Molar: A Review
Journal Reading
Sumber : Ahmad, A. & Parekh, S. & Ashley, P.. (2018). Methods of space
maintenance for premature loss of a primary molar: a review. European Archives
of Paediatric Dentistry. 19. 10.1007/s40368-018-0357-5.
disusun oleh :
Salma Nadiyah 160112170057
Pembimbing :
Abstrak
ruangan setelah terjadi premature loss pada gigi molar sulung anak dibawah 12 tahun?”
Metode penelitian dilakukan pada studi yang relevan dengan menggunakan penilaian
PICO. Laporan dan studi kasus tunggal sebelum tahun 1986 tidak termasuk dalam pencarian.
(SMs), dengan dua penelitian dinilai memiliki kualitas tinggi, empat penelitian dinilai
memiliki kualitas sedang, delapan penelitian dinilai memiliki kualitas rendah, dan enam
penelitian dinilai memiliki kualitas sangat rendah. Semua penelitian membahas tentang
Simpulan tidak terdapat bukti yang kuat untuk mendukung penggunaan alat SM
tertentu, berikut rekomendasi penggunaan yang dibuat : (a) rekomendasi kuat : Pada kasus
dokter tidak dapat menggunakan rubber dam, klinisi disarankan untuk tidak menggunakan alat
SM berbahan Glass Fiber Reinforced Composite Resin (GFRCR), (b) rekomendasi lemah ;
Alat SM crown and loops direkomendasikan pada premature loss gigi molar pertama sulung;
GFRCR direkomendasikan pada premature loss gigi molar kedua sulung; Alat SM bilateral
kuadran yang sama harus mempertimbangkan risiko pergerakan gigi yang tidak diinginkan,
kehilangan alat SM yang dapat dilepas atau alat SM tidak mempertahankan ruang yang ada.
Fenomena hilangnya ruangan setelah premature loss dari gigi molar sulung, pertama
kali diteliti pada tahun 1887 (Davenport, 1887). Efek samping dari premature loss mencakup;
lengkung gigi menjadi berjejal, erupsi ektopik, impaksi gigi permanen, tipping gigi permanen
2
molar pertama, hubungan gigi crossbite dan perbedaan garis median. (Richardson 1965; Clinch
and Healy 1959). Penelitian yang menunjukan penggunaan alat SM dapat mencegah terjadinya
efek samping dari premature loss masih rendah (Laing et al. 2009), meskipun alat SM telah
Alat SM dapat berupa alat cekat atau lepasan, unilateral atau bilateral. Alat SM cekat
unilateral berupa Band and Loop (B&L), Crown and Loop (C&L), Direct Bonded (DB), Glass
Fibre Reinforced Composite Resin (GFRCR) dan Distal End Shoe (DES). Alat SM cekat
bilateral dapat berupa Lower Lingual Arch (LLA), Nance and Transpalatal Arch (TPA).
Tujuan dari jurnal ini untuk menilai penelitian-penelitian mengenai beberapa tipe alat
SM untuk mendapatkan metode terbaik pemilihan alat SM setelah premature loss gigi molar
sulung.
Pertanyaan Ulasan
untuk mempertahankan ruangan setelah terjadi premature loss pada gigi molar sulung anak
dibawah 12 tahun?”.
