Anda di halaman 1dari 22

Judul : Topical Retinoids: Therapeutic Mechanisms in the Treatment of

Photodamaged Skin
Penulis : Riahi Ryan R, Bush Amelia E, Cohen Philip R.
Diambil dari : Riahi Ryan R, Bush Amelia E, Cohen Philip R. American
Journal of Clinical Dermatology. 2016: 17: 265-76.
Penerjemah : Purwita Sari

RETINOID TOPIKAL: MEKANISME TERAPI DALAM


PERAWATAN KULIT PHOTODAMAGED

Poin Utama
 Vitamin A dan turunannya memiliki peran dalam pengobatan photoaging.
 Retinoid topikal aman dan efektif dalam pengelolaan dan perawatan kulit
yang rusak akibat paparan sinar matahari (photodamaged).
 Pemahaman lebih lanjut tentang penuaan kulit dan retinoid dapat memberikan
kesempatan untuk membuat pilihan terapi baru.

Abstrak
Retinoid adalah sekelompok zat yang mengandung vitamin A dan turunan alami dan
sintetiknya. Retinoid pertama kali digunakan dalam dermatologi pada tahun 1943 oleh
Straumfjord untuk acne vulgaris. Sejak saat itu, retinoid telah digunakan dalam pengelolaan dan
perawatan berbagai kondisi kulit, termasuk photoaging. Photodamagedpada kulit terjadi sebagai
akibat dari paparan kumulatif radiasi ultraviolet (UVR) matahari dan ditandai oleh kerutan yang
dalam, mudah memar, tidak elastis, pigmentasi berbintik-bintik, kulit kasar, dan telangiectasias.
Mekanisme photodamageyang diinduksiUVRbersifat multifaktorial. Retinoid telah menunjukkan
kemanjurannya dalam tatalaksanaphotoaging. Memahami patofisiologi photoaging dan
mekanisme molekuler retinoid tidak hanya dapat memberikan wawasan tentang efek retinoid yang
dapat digunakan dalam mengobati photoaging tetapi juga dapat memberikan alasan untuk
digunakan dalam pengobatan penyakit dermatologis lainnya.

1. Pendahuluan
Retinoid adalah sekelompok zat yang mengandung vitamin A dan turunan
alami dan sintetiknya. Retinoid pertama kali digunakan dalam dermatologi pada
tahun 1943 oleh Straumfjord untuk acne vulgaris. Retinoid topikal telah
dikembangkan untuk mengatasi berbagai kondisi kulit termasuk jerawat,
photoaging, dan keratosis aktinik. Gangguan pada metabolisme, retinoid telah
dicatat dalam berbagai penyakit seperti dermatitis atopik dan psoriasis.
Ketertarikan pada terapi untuk pencegahan atau memperbaiki tanda-tanda
penuaan kulit memicu dilakukannya penelitian mengenai mekanisme yang terjadi
pada penuaan. Integumen memang telah digunakan sebagai model untuk
mengevaluasi efek dari faktor eksogen dalam proses penuaan. Radiasi ultraviolet
(UVR) telah ditunjukkan turut memainkan peran utama sebagai faktor lingkungan
yang mengarah pada penuaan dini pada kulit, dengan paparan jangka panjang
yang menyebabkan perubahan pigmentasi dan pembentukan kerutan. Studi terus
menunjukkan photodamageakibatUVRyang disebabkan oleh interaksi kompleks
yang melibatkan degradasi proteinmatriks, kerusakan inti sel dan mitokondria,
dan pembentukan spesies oksigen reaktif (Rective Oxygen Species/ ROS).

Penggunaan retinoid dalam memperbaiki tanda-tanda photodamage telah


dibuktikan. Studi untuk menjelaskan mekanisme yang tepat di mana retinoid
membalikkan atau meringankan tanda-tanda photodamage telah dilakukan.
Memahami mekanisme aksi retinoid memberikan wawasan tentang jalur
kompleks yang terlibat dalam pensinyalan retinoid. Tujuan dari kajian ini adalah
untuk membahas mekanisme retinoid topikal yang diketahui yangdigunakan
dalamkulit photodamage.

2. Metode
Pencarian menyeluruh padaPubMed dilakukan untuk mengevaluasi
makalah yang diterbitkan dari tahun 1997 hingga 2015. Istilah pencarian termasuk
dermatoheliosis, dermatoporosis, mekanisme, metabolisme, photoaging,
photodamage, retinal, retinoid, asam retinoat, retinol, kerutan, pengkerutan,
vitamin A. Artikel yang tidak terkait dengan photoaging dan vitamin A
dikeluarkan.

3. Metabolisme Vitamin A DanRetinoid


3.1 Vitamin A: Retinal, Asam Retinoat dan Retinol
Vitamin A terdiri dari sekelompok senyawa biologis yang terjadi secara
alami. Vitamin yang larut dalam lemak ini tidak dapat disintesis secara in vivo
oleh manusia dan penyerapannya membutuhkan garam empedu, lemak dari
makanan, dan lipase dari pankreas. Bentuk makanan utama yang pro vitamin A
termasuk beta-karoten dan retinil ester, mereka dipecah dan diserap oleh usus di
kilomikron. Senyawa ini kemudian diangkut ke hati dan disimpan sebagai retinil
ester. Penyimpanan hati yang normal dapat memenuhi kebutuhan vitamin A
selama 2 tahun.

Vitamin A identik dengan retinol, metabolit vitamin A termasuk retinal


dan asam retinoat. Senyawa organik lipofilik ini penting untuk diferensiasi epitel,
regulasi imun, reproduksi, dan penglihatan. Retinal penting untuk fungsi visual,
zat ini bergabung dengan pigmen batang opsin membentuk rhodopsin, suatu zat
yang diperlukan untuk adaptasi visualpada suasana gelap. Bentuk transportasi
utama vitamin A dalam tubuh adalah retinol, sedangkan asam retinoat adalah
bentuk vitamin A yang aktif secara biologis.

Retinol bersifat hidrofobik dan membutuhkan kompleks protein pengikat


retinol (Retinol Binding Protein/ RBP) dan transthyretin (prealbumin) untuk
bertransportasi dalam serum. Retinol yang terikat mencegah kerusakan pada
membran sel dan juga memfasilitasi transportasi dan pengirimannya ke organ
target.

Retinol diambil ke dalam sel, di mana retinol akan mengikat protein


pengikat retinol di sitosol (cytosolic retinol-binding protein/ CRBP). CRBP
kemudian mengirimkan retinol ke enzim yang sesuai, retinol dapat teroksidasi
untuk membentuk bentuk aktif, asam retinoat (RA), atau dikonversi menjadi
retinil ester (bentuk penyimpanan) dengan bantuanlecithin retinol acyltransferase
(LRAT). Keratinosit mengubah dan menyimpan sebagian besar vitamin A sebagai
retinil ester di kulit. Homeostasis vitamin A diatur oleh ekspresi LRAT, CYP26,
dan gen yang diinduksi RA lainnya untuk menyediakan sistem respons dan
pencegahan toksisitas retinoid.

