………………………14mg
B. Bahan-bahan
4. Talcum……………………………………4mg
5. Magnesium Stearat………………..4mg Semua bahan yang dipakai (bahan
6. Lactosum sampai…...............200mg berkhasiat dan bahan tambahan)
harus memenuhi spesifikasi
B. Jumlah Bahan yang Diperlukan
terbaru.
untuk 1 Bets = 100.000 tablet =
20kg III. Peralatan
1. Acidum Ascorbicum……………..….5kg 1. Timbangan
2. Amylum Manihot…………….……1,4kg
2. Wadah terbuat dari baja tahan
3. Avicel…………………………............1,4k
g
karat
4. Talcum………………………………….0,4kg 3. Mixer
5. Magnesium Stearat……...........0,4kg 4. Mesin Cetak Tablet (Cadmatch)
6. Lactosum sampai…………………..20kg
IV. Pembuatan
1. Timbang semua bahan yang dibutuhkan sesuai
perhitungan.
2. Masukkan Acidum Ascorbicum, Amylum Manihot, Avicel,
dan Lactosum ke dalam mixer, aduk hingga homogeny.
3. Masukkan Magnesium Stearat, aduk hingga homogeny.
4. Setelah melakukan pengujian atau evaluasi daya serbuk
yang dihasilkan, campuran dimasukkan ke dalam corong
yang terdapat di sisi kanan dan kiri atas mesin cetak
tablet.
5. Nyalakan mesin, lakukan pencetakan tablet dengan
massa 200mg per satu tablet.
V. Evaluasi Mutu 3. Uji Keregasan
1. Keseragaman Bobot Tablet
Alat : Friability Tester
Alat : Neraca Analitik
Prosedur : Dengan mengambil
Prosedur : Dengan mengambil 20
tablet sebagai sampel, lalu 20 tablet sebagai sampel, lalu
menimbang satu per satu tablet bersihkan tablet dari debu
pada neraca analitik. Catat masing- kemudian timbang dengan
masing bobot tablet sampel. neraca analitik, catat hasil
2. Keseragaman Ukuran bobot awal. Setelah itu,
Alat : Thickness Tester/Jangka masukkan 20 tablet sampel ke
Sorong/Dial Thickness Gauge dalam friabilator. Nyalakan alat,
Prosedur : Dengan mengambil 10 lakukan selama 4 menit per 100
tablet sebagai sampel, lalu putaran (25 putaran per menit).
mengukur masing-masing teblat dan Setelah selesai, keluarkan tablet
diameter tablet dengan Thickness sampel, lalu bersihkan dari
Tester/Jangka Sorong/Dial Thickness
debu dan timbang kembali,
Gauge. Catat masing-masing ukuran
tebal dan diameter tablet sampel. catat hasil bobot setelah diuji.
4. Uji Kekerasan Tablet 5. Uji Waktu Hancur
Alat : Disintegrasi
Alat : Hardness Tester
Tester/Disolusi Tester
Prosedur : Dengan Prosedur : Dengan mengambil 6
mengambil beberapa tablet sebagai sampel, masukkan
tablet sebagai sampel, lalu 1 tablet ke dalam setiap tabung
pada alat disintegrasi
letakkan tablet pada ujung
tester/disolusi tester. Lalu
alat hardness tester masukkan ke dalam penangas air
dengan posisi vertikal. pada suhu tubuh (370C).
Tekan tombol, sehingga Jalankan alat sampai semua
tablet tertekan lalu pecah. tablet
hancur/terdisolusi/terdisintegras
Lihat skala pada alat, i, lalu catat waktu hancur yang
lakukan sebanyak 3 kali. diperlukan.
Sumber : Sediaan-tablet-vitamin-c.html?m=I

Anda mungkin juga menyukai