Anda di halaman 1dari 11

DEFINISI VEHIKULUM

Vehikulum adalah zat inaktif/ inert yang digunakan dalam sediaan topikal sebagai pembawa obat/ zat aktif agar
dapat berkontak dengan kulit, Meskipun inaktif, aplikasi suatu vehikulum pada kulit dapat memberikan
beberapa efek yang menguntungkan, meliputi efek fisik misalnya efek proteksi, mendinginkan, hidrasi,
mengeringkan/ mengangkat eksudat, dan lubrikasi, serta efek kimiawi/ farmakologis, misalnya efek analgesik,
sebagai astringent, antipruritus, dan bakteriostatik.

KLASIFIKASI VEHIKULUM

Berdasarkan komponen penyusunnya, vehikulum dapat digolongkan dalam monofasik, bifasik, dan trifasik.
Yang termasuk vehikulum monofasik di antaranya adalah bedak, salep, dan cairan. Bedak kocok, pasta, dan
krim tergolong dalam vehikulum bifasik. Sementara pasta pendingin merupakan contoh vehikulum trifasik.
Selain ketiga kelompok besar vehikulum di atas, terdapat vehikulum lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
salah satu golongan tersebut, yaitu jel.

Pembagian lain vehikulum adalah berdasarkan kelarutannya dalam air, yaitu vehikulum hidrofobik dan
vehikulum hidrofilik. Vehikulum hidrofobik meliputi ber- bagai hidrokarbon, silikon, alkohol, sterol, asam
karboksilat, ester dan poliester, serta eter dan polieter. Sementara vehi- kulum hidrofilik meliputi berbagai poliol
dan poliglikol, sebagian dari golongan ester dan poliester, serta beberapa macam eter dan polieter. Berdasarkan
konsistensinya, vehikulum dibagi menjadi cair, solid, dan semisolid.

JENIS VEHIKULUM Bedak

Bedak merupakan vehikulum solid/padat yang memiliki efek mendinginkan, menyerap cairan serta mengurangi
gesekan pada daerah aplikasi. Sebagian besar bedak mengandung seng oksida yang memiliki efek antiseptik,
magnesium silikat dengan efek lubrikasi dan mengering- kan, serta stearat yang mampu meningkatkan daya
lekat bedak pada kulit. Ke dalam bedak juga ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan
mikro- organisme dan antioksidan untuk mencegah bedak teroksidasi udara luar. Kemampuan penetrasinya pada
kulit yang rendah, menyebabkan penggunaannya terbatas, antara lain dalam bidang kosmetik Efek samping
yang dapat timbul pada penggunaan bedak antara lain inhalasi bedak ke dalam saluran napas, penggumpalan
bedak, iritasi, dan dapat memicu pem- bentukan granuloma. Aplikasi bedak pada kulit yang iritasi juga dapat
menghambat proses penyembuhan.

Para ahli telah meneliti penggunaan urea untuk menggantikan talk sebagai bahan dasar bedak. Urea merupakan
bahan non alergenik dan non toksik bagi kulit, sehingga pemakaiannya jauh lebih aman dibanding bedak
konvensional. Urea memiliki sifat antipruritus, antiseptik, antiinflamasi, menghambat proses oksidasi, dan dapat
membantu proses penyebuhan pada kulit yang teriritasi atau mengalami peradangan. Efek yang menguntungkan
tersebut memungkinkan bedak berbahan dasar urea dapat digunakan pada kulit yang mengalami iritasi.

Salep

Salep merupakan sediaan semisolid yang dapat digunakan pada kulit maupun mukosa. Bahan dasar salep yang
digunakan dalam dermatoterapi dibagi dalam empat kelompok yaitu; 1) hidrokarbon, 2) bahan penyerapan, 3)
bahan dasar emulsi, dan 4) bahan yang larut air (water- soluble based).

Salep berbahan dasar hidrokarbon memiliki efek sebagai emolien, efek oklusi, dan mampu bertahan pada
permukaan kulit dalam waktu lama tanpa mengering. Bahan dasar hidrokarbon yang paling banyak digunakan
adalah petrolatum putih dan petrolatum kuning. Umumnya bersifat stabil, sehingga tidak memerlukan zat
pengawet. Kelemahannya adalah dapat mewarnai pakaian.

Bahan dasar penyerapan pembentuk salep terdiri atas lanolin dan turunannya, kolesterol dan turunannya, serta
sebagian ester dari alkohol polihidrat. Kelompok bahan dasar ini memiliki efek lubrikasi, emolien, efek proteksi,
serta karena sifat hidrofiliknya, dapat digunakan sebagai vehikulum obat/ zat aktif yang larut air. Salep dengan
bahan dasar penyerapan bersifat lengket, namun lebih mudah dicuci dibandingkan yang berbahan dasar
hidrokarbon.