Metode terbaik didapatkan dengan melakukan tujuh penilaian pada alat SM meliputi:
dari efek samping penggunaan alat, penilaian dari pasien, ketahanan alat, kepraktisan
Strategi Pencarian
terkait dengan judul MeSH ( Medical Subject Headings) ‘space maintenance’, atau istilah
‘band and loop’, ‘crown and loop’, ‘nance’, ‘transpalatal’, ‘lingual arch’, ‘distal end shoe’,
‘space hold*’ atau ‘space maint*’ bersamaan dengan judul MeSH ‘deciduous tooth’, ‘tooth
loss’ atau ‘molar’ atau istilah: ‘molar’ atau ‘tooth extraction’. Hasil pencarian terbatas pada
semua hasil yang berhubungan dengan anak-anak usia 0-18 tahun. Strategi serupa dilakukan
Penilaian Bukti
Penelitian tersebut secara individual dinilai sebagai kualitas tinggi, sedang, rendah atau sangat
rendah sesuai dengan prinsip penilaian kualitas bukti yang diuraikan dalam ‘Grading of
menggunakan atau tanpa menggunakan rubber dam. Kontrol kelembapan pada ikatan resin
khususnya pada anak-anak akan berpengaruh pada penggunaan atau tanpa penggunaan rubber
dam. Hal ini, dapat mempengaruhi kekuatan ikatan resin dan ketahanan dari alat SM itu sendiri,
oleh karena itu untuk menghilangkan ketidakkonsistenan yang mungkin terjadi hasilnya akan
dilaporkan secara terpisah untuk alat SM GFRCR yang ditempatkan dengan atau tanpa
Hasil
Sebanyak 406 artikel teridentifikasi berpotensi sesuai dengan pencarian basis data,
dengan 373 artikel tereksklusi setelah menerapkan kriteria inklusi berbasis PICO pada judul
dan abstrak. Kriteria inklusi yang sama diterapkan pada teks artikel lengkap dan mengeksklusi
11 artikel, dan 11 artikel lainnya kemudian tereksklusi berdasarkan desain penelitian. Pencarian
Web of Science dari 11 artikel tersisa dan memeriksa referensinya sehingga menambah
Dua puluh artikel yang sesuai dinilai secara bertahap untuk kualitas penelitian;
dirangkum dalam Tabel 2. Pelaporan hasil sesuai dengan kriteria tujuh poin penilaian
Tidak ada penelitian yang melaporkan hasil yang berkaitan dengan keberhasilan tujuan
klinis alat SM. Semua penelitian melaporkan ketahanan alat SM, penilaian kualitatif dari
ketahanan alat dirangkum dalam Tabel 4, temuan lain dirangkum berdasarkan jenis alat SM.
dengan rumus (100% - tingkat keberhasilan). Tingkat kegagalan tidak secara langsung dihitung
oleh penulis, data mentah yang tersedia dihitung untuk mengekslusi kasus tanpa follow up
dengan rumus (100% x kasus gagal/(total kasus – kasus tanpa follow up)). Tingkat kegagalan
dihitung dari data mentah dan data yang tidak secara langsung tersedia dalam penelitian
Hasil yang memiliki tingkat realibilitas yang rendah ditandai dengan tanda ‘!’. Tingkat
kegagalan yang tersedia dalam penelitian yang tidak melibatkan kasus tanpa follow up
diabaikan.
Heterogenitas dari penelitian dan variasi metode perhitungan mencegah meta analisis
untuk mendapatkan estimasi tingkat kegagalan. Satu-satunya alat SM yang dilakukan penilaian
adalah dari penelitian Qudeimat dan Sasa (2015) Garg et al. (2014), Nidhi et al. (2012), Owais
et al. (2011) dan Subaranium et al. (2008). Sehingga, perbandingan antar alat SM dapat dibuat
Keberhasilan alat SM dalam mencegah kehilangan ruangan setelah gigi molar pertama
sulung dibahas dalam 5 penelitian. Alat SM dengan komponen rigid pada ruang molar sulung
akan mencegah kehilangan ruangan selama alat dipertahankan, oleh karena itu hasil ketahanan
alat digunakan untuk menilai alat SM berikut: B&L, C&L, GFRCR, dan SM lepasan.
Sepuluh penelitian (satu kualitas tinggi, empat sedang, empat rendah dan satu sangat
rendah) mengevaluasi alat B&L dengan total sampel 545 SM dan periode follow up maksimum
6
52 bulan. Hilangnya semen atau desementasi dinilai sebagai penyebab kegagalan paling umum.
