Anda di halaman 1dari 13

TUGAS NUTRASETIKAL

DISUSUN OLEH :

Syafri Barlian Waris G 701 15 070

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
1. Apa yang anda ketahui tentang dermatoterapi ?
A. Definisi Dermatoterapi
Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
pengobatan penyakit kulit. Pengobatan penyakit kulit ada banyak
macamnya, yaitu medikamentosa (topikal atau sistemik), bedah kulit
(bedah skalpel, bedah listrik, bedah kimia, bedah beku), penyinaran
(radioterapi, sinar UV, sinar laser), serta psikoterapi.
Prinsip pengobatan secara umum yaitu adanya evaluasi fisik dan
psikologis pasien yang komprehensif; fisiologi, biologi, anatomi, dan
patologi; farmakologi; individualisasi pasien; bahan obat; komposisi
sederhana; serta pertimbangan ekonomi pasien.
B. Prinsip Terapi Topikal
Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik
dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh
fisik antara lain ialah mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan,
lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari
pengaruh buruk dari luar. Senua hal itu bermaksud untuk mengadakan
homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di
sekitarnya ke keadaan fisiologis yang stabil dengan segera. Obat topikal
juga digunakan untuk menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu,
misalnya rasa gatal dan panas. Pengaruh lain obat topikal adalah khasiat
kimiawi yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap kulit itu
sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topikal harus berkhasiat secara
fisik maupun kimiawi. Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2
bagian, yaitu bahan dasar (vehikulum) dan bahan aktif.
a. Bahan Dasar (Vehiculum)
Vehikulum adalah zat inaktif/ inert yang digunakan dalam sediaan
topikal sebagai pembawa obat/ zat aktif agar dapat berkontak dengan
kulit.2,13 Meskipun inaktif, aplikasi suatu vehikulum pada kulit dapat
memberikan beberapa efek yang menguntungkan, meliputi efek fisik
misalnya efek proteksi, mendinginkan, hidrasi, mengeringkan/
mengangkat eksudat, dan lubrikasi, serta efek kimiawi/ farmakologis,
misalnya efek analgesik, sebagai astringent, antipruritus, dan
bakteriostatik.2,3,7
Berdasarkan komponen penyusunnya, vehikulum dapat digolongkan
dalam monofasik, bifasik, dan trifasik.1,2,3,7 Yang termasuk vehikulum
monofasik di antaranya adalah bedak, salep, dan cairan. Bedak kocok,
pasta, dan krim tergolong dalam vehikulum bifasik. Sementara pasta
pendingin merupakan contoh vehikulum trifasik. Selain ketiga
kelompok besar vehikulum di atas, terdapat vehikulum lain yang tidak
dapat dimasukkan ke dalam salah satu golongan tersebut, yaitu jel.1
Pembagian lain vehikulum adalah berdasarkan kelarutannya dalam
air, yaitu vehikulum hidrofobik dan vehikulum hidrofilik. Vehikulum
hidrofobik meliputi berbagai hidrokarbon, silikon, alkohol, sterol, asam
karboksilat, ester dan poliester, serta eter dan polieter. Sementara
vehikulum hidrofilik meliputi berbagai poliol dan poliglikol, sebagian
dari golongan ester dan poliester, serta beberapa macam eter dan
polieter. Berdasarkan konsistensinya, vehikulum dibagi menjadi cair,
solid, dan semisolid.1,7
Selain berbagai kelompok vehikulum di atas, berbagai penelitian
juga telah dilakukan untuk meningkatkan penetrasi obat topikal ke
dalam kulit, seperti penggunaan liposom dan nanopartikel.