Bahan dasar salep yang lain, yaitu bahan dasar pengemulsi dan bahan dasar yang larut air sering digunakan
untuk membentuk sediaan semisolid yang lain, yaitu krim dan jel,

Konsentrasi bahan dasar salep dalam suatu sediaan berbentuk salep dapat ditingkatkan agar kemampuan
penetrasi bahan aktif yang terkandung di dalamnya meningkat, misalnya sediaan salep khusus yang disebut fatty
ointment. Konsentrasi bahan dasar salep dalam sediaan tersebut mencapai lebih dari 90 persen. Sediaan tersebut
dapat digunakan untuk kelainan/ penyakit kulit pada daerah dengan stratum korneum yang tebal, misalnya lipat
siku, lutut, telapak tangan, dan telapak kaki.

Krim

Krim merupakan sediaan semisolid yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang terdispersi dalam suatu
medium pendispersi dan membentuk emulsi. Untuk kestabilan emulsi, digunakan suatu agen pengemulsi
(emulsifier). Bahan pengemulsi dapat terlarut dalam kedua fase cairan penyusun emulsi, dan mengelilingi cairan
yang terdispersi membentuk titik-titik air mikro yang terlarut dalam medium pendispersi. Surfaktan maupun
beberapa jenis polimer atau campuran keduanya dapat digunakan sebagai bahan pengemulsi. Beberapa contoh
surfaktan yang sering digunakan dalam pembentukan emulsi adalah sodium lauril sulfat, Spans, dan Tweens.

Berdasarkan fase internalnya, krim dapat dibagi menjadi krim oil-in-water dan krim water-in-oil. Krim water-in-
oil mengandung air kurang dari 25 persen dengan minyak sebagai medium pendispersi. Selain surfaktan, zat
pengawet juga seringkali digunakan dalam sediaan krim water-in-oil. Sediaan ini kurang lengket dibanding dua
sediaan yang disebutkan sebelumnya, sehingga relatif lebih mudah diaplikasikan. Sediaan ini juga memiliki efek
sebagai emolien karena kandungan minyaknya, sedangkan kandungan air di dalamnya memberikan efek
mendinginkan saat diaplikasikan.

Krim oil-in-water mengandung air lebih dari 31 persen. Formulasi ini merupakan bentuk yang paling sering
dipilih dalam dermatoterapi. Sediaan ini dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci, kurang
berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan bila mengenai pakaian. Sebagai pengawet, biasanya digunakan
paraben untuk mencegah pertumbuhan jamur. Bahan lain yang terkandung dalam emulsi oil-in-water adalah
humektan, misalnya gliserin, propilen glikol, ataupun polietilen glikol. Fase minyak dalam sediaan ini juga
menyebabkan rasa lembut saat diaplikasikan. Wiren K dkk. (2008) meneliti hubungan antara kandungan lemak
dalam sediaan krim oil-in-water dengan kemampuan penetrasinya. Pada penelitian yang dilakukan secara in
vivo tersebut menunjukkan bahwa sediaan krim dengan kandungan lemak yang rendah memiliki penetrasi yang
lebih baik dibanding sediaan dengan konsentrasi lemak yang lebih tinggi.

Emulsi multipel

Istilah emulsi multipel digunakan untuk meng- gambarkan suatu sistem emulsi yang dalam droplet fase
internalnya terdapat droplet lain yang berukuran lebih kecil dengan komposisi sama dengan fasa eksternalnya.
Contoh emulsi multipel adalah emulsi water-in-oil-in- water (emulsi W/O/W) dan emulsi oil-in-water-in-oil
(emulsi O/W/O). Untuk kestabilan sistem emulsi multipel, diperlukan pemilihan surfaktan/ bahan pengemulsi
yang tepat.

Jel

Jel merupakan sediaan semisolid yang mengandung molekul kecil maupun besar yang terdispersi dalam cairan
dengan penambahan suatu gelling agent. Formulasi yang dibutuhkan dalam membentuk jel adalah air, propilen
glikol, dan atau polietilen glikol ditambah dengan suatu bahan pembentuk jel. Gelling agent yang biasa
digunakan adalah carbomer 934 serta carboxymethylcellulose dan hydroxypropylmethyl-cellulose yang
merupakan turunan dari selulosa. Bahan dasar pembentuk jel merupakan bahan yang larut air (water soluble
based) dan tidak mengandung minyak. Bahan ini sangat mudah dicuci, tidak mewarnai pakaian, tidak
memerlukan pengawet, dan kurang oklusif. Bahan dasar ini lebih sering digunakan pada sediaan topikal agar
konsentrasi pada permukaan kulit lebih tinggi dan membatasi penyerapan ke dalam kulit, misalnya pada
berbagai antifungal dan antibiotik topikal.
Jel merupakan vehikulum yang cocok untuk banyak zat aktif. Jel juga relatif mudah diaplikasikan pada kulit,
dapat digunakan pada daerah berambut, serta memiliki penetrasi yang baik. Kekurangan dari sediaan dalam
bentuk jel antara lain efek protektifnya yang rendah sehingga tidak dapat digunakan sebagai emolien, dan dapat
menyebabkan kulit kering dan panas bila kandungan alkohol atau propilen glikolnya tinggi.

