Puyer
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Obat yang terlalu besar
volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat
dalam bentuk serbuk. Masalah stabilitas yang seringkali dihadapi dalam sediaan
bentuk cair, tidak ditemukan dalam sediaan bentuk serbuk. Obat yang tidak stabil
dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk atau granul.
(Farmakope Indonesia V,2014)
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau tidak
terbagi (Pulvis). Pada umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen. Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari pengaruh
lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan melapisi tiap bungkus dengan
kertas selofan atau sampul polietilena. Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas
pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan
beberapa analgesik tertentu dan pasien dapat menakar secara aman dengan sendok
teh atau penakar lain. Serbuk tidak terbagi lainnya antara lain, serbuk gigi, serbuk
tabur. (Farmakope Indonesia V,2014)
Menurut Prof. Dr. Dr. Rianto Setiabudi,Sp.FK dari Farmakologi FK-UI,
peresepan obat puyer membawa risiko untuk pasien dan berbagai dampak negatif
lainnya. Di negara maju, praktik ini sudah sangat berkurang karena, :
1. Kemungkinan kesalahan manusia dalam pembuatan obat racik puyer
tidak dapat diabaikan.
2. Stabilitas obat tertentu yang dapat menurun bila bentuk aslinya
digerus.
3. Toksisitas obat dapat meningkat.
4. Waktu penyediaan obat lebih lama.
5. Efektifitas obat dapat berkurang karena sebagian obat akan menempel
pada blender dan kertas pembungkus.
6. Pencemaran lingkungan yang kronis akibat bubuk obat yang tertinggal
pada kemasan.
7. Higienitas rendah.