Kegagalan alat ini dicatat dapat menyebabkan lesi pada jaringan lunak, dan merupakan
penyebab hingga 14% dari semua kegagalan (Nidhi et al.,2012). Hal ini disebabkan karena
komponen logam yang mengenai jaringan lunak, baik melalui kerusakan alat, atau karet band
yang selip akibat hilangnya semen, jika hal seperti ini tidak segera ditangani dapat
Enam penelitian (empat sedang, satu rendah dan satu kualitas sangat rendah)
mengevaluasi alat GFRCR dengan sampel total 144 SM dan periode follow up maksimum 12
bulan. Gagalnya ikatan antara komposit dan enamel dilaporkan menjadi penyebab utama
kegagalan. Pemasangan alat GFRCR dinilai lebih singkat dibandingkan dengan pemakaian alat
B&L (Garg et al. 2014). Penelitian tersebut dinilai signifikan tapi tidak didukung dengan
adanya p value. Garg et al. (2014), adalah satu-satunya penelitian yang memasukkan penilaian
Patient Reported Outcome Measures (PROMs) dalam metodenya. Skala Wong-Baker (Wong-
Baker 2015) digunakan untuk mencatat ketidaknyamanan / preferensi untuk alat B&L dan
GFRCR. Hasilnya berbeda secara signifikan (p <0,001) dengan B&L bernilai rata-rata 6,40
(Sangat menyakitkan) dan GFRCR bernilai rata-rata 1,33 (Tidak Menyakitkan). Tidak
ditemukan penelitian yang menilai pendeknya ukuran GFRCR dan penggunaanya diluar
periode 12 bulan. Penentuan posisi band GFRCR dan efeknya terhadap tingkat kegagalan tidak
dinilai.
Lima penelitian(satu sedang, dua rendah dan dua sangat sangat rendah) mengevaluasi
DB SM dengan sampel total 208 SM dan periode follow up maksimum 12 bulan. Penyebab
kegagalan paling umum dalam semua penelitian adalah kegagalan ikatan enamel-komposit.
7
DB terbukti efektif dalam mencegah kehilangan ruang dalam tiga penelitian yang menilai
efektifitas alat (Santos et al. 1993; Simsek et al. 2004; Yilmaz et al. 2006). Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya oleh Swaine dan Wright (1976) yang juga menemukan DB menjadi
efektif dalam mencegah kehilangan ruang dan rotasi gigi. Gulec et al. (2014),
mempresentasikan studi kasus dari DB yang tersedia secara komersial, prefabrikasi dan dapat
disesuaikan, E-Z SM, tipe DB ini ditemukan terkait dengan peningkatan indeks peradangan
Satu penelitian berkualitas tinggi mengevaluasi C&L dengan sampel 18 SM dan follow
up 52 bulan (Qudeimat dan Sasa 2015). C&L belum menjadi pilihan yang populer untuk SM.
Selama periode waktu 5 tahun di Universitas di Inggris, hanya ada 1 C&L SM dari total 301
SM yang digunakan (Qudeimat dan Fayle 1998). Alasan yang mungkin kurang digunakannya
alat ini adalah perlunya mahkota sementara selama pembuatan alat C&L, dan kemungkinan
mengganti mahkota jika terjadi kegagalan. Qudeimat dan Sasa (2015), menjelaskan metode ini
tanpa menggunakan mahkota sementara, dan jika terjadi kegagalan, mereka menjelaskan
penghapusan loop dari C&L yang gagal dan mengubahnya menjadi alat B&L konvensional
dengan menempatkan band di atas mahkota. Para penulis mengklaim bahwa metode yang
mereka gambarkan menghilangkan alasan yang diberikan untuk kurang digunakannya alat ini.
Penyebab kegagalan paling umum adalah kerusakan solder, dan tidak ada kaitan dengan
kegagalan semen.
Satu penelitian kualitas sangat rendah mengevaluasi bentuk DES SM dengan sampel
190 SM, dan periode follow up tidak jelas. Brill (2002) menjelaskan prosedur untuk DES
buatan pabrik mudah dilakukan dan ekonomis dengan mengecualikan kebutuhan untuk
8
kunjungan kedua dan pengeluaran biaya laboratorium namun, pernyataan ini tidak berdasar.
Pemasangan alat DES dilakukan segera setelah ekstraksi, dilanjutkan dengan menyolder ujung
DES bagian distal ke mahkota prefabrikasi, hal ini terlihat sebagai prosedur yang sulit secara
teknis dan lama untuk dilakukan. Prosedur tersebut memerlukan peralatan solder tersedia di
ruang tindakan sehingga menyebabkam prosedur ini mahal dan sulit. Tidak ada penilaian
terhadap kesehatan gingiva di sekitar komponen subgingiva alat. Serupa dengan alat C&L
Enam penelitian (satu kualitas tinggi, empat rendah dan satu sangat rendah)
mengevaluasi SM LLA dengan sampel total 615 SM, periode follow up tidak jelas. Efek
samping paling umum yang dilaporkan dari alat ini adalah gangguan pada erupsi gigi permanen
(semua contoh disebabkan jika alat dipasang sebelum erupsi gigi seri permanen) dan
menyebabkan lesi pada jaringan lunak. Semua penelitian melaporkan desementasi sebagai
penyebab utama kegagalan. Sebuah penelitian RCT menemukan bahwa alat LLA dapat
mempertahankan panjang lengkung dan mengurangi ruang gigi molar sulung. Panjang
lengkung rahang diekspan dengan proklinasi dari gigi anterior rahang bawah dan akan
Nance SMs
Lima penelitian observasional (empat kualitas rendah dan satu sangat rendah)
mengevaluasi alat Nance dengan sampel total 392 SM, periode follow up sulit untuk dipastikan.
Rajab (2002) dan Baroni (1994) melaporkan proporsi kegagalan yang tinggi akibat adanya lesi
jaringan lunak, tidak diketahui penyebab spesifik dan mungkin terkait dengan akrilik yang
kegagalan. Tidak ada penelitian yang melaporkan keberhasilan alat ini dalam mencapai
Tidak ada penelitian yang dilaporkan pada alat TPA. Peralatan TPA dan Nance,
memiliki kesamaan dalam desain dan keduanya bertujuan untuk mencegah kehilangan ruang
dengan mencegah gerakan mesial, tipping dan rotasi molar pertama permanen. Kupietzky dan
Tal (2007) mempresentasikan makalah pendapat yang menyarankan TPA harus digunakan
dalam preferensi untuk peralatan Nance, karena dikhawatirkan akrilik pada alat Nance dapat
Nance dan TPA selama terapi alat ortodontik cekat. Penelitian ini tidak termasuk dalam
tinjauan ini karena tidak relevan dengan PICO, namun memberikan bukti tidak langsung yang
berguna dalam mengevaluasi dan membandingkan Nance dan TPA. Ditemukan bahwa
meskipun ada beberapa penyimpangan mesial dan tip dari molar pertama permanen dengan
kedua alat, tidak ada perbedaan yang signifikan antara besarnya pergerakan antara kedua alata
(p> 0,05) namun terdapat lebih banyak ketidaknyamanan pasien yang dilaporkan pada alat
Removable SMs
Dua penelitian observasional kualitas rendah mengevaluasi 114 SM yang dapat dilepas.
Penyebab kegagalan paling umum untuk SM yang dapat dilepas adalah complete loss.
Diskusi
Tidak ada penelitian yang kuat untuk metode terbaik untuk mempertahankan ruangan.
Penelitian untuk mengevaluasi keberhasilan dari tujuan klinis, preferensi pasien, biaya yang
10
dibutuhkan, dan rekomendasi alat tidak dapat dibuat berdasarkan hasil ini. Untuk menilai
metode terbaik dari alat SM sangat sulit berdasarkan ketahanan alat dan efikasi dari alatnya.
Rasio kegagalan bervariasi antar penelitian, dengan pengecualian pada alat C&L, semua
mengestimasi rata-rata ketahanan alat tidak mencapai dua tahun. Hal ini masuk akal karena alat
Hilangnya semen atau desementasi merupakan penyebab utama kegagalan hampir pada
semua band retained SM. Crown retained SMs tidak memberikan kegagalan desementasi dan
dapat mengeliminasi masalah yang ada pada band retained SM; hal ini juga menyebabkan
C&L memiliki ketahanan yang lebih lama. Qudeimat dan Sasa (2015) melakukan penelitian
dengan kualitas tinggi terhadap ketahanan alat SM menunjukan hasil yang berbeda dengan
alat yang lebih baik dibandingkan dengan B&L pada penelitian yang membandingkan
pemasangan yang lebih singkat, pemasangan dilakukan dalam satu kali kunjungan dan
prosedur pemasangan dan perbaikan relatif sederhana. Penelitian ini menilai bahwa GFRCR
memiliki ukuran yang sangat pendek. Penggunaan GFRCR dibatasi pada pasien dengan
kehilangan hanya satu gigi, dan memiliki gigi penyangga dengan permukaan enamel yang sehat
untuk penempatan bonding, dan hanya ketika memungkinkan penggunaan rubber dam.
Penggunaan komposit yang berbeda warna dengan gigi mempermudah klinisi ketika pelepasan
alat SM. Pemilihan alat GFRCR, harus memperhatikan follow up secara baik dan alternatif
perawatan harus ditentukan jika kegagalan berulang dalam penempatan terjadi. GFRCR yang
digunakan tanpa penggunaan rubber dam menunjukan rasio kegagalan yang tinggi, Kirzigolu
11
and Erturk (2004) merekomendasikan GFRCR hanya digunakan untuk periode waktu yang
singkat. GFRCR sangat tidak direkomendasikan bila penggunaan rubber dam tidak dapat
dilakukan.
Terdapat penelitian yang lemah yang menyatakan SM LLA memiliki keberhasilan yang
kurang dalam mempertahankan ruangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rebellato et al (2017) yang melaporkan bahwa LLA dapat meningkatkan lebar lengkung gigi
sebagai hasil pergerakan ke distal dari gigi molar dan mengurangi proklinasi dari gigi depan
bawah. Penggunaan LLA kurang direkomendasikan apabila alat SM lain dapat digunakan.
Alat TPAs dan Nance dapat mencegah pergerakan gigi molar tapi tidak memiliki efek
pada pergerakan distal gigi kaninus ke arah ruangan molar sulung. Kurangnya penelitian
terhadap keberhasilan dari alat TPAs dan Nance pada kasus hilangnya molar sulung (Owais et
al, 2011) memberi pertanyaan pada keberhasilan dari penggunaan SM bilateral dalam
pencegahan kehilangan ruangan, sehingga penggunaannya harus diimbangi dengan risiko yang
Berdasarkan penelitian Kupietzy (2007) dan penelitian tidak langsung dari penelitian
RCT kualitas tinggi (Stivaros,2010), alat TPA lebih disukai dibandingkan alat Nance
Rekomendasi yang lemah terhadap penggunaan TPA lebih baik dibandingkan Nance dibuat
Kasus dimana gigi distal dari gigi molar sulung belum erupsi (Distal free end) hanya
ada satu alat SM yang dinilai, meskipun penelitiannya ternilai bias dan berkualitas sangat
rendah, sehingga tidak ada rekomendasi yang sesuai yang dibuat pada kasus ini.
Simpulan
12
C&L memiliki ketahanan yang terbaik dan GFRCR mungkin lebih tahan lama dan lebih
aman dibanding B&L. C&L direkomendasikan pada premature loss gigi molar pertama sulung
dan GFRCR yang ditempatkan dengan penggunaan rubber dam direkomendasikan pada
Opsi pemilihan alat SM lebih sedikit ketika terdapat lebih dari satu kehilangan gigi
molar dalam satu kuadran. Alat SM bilateral lebih dipertanyakan keberhasilannya dan
kegunaannya harus mempertimbangkan risiko pergerakan gigi yang tidak diinginkan, lepasnya
alat SM, dan alat yang sama sekali tidak mempertahankan ruangan.
Brill (2002) mengatakan keberhasilan alat terletak pada perencanan terhadap pasien
meliputi perbaikan dan kontrol selama perawatan, sehingga klinisi dapat mempertimbangkan
alat mana yang terbaik sesuai dengan jangka waktu perawatan yang dibutuhkan untuk
dinilai dari kebutuhan perbaikan dan pergantian alat hingga akhir perawatan.