 Bedak
Bedak merupakan vehikulum solid/padat yang memiliki efek
mendinginkan, menyerap cairan serta mengurangi gesekan pada
daerah aplikasi.3,7,13 Sebagian besar bedak mengandung seng
oksida yang memiliki efek antiseptik, magnesium silikat dengan
efek lubrikasi dan mengeringkan, serta stearat yang mampu
meningkatkan daya lekat bedak pada kulit.7,12 Ke dalam bedak juga
ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dan antioksidan untuk mencegah bedak
teroksidasi udara luar.14 Kemampuan penetrasinya pada kulit yang
rendah, menyebabkan penggunaannya terbatas, antara lain dalam
bidang kosmetik.7,13,14
 Salep
Salep merupakan sediaan semisolid yang dapat digunakan
pada kulit maupun mukosa. Bahan dasar salep yang digunakan
dalam dermatoterapi dibagi dalam empat kelompok yaitu; 1)
hidrokarbon, 2) bahan penyerapan, 3) bahan dasar emulsi, dan 4)
bahan yang larut air (watersoluble based).1,7,13,15
Salep berbahan dasar hidrokarbon memiliki efek sebagai
emolien, efek oklusi, dan mampu bertahan pada permukaan kulit
dalam waktu lama tanpa mengering.1,11,13 Bahan dasar hidrokarbon
yang paling banyak digunakan adalah petrolatum putih dan
petrolatum kuning.1,7,13 Umumnya bersifat stabil, sehingga tidak
memerlukan zat pengawet. Kelemahannya adalah dapat mewarnai
pakaian.7,13 Bahan dasar penyerapan pembentuk salep terdiri atas
lanolin dan turunannya, kolesterol dan turunannya, serta sebagian
ester dari alkohol polihidrat. Kelompok bahan dasar ini memiliki
efek lubrikasi, emolien, efek proteksi, serta karena sifat
hidrofiliknya, dapat digunakan sebagai vehikulum obat/ zat aktif
yang larut air.1,2,7,12,14 Salep dengan bahan dasar penyerapan
bersifat lengket, namun lebih mudah dicuci dibandingkan yang
berbahan dasar hidrokarbon.7,13 Bahan dasar salep yang lain, yaitu
bahan dasar pengemulsi dan bahan dasar yang larut air sering
digunakan untuk membentuk sediaan semisolid yang lain, yaitu
krim dan jel.7,13
 Krim
Krim merupakan sediaan semisolid yang mengandung satu
atau lebih zat aktif yang terdispersi dalam suatu medium
pendispersi dan membentuk emulsi. Untuk kestabilan emulsi,
digunakan suatu agen pengemulsi (emulsifier). Bahan pengemulsi
dapat terlarut dalam kedua fase cairan penyusun emulsi, dan
mengelilingi cairan yang terdispersi membentuk titik-titik air
mikro yang terlarut dalam medium pendispersi. Surfaktan maupun
beberapa jenis polimer atau campuran keduanya dapat digunakan
sebagai bahan pengemulsi. Beberapa contoh surfaktan yang sering
digunakan dalam pembentukan emulsi adalah sodium lauril sulfat,
Spans, dan Tweens.2,7,13,17 Berdasarkan fase internalnya, krim
dapat dibagi menjadi krim oil-in-water dan krim water-in-oil. Krim
water-in-oil mengandung air kurang dari 25 persen dengan minyak
sebagai medium pendispersi. Selain surfaktan, zat pengawet juga
seringkali digunakan dalam sediaan krim water-in-oil. Sediaan ini
kurang lengket dibanding dua sediaan yang disebutkan
sebelumnya, sehingga relatif lebih mudah diaplikasikan. Sediaan
ini juga memiliki efek sebagai emolien karena kandungan
minyaknya, sedangkan kandungan air di dalamnya memberikan
efek mendinginkan saat diaplikasikan. 7,13,17
Krim oil-in-water mengandung air lebih dari 31 persen.
Formulasi ini merupakan bentuk yang paling sering dipilih dalam
dermatoterapi. Sediaan ini dapat dengan mudah diaplikasikan pada
kulit, mudah dicuci, kurang berminyak, dan relatif lebih mudah
dibersihkan bila mengenai pakaian.7,13,17 Sebagai pengawet,
biasanya digunakan paraben untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Bahan lain yang terkandung dalam emulsi oil-in-water adalah
humektan, misalnya gliserin, propilen glikol, ataupun polietilen
glikol.2,7,13,17 Fase minyak dalam sediaan ini juga menyebabkan
rasa lembut saat diaplikasikan. Wiren K dkk. (2008)18 meneliti
hubungan antara kandungan lemak dalam sediaan krim oil-in-
water dengan kemampuan penetrasinya. Pada penelitian yang
dilakukan secara in vivo tersebut menunjukkan bahwa sediaan
krim dengan kandungan lemak yang rendah memiliki penetrasi
yang lebih baik dibanding sediaan dengan konsentrasi lemak yang
lebih tinggi.
 Emulsi Multipel
Istilah emulsi multipel digunakan untuk menggambarkan
suatu sistem emulsi yang dalam droplet fase internalnya terdapat
droplet lain yang berukuran lebih kecil dengan komposisi sama
dengan fasa eksternalnya. Contoh emulsi multipel adalah emulsi
water-in-oil-inwater (emulsi W/O/W) dan emulsi oil-in-water-in-
oil (emulsi O/W/O). Untuk kestabilan sistem emulsi multipel,
diperlukan pemilihan surfaktan/ bahan pengemulsi yang tepat.17
 Jel
Jel merupakan sediaan semisolid yang mengandung molekul
kecil maupun besar yang terdispersi dalam cairan dengan
penambahan suatu gelling agent. Formulasi yang dibutuhkan
dalam membentuk jel adalah air, propilen glikol, dan atau polietilen
glikol ditambah dengan suatu bahan pembentuk jel. Gelling agent
yang biasa digunakan adalah carbomer 934 serta
carboxymethylcellulose dan hydroxypropylmethyl-cellulose yang
merupakan turunan dari selulosa.2,7,13 Bahan dasar pembentuk jel
merupakan bahan yang larut air (water soluble based) dan tidak
mengandung minyak. Bahan ini sangat mudah dicuci, tidak
mewarnai pakaian, tidak memerlukan pengawet, dan kurang
oklusif. Bahan dasar ini lebih sering digunakan pada sediaan
topikal agar konsentrasi pada permukaan kulit lebih tinggi dan
membatasi penyerapan ke dalam kulit, misalnya pada berbagai
antifungal dan antibiotik topikal. 7,13
 Cairan/Liquid
Vehikulum berbentuk cair dapat berupa air, alkohol, minyak,
dan propilen glikol.1,7,13 Penambahan suatu zat aktif ke dalam
berbagai vehikulum cair tersebut dapat membentuk suatu sediaan
cair yang berbeda bergantung kelarutan dan jenis zat yang
terdispersi dalam medium pendispersi, yaitu solusio, emulsi, dan
suspensi.1,7,13
 Solutio/Larutan
adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut
(solut) yang terlarut secara homogen dalam media pelarut
misalnya air, alkohol, minyak, atau propilen glikol. Contoh dari
solusio adalah solusio Burrowi, yodium tingtur, dan linimen. 7,13
 Suspensi/Lotio
adalah suatu sistem berbentuk cair yang komponennya terdiri
atas dua fase zat. Fase pertama merupakan fase eksternal/ kontinu
dari suspensi, yang umumnya berbentuk cair atau semisolid, dan
fase kedua merupakan fase internal yang merupakan partikel yang
tidak larut dalam fase kontinu, namun terdispersi di dalamnya.
Dalam suatu sediaan obat topikal, fase internalnya adalah zat atau
obat aktif. Karena tidak larut dalam medium pendispersinya, maka
zat aktif dalam suatu sediaan berbentuk suspensi atau losio dapat
mengendap bila didiamkan, sehingga sebelum digunakan harus
dikocok terlebih dahulu agar dosis obat aktif yang diaplikasikan
merata. Losio banyak digunakan untuk pasien anak, karena mudah
diaplikasikan secara merata. Penguapan air yang terkandung dalam
sediaan ini setelah aplikasinya memberikan efek mendinginkan.
Dibandingkan salep, losio dapat menyebabkan kondisi kulit yang
kering, dan dapat menyebabkan abrasi pada kulit. 7,13
 Bedak Kocok
Bedak kocok merupakan kombinasi antara bedak dan cairan.
Bedak yang terkandung dalam suatu bedak kocok dapat
memperluas area penguapan cairan penyusunnya sehingga
memberikan efek mendinginkan. Umumnya bedak kocok terdiri
atas seng oksida, talk, kalamin, gliserol, alkohol, dan air serta
stabilizer. Karena merupakan suatu suspensi, bedak kocok bila
didiamkan cenderung mengendap, sehingga sebelum pemakaian
pun harus dikocok terlebih dahulu. 7,13
 Pasta
Pada dasarnya pasta merupakan salep yang ke dalamnya
ditambahkan bedak dalam jumlah yang relatif besar, hingga
mencapai 50 persen berat campuran. Konsistensinya relatif lebih
keras dibanding salep karena penambahan bahan padat tersebut.
Kandungan bedak yang ditambahkan ke dalamnya dapat berupa
seng oksida, kanji, kalsium karbonat, dan talk. Seperti halnya salep,
pasta dapat membentuk lapisan penutup/film di atas permukaan
kulit, yang impermeabel terhadap air sehingga dapat berfungsi
sebagai protektan pada daerah popok. Komponen zat padat dalam
pasta menjadikannya dapat digunakan sebagai sunblock. Pasta
relatif kurang berminyak dibandingkan salep, karena sebagian
besar komponen minyak yang terkandung dalam salep telah
berasosiasi dengan bahan padat yang ditambahkan. 7,13
 Lacquer
Lacquer merupakan sediaan topikal yang relatif baru di bidang
dermatologi. Sediaan ini mulai digunakan untuk mengobati kasus-
kasus onikomikosis. Nail lacquer merupakan larutan yang terdiri
dari etil asetat, isopropil alkohol, dan butil monoester asam maleat.
Setelah aplikasinya di atas lempeng kuku, lacquer akan
membentuk lapisan film di atas tempat aplikasi. Penelitian secara
in vitro pada kuku yang telah dilepaskan, menunjukkan sediaan ini
mampu menembus lempeng kuku hingga kedalaman 0,4 cm.
Sementara penelitian pada manusia dengan aplikasi sediaan
antifungal (ciclopirox) dalam bentuk nail lacquer pada ke-20 kuku
dan lima milimeter pada kulit di sekitar kuku selama enam bulan,
didapatkan penyerapan ciclopirox secara sistemik mencapai lima
persen dosis aplikasinya. Satu bulan setelah aplikasi dihentikan,
kadar ciclopirox tidak terdeteksi lagi.23,24
 Foam
Foam merupakan suatu dispersi cairan dan atau zat padat
dalam medium berbentuk gas. Dibandingkan dengan sediaan
topikal lain, foam merupakan sediaan yang paling mudah
diaplikasikan pada permukaan kulit tanpa memerlukan penekanan,
sehingga sediaan ini menjadi pilihan untuk digunakan pada
berbagai kelainan/ penyakit kulit dengan inflamasi yang berat dan
luas, karena penekanan yang berlebihan pada kulit yang
mengalami inflamasi menimbulkan rasa nyeri dan dapat
memperberat reaksi inflamasi.25 Sediaan topikal berbentuk foam
dikemas dalam suatu wadah bertekanan yang berkatup. Hal
tersebut menjadi salah satu kelemahan dari sediaan berbentuk
foam, karena proses pembuatan wadah bertekanan merupakan hal
yang rumit dan memerlukan biaya yang tinggi, sehingga harga
sediaan berbentuk foam menjadi mahal.25 Suatu penelitian yang
membandingkan kemampuan bentuk sediaan foam, salep, krim,
dan jel dalam melepaskan zat aktif (betametason valerat) telah
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan sediaan foam memiliki
kemampuan yang sama dengan salep dan jel dalam melepaskan
komponen zat aktif, namun lebih baik dibandingkan sediaan
krim.25
 Liposom
Liposom artifisial ditemukan oleh Alec D. Bangham pada
tahun 1961. Sejak saat itu penggunaannya meluas dalam berbagai
bidang, termasuk dalam bidang dermatoterapi. Liposom
merupakan vesikel buatan terkecil yang dibentuk dari fosfolipid
dan kolesterol. Fosfolipid yang sering digunakan dalam menyusun
liposom adalah fosfatidilkolin.8,15,26,27 Secara struktural, liposom
berbentuk bulat, dengan ukuran diameter bervariasi antara 20 nm
sampai 10 μm, dan ketebalan membran 3 nm. Susunan membran
liposom sama dengan membran sel yang terdiri atas lipid bilayer
(lihat gambar 2). Liposom dapat dibedakan menjadi liposom
unilamelar dan liposom multilamelar. Liposom unilamelar
berukuran 0.02-0.05 um, sedangkan liposom multilamelar
berukuran 0.1-0.5 um.27
Dalam bidang pengobatan, liposom dapat digunakan sebagai
pembawa obat atau bahkan molekul DNA ke suatu sel target.
Struktur unik liposom memungkinkan suatu molekul obat baik
yang bersifat hidrofilik maupun hidrofobik dan juga DNA yang
dibawanya dapat menembus lipid bilayer membran sel. Lipid
bilayer pada liposom dapat bergabung (fusi) dengan lipid bilayer
membran sel, untuk kemudian molekul obat maupun DNA yang
dibawanya dilepaskan ke dalam sel target15,26-29 Dalam suatu
sediaan topikal, liposom dapat diformulasikan dalam berbagai
bentuk sediaan misalnya suspensi, losio, krim, dan jel.15,26
 Nanopartikel
Nanopartikel adalah suatu partikel berukuran nanometer,
dengan dimensi 50-200 nm. Nanopartikel tersusun oleh
makromolekul yang ke dalamnya dapat dilarutkan atau
dimasukkan suatu zat, misalnya obat aktif. Pada beberapa dekade
terakhir ini penggunaannya meluas, termasuk dalam bidang
pengobatan, baik dalam bentuk sediaan oral, parenteral, bahkan
topikal. Strukturnya menyerupai liposom, namun hanya memiliki
satu lapis membran, sehingga berbeda dengan liposom, bagian
dalam nanopartikel bersifat lipofilik, sehingga berbagai molekul
yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, vitamin D, dan vitamin
E dapat dimasukkan ke dalamnya.26 Karena ukurannya yang sangat
kecil, sediaan topikal yang diformulasikan dalam bentuk
nanopartikel dapat berkontak dengan lebih baik pada stratum
korneum sehingga penetrasi zat aktif yang ada di dalamnya pun
meningkat.4,15 Baroli dkk. (2006)33 melaporkan kemampuan
nanopartikel menembus masuk ke dalam folikel rambut dan lapisan
epidermis. Sementara Vogt dkk. (2006)34 melaporkan bahwa hanya
nanopartikel dengan ukuran 40 nm yang dapat digunakan secara
efisien sebagai pembawa vaksin melalui folikel rambut, namun
tidak dengan molekul nanopartikel dengan ukuran lebih besar yaitu
750 nm dan 1500 nm.
Berbagai hal menjadi pertimbangan dalam pemilihan vehikulum
dalam dermatoterapi, antara lain 1) stadium dan tipe penyakit kulit, 2)
tipe/status kulit, 3) lokasi penyakit kulit, 4) faktor lingkungan, serta 5)
pertimbangan kosmetik.3
 Stadium dan Tipe Penyakit Kulit
Prinsip pengobatan basah-dengan-basah serta keringdengan-
kering masih merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
dermatoterapi. Misalnya, dermatosis akut yang eksudatif
ditatalaksana dengan vehikulum yang bersifat mendinginkan yaitu
dengan menggunakan kompres dengan atau tanpa zat aktif.
Sementara dermatitis kronik dengan kelainan kulit yang kering
dapat ditatalaksana dengan menggunakan vehikulum salep, lotion,
dan krim.3,35
 Tipe dan Status Kulit
Vehikulum dapat mengubah keadaan fisik dan kimiawi kulit
dengan cara mempengaruhi kandungan lemak dan air di dalamnya.
Vehikulum yang bersifat hidrofilik sesuai untuk digunakan pada
kondisi kulit normal atau berminyak, sedangkan vehikulum yang
bersifat lipofilik lebih cocok untuk keadaan kulit yang kering.3,35
 Lokasi Penyakit Kulit
Pemilihan vehikulum berdasarkan lokasi anatomis kelainan
kulit menjadi hal penting. Ketebalan stratum korneum dan
kepadatan folikel rambut yang bervariasi pada berbagai lokasi
anatomis, mempengaruhi penyerapan sediaan topikal. Misalnya
sediaan berbentuk salep dapat digunakan dalam pengobatan
dermatosis pada telapak tangan atau telapak kaki. Pertimbangan
lain yang berkaitan dengan lokasi anatomis juga menyangkut
kenyamanan pasien dan pertimbangan kosmetik. 3,35
 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan, misalnya kondisi iklim yang ekstrim dapat
mengubah struktur matriks suatu vehikulum, sehingga diperlukan
uji untuk mengetahui kestabilan vehikulum pada berbagai keadaan
iklim.3
 Pertimbangan kosmetik
Penampilan fisik, bau, kemudahan dalam aplikasi, serta
kemampuan untuk tidak meninggalkan residu setelah aplikasi
menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan vehikulum karena
dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan.3,35

2. Menurut anda sebagai calon sarjana farmasi apa hubungan antara


dermatoterapi dengan kosmeseutikal jika di lihat dari bidang farmasi.
Manfaatnya apa saja ?
Kosmesutikal adalah produk yang di gunakan pada kulit yang di tujukan
untuk kecantikan, meningkatkan daya tarik dan mengubah penampilan.
Sedangkan dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
pengobatan penyakit kulit. Pengobatan penyakit kulit ada banyak macamnya,
yaitu medikamentosa (topikal atau sistemik), bedah kulit (bedah skalpel, bedah
listrik, bedah kimia, bedah beku), penyinaran (radioterapi, sinar UV, sinar
laser), serta psikoterapi. Hubungan antara kosmeseutikal dengan dermatoterapi
adalah kedua bidang ilmu ini sama-sama mempunyai objek tujuan berupa kulit
hanya saja kosmeseutikal lebih bertujuan untuk kecantikan kulit sedangkan
dermatoterapi bertujuan dalam pengobatan kulit.
Manfaat mempelajari dermatoterapi adalah dengan mempelajari
dermatoterapi maka kita dapat menentukan sediaan apa yang cocok untuk di
gunakan dalam pengobatan kulit termasuk vehicel (bahan dasar) dan zat aktif
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti Stadium dan Tipe Penyakit
Kulit, Tipe dan Status Kulit, Lokasi Penyakit Kulit, Faktor Lingkungan,
Pertimbangan kosmetik (Membuat obat untuk terapi pada kulit tanpa merusak
atau mengurangi aspek kecantikan kulit pemakai.

Anda mungkin juga menyukai