Selain jel berbahan dasar larut air, telah ditemukan juga formulasi jel terbaru berbahan dasar pelarut organic
yang disebut organogel. Bahan dasar yang digunakan antara lain lesitin, jelatin, dan ester sorbitan. jel dengan
bahan dasar tersebut umumnya digunakan untuk zat aktif yang sukar larut di dalam air.

Cairan/ liquid

Vehikulum berbentuk cair dapat berupa air, alkohol, minyak, dan propilen glikol. Penambahan suatu zat aktif ke
dalam berbagai vehikulum cair tersebut dapat membentuk suatu sediaan cair yang berbeda bergantung kelarutan
dan jenis zat yang terdispersi dalam medium pendispersi, yaitu solusio, emulsi, dan suspensi.

solusio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut (solut) yang terlarut secara
homogen dalam media pelarut misalnya air, alkohol, minyak, atau propilen glikol. Contoh dari solusio adalah
solusio Burrowi, yodium tingtur, dan linimen.

Suspensi atau losio adalah suatu sistem berbentuk cair yang komponennya terdiri atas dua fase zat. Fase pertama
merupakan fase eksternal/ kontinu dari suspensi, yang umumnya berbentuk cair atau semisolid, dan fase kedua
merupakan fase internal yang merupakan partikel yang tidak larut dalam fase kontinu, namun terdispersi di
dalamnya. Dalam suatu sediaan obat topikal, fase internalnya adalah zat atau obat aktif. Karena tidak larut
dalam medium pendispersinya, maka zat aktif dalam suatu sediaan berbentuk suspensi atau losio dapat
mengendap bila didiamkan, sehingga sebelum digunakan harus dikocok terlebih dahulu agar dosis obat aktif
yang diaplikasikan merata. Losio banyak digunakan untuk pasien anak, karena mudah diaplikasikan secara
merata. Penguapan air yang terkandung dalam sediaan ini setelah aplikasinya memberikan efek mendinginkan.
Dibandingkan salep, losio dapat menyebabkan kondisi kulit yang kering, dan dapat menyebabkan abrasi pada
kulit.

Duweb dkk. (2003) membuktikan bahwa dalam konsentrasi sama (50 ug/g), salep calcipotriol lebih superior
dibandingkan sediaan krim untuk pengobatan psoriasis vulgaris. Cal (2005) melaporkan pengaruh berbagai
vehikulum dalam penyerapan terpenes pada kulit secara in vitro. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya
diketahui penyerapan terpenes pada tiap vehikulum berbeda bermakna, dan secara berurutan dari yang terendah
hingga tertinggi penetrasinya adalah emulsi < solusio < hidrojel. Sementara Breneman dkk. (2005) melaporkan
penggunaan losio klobetasol propionat 0,05% lebih efektif dibandingkan dengan sediaan dalam bentuk krim
dalam pengobatan dermatitis atopik. Serupa dengan penelitian yang dilakukan Breneman dkk. tersebut, Lowe N.
dkk. (2005) juga membuktikan penggunaan losio klobetasol propionat 0,05% dalam terapi psoriasis tipe plak
lebih efektif dibanding sediaan krim.

Bedak kocok

Bedak kocok merupakan kombinasi antara bedak dan cairan. Bedak yang terkandung dalam suatu bedak kocok
dapat memperluas area penguapan cairan penyusunnya sehingga memberikan efek mendinginkan. Umumnya
bedak kocok terdiri atas seng oksida, talk, kalamin, gliserol, alkohol, dan air serta stabilizer. Karena merupakan
suatu suspensi, bedak kocok bila didiamkan cenderung mengendap, sehingga sebelum pemakaian pun harus
dikocok terlebih dahulu.

