Photodamaged Skin
Penulis : Riahi Ryan R, Bush Amelia E, Cohen Philip R.
Diambil dari : Riahi Ryan R, Bush Amelia E, Cohen Philip R. American
Journal of Clinical Dermatology. 2016: 17: 265-76.
Penerjemah : Purwita Sari
Poin Utama
Vitamin A dan turunannya memiliki peran dalam pengobatan photoaging.
Retinoid topikal aman dan efektif dalam pengelolaan dan perawatan kulit
yang rusak akibat paparan sinar matahari (photodamaged).
Pemahaman lebih lanjut tentang penuaan kulit dan retinoid dapat memberikan
kesempatan untuk membuat pilihan terapi baru.
Abstrak
Retinoid adalah sekelompok zat yang mengandung vitamin A dan turunan alami dan
sintetiknya. Retinoid pertama kali digunakan dalam dermatologi pada tahun 1943 oleh
Straumfjord untuk acne vulgaris. Sejak saat itu, retinoid telah digunakan dalam pengelolaan dan
perawatan berbagai kondisi kulit, termasuk photoaging. Photodamagedpada kulit terjadi sebagai
akibat dari paparan kumulatif radiasi ultraviolet (UVR) matahari dan ditandai oleh kerutan yang
dalam, mudah memar, tidak elastis, pigmentasi berbintik-bintik, kulit kasar, dan telangiectasias.
Mekanisme photodamageyang diinduksiUVRbersifat multifaktorial. Retinoid telah menunjukkan
kemanjurannya dalam tatalaksanaphotoaging. Memahami patofisiologi photoaging dan
mekanisme molekuler retinoid tidak hanya dapat memberikan wawasan tentang efek retinoid yang
dapat digunakan dalam mengobati photoaging tetapi juga dapat memberikan alasan untuk
digunakan dalam pengobatan penyakit dermatologis lainnya.
1. Pendahuluan
Retinoid adalah sekelompok zat yang mengandung vitamin A dan turunan
alami dan sintetiknya. Retinoid pertama kali digunakan dalam dermatologi pada
tahun 1943 oleh Straumfjord untuk acne vulgaris. Retinoid topikal telah
dikembangkan untuk mengatasi berbagai kondisi kulit termasuk jerawat,
photoaging, dan keratosis aktinik. Gangguan pada metabolisme, retinoid telah
dicatat dalam berbagai penyakit seperti dermatitis atopik dan psoriasis.
Ketertarikan pada terapi untuk pencegahan atau memperbaiki tanda-tanda
penuaan kulit memicu dilakukannya penelitian mengenai mekanisme yang terjadi
pada penuaan. Integumen memang telah digunakan sebagai model untuk
mengevaluasi efek dari faktor eksogen dalam proses penuaan. Radiasi ultraviolet
(UVR) telah ditunjukkan turut memainkan peran utama sebagai faktor lingkungan
yang mengarah pada penuaan dini pada kulit, dengan paparan jangka panjang
yang menyebabkan perubahan pigmentasi dan pembentukan kerutan. Studi terus
menunjukkan photodamageakibatUVRyang disebabkan oleh interaksi kompleks
yang melibatkan degradasi proteinmatriks, kerusakan inti sel dan mitokondria,
dan pembentukan spesies oksigen reaktif (Rective Oxygen Species/ ROS).
2. Metode
Pencarian menyeluruh padaPubMed dilakukan untuk mengevaluasi
makalah yang diterbitkan dari tahun 1997 hingga 2015. Istilah pencarian termasuk
dermatoheliosis, dermatoporosis, mekanisme, metabolisme, photoaging,
photodamage, retinal, retinoid, asam retinoat, retinol, kerutan, pengkerutan,
vitamin A. Artikel yang tidak terkait dengan photoaging dan vitamin A
dikeluarkan.
BMZ
Kerapuhan/ Fibril penyokong yang berkurang (kolagen tipe VII)
peningkatan kerentanan Penurunan proyeksi mikrovili sel basal ke dalam BMZ
robekan kulit
Dermis
Tekstur kasar Peningkatan GAG yang terakumulasi dalam bahan elastotik
abnormal
Kulit keriput Disorganisasi fibril kolagen; berkurangnya kolagen I dan III;
peningkatan rasio tipe III ke I
Kerapuhan pembuluh Penurunan jumlah pembuluh darah kecil; tidak ada atau berkurang
darah sel-sel veil
Pembuluh darah ektatik dengan dinding menebal atau atrofi
Kulit yang kasar dan UVR menginduksi peningkatan AP-1 dan NF-kB dengan
kerutan halus peningkatan MMP, dengan hilangnya kolagen I, III, VII, dan fibrilin
Supresi AP-1 untuk transkripsi gen kolagen
Penghambatan sintesis prokolagen 1yang dimediasi oleh c-Jun
UVR menurunkan daur ulang kolagen dengan menurunkan regulasi
prolidase dan MRC2
ROS menginduksi transduksi sinyal yang dimediasi oleh MAP kinase
dengan peningkatan AP-1 dan c-Jun
Penurunan regulasi ekspresi TGF- dan pensinyalan Smad mengarah
pada penurunan sintesis prokolagen
Penyerapan UVB secara langsung dan oksidasi yang dimediasi oleh
ROS dari komponen serat elastis yang kaya sistein
Perekrutan sel radang oleh sel mast yang menyebabkan kerusakan
jaringan lokal
Peradangan kronis tingkat rendah yang dimediasi oleh leukotrien
Aktivasi NF-kB oleh UVR dengan peningkatan produksi TNF-, IL-
1, dan IL-8 yang menyebabkan rekrutmen PMN dan selanjutnya
menyebabkan produksi elastase dan MMP-8
UVR mengaktifkan CCN1 yang menginduksi IL-1, yang akhirnya
menghambat kolagen 1 dan meningkatkan regulasi MMP1
UVR menyebabkan pelepasan zat P dan CGRP oleh sistem saraf,
yang menyebabkan degranulasi sel mast
Diskromia Sintesis dan pelepasan MSH- yang diinduksi oleh UVR dan
dilanjutkan dengan pengikatan ke MC1R; pengikatan meningkatkan
produksi cAMP yang menyebabkan penurunan aktivasi MITF
Hiperplasia reaktif melanosit yang bersifat sekunder akibat stimulasi
yang diinduksi oleh UVR
Apoptosis keratinosit yang banyak mengandung melanin dengan
pengeluaran pigmen
Turunnya elastisitas Perubahan dan degradasi serat elastis oleh MMP, penyerapan UVB
secara langsung, dan oksidasi yang dimediasi oleh ROS
Produksi sel mast dari faktor pertumbuhan fibroblast dengan
produksi serat elastis yang abnormal atau tidak teratur
Kerapuhan/ Kulit yang Penurunan kolagen VII karena peningkatan MMP yang diinduksi
mudah robek oleh UVR
Penebalan kulit (awal) Acanthosis sebagai akibat dari peningkatan proliferasi karena sitokin
inflamasi
Peningkatan abnormal dalam penyimpanan GAG pada bahan
elastotik abnormal
4.4 Diskromia
Diskromiaakibat UVR yang berlebihan ditandai dengan kelainan pigmen
dan perkembangan ephelida dan lentigin. Sinyal respon tanning yang diinduksi
oleh UVR melalui jalur reseptor melanocortin-1 (melanocortin-1 receptor/
MC1R), yang menyebabkan peningkatan adenosin monofosfat siklik seluler
(cellular cyclic adenosine monophosphate/ cAMP) dan penurunan aktivasi faktor
transkripsi terkait mikroftalmalmia (microphthalmia-associated transcription
factor/ MITF). Peningkatan aktivitas tirosinase menyebabkan produksi melanin
dan dispersi granula yang mengandung melanin. UVR juga telah terbukti
menyebabkan hiperplasia melanosit. Perubahan pigmen pasca inflamasi dari
inflamasi dan melanofag dermal dapat menimbulkan komplikasi pasca paparan
UVR yang berlebihan.
4.7 Metalloproteinase
Paparan UVR, bahkan dalam dosis di bawah yang dapat menyebabkan
eritema, telah terbukti meningkatkan regulasi faktor transkripsi AP-1 dan
faktorkappa-light-chain-enhancer di inti sel dari sel B yang teraktivasi (NF-kB).
Kedua transkripsifaktor menstimulasi gen metalloproteinase, yang menyebabkan
peningkatan produksi matrix metalloproteinase (MMPs). AP-1 menyebabkan
produksi MMPs 1, 2, 3, 7, 9, 12, dan 13, sementara NF-kB meningkatkan MMP 9.
Proses penuaan kronologis juga meningkatkan MMP 1, 2, dan 3 dengan
penurunan regulasi dari inhibitor jaringan MMP 1. Interleukin (IL)-1 juga
meningkatkan regulasi MMP 1. Peningkatan produksi dan ketidakseimbangan
MMP dalam kerinosit dan fibroblas menyebabkan degradasi kolagen dan elastin
padamatriks epidermis dan dermal. Perbaikan matriks selanjutnya dapat
menghasilkan defek yang dikenal sebagai bekas luka matahari (solar scars).
Perbaikan kerutan Inhibisi ekspresi c-Jun yang diinduksi UVR yang akan menyebabkan
penurunan sintesis prokolagen
Blok pengikatan AP-1 pada DNA yang diinduksi oleh UV, mencegah
peningkatan transkripsi MMP yang diinduksi oleh AP-1
Peningkatan prolidase dan MRC2, meningkatkan internalisasi dan daur
ulang kolagen
Efek inhibisi pada pelepasan enzim proteolitik oleh neutrofil
Mengurangi degranulasi sel fagositik
Antagonisme NF-IL6 yang dimediasi oleh komples reseptor-retinoid
Mengurangi produksi TNF-dan sintesis IL-1,6,8, dan GM-CSF yang
menyebabkan penurunan bersih dalam perekrutan sel-sel inflamasi
Penurunan CCN1, menyebabkan penurunan IL-
Mengurangi produksi IFN- dan leukotriene B4
Peningkatan produksi TIMP
Peningkatan produksi fibrilin dalam papilla dermis
Peningkatan sintesis kolagen tipe 1, kemungkinan dari peningkatan TGF-
Perbaikan tekstur Aktivasi HB-EGF dari reseptor ErbB secara paracrine yang tergantung
pada RAR yang memediasi hiperplasia epidermal
Peningkatan CD44 dan peningkatan ekspresi enzim polimerisasi
hialuronat yang menyebabkan peningkatan deposisi musin intersel
epidermal dan dermal
Peningkatan filaggrin, involucrin, dan loricrin
Perbaikan Inhibisi MMP melalui berbagai mekanisme yang menyebabkan penurunan
elastisitas degradasi serat elastis
Peningkatan produksi fibrilin
Berkurangnya Peningkatan sintesis kolagen tipe VII dan penurunan degradasi yang
kerapuhan/ menyebabkan peningkatan bersih jumlah fibril penyokong untuk
robekan kulit menghubungkan BMZ ke dermis
Peningkatan mikrofibril fibrilin dalam menghubungkan lapisan superfisial
dan profunda secara fisik
5.3 Diskromia
Diskromia kulit yang diinduksi oleh UVR ditandai oleh ketidakteraturan
pigmen. Penggunaan retinoid topikal telah ditunjukkan dapatmemperbaiki
perubahan warna melalui berbagai mekanisme termasuk inhibisi langsung
tyrosiase, mengurangi transfer melanosom, dan meningkatkan penyimpanan
keratinosit yang mengandung melanin. Penerapan retinoid topikal memfasilitasi
peningkatan penetrasi agen pemutihan topikal lainnya, termasuk hidrokuinon.
Berkurangnya produksi melanin dan peningkatan pergantian sel dari keratin yang
mengandung pigmen dapat menyebabkan perbaikan pigmentasi abnormal.
5.4 Kerutan
Perbaikan kerutan halus dan kasar telah diamati pada pengguna retinoid
topikal. Kerutan akibat UVR terjadi sebagai akibat dari peningkatan destruksi
protein matriks dermal dan berkurangnya sintesis prokolagen. Penggunaan
retinoid topikal telah ditunjukkan dapat menetralkan penghancuran kolagen dan
serat elastis dengan memblokir transkripsi MMP dan meningkatkan level inhibitor
jaringan metalloproteinase (TIMP). Retinoid juga meningkatkan MRC2 dan
prolidase untuk meningkatkan daur ulang kolagen 1. Mekanisme ini
meningkatkan produksi prokolagen dan komponen serat elastis yang
menyebabkan pemulihan protein matriks dermal dan memperbaiki tidak hanya
kerutan tetapi juga kelemahan kulit.
5.5 Peradangan
Efek anti-inflamasi retinoid topikal adalah mekanisme yang berguna
dalam pengobatan jerawat. Selain itu, mereka juga bermanfaat dalam mengurangi
peradangan pada kulit photodamage. Mengurangi produksi sitokin proinflamasi
menyebabkan penurunan influks sel-sel inflamasi dan mengurangi pelepasan
enzim proteolitik dan granula destruktif.
6.3.2 Retinaldehid
Retinaldehid membutuhkan transformasi menjadi asam retinoat untuk
menimbulkan aktivitas biologinya. Retinaldehid telah terbukti memperbaiki
kerutan halus dan dalam jika dibandingkan dengan tretinoin 0,05%. Selain itu,
retinaldehid lebih sedikit mengiritasi daripada tretinoin.
6.6 Seletinoid G
Seletinoid G adalah retinoid generasi keempat dan menunjukkan
selektivitas reseptor untuk RAR-. Seletinoid G telah terbukti memperbaiki kulit
yang menua secara intrinsik akibat usia, serupa dengan tretinoin topikal.
Keuntungan potensial dari seletinoid G adalah menghasilkan iritasi minimal,
bahkan dalam kondisi aplikasi yang oklusif. Diperlukan lebih banyak penelitian
untuk mengevaluasi kemanjuran produk ini untuk perawatan kulit yang rusak
akibat sinar matahari.
6.8 Tretinoin
Tretinoin adalah bentuk teroksidasi dari retinol all-trans dan bentuk aktif
secara biologis dari vitamin A. Tretinoin tersedia dalam berbagai kekuatan dan
bentuk sediaan dan didistribusikan terutama dalam keratinosit dengan penyerapan
yang minimal pada dermis. Tretinoin mengikat semua subtipe RAR dan dapat
mengalami isomerisasi menjadi asam retinoat 9-cis yang berikatan dengan RXRs.
Potensi tretinoin dalam pengobatan photoaging pertama kali diakui pada
1980-an. Tretinoin mungkin merupakan retinoid topikal yang paling baik
dipelajari dalam pengobatan photoaging. Sejumlah penelitian telah dilakukan
untuk mengevaluasi efektivitas dan tolerabilitas tretinoin dalam pengobatan
photoaging. Studi jangka pendek dan jangka panjang tentang penggunaan
tretinoin dalam photoaging menunjukkan perbaikan baik secara klinis maupun
histologis pada tanda-tanda photodamage.
7.ManajemenRetinoid Topikal
Tersedia sediaan topikal untuk retinoid. Pilihan retinoid dalam pengobatan
photoaging membutuhkan pengetahuan terkait tolerabilitas, efek yang diinginkan,
dan kecepatan onset dari zat ini. Efek samping paling umum dari retinoid topikal
termasuk eritema, kering, dan gatal. Pada populasi lansia atau dalam situasi di
mana iritasi yang diinginkan lebih sedikit, retinol topikal atau tretinoin 0,02%
dapat digunakan untuk memperbaikiphotoaging. Meskipun data yang tersedia
lebih sedikit, adapalene dapat digunakan untuk photoaging ketika tolerabilitas
menjadi masalah.
8. Kesimpulan
Pemahaman tentang penuaan intrinsik dan ekstrinsik merupakan hal yang
penting, terutama karena populasi lansia meningkat. Tanda-tanda photodamage
mungkin berdampak negatif pada harga diri seseorang. Selain itu, paparan sinar
matahari yang berlebihan menimbulkan risiko bagi individu karena potensi
pengembangan lesi prakanker dan kanker. Dokter kulit memiliki peran penting
dalam mendidik pasien terkait risiko paparan sinar matahari yang berlebihan
sambil memberikan pilihan untuk terapi kulit yang mengalami proses photoaging.
Retinoid topikal adalah agen yang aman dan efektif yang dapat digunakan dalam
perawatan kulit yang rusak. Studi saat ini memberikan wawasan tentang
mekanisme kompleks yang digunakan retinoid dalam terapi kulit yang
mengalamiphotodamage.Pengetahuan ini dapat digunakan dalam membuat
pilihan terapi baru untuk mencegah atau mengobati tidak hanya penuaan
ekstrinsik tetapi juga intrinsik.