Vitamin A bekerja melalui jalur yang kompleks yang mana melibatkan


beberapa target yang berbeda. Retinoid berkerja dengan cara mengaktifkan
reseptor di inti sel untuk mengatur transkripsi gen (Gambar 1).

Gambar. 1 Tinjauan metabolisme retinoid (Catatan: Retinol dioksidasi menjadi asam


retinoatdalam dua langkah: retinol dioksidasi secara reversibel oleh retinol dehidrogenase untuk
menghasilkan retinal, kemudian retinal dioksidasi secara ireversibel oleh retinal dehidrogenase
untuk menghasilkan asam retinoat).
CRABP cytosolic retinoic acid binding protein, CRBP cytosolic retinol binding protein, LRAT
lecithin retinol acyltransferase, RA retinoic acid, RAR retinoic acid receptor, RARE retinoic acid
response element, RBP retinol-binding protein, Retinal DH retinal dehydrogenase, RXR retinoid X
receptor, TTR transthyretin
RA diangkut ke nukleus oleh protein pengikat RA di sitosol (cytosolic RA-
binding protein/ CRABP). CRABPII adalah protein pengikat utama pada kulit.
Pada inti sel, retinoid berikatan dengan reseptor RA di inti sel (RA Receptors/
RAR), reseptor retinoid X (retinoid X receptors/ RXR) dan protein 5 pengikat
asam lemak. Isomerisasi RA menjadi RA 9-cis memungkinkan pengikatannya ke
RXR. Studi sebelumnya menetapkan bahwa RA all-trans tidak dapat berikatan
dengan RXR. Namun, laporan yang lebih baru menunjukkan bahwa pengikatan
itu mungkin terjadi dan mungkin memainkan peran dalam fungsi retinoid. RA
selanjutnya mengaktifkan kinase yang memfosforilasi RAR dan faktor transkripsi
lainnya. RAR dan RXR membentuk heterodimer, RXR juga dapat melakukan
homodimerisasi atau membentuk heterodimer dengan reseptor vitamin D atau
hormon tiroid. Dimer ini mengikat elemen respons RA (RA response elements/
RARE) untuk mengubah ekspresi gen melalui aktivasi dan represi.

RAR dan RXR masing-masing memiliki tiga sub-tipe reseptor yang


berbeda (,  dan ), berbagai retinoid topikal menunjukkan selektivitas terhadap
subtipe tertentu. RAR-sebagian besar diekspresikan dalam epidermis, sedangkan
RAR- ditemukan dalam fibroblast dermal. RAR- diekspresikan pada tingkat
yang lebih tinggi pada kulit embrionik dan penting dalam pertumbuhan dan
diferensiasi sel. RAR- agonis telah ditunjukkan dapat mengurangi ekspresi
enzim untuk pembentukan RA all-trans dan gen yang menargetkan retinoid, mirip
dengan antagonis RAR dan RXR. Agonis RAR-mendemonstrasikan induksi gen
yang terlibat dalam fungsi sebagai pembatas dan hiperproliferasi
epidermal.mRNA dari faktor pertumbuhan epidermis pengikat heparin (heparin-
binding epidermal growth factor,HB-EGF), untuk menyebabkan hiperplasia
epidermis yang terlihat pada penggunaan retinoid, memang menurun dengan
RAR- agonis dan meningkat dengan agonis RAR-.

3.2 Sifat Sitokin dan Ligan


Selain itu, vitamin A dapat berfungsi sebagai sitokin dengan mengaktifkan
STRA6 (distimulasi oleh asam retinoat 6/stimulated by retinoic acid 6) untuk
mengatur transkripsi gen. RA berfungsi sebagai ligan untuk reseptor yang
teraktivasi oleh proliferator peroksisom / (PPAR /), yang menginduksi gen
yang terlibat dalam proliferasi sel dan pencegahan apoptosis.

4. Photoaging Yang Diinduksi Oleh Radiasi Ultraviolet


4.1 Definisi
Photodamage, juga disebut dermatoheliosis, terjadi sebagai akibat dari
paparan kumulatif UVR matahari. Hal ini ditandai dengan mudah memar, kerutan
yang dalam, inelastisitas, pigmentasi berbintik-bintik, kulit yang kasar, dan
telangiektasis. Efek-efek photodamageyang diinduksi oleh UVR sering
bertumpang tindih dengan penuaan yang kronologis.
Istilah 'dermatoporosis' telah digunakan untuk menggambarkan konstelasi
fitur fungsional, morfologis, dan histologis kulit photodamageyang terjadi seiring
bertambahnya usia sehingga kehilangan fungsi pelindungnya. Manifestasi klinis
dapat mencakup purpura senile, atrofi kulit, dan pseudoca stellata. Kerapuhan
fungsional kulit menyebabkan gangguan dalam proses penyembuhan, seringnya
terjadi lesi kulit, dan perdarahan subkutan yang disebabkan oleh trauma minor.
Kondisi ini kemungkinan pertama kali muncul pada dekade keenam, namun
penyakit ini biasanya berkembang dengan bertambahnya usia dan paparan sinar
matahari jangka panjang.

Kekhawatiran tentang penampilan kulit yang mengalami photoaging dapat


secara signifikan mempengaruhi pekerjaan, hubungan pribadi, dan harga diri
individu. Hal ini dapat terlihat dari adanyaproduk anti-penuaan di pasaran seharga
10 miliar dolar. Walaupun pencegahan dan perlindungan terhadap sinar matahari
adalah kuncinya, pilihan pengobatan seperti retinoid mungkin memiliki peran
untuk meningkatkan penampilan kulit yang sudah tua dan membalikkan
kerusakan kulit.