Pasta

Pada dasarnya pasta merupakan salep yang ke dalamnya ditambahkan bedak dalam jumlah yang relatif besar,
hingga mencapai 50 persen berat campuran. Konsistensinya relatif lebih keras dibanding salep karena
penambahan bahan padat tersebut. Kandungan bedak yang ditambahkan ke dalamnya dapat berupa seng oksida,
kanji, kalsium karbonat, dan talk. Seperti halnya salep, pasta dapat membentuk lapisan penutup/film di atas
permukaan kulit, yang impermeabel terhadap air sehingga dapat berfungsi sebagai protektan pada daerah popok.
Komponen zat padat dalam pasta menjadikannya dapat digunakan sebagai sunblock. Pasta relatif kurang
berminyak dibandingkan salep, karena sebagian besar komponen minyak yang terkandung dalam salep telah
berasosiasi dengan bahan padat yang ditambahkan.

Lacquer

Lacquer merupakan sediaan topikal yang relatif baru di bidang dermatologi. Sediaan ini mulai digunakan untuk
mengobati kasus-kasus onikomikosis. Nail lacquer merupakan larutan yang terdiri dari etil asetat, isopropil
alkohol, dan butil monoester asam maleat. Setelah aplikasinya di atas lempeng kuku, lacquer akan mem- bentuk
lapisan film di atas tempat aplikasi. Penelitian secara in vitro pada kuku yang telah dilepaskan, menunjukkan
sediaan ini mampu menembus lempeng kuku hingga kedalaman 0,4 cm. Sementara penelitian pada manusia
dengan aplikasi sediaan antifungal (ciclopirox) dalam bentuk nail lacquer pada ke-20 kuku dan lima millimeter
pada kulit di sekitar kuku selama enam bulan, didapatkan penyerapan ciclopirox secara sistemik mencapai lima
persen dosis aplikasinya. Satu bulan setelah aplikasi dihentikan, kadar ciclopirox tidak terdeteksi lagi.

Foam

Foam merupakan suatu dispersi cairan dan atau zat padat dalam medium berbentuk gas. Dibandingkan dengan
sediaan topikal lain, foam merupakan sediaan yang paling mudah diaplikasikan pada permukaan kulit tanpa
memerlukan penekanan, sehingga sediaan ini menjadi pilihan untuk digunakan pada berbagai kelainan/ penyakit
kulit dengan inflamasi yang berat dan luas, karena penekanan yang berlebihan pada kulit yang mengalami
inflamasi menimbulkan rasa nyeri dan dapat memperberat reaksi inflamasi.

Sediaan topikal berbentuk foam dikemas dalam suatu wadah bertekanan yang berkatup. Hal tersebut menjadi
salah satu kelemahan dari sediaan berbentuk foam, karena proses pembuatan wadah bertekanan merupakan hal
yang rumit dan memerlukan biaya yang tinggi, sehingga harga sediaan berbentuk foam menjadi mahal.

Suatu penelitian yang membandingkan kemampuan bentuk sediaan foam, salep, krim, dan jel dalam melepas-
kan zat aktif (betametason valerat) telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan sediaan foam memiliki
kemampuan yang sama dengan salep dan jel dalam melepaskan komponen zat aktif, namun lebih baik
dibandingkan sediaan krim.

Penelitian lain dilakukan terhadap 25 orang anak dan bayi dengan infeksi candida pada daerah popok. Ke 25
subyek diterapi dengan sediaan berbentuk foam yang mengandung nistatin, klorheksidin, dan prednisolon.
Setelah dilakukan terapi selama 13 hari, seluruh subyek penelitian, termasuk subyek dengan manifestasi klinis
yang berat menunjukkan kesembuhan.

Liposom

Dalam bidang pengobatan, liposom dapat digunakan sebagai pembawa obat atau bahkan molekul DNA ke suatu
sel target. Struktur unik liposom memungkinkan suatu molekul obat baik yang bersifat hidrofilik maupun
hidrofobik dan juga DNA yang dibawanya dapat menembus lipid bilayer membran sel. Lipid bilayer pada
liposom dapat bergabung (fusi) dengan lipid bilayer membran sel, untuk kemudian molekul obat maupun DNA
yang dibawanya dilepaskan ke dalam sel target. Dalam suatu sediaan topikal, liposom dapat diformulasikan
dalam berbagai bentuk sediaan misalnya suspensi, losio, krim, dan jel.

jenis-jenis penyakit kulit :


1. Penyakit kulit karena peradangan
Peradangan pada kulit disebut dermatitis. Kondisi ini terjadi ketika kulit bersentuhan dengan bahan yang bersifat
iritatif atau dengan alergen (zat atau benda yang menyebabkan reaksi alergi).
Gejala dermatitis umumnya berupa gatal, kemerahan, dan bengkak. Berdasarkan penyebabnya, ada beberapa jenis
dermatitis, yaitu:

 Dermatitis kontak iritan


Dermatitis kontak iritan termasuk penyakit kulit yang paling sering terjadi. Penyakit kulit ini ditandai
dengan munculnya ruam, kulit kering, iritasi, atau bahkan luka lepuh pada area kulit yang bersentuhan
dengan zat iritan. Beberapa contoh zat iritan adalah bahan kimia, pemutih baju, deterjen, alkohol, dan
sabun mandi.
 Dermatitis kontak alergi
Gejala dermatitis kontak alergi, seperti kemerahan dan bengkak, muncul ketika kulit bersentuhan
dengan alergen. Alergen dapat berupa bahan kimia, kosmetik, cat kuku, sarung tangan lateks, protein,
atau perhiasan.
Pada orang normal, bersentuhan dengan alergen tersebut tidak akan menimbulkan reaksi alergi. Namun
pada penderita alergi, bersentuhan dengan alergen akan menimbulkan gejala dermatitis.
 Dermatitis atopik (eksim)
Eksim ditandai dengan kulit merah, gatal, kering, atau bersisik. Keluhan ini sering muncul pada kulit di
bagian leher, lipatan siku, atau bagian belakang lutut. Jika digaruk, kulit bersisik bisa mengelupas
mengeluarkan cairan.
Penyakit kulit jangka panjang (kronis) yang biasanya dimulai saat bayi ini, sering kambuh secara tiba-
tiba dan kemudian mereda.
 Dermatitis seboroik
Penyakit kulit ini biasanya mengenai area tubuh yang berminyak, seperti wajah, punggung, dan dada.
Gejalanya berupa kulit kemerahan dan bersisik. Jika mengenai kulit kepala, dermatitis
seboroik menyebabkan ketombe yang membandel. Pada bayi, penyakit kulit ini dikenal sebagai cradle
cap.

2. Penyakit kulit karena kelainan autoimun


Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang
sehat. Beberapa penyakit kulit yang disebabkan oleh gangguan autoimun adalah:

 Psoriasis
Psoriasis merupakan kondisi di mana sel-sel kulit tumbuh terlalu cepat, sehingga munumpuk dan
membentuk bercak kemerahan disertai sisik berwarna perak.
 Vitiligo
Vitiligo terjadi ketika sel kulit yang memproduksi melanin (pigmen berwarna gelap) tidak berfungsi.
Akibatnya, kulit kehilangan warnanya dan muncul bercak-bercak putih. Vitiligo bisa diderita oleh semua
jenis kulit, namun akan terlihat lebih jelas pada orang yang berkulit gelap.
 Skleroderma
Pada skleroderma, kulit menjadi keras dan menebal. Skleroderma bisa hanya menyerang kulit, tapi bisa
juga menyerang pembuluh darah dan organ dalam.
 Pemfigus
Terdapat dua macam pemfigus, yaitu pemfigus vulgaris dan pemfigus foliaceus. Pemfigus vulgaris
ditandai dengan lepuhan yang mudah pecah namun tidak gatal. Sedangkan pemfigus foliaceus ditandai
dengan kulit bersisik atau berkerak, dan lepuhan kecil yang terasa gatal jika pecah.
 Discoid lupus erythematosus
Ini merupakan penyakit lupus yang menyerang kulit. Gejala discoid lupus erythematosusmeliputi ruam
parah yang cenderung memburuk saat terkena sinar matahari. Ruam dapat muncul di bagian tubuh
mana pun, tetapi lebih sering muncul di kulit kepala, wajah, leher, tangan, dan kaki.

3. Penyakit kulit karena infeksi


Penyakit kulit akibat infeksi ini umumnya menular. dan bisa disebabkan oleh:

 Infeksi bakteri
Beberapa penyakit kulit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri di antaranya adalah
bisul, impetigo, kusta, folikulitis (infeksi pada kelenjar rambut), dan selulitis.
 Infeksi virus
Cacar, herpes zoster atau cacar ular, kutil, molluscum contagiosum, dan campak merupakan penyakit
kulit yang disebabkan oleh virus.
 Infeksi jamur
Jamur biasanya menyerang bagian kulit yang sering lembap. Macam-macam penyakit kulit karena
infeksi jamur adalah kurap, tinea cruris (infeksi jamur di selangkangan), panu, dan kutu air (infeksi
jamur pada kaki).
 Infeksi parasit
Parasit, seperti kutu dan tungau, merupakan jenis parasit yang sering menimbulkan penyakit kulit,
yaitu kudis. Selain kedua jenis parasit tersebut, infeksi cacing juga bisa menimbulkan penyakit kulit.

4) Disebabkan infeksi oleh bakteri :

a) Bisul (furunkulosis)

Bisul (furunkulosis) merupakan infeksi yang disebabkan infeksi pada folikel rambut oleh bakteri S aureus .
Gejala-gejalanya dapat ditunjukkan dengan timbulnya bintik merah dan meradang (abses) yang terasa nyeri
pada tempat yang infeksi, yang merupakan pusat fluktuasi yang merupakan puncak pustule. Begitu inti bagian
tengah nekrosis hancur, maka secara bertahap rasa sakit akan hilang. Pengobatan untuk mengatasi gejala
tersebut dapat menggunakan pengobatan antibakteri misalnya dengan menggunakan triklosan 2% dan
pemberian flukloksasin.

b) Eritrasma

Eritrasma merupakan infeksi yang disebabkan infeksi oleh bakteri gram positif, Corynebacterium Minitissimum.
Gejala-gejalanya dapat ditunjukkan dengan Eritrasma atau bercak berwarna merah sampai kecoklatan pada kulit
yang timbul di daerah intertrigonesa atau daerah lipatan seperti lipat paha, dan daerah payudara. Pengobatan
untuk mengatasi gejala tersebut dengan pengobatan anti bakteri misalnya dengan imidazol topical,asam fusidat
topical atau pemberian eritromisin oral selama 2 minggu.

5) Disebabkan infeksi oleh Virus :

a) Kutil ( wart,Veruka)

Kutil merupakan neoplasma jinak epidermis yang disebabkan oleh virus

dari kelompok human papillomavirus (HPV). Gejala-gejalanya dapat ditunjukkan dengan timbulnya kutil atau
tonjolan seperti kembang kol yang terutama sering terdapat pada tangan, biasanya sering terdapat pada anak-
anak dan usia dewasa. Kutil dapat menyebar berkelompok atau timbul disekitar kuku. Pengobatan untuk
mengatasi gejala tersebut dapat diobati dengan obat yang dioles yang mengandung asam salisilat atau
glutardehid atau dengan cara lain seperti dengan semprotan nitrogen cair.

b) Herpes simplek

Herpes simplek disebabkan oleh Herpes Virus Homonis (HSV) berdasarkan antigennya ada dua tipe : tipe I
merupakan tipe klasik yang berhubungan yang lebih di kenal dengan sariawan (cold sore/stomatis) pada bibir
dan muka.dan tipe II berhubungan dengan genital. Gejala herpes dapat ditunjukkan dengan adanya erosi yang
terasa perih dan nyeri pada mukosa kulit maupun di bibir. Pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut dapat
diobati dengan obat yang dioles atau topikal yang mengandung asiklovir 5% obat ini digunakan untuk
mencegah replikasi virus, bukan untuk membunuhnya dan tidak untuk menyembuhkan.

6) Disebabkan infeksi oleh Jamur :

Jamur biasanya menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah dermatofit (Dermatophyte yang berarti
tumbuhan jamur). Jamur serupa ragi Candida albicans, yang meyebabkan infeksi jamur. Penyakit akibat infeksi
jamur diantaranya:
a) Kutu air ( Tinea Pedis)
Kutu air disebabkan oleh jenis jamur Tricophyton dan merupakan infeksi

jamur Dermatophytose yang paling banyak timbul. Gejala-gejalanya dapat ditunjukkan dengan gatal diantara
jari kaki kemudian terbentuk gelembung yang lalu pecah dan mengeluarkan cairan, kulit menjadi lunak dan
terkelupas, sehingga membuka peluang bagi infeksi sekundar oleh kuman. Penyebaran melalui penggunaan
bersama kamar mandi dan ruang ganti, adapun sumber infeksinya adalah serpihan kulit yang terkelupas.

Pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut dengan krim mikonazol atau salep whitifild (benzoate 5%, salisilat
5% dalam lanolin dan vaselin ) dapat juga digunakan griseofulvin atau ketokonazole untuk peroral.

b) Kuku kapur (Anychomycose)

Yang bercirikan kuku menebal, kuku keras, dan mudah patah, berwarna keputih-putihan, dan ada kalanya tidak
lurus, terlebih bila sirkulasi darah di jari-jari tidak baik. Pengobatan : tebinafin oral 1 kali sehari 250 mg.

c) Panu (Pytiriasis Versicolor)

Infeksi ini banyak terjadi di Indonesia dan daerah tropis lain infeksinya berupa bercak-bercak putih dan
kecoklatan atau kemerahan di tengkuk, dada punggung, dan lengan, terutama hipopikmen di muka merupakan
masalah. Panu (Tinea Versicolor) merupakan infeksi jamur yang ditandai dengan adanya bercak putih di kulit,
dengan berbagai ukuran dan warna, ditutupi sisik halus dengan disertai gatal-gatal (Macula), atau tanpa keluhan
kosmetik. Penyebabnya adalah masalah Malassezia Fufur suatu jamur yang terdiri dari kelompok sel dengan
Hypen pendek diatas kulit.

Pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut dapat dilakukan dengan memoleskan bercak-bercak dengan
laurutan salisilat 5-10 % dalam spritus atau menggunakan ketokonazole selama 2-3 minggu.

d) Ketombe (Dandruff, Pityriasis Capitis)

Ketombe bercirikan terlepasnya serpih-serpih berlebihan dari kulit kepala yang biasanya disertai gatal-gatal.
Menurut perkiraan, penyerpihan meningkat disebabkan oleh jamur Pityrosporum Ovale.

Pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut dapat dilakukan dengan shampo yang mengandung selensulfida 2,5
%, dan piroctone olamine (Oktopiroc). Pada kasus yang hebat (Eczema Seborosis) dianjurkan menggunakan gel
ketokonazole 2% (Brown, 2002).

e) Sariawan ( Candidiasis mulut)

Merupakan infeksi mulut dengan gejala luka perih dan bercak-bercak putih

pada mukosa mulut serta lidah, yang dapat menjalar ke tenggorokan dan oseophagus. Ciri lain adalah berupa
radang di sudut mulut (cheilitis).

Pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut secara efektif dapat dilakukan dengan flukonazol secara oral,
pilihan yang kedua itranozal dan ketokonazol oral, dan pilihan yang ketiga adalah tablet isap amfoterisin (Tjay
dan Raharja, 2009).

f) Eksim (Dermatitis)
Kelainan eksim (Dermatitis) adalah suatu reaksi kulit yang ditandai dengan radang dan gatal, bisa disebabkan
oleh alergi pada detergen atau sabun cuci lainnya. Pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut dapat
menggunakan obat seperti kortikosteroid topical Ictamol salep yang dioleskan 1-3 kali sehari.
Pengobatan/ointment;

Antivirus

Antivirus adalah obat untuk penyakit kulit yang disebabkan oleh virus seperti pada cacar air, herpes, dan herpes
zoster. Obat anti virus :

 Acyclovir (Zovirax)
 Famciclovir (Famvir)
 Valacyclovir (Valtrex)

Obat-obatan ini tidak bisa mematikan virus sepenuhnya dari tubuh. Namun, obat ini berfungsi untuk
mengurangi risiko penyebaran serta mencegah agar seseorang tidak terinfeksi virus ini di masa mendatang. obat
antivirus ini juga berfungsi untuk mengurangi tingkat keparahan dan lamanya infeksi. Dengan begitu, infeksi
menjadi lebih cepat sembuh dan mencegah agar tidak timbul luka baru.

Antibiotik

Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Oleh
sebab itu, obat ini juga sering disebut sebagai antibakteri.

Biasanya penyakit kulit yang membutuhkan obat antibakteri ini yaitu:

 Infeksi kulit akibat bakteri Staphylococcus seperti impetigo


 Infeksi kulit akibat bakteri Streptococcus seperti selulitis dan bisul

jenis-jenis antibiotik untuk penyakit kulit yaitu:

 Penicillins (penicillin G, amoxicillin, flucloxacillin)


 Cephalosporins (cefoxitin, cefotaxime, ceftriaxone)
 Carbapenem (imipenem)
 Makrolid (erythromycin, azithromycin, clarithromycin)
 Tetracyclines (tetracycline, tetracycline, doxycycline, lymecycline)
 Fluoroquinolones (norfloxacin, ciprofloxacin, enoxacin, ofloxacin)
 Lincosamides (clindamycin, lincomycin)

Antijamur

Obat antijamur digunakan untuk mengatasi masalah kulit akibat infeksi jamur seperti kurap dan kutu air. Ada
dua jenis obat antijamur, yaitu yang dioles dan diminum.

Obat oles

Miconazole termasuk salah satu obat infeksi jamur yang bekerja dengan mencegah pertumbuhan jamur. Obat
antijamur oles hanya boleh dioleskan pada area yang bermasalah di kulit.

Obat Minum

Obat antijamur minum biasanya diperlukan untuk mengatasi penyakit kulit akibat infeksi jamur dengan kondisi:

 Sudah menyebar ke berbagai bagian tubuh dengan kondisi cukup parah


 Tidak bisa diobati dengan antijamur oles
 Menyerang daerah-daerah yang berambut seperti pada tinea capitis dan tinea barbae

Biasanya dosis dan lamanya pengobatan tergantung pada:


 Jenis jamur apakah candida, dermatofit (tinea), atau malassezia
 Bagian yang terserang apakah kulit, mukosa, atau kuku
 Penyakit lain yang Anda miliki
 Interaksi dengan obat-obatan lain