4.2 Perubahan histologis


Kulit photodamaged menunjukkan berbagai perubahan histologis (Tabel
1).
Tabel 1 Perubahan histologis yang diamati pada kulit phodatamage
Gambaran klinis Korelasi histologi
Epidermis
Atrofi kulit (akhir) Cedera dan penurunan jumlah sel basalis dengan penurunan produksi
keratinosit
Kulit kasar (dini) Acanthosis (hiperplasia)
Perkembangan lesi pra- Atypia inti sel epidermal
kanker dan kanker
Perubahan pigmen Awalnya hiperplasia reaktif melanosit; seiring waktu, jumlahnya
menurun
NCC Berkurangnya jumlah sel Langerhans

BMZ
Kerapuhan/ Fibril penyokong yang berkurang (kolagen tipe VII)
peningkatan kerentanan Penurunan proyeksi mikrovili sel basal ke dalam BMZ
robekan kulit

Dermis
Tekstur kasar Peningkatan GAG yang terakumulasi dalam bahan elastotik
abnormal
Kulit keriput Disorganisasi fibril kolagen; berkurangnya kolagen I dan III;
peningkatan rasio tipe III ke I

Kerapuhan pembuluh Penurunan jumlah pembuluh darah kecil; tidak ada atau berkurang
darah sel-sel veil
Pembuluh darah ektatik dengan dinding menebal atau atrofi

Hiperplasia sebasea Hiperplasia kelenjar sebasea


NCC Peningkatan histiosit dan limfosit perivascular

BMZ basement membrane zone, GAG glycosaminoglycan, NCC no clinical correlation

Perubahan-perubahan ini ditandai dengan terjadinya degenerasi kolagen


dengan disorganisasi fibril, deposisi bahan elastotik abnormal, keratinosit atipia,
dan hilangnya polaritas keratinosit. Terdapat penurunan kolagen tipe I, III, dan
VII dengan penurunan tingkat hubungan silang (cross-linking) dan prekursor
kolagen. Mikrofibril fibrillin dan protein fibulin yang terkait dengan serat elastis5
(elastic fiber-associated protein fibulin-5) tidak dapat ditemukan di papila dermis
pada awal proses photoaging. Dengan atrofi kulit, epidermis dan dermis dapat
menipis, dengan hilangnya rete ridges (prosesus interpapilaris). Peningkatan sel-
sel inflamasi, seperti eosinofil, sel mast, dan sel mononuklear, juga dapat
ditemukan.
4.3 Patogenesis
Mekanisme photodamageakibat UVR bersifat multifaktorial (Tabel 2).
Tabel 2 Mekanisme photodamage akibat UVR
Gambaran klinis Mekanisme
Atrofi kulit (akhir) UVB dan ROS memediasi kerusakan keratinosit dan sel basal dengan
apoptosis; penurunan jumlah bersih keratinosit epidermis
Penurunan mRNA yang diinduksi oleh UVR untuk RAR- dan RXR-

Kulit yang kasar dan UVR menginduksi peningkatan AP-1 dan NF-kB dengan
kerutan halus peningkatan MMP, dengan hilangnya kolagen I, III, VII, dan fibrilin
Supresi AP-1 untuk transkripsi gen kolagen
Penghambatan sintesis prokolagen 1yang dimediasi oleh c-Jun
UVR menurunkan daur ulang kolagen dengan menurunkan regulasi
prolidase dan MRC2
ROS menginduksi transduksi sinyal yang dimediasi oleh MAP kinase
dengan peningkatan AP-1 dan c-Jun
Penurunan regulasi ekspresi TGF- dan pensinyalan Smad mengarah
pada penurunan sintesis prokolagen
Penyerapan UVB secara langsung dan oksidasi yang dimediasi oleh
ROS dari komponen serat elastis yang kaya sistein
Perekrutan sel radang oleh sel mast yang menyebabkan kerusakan
jaringan lokal
Peradangan kronis tingkat rendah yang dimediasi oleh leukotrien
Aktivasi NF-kB oleh UVR dengan peningkatan produksi TNF-, IL-
1, dan IL-8 yang menyebabkan rekrutmen PMN dan selanjutnya
menyebabkan produksi elastase dan MMP-8
UVR mengaktifkan CCN1 yang menginduksi IL-1, yang akhirnya
menghambat kolagen 1 dan meningkatkan regulasi MMP1
UVR menyebabkan pelepasan zat P dan CGRP oleh sistem saraf,
yang menyebabkan degranulasi sel mast

Produksi radikal bebas, stres oksidatif, dan perubahan struktur DNA


Perkembangan lesi pra- yang menyebabkan ekspresi konstitutif dari proto-onkogen yang
kanker dan kanker diinduksi oleh UVR

Diskromia Sintesis dan pelepasan MSH- yang diinduksi oleh UVR dan
dilanjutkan dengan pengikatan ke MC1R; pengikatan meningkatkan
produksi cAMP yang menyebabkan penurunan aktivasi MITF
Hiperplasia reaktif melanosit yang bersifat sekunder akibat stimulasi
yang diinduksi oleh UVR
Apoptosis keratinosit yang banyak mengandung melanin dengan
pengeluaran pigmen

Turunnya elastisitas Perubahan dan degradasi serat elastis oleh MMP, penyerapan UVB
secara langsung, dan oksidasi yang dimediasi oleh ROS
Produksi sel mast dari faktor pertumbuhan fibroblast dengan
produksi serat elastis yang abnormal atau tidak teratur

Kerapuhan/ Kulit yang Penurunan kolagen VII karena peningkatan MMP yang diinduksi
mudah robek oleh UVR

Penebalan kulit (awal) Acanthosis sebagai akibat dari peningkatan proliferasi karena sitokin
inflamasi
Peningkatan abnormal dalam penyimpanan GAG pada bahan
elastotik abnormal

Ektasia pembuluh Penghancuran matriks jaringan ikat memberikan stabilitas pada


darah pembuluh darah kecil pada kulit
Produksi faktor angiogenik yang mengarah ke pembuluh darah
abnormal
-MSH alpha melanocyte-stimulating hormone, AP-1 activator protein-1, cAMP cyclic
adenosine monophosphate, CCN1 cysteine-rich protein 61, CGRP calcitonin gene-related
peptide, GAG glycosaminoglycan, IL interleukin, MAP mitogen-activated protein, MC1R
melanocortin 1 receptor, MITF microphthalmia-associated transcription factor, MMP matrix
metalloproteinase, MRC2 mannose receptor C type 2, NF-kB nuclear factor kappa B, PMN
polymorphonuclear cells, ROS reactive oxygen species, RAR retinoic acid receptors, RXR
retinoid X receptors, TGF- transforming growth factor beta, TNF- tumor necrosis factor-
alpha, UVB ultraviolet B, UVR ultraviolet radiation

Kulit photodamage awalnya menunjukkan acanthosis dan peningkatan


sintesis glikosaminoglikan (GAG). Acanthosis akibat UVR adalah produk dari
peningkatan proliferasi, dan iregularitas pada keratinosit basalis karena sitokin
inflamasi. Meskipun sintesisnya meningkat, GAG disimpan dalam bahan elastotik
abnormal; proses ini membuat mereka tidak dapat mengikat air sehingga tidak
dapat memberikan hidrasi. Efek klinis dari perubahan ini adalah kulit yang tebal,
kering, dan kasar. Dengan paparan UVR kronis, terjadi penyerapan UVB
langsung oleh DNA dan kerusakan yang dimediasi oleh ROS pada struktur seluler
yang penting, sehinggamenyebabkan apoptosis tidak hanya pada sel basal, tetapi
juga keratinosit lain. Hilangnya sel- sel tersebut terlihat secara klinis sebagai atrofi
dan epidermis yang menipis. Kulit juga dapat menjadi rapuh karena kehilangan
matriks ekstraseluler dan hialuronat. UVR juga telah terbukti mengurangi reseptor
retinoid yang pada dasarnya menghasilkan keadaan defisiensi retinoid.

4.4 Diskromia
Diskromiaakibat UVR yang berlebihan ditandai dengan kelainan pigmen
dan perkembangan ephelida dan lentigin. Sinyal respon tanning yang diinduksi
oleh UVR melalui jalur reseptor melanocortin-1 (melanocortin-1 receptor/
MC1R), yang menyebabkan peningkatan adenosin monofosfat siklik seluler
(cellular cyclic adenosine monophosphate/ cAMP) dan penurunan aktivasi faktor
transkripsi terkait mikroftalmalmia (microphthalmia-associated transcription
factor/ MITF). Peningkatan aktivitas tirosinase menyebabkan produksi melanin
dan dispersi granula yang mengandung melanin. UVR juga telah terbukti
menyebabkan hiperplasia melanosit. Perubahan pigmen pasca inflamasi dari
inflamasi dan melanofag dermal dapat menimbulkan komplikasi pasca paparan
UVR yang berlebihan.

4.5 Elastisitas dan Kerutan Kulit


Kulit yang tidak elastis dan kerutan kulit yang disebabkan oleh UVR
terjadi karena kerusakan, perbaikan yang tidak sempurna, dan penurunan daur
ulang protein matriks kulit. Kolagen terdiri dari kumpulan besar protein pada
dermis dan sangat penting dalam memberikan struktur dan kekuatan pada dermis.
Regulasisintesis dan pergantian kolagen merupakan hal yang rumit. Kang et al.
telah melaporkan bahwa protein aktivator-1 (activator protein-1/ AP-1) (terdiri
dari dimer protein fos dan jun) dan faktor pertumbuhan transformasi-
(transforming growth factor-/ TGF-) adalah regulator penting untuk sintesis
kolagen. Pensinyalan TGF-menyebabkan pengikatan Smad 2, 3, dan 4 untuk
membentuk faktor transkripsi yang merangsang transkripsi gen kolagen.

UVR menginduksi Smad 7, yang mengganggu jalur pensinyalan TGF-.


AP-1 mencegah produksi kolagen dengan menghambat kompleks Smad 2,3,4,
mengurangi reseptor TGF-, dan bersifat antagonis terhadap RA. Protein kaya
sistein-61 yang teraktivasi oleh UVR (CCN1), subuah pengatur sintesis kolagen,
menginduksi AP-1, yang secara langsung menghambat ekspresi gen kolagen.
Kulit yang sudah menua secara intrinsik menunjukkan peningkatan produksi c-
Jun yang merupakan hasil kerja protein yang teraktivasi oleh mitogen yang
diaktivasi oleh stress (MAP kinase); AP-1 mirip dengan c-Jun karena keduanya
mengganggu transkrip prokolagen.

4.6 Penghancuran Protein Matriks Kulit


UVR meningkatkan penghancuran protein matriks dermal dan juga
mengurangi sintesis kolagen pengganti. Radiasi UVA mengurangi daur ulang
kolagen dengan menurunkan regulasi prolidase, enzim yang terlibat dalam sintesis
kolagen, dan reseptor mannose tipe C 2 (mannose receptor C type 2/ MRC2),
reseptor daur ulang kolagen, yang mengakibatkan penurunan internalisasi kolagen
1. Peningkatan kerusakan dengan penurunan produksi dan daur ulang kolagen
menyebabkan penurunan protein matriks dermal.

4.7 Metalloproteinase
Paparan UVR, bahkan dalam dosis di bawah yang dapat menyebabkan
eritema, telah terbukti meningkatkan regulasi faktor transkripsi AP-1 dan
faktorkappa-light-chain-enhancer di inti sel dari sel B yang teraktivasi (NF-kB).
Kedua transkripsifaktor menstimulasi gen metalloproteinase, yang menyebabkan
peningkatan produksi matrix metalloproteinase (MMPs). AP-1 menyebabkan
produksi MMPs 1, 2, 3, 7, 9, 12, dan 13, sementara NF-kB meningkatkan MMP 9.
Proses penuaan kronologis juga meningkatkan MMP 1, 2, dan 3 dengan
penurunan regulasi dari inhibitor jaringan MMP 1. Interleukin (IL)-1 juga
meningkatkan regulasi MMP 1. Peningkatan produksi dan ketidakseimbangan
MMP dalam kerinosit dan fibroblas menyebabkan degradasi kolagen dan elastin
padamatriks epidermis dan dermal. Perbaikan matriks selanjutnya dapat
menghasilkan defek yang dikenal sebagai bekas luka matahari (solar scars).

4.8 Serat Elastis


Serat elastis dalam dermis rentan terhadap kerusakan langsung dari UVR.
Bagian mikrofibril fibrilin yang kaya sistein pada sistem serat elastis di dermis,
termasuk fibrilin, fibulin, dan protein pengikat TGF-, adalah kromofor UVB.
Struktur-struktur ini memiliki motif kaya sistein yang menjadi target UVB.

4.9 Produksi Radikal Bebas


Photodamage dapat bermanifestasi sebagai hasil dari produksi radikal
bebas. UVR menciptakan ROS yang mengaktifkan NF-kB, faktor transkripsi yang
meningkatkan ekspresi sitokin inflamasi seperti IL-1. IL-1 memainkan peran
penting dalam aktivasi MAP kinase; transduksi sinyal MAP kinase menyebabkan
produksi AP-1 dan c-Jun. Pada akhirnya, paparan UVA dengan produksi radikal
bebas merusak DNA dan struktur matriks, termasuk kolagen dan serat elastis.

4.10 Respon Radang Kronik


UVR menyebabkan respons inflamasi kronis dengan pelepasan mediator
inflamasi dan rekrutmen sel polimorfonuklear (PMN). Sistem saraf di kulit
melepaskan peptida yang berhubungan dengan gen calcitonin (calcitonin gene-
related peptide/ CGRP) dan zat P sebagai respons terhadap UVR; zat ini
merangsang sel mast untuk melepaskan mediator inflamasi dan agen kemotaksis.
Aktivasi NF-kB oleh UVR menyebabkan peningkatan produksi faktor nekrosis
tumor- (TNF-), IL-1, IL-8, dan EGF. CCN1 juga meningkatkan IL-1.
Angiogenesis yang diinduksi UVR membentuk vena yang hiperpermeabel,
memungkinkan penanda inflamasi untuk keluar dan merekrut sel-sel inflamasi.
Prostaglandin, yang dikonversi oleh enzim siklooksigenase dari pelepasan asam
arakidonat dari lipid membran oksidatif, juga merekrut sel inflamasi. Rekrutmen
ini berkontribusi pada perusakan protein matriks akibat degranulasi dan pelepasan
proteinase.
5. Perawatan Kulit Photodamaged: Mekanisme Retinoid
5.1 Pengamatan Awal dan Studi Selanjutnya
Penggunaan retinoid topikal dalam pengobatan photoaging ditemukan
oleh laporan perbaikankerutan periorbitalpada wanita yang menggunakan
tretinoin untuk jerawat wajah. Sejak pengamatan awal ini, tumbuh minat dalam
mekanisme retinoid dalam mengatasi penuaan dan photodamage. Penelitian yang
dilakukan untuk menyelidiki efek retinoid dalam pengobatan kulit photodamage
telah memberikan wawasan tentang jalur di mana retinoid dapat membalikkan
photodamage (Tabel 3).
Tabel 3 Mekanisme kerja retinoid dalam perawatan kulit photodamage
Efek Mekanisme
Diskromia Inhibisi langsung aktivitas tyrosinase
Dispersi granula berisi melanin
Penurunan transfer melanosome
Peningkatan pergantian sel epidermis, yang menyebabkan peningkatan
peluruhan keratinosit yang mengandung melanin

Perbaikan kerutan Inhibisi ekspresi c-Jun yang diinduksi UVR yang akan menyebabkan
penurunan sintesis prokolagen
Blok pengikatan AP-1 pada DNA yang diinduksi oleh UV, mencegah
peningkatan transkripsi MMP yang diinduksi oleh AP-1
Peningkatan prolidase dan MRC2, meningkatkan internalisasi dan daur
ulang kolagen
Efek inhibisi pada pelepasan enzim proteolitik oleh neutrofil
Mengurangi degranulasi sel fagositik
Antagonisme NF-IL6 yang dimediasi oleh komples reseptor-retinoid
Mengurangi produksi TNF-dan sintesis IL-1,6,8, dan GM-CSF yang
menyebabkan penurunan bersih dalam perekrutan sel-sel inflamasi
Penurunan CCN1, menyebabkan penurunan IL-
Mengurangi produksi IFN- dan leukotriene B4
Peningkatan produksi TIMP
Peningkatan produksi fibrilin dalam papilla dermis
Peningkatan sintesis kolagen tipe 1, kemungkinan dari peningkatan TGF-

Perbaikan tekstur Aktivasi HB-EGF dari reseptor ErbB secara paracrine yang tergantung
pada RAR yang memediasi hiperplasia epidermal
Peningkatan CD44 dan peningkatan ekspresi enzim polimerisasi
hialuronat yang menyebabkan peningkatan deposisi musin intersel
epidermal dan dermal
Peningkatan filaggrin, involucrin, dan loricrin
Perbaikan Inhibisi MMP melalui berbagai mekanisme yang menyebabkan penurunan
elastisitas degradasi serat elastis
Peningkatan produksi fibrilin

Berkurangnya Peningkatan sintesis kolagen tipe VII dan penurunan degradasi yang
kerapuhan/ menyebabkan peningkatan bersih jumlah fibril penyokong untuk
robekan kulit menghubungkan BMZ ke dermis
Peningkatan mikrofibril fibrilin dalam menghubungkan lapisan superfisial
dan profunda secara fisik

Perbaikan proses Peningkatan aliran darah kulit dan angiogenesis


penyembuhan Peningkatan fibroblas kulit
kulit
AP-1 activator protein-1, BMZ basement membrane zone, CCN1 cysteine-rich protein 61, GM-
CSF granulocyte–macrophage colony-stimulating factor, HB-EGF heparin binding-epidermal
growth factor, INF-  interferon gamma, IL interleukin, MMP matrix metalloproteinase, MRC2
mannose receptor C type 2, NF-IL6 nuclear factor interleukin-6, RAR retinoic acid receptors,
TGF- transforming growth factor beta, TIMP tissue inhibitor of metalloproteinase, TNF-
tumor necrosis factor-alpha, UVR ultraviolet radiation

5.2 Perlindungan Vitamin A dan UVR


Vitamin A ditemukan dalam peningkatan kepadatan dari stratum basalis
ke stratum granulosum. Retinoid memiliki peran penting dalam diferensiasi
keratinosit dan regenerasi epidermis. Retinil ester pada epidermis menawarkan
peran perlindungan sekunder terhadap sistem ikatan rangkap terkonjugasi yang
menyerap dan menyaring UVR. Saat UVB diserap, defisiensi fungsional vitamin
A dapat terjadi sekunder akibat penurunan ekspresi RAR dan RAR.

5.3 Diskromia
Diskromia kulit yang diinduksi oleh UVR ditandai oleh ketidakteraturan
pigmen. Penggunaan retinoid topikal telah ditunjukkan dapatmemperbaiki
perubahan warna melalui berbagai mekanisme termasuk inhibisi langsung
tyrosiase, mengurangi transfer melanosom, dan meningkatkan penyimpanan
keratinosit yang mengandung melanin. Penerapan retinoid topikal memfasilitasi
peningkatan penetrasi agen pemutihan topikal lainnya, termasuk hidrokuinon.
Berkurangnya produksi melanin dan peningkatan pergantian sel dari keratin yang
mengandung pigmen dapat menyebabkan perbaikan pigmentasi abnormal.

5.4 Kerutan
Perbaikan kerutan halus dan kasar telah diamati pada pengguna retinoid
topikal. Kerutan akibat UVR terjadi sebagai akibat dari peningkatan destruksi
protein matriks dermal dan berkurangnya sintesis prokolagen. Penggunaan
retinoid topikal telah ditunjukkan dapat menetralkan penghancuran kolagen dan
serat elastis dengan memblokir transkripsi MMP dan meningkatkan level inhibitor
jaringan metalloproteinase (TIMP). Retinoid juga meningkatkan MRC2 dan
prolidase untuk meningkatkan daur ulang kolagen 1. Mekanisme ini
meningkatkan produksi prokolagen dan komponen serat elastis yang
menyebabkan pemulihan protein matriks dermal dan memperbaiki tidak hanya
kerutan tetapi juga kelemahan kulit.

5.5 Peradangan
Efek anti-inflamasi retinoid topikal adalah mekanisme yang berguna
dalam pengobatan jerawat. Selain itu, mereka juga bermanfaat dalam mengurangi
peradangan pada kulit photodamage. Mengurangi produksi sitokin proinflamasi
menyebabkan penurunan influks sel-sel inflamasi dan mengurangi pelepasan
enzim proteolitik dan granula destruktif.

5.6 Tekstur Kulit


Perbaikan tekstur kulit dengan penggunaan retinoid terkait dengan
hiperplasia epidermal dan peningkatan deposisi musin. Memangtelah dibuktikan
bahwa aktivasi HB-EGF menyebabkan hiperplasia epidermal, yang menyebabkan
perbaikan kulit yang atrofik dan mengalami photoaging. Dihipotesiskan bahwa
peningkatan CD44, dengan peningkatan regulasi enzim polimerisasi hialuronat,
berkontribusi pada peningkatan produksi musin yang diamati secara histologis
pada kulit yang diterapidengan retinoid. Selain itu, peningkatan pengaturan
filaggrin oleh beberapa retinoid (seperti tazarotene) menyebabkan peningkatan
faktor pelembab alami; selanjutnya, peningkatan hidrasi epidermis dan dermis
dapat menghasilkan perbaikan tekstur kulit. Retinoid juga mencegah kerusakan
dengan meningkatkan p53, faktor transkripsi penekan tumor, dan menghambat
AP-1 dan NF-kB. Selain itu, retinol peels, dipasangkan dengan Vitamin C,
meningkatkan sekresi sebum yang dapat meringankan kulit kering dan
mempromosikanfungsi perlindungan kulit.

5.7 Kerapuhan Kulit


Kulit photodamage dapat menunjukkan kerapuhan dan mudah robek. Kulit
yang sudah tua secara intrinsik juga memperlihatkan beberapa karakteristik ini;
oleh karena itu, diduga bahwa penurunan protein di zona membran dasar, atrofi
epidermal, dan peningkatan kerapuhan pembuluh darah berkontribusi terhadap
perubahan ini. Retinoid topikal telah terbukti meningkatkan kolagen tipe VII
(fibril penyokong) dan mikrofibril fibrilin, memberikan peningkatan hubungan
fisik antara epidermis dan dermis. Selain itu, peningkatan angiogenesis dan aliran
darah kulit dapat meningkatkan waktu penyembuhan pada kulit photodamage.

6. Retinoid Topikal untuk Mengobati Kulit Photodamaged


6.1 Adapalene (Differin, Galderma Laboratories)
Adapalene adalah turunan dari asam napthoik yang merupakan retinoid
topikal sintetis pertama yang digunakan dalam pengobatan jerawat. Obat ini
tersedia dalam bentuk gel 0,3% atau gel 0,1%, krim, atau lotion. Mekanisme kerja
adapalene mirip dengan asam retinoid, namunzat ini bersifat selektif untuk
reseptor RAR- dan RAR- dan tidak mengikat RXR. Meskipun adapalene tidak
mengikat CRABP II, zat ini memiliki aktivitas retinoid di kulit. Zat ini
menunjukkan aktivitas anti-inflamasi yang kuat melalui penghambatan 5-
lipoxygenase dan 15-lipoxygenase, telah terbukti menginhibisi kemotaksis
neutrofil.

Adapalene telah terbukti mengurangi keratosis aktinik dan meringankan


lentigin akibat matahari. Herane dan rekannya melaporkan bahwa adapalene
mengurangi kerutan dahi, perioral, dan periorbital dan meningkatkan hidrasi kulit.
Meskipun adapalene diketahui menjanjikan untuk manajemenphotoagingkarena
tolerabilitas yang sangat baik, diperlukan lebih banyak studi untuk mengevaluasi
dan membandingkannya dengan retinoid lain.

6.2 Alitretinoin (Panretin, Eisai Inc.)


Alitretinoin, tersedia dalam gel 0,05 dan 0,1%, adalah satu-satunya agen
topikal yang disetujui FDA untuk sarkoma kaposi kulit. Zat ini juga telah terbukti
berkhasiat dalam pengobatan dermatitis tangan kronis yang persisten. Sebuah
studi tahun 2005 oleh Baumann et al. menunjukkan peningkatan keratosis aktinik,
keratosis seboroik, dan tanda-tanda photoaging dengan alitretinoin topikal.
Alitretinoin terdiri dari asam retinoat 9-cis, dan berbeda dari retinoid lain
karena zat ini memiliki ikatan dengan afinitas tinggi untuk semua RAR dan RXR.
Alitretnoin mempunyai efek anti-inflamasi, anti-proliferatif, dan apoptosis.
Mekanisme aksi yang tepat dalam pengobatan sarkoma kaposi tidak diketahui,
dihipotesiskan bahwa penurunan regulasi IL-6 dan perubahan onkogen yang
dikodekanoleh virus memilikiperan dalam menghambat pertumbuhan sel sarkoma
kaposi secara in vitro. Mekanisme alitretinoin dalam pengobatan kulit
photodamage diperkirakan karena pengikatan dan aktivasi RAR dan RXRs.

6.3 Retinol All-Trans


Retinol all-trans adalah bentuk alkohol alami dari vitamin A yang
diangkut dalam aliran darah dari penyimpanan di hati ke jaringan target di perifer.
Retinol all-trans yang dioleskan akan dioksidasi menjadi asam retinoat all-trans
(tretinoin), sementara retinol topikal berlebih disimpan sebagai retinil ester
dengan bantuan asil CoA: retinol acyltransferase (acyl CoA: retinol
acyltransferase/ ARAT).

Setelah dikonversi menjadi asam retinoat, mekanisme seluler pengikatan


reseptor retinoid telah terbukti meningkatkan sintesis prokolagen dan
glikosaminoglikan. Retinol topikal telah terbukti menyebabkan lebih sedikit iritasi
kulit dibandingkan dengan asam retinoat. Efek retinol 0,4% sebanding dengan
efek krim tretinoin 0,1% dalam hal ekspresi CRABPII mRNA, penanda aktivitas
retinoid.

Retinol secara klinis dan histologis sebanding dengan tretinoin. Meskipun


konversi yang tepat antara retinol dan tretinoin belum ditetapkan, retinol telah
dibuktikanmenimbulkan efek sepuluh kali lebih kuat daripada tretinoin. Dengan
menggunakan faktor konversi ini, penelitian yang membandingkan retinol dan
tretinoin telah menunjukkan hasil klinis yang serupa pada kulit yang mengalami
photodamage.

6.3.1 Turunan Retinol All-Trans


Turunan retinol mencakup retinil ester seperti retinil asetat, retinil
palmitat, dan retinil propionat. Senyawa ini tersedia preparat non-preskripsi untuk
anti-penuaan dan peremajaan kulit. Berbeda dengan retinol topikal, krim retinil
propionat tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam
photoaging; Namun, zattersebut dapat mengurangi keratosis aktinik pada
beberapa pasien.

Turunan lain dari retinoid termasuk molekul yang direkayasa secara


biologis seperti etil laktil retinoat, yang menggabungkan asam alfa hidroksi dan
retinoid. Studi yang tersedia yang membahas penggunaannya masih terbatas.
Namun, para peneliti telah menyarankan bahwa kombinasi ini memiliki efek
sinergis yang berkaitan dengan perawatan kulit yang rusak akibat sinar matahari.

6.3.2 Retinaldehid
Retinaldehid membutuhkan transformasi menjadi asam retinoat untuk
menimbulkan aktivitas biologinya. Retinaldehid telah terbukti memperbaiki
kerutan halus dan dalam jika dibandingkan dengan tretinoin 0,05%. Selain itu,
retinaldehid lebih sedikit mengiritasi daripada tretinoin.

6.4 Bexarotene (Targretin, Valeant Pharmaceuticals Amerika Utara)


Bexarotene adalah retinoid topikal sintetis yang digunakan sebagai terapi
alternatif topikal yang terarah untuk limfoma sel T pada kulit (cutaneous T cell
lymphoma/ CTCL) stadium IA dan IB. Zat ini bersifat selektif dalam mengikat
RXR, menyebabkan penurunan ekspresi cyclin D dengan penghambatan fase G1,
G2, dan M dari siklus sel. Bexarotene telah terbukti meningkatkan TIMP, yang
dapat mencegah metastasis.

Mekanisme yang dibuktikan dari bexarotene dalam CTCL termasuk


peningkatan apoptosis melalui aktivasi caspase-3 dan pengurangan survivin.
Bexarotene juga telah dilaporkan efektif dalam alopesia, dermatitis tangan kronis,
papulosis limfomatoid, dan psoriasis. Sejauh pengetahuan kami, tidak ada
penelitian dalam penggunaan bexarotene dalam pengobatan photoaging telah
dilakukan.
6.5 Isotretinoin
Isotretinoin topikal, tersedia dalam krim 0,05 dan 0,1%, telah terbukti
memperbaiki kerutan kasar dan halus. Namun, isotretinoin tampaknya kurang
efektif dibandingkan dengan tretinoin topikal dalam pengobatan photoaging.
Studi banding isotretinoin dengan retinoid topikal lainnya masih kurang.

Isotretinoin oral telah terbukti memperbaiki tanda-tanda penuaan kulit


yang mengarah ke studi perbandingan isotrinodino oral versus retinoid topikal.
Bagatin dan rekannya membandingkan isotretinoin oral dosis rendah dengan
tretinoin 0,05% untuk pengobatan photoaging dan tidak menemukan perbedaan
yang signifikan. Studi terbaru lainnya oleh Bravo dkk, menilai 20 wanita pra-
menopause, usia 45-50 tahun, yang diobati dengan isotretinoin 20 mg selama 3
hari dalam seminggu selama total durasi 12 minggu dan hasil yang ditemukan
menunjukkan perbaikan kualitas kulit subjek, baik secara klinis dan histologis.
Meskipun tidak terdapat kelompok kontrol, analisa histologis menunjukkan
peningkatan kolagen dan kepadatan serat elastis. Oleh karena itu, untuk sementara
isotretinoin oral dikatakan dapat memiliki peran dalam melindungi kulit terhadap
photoaging, studi lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas peran isotretinoin
oral dalam photoaging.

6.6 Seletinoid G
Seletinoid G adalah retinoid generasi keempat dan menunjukkan
selektivitas reseptor untuk RAR-. Seletinoid G telah terbukti memperbaiki kulit
yang menua secara intrinsik akibat usia, serupa dengan tretinoin topikal.
Keuntungan potensial dari seletinoid G adalah menghasilkan iritasi minimal,
bahkan dalam kondisi aplikasi yang oklusif. Diperlukan lebih banyak penelitian
untuk mengevaluasi kemanjuran produk ini untuk perawatan kulit yang rusak
akibat sinar matahari.

6.7 Tazarotene (Avage, Allergan, Inc.)


Tazarotene adalah retinoid sintetis generasi ketiga yang tersedia dalam
bentuk krim, busa, atau gel (0,05 dan 0,1%). Prodrug tazarotene dihidrolisis untuk
membentuk metabolit aktif asam tazarotenic. Produk ini mengikat semua subtipe
RAR dengan afinitas tertinggi untuk RAR-. Tazarotene juga mengikat dan
mengaktifkan RAR-. Produk ini telah terbukti bersifat sangat antagonis terhadap
AP-1, menghambat ornithine dekarboksilase (meningkat pada hiperplastik
epidermis dan merupakan penanda hiperproliferasi), dan mengaktifkan gen yang
diinduksi oleh tazarotene (tazarotene-inducible genes/ TIG).

TIG1 adalah gen penekan tumor yang mempromosikan aktivasi reseptor


kinase 5 yang berpasangan dengan protein G (G protein-coupled receptor kinase
5/ GRK5); zat ini juga telah terbukti menghambat prostaglandin E2. TIG2, yang
banyak diekspresikan pada kulit psoriatis non-lesional dan sedikit
diekspresikanpada lesi psoriatis, menjadi meningkat regulasinya dalam lesi
psoriatis setelah aplikasi topikal tazarotene. TIG3 adalah gen penekan tumor yang
berkurang pada gangguan hiperproliferatif. Duvic dan rekannya
menyatakanbahwa tidak hanya TIG3 yang ditekan dalam karsinoma sel basal
tetapi juga menyatakan bahwaterapi yang meningkatkan ekspresi TIG3 mungkin
dapat berperan efektif untuk kemoprevensi kanker kulit ini.

Tazarotene telah terbukti berkhasiat dalam perawatan kulit photodamaged.


Penelitian yang ada memang telah menunjukkan perbaikan untuk kerutan halus
dan kasar, bintik pigmen, dan tekstur kulit. Tazarotene, bila dibandingkan dengan
tretinoin, menunjukkan onset perbaikan yang lebih cepat untuk tanda-tanda
photodamage. Selain itu, beberapa penulis melaporkan bahwa krim tazarotene
0,1% memiliki perbaikan yang lebih besar dalam tanda-tanda photodamage jika
dibandingkan dengan krim tretinoin 0,05%. Namun, penggunaan jangka panjang
(24 minggu) dari kedua krim tazarotene 0,1% dan krim tretinoin 0,05%
menunjukkan perbaikan yang sama pada kulit photodamaged.

6.8 Tretinoin
Tretinoin adalah bentuk teroksidasi dari retinol all-trans dan bentuk aktif
secara biologis dari vitamin A. Tretinoin tersedia dalam berbagai kekuatan dan
bentuk sediaan dan didistribusikan terutama dalam keratinosit dengan penyerapan
yang minimal pada dermis. Tretinoin mengikat semua subtipe RAR dan dapat
mengalami isomerisasi menjadi asam retinoat 9-cis yang berikatan dengan RXRs.
Potensi tretinoin dalam pengobatan photoaging pertama kali diakui pada
1980-an. Tretinoin mungkin merupakan retinoid topikal yang paling baik
dipelajari dalam pengobatan photoaging. Sejumlah penelitian telah dilakukan
untuk mengevaluasi efektivitas dan tolerabilitas tretinoin dalam pengobatan
photoaging. Studi jangka pendek dan jangka panjang tentang penggunaan
tretinoin dalam photoaging menunjukkan perbaikan baik secara klinis maupun
histologis pada tanda-tanda photodamage.

Krim tretinoin 0,05% memiliki kemanjuran dan keamanan jangka panjang


dalam pengobatan photoaging. Selain itu, penggunaan tretinoin dosis rendah telah
diusulkan dengan penelitian yang menunjukkan tretinoin 0,025 dan 0,1% yang
mengarah ke perbaikan yang signifikan dan serupa untuk tanda-tanda photoaging.
Studi lainnya yang dilakukan pada berbagai pusat dan secara acak menunjukkan
bahwa krim tretinoin 0,02% bersifat efektif dalam pengobatan kulit
photodamaged namun tetap dapat ditoleransi daripada tretinoin kekuatan yang
lebih tinggi. Namun, krim tretinoin 0,01% tidak menunjukkan perbaikan dalam
photoaging. Pemeliharaan jangka panjang dengan retinoid dapat dilanjutkan
dengan krim tretinoin 0,05% tiga kali seminggu.

Tretinoin dapat digabungkan dengan nanopartikel atau liposom untuk


meningkatkan fotostabilitas obat, distribusi di kulit, dan efektivitasnya, serta juga
mengurangi iritasi kulit. Tretinoin yang digabungkan dengan nanopartikel telah
disarankan agar lebih bioefektif dan agar kerjanya lebih efektif. Secara klinis,
penggabungan menghasilkan efektivitas yang lebih tinggi dalam mengobati
jerawat vulgaris. Namun, uji klinis diperlukan untuk melihat efeknya secara
khusus pada photoaging.

7.ManajemenRetinoid Topikal
Tersedia sediaan topikal untuk retinoid. Pilihan retinoid dalam pengobatan
photoaging membutuhkan pengetahuan terkait tolerabilitas, efek yang diinginkan,
dan kecepatan onset dari zat ini. Efek samping paling umum dari retinoid topikal
termasuk eritema, kering, dan gatal. Pada populasi lansia atau dalam situasi di
mana iritasi yang diinginkan lebih sedikit, retinol topikal atau tretinoin 0,02%
dapat digunakan untuk memperbaikiphotoaging. Meskipun data yang tersedia
lebih sedikit, adapalene dapat digunakan untuk photoaging ketika tolerabilitas
menjadi masalah.

Terapi yang lebih agresif untuk pencegahan dan perbaikan photodamage


termasuk krim tretinoin 0,5% atau 0,1% dan krim tazarotene 0,1%. Krim
tazarotene 0,5% ditunjukkan serupa dengan tazarotene 0,1% dan tretinoin 0,05%
dalam hal perbaikan kerutan. Namun, skor penilaian global untuk krim tazarotene
0,05% ditunjukkan kurang. Kang dan rekannya menemukan bahwa
timbulnyatazarotene lebih cepat dari tretinoin. Oleh karena itu, tazarotene dapat
digunakan pada pasien yang dapat mentoleransi obat dan menginginkan hasil
yang lebih cepat.

7.1 Penggunaan BaruRetinoid Topikal


7.1.1 Sindrom Tangan-Kaki yang Diinduksi Kemoterapi
Sementara retinoid topikal telah terbukti efektif dalam pengobatan jerawat
dan photoaging, penggunaan baru untuk retinoid topikal telah dilaporkan.
Inokuchi dan rekannya melaporkan perawatan pasien dengan sindrom kaki-tangan
yang diinduksi oleh capecitabine dengan menggunakan adapalene. Para penulis
mencatat bahwa peningkatan HB-EGF adalah mekanisme resistensi kemoterapi
terhadap capecitabine. Para penulis berspekulasi bahwa adapalene dapat
menginduksi HB-EGF di kulit tangan ketika dioleskan, secara efektif
menyebabkan resistensi terhadap kemoterapi. Investigasi lebih lanjut mengenai
penggunaan retinoid topikal dalam pengobatan sindrom kaki-tangan yang
diinduksi kemoterapi masih diperlukan.

7.1.2 Alopesia Areata


Rajiv dan Singh mendeskripsikan gel bexaroten topikal sebagai
pilihanterapi yang mungkin dilakukan, namun mahal untuk alopesia areata. Telah
dicatat dalam penelitian sebelumnya bahwa bexaroten dikaitkan dengan
pertumbuhan kembali rambut pada pasien dengan folliculotropic mycosis
fungoides. Studi bexaroten dalam pengobatan alopesia areata telah dilakukan dan
menunjukkan efektivitas klinis. Penelitian preeliminasi ini menyarankan bahwa
penyelidikan tambahan terhadap alopesia areata dengan bexaroten topikal masih
diperlukan.

8. Kesimpulan
Pemahaman tentang penuaan intrinsik dan ekstrinsik merupakan hal yang
penting, terutama karena populasi lansia meningkat. Tanda-tanda photodamage
mungkin berdampak negatif pada harga diri seseorang. Selain itu, paparan sinar
matahari yang berlebihan menimbulkan risiko bagi individu karena potensi
pengembangan lesi prakanker dan kanker. Dokter kulit memiliki peran penting
dalam mendidik pasien terkait risiko paparan sinar matahari yang berlebihan
sambil memberikan pilihan untuk terapi kulit yang mengalami proses photoaging.
Retinoid topikal adalah agen yang aman dan efektif yang dapat digunakan dalam
perawatan kulit yang rusak. Studi saat ini memberikan wawasan tentang
mekanisme kompleks yang digunakan retinoid dalam terapi kulit yang
mengalamiphotodamage.Pengetahuan ini dapat digunakan dalam membuat
pilihan terapi baru untuk mencegah atau mengobati tidak hanya penuaan
ekstrinsik tetapi juga intrinsik.

Rencana dibacakan pada tanggal 30 September 2019


Moderator,

dr. Buwono Puruhito, Sp.KK, FINDSDV

Anda mungkin juga menyukai