Adapun obat-obatan antijamur minum untuk infeksi jamur candida dan dermatofita yaitu:

 Itraconazole
 Ketoconazole
 Fluconazole
 Tablet Voriconazole dan posaconazole untuk infeksi candida dan infeksi jamur yang serius.

obat-obatan yang hanya cocok untuk infeksi candida yaitu:

 Nyastin
 Flucytosine
 Amphotericin B
 Caspofungin, anidulafungin, dan micafungin (echinocandins)

Di bawah ini obat-obatan yang cocok untuk infeksi dermatofita yaitu:

 Griseofulvin
 Terbinafine

Isotretinoin

Isotretinoin adalah obat turunan dari vitamin A (retinoid). Obat ini memiliki merek asli Accutane dan
Roaccutane. Selain sangat efektif digunakan untuk jerawat, obat ini juga bisa mengobati penyakit kulit lainnya
seperti:

 Rosacea
 Seborrhoea
 Folikulitis kulit kepala
 Discoid lupus erythematosus
 Actinic keratosis yang parah
 Karsinoma sel skuamosa

Anthralin

Antralin digunakan untuk mengobati psorasis. Anthralin bekerja dengan memperlambat pertumbuhan sel-sel
kulit. Dengan begitu, produksi sel kulit bisa terkendali sehingga tak lagi menumpuk di permukaan. Anthralin
termasuk obat yang digunakan untuk mengobati psoriasis jangka panjang. Oleh sebab itu, obat ini tidak
digunakan untuk psoriasis yang parah. Selain itu, jangan gunakan obat ini jika kulit meradang atau iritasi.
Anthralin tersedia dalam bentuk krim atau sampo. Anda perlu mengikuti anjuran dokter mengenai cara
pemakaian, dosis, dan berapa lama obat ini didiamkan di kulit.

Kortikosteroid

Kortikosteroid termasuk obat yang tersedia dalam berbagai bentuk yaitu oles dan minum atau suntik.
kortikosteroid banyak digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kulit seperti:

 Eksim
 Dermatitis seboroik
 Psoriasis
 Discoid lupus erythematosus – penyakit lupus yang hanya menyerang kulit
 Iritasi kulit akibat gigitan atau sengatan serangga
Obat-obat bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan iritasi pada kulit. Untuk obat kortikosteroid
minum :

 Prednisone
 Prednisolone
 Methylprednisolone
 Beclomethasone
 Betamethasone
 Dexamethasone
 Hydrocortisone
 Triamcinolone

Obat oles, diberikan obat sesuai dengan keparahan kondisi. Berikut jenis obat kortikoseteroid untuk mengatasi
penyakit kulit yang biasa diberikan:

 Kortikosteroid sangat kuat, betamethasone dipropionate, clobetasol propionate (Clobex, Temovate, Olux)
 Kortikosteroid kuat, amcinonide (Cylocort), desoximetasone (Topicort, Topicort LP), halcinonide (Halog)
 Kortikosteroid sedang, betamethasone valerate (Luxiq), clocortolone pivalate (Cloderm)
 Kortikosteroid dosis rendah, alclometasone dipropionate (Aclovate), desonide (Desowen), dan
hydrocortisone

Asam salisilat

Asam salisilat adalah bahan aktif dalam banyak produk perawatan kulit terutama untuk mengatasi masalah
jerawat, seborrhea, dan kutil.Asam Salisilat bekerja dengan meningkatkan kelembapan di kulit dan melarutkan
zat yang menyebabkan sel kulit saling menempel. Dan, sel kulit bisa lebih mudah untuk lepas dan terkelupas.
Namun, obat ini tidak bisa digunakan untuk kutil yang disebabkan oleh virus.

Inhibitor enzim

Inhibitor enzim atau obat penghambat kerja enzim bekerja dalam sistem kekebalan tubuh untuk melawan
peradangan. Inhibitor enzim digunakan untuk mengatasi masalah kulit akibat peradangan seperti pada eksim.
Eucrisa adalah inhibitor enzim yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat untuk
mengobati eksim.

Imunosupresan

Imunosupresan, seperti azathioprine (Imuran) dan methotrexate (Trexall), digunakan untuk mengobati psoriasis
dan eksim yang parah. Imunosupresan bekerja dengan cara mengendalikan atau menekan sistem kekebalan
tubuh guna memperlambat gejala penyakit kulit. Imunosupresan membantu menghentikan rasa gatal dan
membiarkan kulit sembuh. Otomatis hal ini membuat risiko infeksi kulit menjadi berkurang.

Adhi Djuanda, dkk. 2014. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. p. 3-4, 7-8.

Daili, F., 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Buku Ajar Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7, Cetakan Pertama. 2015. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai