Anda di halaman 1dari 47

BAB 211

PENYAKIT KULIT OKUPASI AKIBAT IRITAN DAN ALERGEN


James S. Taylor
Apra Sood
Antoine Amado

Ringkasan
Penyakit Kulit Okupasi Akibat Iritan dan Alergen

 Kelainan kulit merupakan penyakit okupasi kedua yang paling sering


dilaporkan, terhitung sekitar 10% dari gangguan akibat kerja.
 Dermatitis kontak iritan dan alergi terdiri dari sejumlah kasus penyakit
kulit akibat kerja yang signifikan. Mayoritas melibatkan pekerja di industri
manufaktur dan industri pelayanan.
 Dermatitis kontak iritan kumulatif kronik merupakan bentuk dari
dermatitis kontak iritan akibat kerja yang paling sering terjadi.
 Diperkirakan 80% individu dengan dermatitis kontak akibat kerja
mengalami keterlibatan pada tangan.
 Uji tempel harus dilakukan untuk menyingkirkan dermatitis kontak alergi
pada semua kasus di mana dicurigai dermatitis iritan kronis lebih awal..

Kerja penyakit kulit akibat kerja merupakan yang kondisi abnormalitas pada
kulit yang disebabkan atau diperburuk oleh zat atau proses yang terkait dengan
lingkungan kerja. Occupational skin diseases (OSDs) merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama, karena biasanya bersifat kronis, dan memiliki
dampak ekonomi signifikan pada masyarakat dan pekerja.1 Suatu pengetahuan
mendalam tentang iritan potensial, alergen, dan faktor-faktor penyebab lainnya di
tempat kerja, serta sistem kompensasi pekerja, adalah penting untuk dokter kulit
berurusan dengan penyakit kulit akibat kerja.

1
EPIDEMIOLOGI
Departemen Tenaga Kerja AS menerbitkan statistik kejadian tahunan pada
keselamatan dan kesehatan karyawan di industri (http://www.osha.gov). Pada tahun
2003, dari 4,4 juta cedera dan kesakitan tidak fatal yang berhubungan dengan
pekerjaan dilaporkan, 6,2% (269.500 kasus) adalah penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan. Dari jumlah tersebut, gangguan kulit merupakan penyakit kedua
yang paling umum dilaporkan, sejumlah 43.400 kasus.2 Dermatitis kontak akibat
kerja merupakan OSD paling sering dilaporkan, dan di sebagian besar negara,
kejadian dermatitis kontak akibat kerja dilaporkan berkisar antara 5 hingga 19 kasus
per 10.000 pekerja per tahun.3 Rata-rata insidensi juga bervariasi berdasarkan
pelaporan dokter spesialisasi; Dalam beberapa penelitian sebesar enam sampai
delapan kali lebih tinggi ketika kasus dilaporkan oleh dokter okupasi bukan oleh
dokter spesialis kulit.4
Jumlah kasus OSD telah menurun, terutama dalam 4 tahun terakhir, mungkin
karena pencegahan lebih baik, kemudahan diterimanya kompensasi pekerja, dan
perubahan dalam pola pelaporan karyawan atau pengusaha,5 Namun sejumlah besar
kasus ringan atau sementara masih tidak dilaporkan atau tidak diobati, sehingga
kejadian yang sebenarnya tidak diketahui.

Dermatitis Kontak Iritan (Lihat Bab. 46)


Irritant contact dermatitis (LCD) merupakan reaksi inflamasi non
imunologik pada kulit yang kontak dengan bahan kimia, atau agen biologis fisik.
Dermatitis kontak iritan merupakan OSD yang paling sering terjadi, Sebesar 80%
kasus, meskipun beberapa penulis telah menemukan distribusi yang relatif sama
pada dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak alergi.3 Selain reaksi
eksematosa akut dan kronis, spektrum klinis dermatitis kontak iritan termasuk
ulserasi, folikulitis, erupsi akneiform, miliaria, perubahan pigmen, alopesia,
urtikaria kontak, dan reaksi granulomatosa (Tabel 211-1).6

2
Kategori utama Dermatitis Kontak Iritan
Dua jenis utama dari dermatitis kontak iritan akibat kerja adalah dermatitis
kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kumulatif.

TABEL 211-1
GAMBARAN KLINIS DERMATITIS IRITAN DAN KEMUNGKINAN
ETIOLOGI
a. Eksim (paparan iritan akut dan e. Perubahan pigmentasi
kumulatif) ● Hiperpigmentasi
● Pembersih Industri ✓ Suatu iritan atau alergen, agen
● Air, sabun, deterjen dan terutama fototoksik seperti
● Asam lemah dan alkali psoralen, tar, aspal, tanaman
● Minyak dan pelarut organik fototoksik, lainnya
● Oksidator (H202,benzoil ✓ Logam, seperti arsenik
peroksida) anorganik (sistemik), perak,
b. Ulserasi dan luka bakar emas, bismuth, merkuri
● Asam kuat, terutama kromat, ✓ Radiasi: ultraviolet, infra
fluorida, nitrat, klorida,sulfat, merah, microwave, pengion
● Alkalis kuat terutama kalsium ● Hipopigmentasib
oksida, natrium hidroksida, ✓ P-tert-Amylphenol dan
kalium hidroksida, amonium bulylphenol
hidroksida, kalsium hidroksida, ✓ Hidroquinon
natrium metasilikat, natrium ✓ Monobenzil dan monometil
silikat, potasium sianida, eter dari hidroquinon
trisodium ✓ P-tert-atechol
● Garamfosfat,terutama arsenik ✓ P-kresol
trioksida, dikromat, ✓ 3-hidroksianisol
● Pelarut terutama akrilonitril, ✓ Bulylated hydroxyanisole
karbon bisulfid ✓ 1-tert-Butyl-3,4-katekol
● Gas, terutama etilen oksida, ✓ 1-lsopropyl-3,4-katekol
akrilonitril ✓ 4-Hydroxypropriophenone

3
c. Folikulitis dan erupsi akneiform f. Alopesia
● Arsenik trioksida ● Borax
● Serat kaca ● Kloropren dimer
● Minyak dan gemuk g. Urtikaria
● Tar ● Banyak bahan kimia, kosmetik,
● Asfalt produk hewani, makanan,
● Diklorinasi naftalena tanaman, tekstil, kayu
● Bifenyls Polihalogenasi h. Granuloma
d. Miliaria ● Keratin
● Pakaian oklusif ● Silika
● Pita perekat ● Berillium
● Ultraviolet dan radiasi infra- ● Talk
merah ● Serat kapas
● Aluminium klorida ● Bakteri
● Jamur
● Parasit dan bagian dari parasit

DERMATITIS KONTAK IRITAN AKUT, TERMASUK LUKA BAKAR


KIMIA
Dermatitis eksematosa akut setelah terpapar iritan potensial, biasanya asam
atau alkali, mungkin tumpang tindih dengan luka bakar kimia. Bahan kimia iritan
tingkat tinggi dapat menyebabkan reaksi pada siapa pun jika konsentrasi dan durasi
tindakan yang cukup. Sifat intrinsik dari bahan kimia juga penting. Iritan yang
paling sering di tempat kerja dalam Common Occuptional Irritants dibahas dalam
bab selanjutnya. Dalam statistik nasional untuk cedera yang berhubungan dengan
kerja, reaksi dermatitis kontak iritan akutbiasanya diklasifikasikan sebagai luka
bakar kimia (Gambar. 211-1).

DERMATITIS KONTAK IRITAN KUMULATIF


Dermatitis kontak iritan kumulatif, merupakan jenis yang paling umum dari
dermatitis kontak iritan, berkembang secara perlahan-lahan setelah beberapa kali
paparan oleh iritan ringan (sabun, air, deterjen, pembersih industri, pelarut, dll)

4
pada berbagai kondisi.7 Beberapa pekerjaan yang berisiko tinggi untuk terjadinya
dermatitis kontak iritan tercantum dalam Tabel 211-2.
Kategori lain dari dermatitis kontak iritan, serta faktor predisposisi, termasuk
eksogen serta faktor endogen, dibahas dalam Bab. 46. Individu atopik memiliki
peningkatan kerentanan terhadap iritasi kulit dan jumlah persentase yang besar dari
klaim kompensasi pekerja akibat dermatitis.

DERMATITIS AKIBAT KELEMBABAN YANG RENDAH


Pekerja, terutama individu atopik yang mengalami kelembaban relatif
rendah di tempat kerja (Tabel 211-3),8 juga berisiko untuk mengalami dermatitis,
terutama dengan adanya iritan lainnya. Ketika kelembaban relatif di bawah 35%
sampai 40%, stratum korneum menjadi lebih kering dan lebih rapuh, dan
menunjukkan peningkatan permeabilitas terhadap iritan marginal. Gejala seperti
pruritus dan sensasi terbakar mungkin satu-satunya keluhan dan lebih menimbulkan
stres dari tanda-tanda fisik, yang mungkin melibatkan daerah terkena atau ditutupi.
Diagnosis banding meliputi iritasi akibat zat-zat yang menguap, penyakit kulit
lainnya, dan penyebab psikogenik.

Gambar 211-1. Dermatitis kontak iritan akutpada sisi telapak tangan yang
disebabkan oleh pelarut industri. Terdapat bula besar di telapak tangan.

DERMATITIS IRITAN AIRBORNE


Iritan airborne merupakan penyebab penting dari dermatitis kontak. Pola ini
cukup khas, dengan gejala subjektif dari sensasi menyengat, terbakar, atau sensasi
yang tidak menyenangkan. Temuan objektif berkisar dari lesi difus nyaris tak
terlihat hingga dermatitis yang lebih berat pada kelopak mata, pipi, lipatan hidung,

5
dan leher. Beberapa partikel iritasi di udara menyebabkan gejala hanya jika
tersumbat di bawah pakaian dalam lipatan dan daerah intertriginosa lainnya.
Penyebab yang paling sering adalah iritasi debu dan bahan kimia yang mudah
menguap, seperti pelarut, amonia, formaldehida, resin epoxy dan pengeras mereka,
debu semen, serat kaca, dan serbuk gergaji, terutama dari iritasi di hutan. 9

DIAGNOSIS DERMATITIS IRITAN


Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan pada riwayat paparan iritan
potensial yang diketahui, penampilan klinis, dan distribusi lesi.10 Dermatitis iritan
kronis dan subakut hampir selalu menjadi diagnosis yang harus disingkirkan.
Pengujian patch (lihat Bab. 13) diperlukan untuk membantu membedakan
dermatitis kontak alergi dari dermatitis kontak iritan atau untuk mendiagnosis
dermatitis kontak alergi yang tumpang tindih atau dermatitis kontak iritan. Kriteria
yang lebih rinci untuk diagnosis klinis dermatitis kontak iritan dibahas di Bab. 46.

TABEL 211-2
PEKERJAAN YANG BERISIKO UNTUK DERMATITIS KONTAK
IRRITANT DAN POTENSI IRITASI
Pekerjaan Iritan
Pembuat roti Tepung, rempah-rempah, sabun dan deterjen. Pembersih
oven, minyak esensial, ragi
Penata rias Sabun dan deterjen, pemutih, pelarut
Pekerja Konstruksi Asam, serat kaca, pelarut, pembersih tangan
Koki Pekerjaan di tempat basah. sabun dan deterjen, sayuran
dan jus buah, daging mentah dan ikan, rempah-rempah,
gula dan tepung, hangat
Teknisi Gigi Bekerja di tempat basah. perekat (epoxy dan
cyanoacrytates), minyak esensial, plester ortodontik,
campuran amalgam, pelarut
Tukang kebun Bekerja ditempat basah, sabun dan deterjen, fertlizer,
hertftides, pestisida, iritan tanaman mekanik dan kimia

6
Penata Rambut Pemutih, larutan pengeriting permanen, sampo, sabun
dan deterjen, air
Pekerja perawatan Bekerja ditempat basah, sabun dan deterjen, alkohol,
kesehatan etilen oksida, obat
Pengurus Rumah Bekerja ditempat basah, sabun dan deterjen, pembersih,
Tangga poles, pembersih oven, desinfektan
Mekanist Pelarut, pendingin, minyak pemotong, minyak pelumas,
asam, inhibitor korosi, panas, sabun dan deterjen, logam
dan swarf
Pelukis Pelarut cat, perekat, penghilang cat, pembersih kuas,
sabun dan deterjen

IRITAN YANG SERING TERDAPAT DITEMPAT KERJA

SABUN DAN DETERJEN


Sabun dan deterjen merupakan iritan kulit lemah; Namun, penggunaan yang
berlebihan dapat menyebabkan dermatitis iritan kumulatif pada individu yang
rentan. Pilihan pembersih bervariasi dengan pekerjaan yang itu berkaitan misalnya,
teknisi dan automekanik membutuhkan pembersih dengan deterjen yang tinggi dan
tindakan abrasif. Penggunaan produk yang tidak pantas dimaksudkan seperti
pembersih industri juga dapat mengakibatkan dermatitis.

TABEL 211-3
PEKERJA YANG BERISIKO TERKENA DERMATITIS DI
LINGKUNGAN KELEMBABAN YANG RELATIF RENDAH
● Pekerja ditempat produksi lensa kontak
● Pekerja ditempat produksi silikon
● Awak pesawat penerbangan jarak jauh
● Pekerja kantoran
● Staf residen di rumah sakit dan hotel

7
● Penyedia pariwisata perjalanan (dari pemanas mobil)

PEMBERSIH TANGAN TANPA AIR


Pembersih tangan tanpa air diformulasikan secara kuat untuk
menghilangkan minyak dan noda lemak dan yang digunakan secara luas di lokasi
kerja di mana tidak terdapat sumber air. Mereka harus digunakan secara efisien
karena mungkin mengandung pelarut yang berasal dari petroleum dan dapat
mengakibatkan dermatitis jika terlalu sering digunakan. Pembersih tangan instan,
yang seringkali mengandung alkohol konsentrasi tinggi, dapat mengakibatkan
kering pada kulit.

ASAM DAN BASA, TERMASUK BAHAN KIMIA YANG MENYEBABKAN


LUKA BAKAR
Luka bakar kimia merupakan etiologi penting dari kecelakaan kerja.11
Irigasi masif merupakan metode utama mengobati semua luka bakar kimia; Namun,
beberapa jenis luka bakar membutuhkan penawar dan terapi (Tabel 211-4)
tertentu.12

ASAM ANORGANIK
Asam-asam anorganik yang digunakan dalam jumlah besar di industri
beberapa pekerjaan yang berisiko memmiliki paparan yang tercantum dalam Tabel
211-5. Asam merupakan penyebab umum dari luka bakar kimia dan dapat
menyebabkan eritema, bula dan nekrosis, dan perubahan warna kulit. Mekanisme
aksi dari iritan industri yang banyak dijumpai, termasuk asam, tercantum dalam
Tabel 211-6.

AGEN KIMIA DAN LAINNYA

DERMATITIS KONTAK ALERGI (Lihat Bab. 13)


Dermatitis kontak alergi lebih jarang dilaporkan daripada dermatitis kontak
iritan di lingkungan kerja, mungkin karena sebagian besar pekerja tidak melakukan

8
uji patch, dan dengan demikian gangguan ini tidak didiagnosis dan dilaporkan. Pada
sebuah studi multisenter yang dilakukan oleh North American Contact Dermatitis
Group yang meneliti 839 kasus diidentifikasi sebagai dermatitis akibat kerja (29%
dari 2889 pasien yang dirujuk untuk evaluasi dermatitis kontak), 54% adalah
terutama dermatitis alergi, 32 persen adalah dermatitis iritan, dan 14 persen adalah
kondisi selain dermatitis kontak yang diperburuk oleh pekerjaan.20 Dalam
penelitian ini, Dermatitis kontak alergi terlihat paling sering pada perawat;
kelompok kerja lainnya adalah perakit, pembantu perawat dan mantri, teknisi,
mahasiswa, operator mesin, montir mobil, mereka yang melakukan pekerjaan
mengompresi dan pemadatan, dan koki. Alergen yang sangat terkait dengan
paparan akibat kerja adalah karet (tiuram dan akselerator karbamat), resin epoxy,
dan etilendiamin. Peningkatan terbaru dalam penggunaan komputer telah
menyebabkan peningkatan penyakit kulit yang berhubungan dengan komputer,
termasuk dermatitis kontak alergi yang disebabkan oleh plasticizer dan mungkin
neoprene dan akselerator karet dalam peralatan.21
TABEL 211-4
LUKA BAKAR KIMIA YANG MEMERLUKAN TERAPI UNIK
Kimia Pengobatan
Pembakaran fragmen Memadamkan dengan pasir; tutup dengan minyak
logam natrium, kalium, mineral; ekstrak partikel logam secara mekanis.
dan litium

Asam fluorida Siram dengan air mengalir; kemudian obati dengan


kalsium glukonat: gel (2,5%) diikuti dengan injeksi
intralesi, jika diperlukan.
Fosfor Hapus partikel mekanis; cuci dengan sabun dan air;
kemudian gunkaan sulfat tembaga (II) dalam air
selama beberapa menit, keluarkan fosfida tembaga
hitam, dan cuci dengan air

9
Senyawa fenolik Lakukan cuci sabun lebih awal dan air diikuti oleh
pengobatan dengan polietilen glikol 300 atau 400
atau etanol (10%) dalam air.
Bromin atau Iodin Kebiasaan mencuci dengan sabun dan air diikuti
dengan pengobatan dengan 5% natrium tiosulfat.

TABEL 211-5
INDUSTRI YANG BERISIKO REAKSI IRITAN AKUT
Kimia Industri Yang Berisiko
Asam
Sulfat Industri pupuk, pigmen anorganik, serat tekstil, bahan
peledak, pulp dan kertas
Klorida Produksi pupuk, pewarna, cat, dan sabun
Formiat Industri tekstil (pencelupan dan finishing), pembuatan
kulit (delimer dan penetral), produksi lateks alam
(koagulan)
Akrilik Industri plastik akrilik (monomer)
Kromat Plating Chrome, pengupasan tembaga, dan operasi
anodizing aluminium
Hidrofluorik Etching dan frosting kaca, penghapus karat, dry
cleaning (Spot pembersih)
Alkalis
Kalsium, natrium, dan Industri pemutih, pewarna, vitamin, plastik, pulp dan
kalium hidroksida kertas, dan sabun dan deterjen
Lainnya
Arsenik Tembaga, emas, timah, dan logam lainnya; industri
semi konduktor
Berilium Aerospace dan industri lainnya yang terlibat dalam
produksi keras, resisten korosif

10
Cobalt Industri paduan, keramik, elektronik, magnet, cat dan
pernis, atau kosmetik; elektroplating
Merkuri Industri yang terlibat dalam pembuatan atau
penggunaan bakterisida, amalgam gigi, dan katalis
Fosfor Industri insektisida dan pupuk

TABEL 211-6
MEKANISME AKSI IRITASI INDUSTRI UMUM
Mekanisme Iritan
Keratin dan protein disolusio Alkalis, sabun
Lipid disolusio Pelarut organik
Dehidrasi Asam anorganik
anhidrida
Alkalis (kalsium oksida)
Oksidasi Pemutih
Reduksi Asam salisilat
Asam format
Asam oksalat
Keratogenesis Arsenik
Tar
Petroleum

Pokok alergen kontak akibat kerja yang tercantum dalam tabel 211-7.
Mekanisme dermatitis kontak alergi dan manifestasi klinis yang dijelaskan
dalam Bab. 13. Dermatitis kontak alergi kini telah didefinisikan sebagai tiga tahap
proses. Dermatitis terbatas pada lokasi dari kontak dengan alergen dalam tahap 1.
Terdapat penyebaran daerah melalui penyebaran limfatik dalam tahap 2. Pada tahap
3 terdapat penyebaran hematogen dari dermatitis kontak alergi sejauh ini (tahap 3A)
atau reaktivasi sistemik dermatitis kontak alergi (tahap 3B), juga disebut dermatitis
kontak sistemik. Sebagian besar kasus dermatitis kontak sistemik adalah terkait
obat, tetapi kasus-kasus yang berhubungan dengan paparan merkuri atau logam

11
lainnya dapat berasal dari pekerjaan. Penting untuk diingat bahwa jika seorang
pekerja mengalami dermatitis kontak alergi 2 atau 3 hari setelah kontak awal
dengan alergen, induksi sensitivitas harus terjadi sebelumnya, mungkin selama
pekerjaan sebelumnya.

URTIKARIA KONTAK DAN REAKSI KONTAK SEGERA (Lihat Bab. 37)


Contact urticaria syndrome (CUS) terdiri dari sekelompok heterogen reaksi
inflamasi yang biasanya muncul dalam beberapa menit setelah kulit atau mukosa
kontak dengan agen dan menghilang dalam waktu 24 jam, biasanya dalam beberapa
jam . CUS memiliki empat tahap: tahap 1- urtikaria lokal, dermatitis, atau gatal-
gatal, kesemutan, atau sensai terbakar; Tahap 2- urtikaria generalisata, tahap 3
rhinokonjungtivitis, asma, atau gejala gastrointestinal; dan tahap 4- anafilaksis.
Terdapat tiga jenis urtikaria kontak: urtikaria kontak non imunologik,
urtikaria kontak imunologi, dan urtikaria kontak dengan mekanisme yang belum
diketahui (lihat juga Bab 37.).

URTIKARIA KONTAK NON IMUNOLOGI


Pada urtikaria kontak non imunologik, individu yang terpapar mengalami
reaksi tanpa sensitisasi sebelumnya, tergantung pada sifat bahan, konsentrasi, area
kulit yang terkena, dan rute paparan. Biasanya reaksi tetap lokal, dan gejala sistemik
berupa mengi, rhinorrea, dan sinkop tidak terjadi. Penyebab urtikan termasuk asam
benzoat, asam sorbat, sinamat asam, aldehida sinamat, dan ester asam nikotinat.
22,23

Kelompok kerja yang terkena dan agen penyebab yang dapat mengenai
meliputi: tukang kebun-jelatang, berbagai tanaman, rambut ulat, ngengat, dan
serangga lainnya; cooksfish, mustard, cabai rawit, dan timi dan medis dan seseorang
yang berhubungan dengan alkohol, balsam dari Peru, benzokain, metil salisilat,
ekstrak tar, tingtur benzoin, witch hazel, dan dimetil sulfoksida.

12
TABEL 211-7
ALERGEN KONTAK UTAMA PADA PEKERJAAN
● Akrilik
● Biocides-isothiazolinones. Formaldehida releasers
● Kroma
● Kobalt
● Kolofoni
● Pewarna
● Resin epoxy system (mungkin perlu menguji pada pekerja menggunakan resin
tertentu)
● Formaldehida
● Formaldehida resin
● Parfum dan esens
● Nikel (sensitisasi awal biasanya tidak berhubungan dengan pekerjaan)
● Tanaman dan hutan
● Bahan kimia pengolahan karet

URTIKARIA KONTAK IMUNOLOGI (Lihat Bab. 37)


Urtikaria kontak imunologi, immunoglobulin E memediasi reaksi alergi
secara langsung, terjadi pada orang yang sebelumnya peka terhadap agen tertentu.
Individu atopik, terutama mereka dengan dermatitis atopik, lebih rentan.
Paradigmanya adalah alergi natural ruber latex (NRL), yang dihasilkan dari reaksi
terhadap satu atau lebih protein dalam NRL.24 Prevalensi tertinggi alergi NRL
adalah pada individu dengan spina bifida. Juga melibatkan petugas kesehatan;
pekerja dapur; pembersih; pekerjaan lain yang memakai sarung tangan NRL; dan
pekerja yang terlibat dalam pembuatan karet gelang, sarung tangan bedah, dan
boneka lateks.
Penyebab imunologi paling sering berikutnya adalah beberapa makanan
seperti kentang dan daging mentah. Penyebab lainnya adalah antibiotik dan obat-
obatan lainnya, pengawet, disinfektan, wewangian, pengeras epoxy resin, beberapa
bahan hutan, serbuk sari birch, dan formaldehida dalam pakaian.

13
URTIKARIA KONTAK DENGAN MEKANISME YANG TIDAK
DIKETAHUI
Urtikaria kontak dengan mekanisme yang tidak diketahui termasuk reaksi
amonium persulfat, yang digunakan sebagai penguat dalam pemutih rambut.
Dermatitis, yang sebagian besar terjadi pada klien, memiliki onset mendadak dan
ditandai dengan eritema, edema, gatal hebat, urtikaria, dan kadang-kadang sinkop,
disertai mengi dan dispnea. Penata rambut harus harus mewaspadai akan keseriusan
masalah ini.

DIAGNOSIS URTIKARIA KONTAK


Selain untuk alergi NRL, terdapat beberapa data statistik pada urtikaria
kontak. Data dari Finlandia menunjukkan bahwa petani (dari paparan bulu sapi)
menjelaskan sebagian besar kasus, namun bahwa tingkat kejadian tertinggi
ditemukan di antara tukang roti. 23 Diagnosis imunologik urtikarian kontak biasanya
melibatkan pengujian kulit dengan substansi dan tes serologis yang diduga untuk
imunoglobulin spesifik E. Ketika hapten kimia merupakan penyebab yang
dicurigai, harus dilakukan disentrifugasi dengan protein, biasanya human albumin
serum, yang bukan merupakan prosedur standar.
Urtikaria kontak terjadi dari kontak secara langsung dengan kulit (sebagian
besar kasus) atau mukosa (misalnya, lateks dan klorhexidin, yang selanjutnya dapat
terkait dengan toksisitas sistemik), atau dari kontak dengan alergen udara
(misalnya, kina, murbei, xylene). Paparan mungkin disengaja atau disebabkan oleh
kegagalan peralatan (misalnya, xylene). Bahan standar yang mungkin terlibat
(misalnya, Tinofix) atau jejak kontaminan atau kotoran (misalnya, anhidrida di
sesquioleate sorbitan). Urtikaria kontak dapat berhubungan dengan urtikaria lain
25
seperti urtikaria tekanan onset lambat. Kadang-kadang, hanya terjadi eritema,
sensasi terbakar, dan gatal-gatal, namun setidaknya beberapa orang harus
mengalami urtikaria di daerah penggunaan terhadao reaksi yang dianggap sebagai
urtikaria kontak. Dapat terjadi gabungan antara urtikaria kontak dan reaksi alergi
eksematosa onset lambat. 25

14
DIAGNOSIS PENYAKIT KULIT OKUPASI
ASPEK EVALUASI
Membuat penentuan medis dalam kasus gangguan kulit akibat kerja putatif
dan dalam kasus kompensasi pekerja menghadapkan dokter dengan beberapa tugas
yang menantang: (1) beratnya pernyataan pasien dan tuntutan mengenai keterkaitan
penyakit, perubahan pekerjaan, dan modifikasi pekerjaan; (2) bekerja sebagai
penjaga pintu gerbang sosial yang berhubungan dengan cuti dan kembali bekerja;
(3) berurusan dengan kurangnya deskripsi informasi tempat kerja yang memadai,
daftar bahan kimia yang digunakan di tempat kerja, dan paparan, termasuk lembar
data keamanan material; (4) menyeimbangkan penilaian klinis terhadap teknologi
(misalnya, menentukan apakah yang berhubungan dengan dermatitis di tangan pada
suatu pekerjaan masinis ketika hasil tes patch negatif); (5) membangun sebab-
akibat, yang biasanya hanya membutuhkan probabilitas asosiasi kerja (untuk
kepastian yang memadai atau lebih dari 50 persen kepastian medis), dan bukan
kepastian yang mutlak, seperti untuk memenuhi postulat Koch.26,27

Dengan demikian penting untuk mengevaluasi OSD adalah sebagai berikut:


1. Pembuatan diagnosis yang akurat, termasuk mencari riwayat medis dan
okupasi secara rinci, melakukan pemeriksaan kulit secara lengkap, dan
melakukan tes diagnostik seperti yang ditunjukkan (Tabel 211-8).
2. Menentukan sebab-akibat. Mathias28 telah mengusulkan bahwa empat
jawaban Ya dari tujuh pertanyaan berikut ini cukup untuk membangun
sebab-akibat kerja dan ketidaknyamanan dalam kasus dermatitis kontak dan
untuk mengetahui kemungkinan penyebab:
a. Apakah penampilan klinis sesuai dengan dermatitis kontak?
b. Apakah terdapat paparan terhadap iritasi potensial atau alergen saat
bekerja?
c. Apakah distribusi anatomi dari erupsi sesuai dengan paparan
pekerjaan?
d. Apakah hubungan antara paparan dan onset konsisten dengan
dermatitis kontak?

15
e. Apakah terdapat selain paparan akibat kerja sebagai penyebab?
f. Apakah dermatitis membaik saat menghindari paparan iritan atau
alergen yang dicurigai saat bekerja?
g. Apakah tes patch atau provokasi kemungkinan dapat mengidentifikasi
penyebab?
3. Memberikan rekomendasi untuk pengobatan, pencegahan, status disabilitas
(jika ada), penempatan kerja, rehabilitasi, dan penggunaan sumber daya
lainnya (konsultasi kebersihan industri dan konsultasi dengan dokter
spesialis lainnya, seperti alergi, pulmonologist, atau dokter kedokteran
kerja).
TABEL 211-8. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DERMATITIS
KONTAK IRITAN KONTAK DAN ALERGI DERMATITIS KONTAK
AKIBAT PEKERJAAN

Anamnesis
● Durasi, onset lokasi, progresi, gejala (sensasi gatal, terbakar, nyeri),
perbaikan saat menghindari pekerjaan, perawatan sampai saat ini
termasuk respon, riwayat kontak alergi yang jelas.
● Riwayat pekerjaan, termasuk pekerjaan saat ini dan proses presipitasi,
Perubahan pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, pakaian pelindung
yang digunakan, pekerja lain yang terkena dampak.
● Hobi dan pekerjaan paruh waktu
● Riwayat medis, termasuk medis, dermatologi, dan riwayat bedah,
terutama riwayat dermatitis atopik, alergi musiman dan asma.
● Riwayat atopi pada keluarga, psoriasis, atau kondisi kronis kulit lainnya.

Pemeriksaan
● Lokasi (s) dari erupsi
● Morfologi lesi (eritema, eksim, likenifikasi. Perubahan pigmen,
urtikaria, dll)
● Pola keterlibatan

Tes Diagnostik
● Patch
● Pemeriksaan Photopatch

16
● Tes untuk mengidentifikasi hipersensitas tipe cepat (lihat Gambar. 211-
2)
● Radioaliergosorbent assay test
● Terbuka dan tes patch yang tertutup (baca pada 10 dan 45 menit)
● Tes Prick
● Repeat opell-application 'use' test
● Pemeriksaan kalium hidroksida untuk jamur, serat kaca
● Kultur dan apusan jamur, bakteri, dan virus
● Biopsi Kulit
● Uji Dimethylglyoxime untuk mendeteksi nikel, tes lainnya ( deteksi
kromat dan formaldehida)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes Patch
Karena pentingnya ACD dalam etiologi OSD, tes patch (lihat Bab. 13)
harus dilakukan pada hampir semua kasus dermatitis kontak, bahkan pada pasien
yang diduga hanya mengalami ICD. Pemeriksaan harus dilakukan dengan
menggunakan alergen komersialyang tersedia. Pengujian lebih lanjut dengan zat di
lingkungan pekerja, termasuk obat-obatan topikal, alat pelindung seperti sarung
tangan, kepekaan bahan pembersih atau produk lainnya, dan kadang-kadang produk
itu sendiri (misalnya, cutting oils), kadang-kadang diindikasikan. Pengujian dengan
iritan seperti sebagian besar pelarut, sabun, semen, dan sejenisnya tidak boleh
dilakukan, dan pengujian patch dengan bahan kimia lingkungan lainnya harus
dilakukan hanya oleh individu untuk menghindari reaksi iritasi positif palsu. Teks
standar dapat berkonsultasi untuk konsentrasi uji tempel.

Pemeriksaan Untuk Hipersensitivitas Tipe Cepat


Jika hipersensitivitas tipe I segera dicurigai, dapat dilakukan pengujian agen
dalam konsentrasi tidak menyebabkan iritasi (Gambar. 211-2).

17
Alergen yang dicurigai

Bila tersedia Gunakan pada kulit yang


Radioallergosorbent assay normal (periksa pada
test (RAST) konsentrasi yang tidak
bersifat iritatif)

Bila hasil negatif


Gunakan pada daerah yang
sebelumnya terkena, bila
kulitnya telah normal

Bila hasil negatif

Gunakan hingga timbul


eksematosa (hanya eritema) pada
kulit untuk melihat urtikaria

Bila hasil negatif

Uji coba tersembunyi (kulit yang


sebelumnya normal atau terpengaruh) baca
pada 10 dan 45 menit

Bila hasil negatif


Tes prick

Gambar 211-2. Pemeriksaan hipersensitivitas langsung (urtikaria kontak). (Dari


Taylor JS dkk: Contact urticaria, in Occupational Skin Disease, edisi ke-3, diedit
oleh Adams RM Philadelphia, WB saunders, 1999, p 111.)

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN


Pengobatan awal untuk OSDs tergantung pada penyebabnya dan pada
dasarnya sama untuk penyakit akibat non okupasi. Namun, penting bahwa pasien
diberitahu penyebab tertentu (s) penyakit dan metode untuk menghindari

18
kekambuhan, dan diberikan informasi mengenai penggunaan yang tepat dari
pembersih kulit, perawatan topikal, dan pakaian pelindung serta mengenai tindakan
pencegahan lainnya. Sebagian besar gangguan kulit akibat kerja dapat dicegah, dan
menghindarinya membutuhkan metode lingkungan, pribadi, dan medis.29

METODE LINGKUNGAN DAN TEMPAT KUNJUNGAN KERJA


Metode Lingkungan adalah tindakan pengendalian yang banyak dilakukan,
tetapi kadang-kadang juga merupakan langkah yang paling mahal untuk diterapkan.
Metode lingkungan melibatkan kebersihan industri dan intervensi teknik
lingkungan seperti berikut:
1. Identifikasi bahaya: kunjungan kerja adalah penting namun sering diabaikan
dari bagian evaluasi pekerja dengan OSD. Identifikasi bahaya dan penilaian
sarana paparan dapat dievaluasi dengan pengamatan langsung dan mungkin
diperlukan untuk pemecahan masalah, terutama ketika lebih dari satu
pekerja yang terkena dampak.
2. Penggantian bahan yang kurang bersifat iritatif dan bahan alergen kimia
[misalnya, sarung tangan karet tanpa thiuram dan karbamat, resin alternatif
(phenolic atau polyester) untuk resin epoxy, cairan logam alternatif tanpa
sensitisasi aditif].
3. Isolasi dan menghindari proses.
4. Ventilasi pembuangan lokal.
5. Dispenser kimia.
6. Rumah tangga yang baik.

METODE PERSONAL
Krim Barier
Krim barier juga disebut sarung tangan tak terlihat, namun krim barier
merupakan pengganti yang tidak memadai untuk pakaian pelindung dan biasanya
digunakan adalah sarung tangan, lengan, dan masker wajah tidak mudah atau aman
untuk digunakan. Beberapa jenis yang tersedia: krim emolien biasa, krim air-
repellant, oil- and solvent-resistant creams, dan produk-produk untuk digunakan

19
melawan poison ivy dan poison oak. Krim barier yang paling efektif adalah tabir
surya dan sunblocks, yang idealnya harus dipakai oleh semua pekerja di luar
ruangan. Masalah yang berhubungan dengan penggunaan krim barier adalah rasa
aman yang palsu, seleksi dan penggunaan yang tidak tepat, alergi terhadap bahan
(biasanya pengawet atau pengharum), peningkatan potensi penyerapan bahan kimia
akibat kerja, dan penggunaanyang tidak memadai atau jarang.

Pembersih Kulit
Pembersih kulit yang dibahas pada bagian iritan yang banyak dijumpai
dalam pekerjaan, di bahas sebelumnya dalam bab ini.

Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung diantaranya sarung tangan, celemek, kerudung, sepatu,
dan sepatu kerja untuk pakaian seluruh tubuh. Tersedia kain yang tahan panas,
dingin, asam, alkali, pelarut, dan radiasi ultraviolet. Jenis tahan jamur tertentu dan
api. Alat pelindung diri ditujukan oleh Occupational Safety and Health
Administration dalam standar khusus untuk seluruh industri, terminal laut, dan long
shoring, termasuk Peraturan Pemerintah AS Federal Kode (29 CFR Pan 1910).30
Produsen peralatan pelindung diri menyediakan katalog dengan pedoman untuk
pemilihan pakaian untuk berbagai paparan.

Metode Medis
Dokter sering mengabaikan aspek pencegahan medis tertentu. Prinsip-
prinsip dasar sebagai berikut:
1. Pemeriksaan fisik awal kerja dan selanjutnya harus mencakup penilaian dari
kulit dan evaluasi kebugaran untuk bekerja.
2. Pekerja dengan penyakit kulit mungkin memerlukan akomodasi di tempat
kerja.
3. Sensitisasi preparat topikal potensial (neomisin, basitrasin, benzokain, dll)
harus dihindari ketika merawat OSD.

20
4. Pekerja yang termotivasi harus menjalani rehabilitasi medis dan vokasional;
hal ini diatasi melalui rencana kompensasi sebagian besar pekerja.

KEBUGARAN UNTUK BEKERJA DAN AKOMODASI KERJA


Americans with Disabilities bertindak pada tahun 1990 membuat isu-isu
penempatan kerja dan akomodasi di masa depan. Sebagian besar individu dengan
kondisi kulit kronis dapat melakukan aktivitas kerja normal, namun dalam beberapa
kasus diperlukan akomodasi di tempat kerja.32

PROGNOSIS DAN PERSISTENSI


Meskipun prognosis dari OSD kronis masih tetap sama, telah terdapat
perbaikan, dengan kesembuhan dilaporkan pada 70% hingga 84% dari kasus.33
Meminimalkan paparan di tempat kerja dan memaksimalkan pengetahuan pasien
mengenai iritan potensial dan alergen merupakan salah satu yang paling penting
untuk memperbaiki prognosis.33,34 Kondisi tertentu, seperti sensitivitas kromium,
memiliki prognosis yang buruk dan terkenal bertahan lama. Dermatitis atopik,
terutama dalam pekerjaan di mana terdapat kontak erat dengan air, sabun, dan
deterjen, juga berhubungan dengan prognosis yang buruk.
Dari beberapa penyebab persistensi OSD, yang paling penting adalah
diagnosis yang lengkap atau tidak benar. Faktor-faktor lain yang menginduksi
kegagalan untuk menghilangkan penyebab (s), penempatan kerja yang tidak tepat,
terapi yang tidak tepat, terdapat diagnosis sekunder (misalnya, alergi terhadap obat
topikal atau beberapa kontak alergi), paparan hingga reaksi silang terhadap
substansi di rumah atau tempat kegiatan, dan pembersihan kulit yang tidak benar.
Beberapa pekerja mengalami dermatitis yang sedang berlangsung disebut persistent
pasca-occupaliollal demtatitis yang tidak ada penyebab yang jelas, dipicu oleh
dermatitis kerja sebelumnya. Hal ini memiliki implikasi signifikan bagi prognosis
dan kompensasi pekerja.35,36

21
EVALUASI KETIDAKMAMPUAN DAN DIABILITAS
Evaluasi pasien dengan OSD dibahas secara lebih rinci dalam sumber-
sumber lain. Namun, dermatologist harus mengetahui Guides to the Evaluation of
Permanent Impairment,, diterbitkan oleh American Medical Association. Pedoman
dalam bab tentang penyakit kulit telah digunakan selama lebih dari 30 tahun untuk
mengevaluasi pasien dengan kelainan kerusakan kulit yang permanen (penyakit
yang telah mencapai medis maksimum perbaikan biasanya setelah durasi 6 sampai
12 bulan) akibat kerja dan non-kerja. Pedoman digunakan oleh sejumlah otoritas
kompensasi pekerja negara dan memberikan contoh lima kelas ketidakmampuan
nilai mulai dari 0% hingga 95%.

PENILAIAN RISIKO KESEHATAN


Pendekatan ilmiah saat ini untuk menurunkan risiko dalam kesehatan kerja
didasarkan pada penilaian risiko, yang dipisahkan menjadi empat elemen dasar:
identifikasi bahaya, penilaian paparan kulit, penilaian dosis-respon, dan
karakterisasi risiko.37,38

Identifikasi Zat Berbahaya


Identifikasi zat berbahaya melibatkan penentuan apakah paparan agen
dapat menyebabkan penyakit atau cedera dengan menggunakan lembar data
keamanan bahan. Lembar data keselamatan material memberikan informasi hanya
sekitar zat yang dianggap berbahaya; zat berbahaya yang terdapat dalam
konsentrasi kurang dari 1 persen tidak perlu dicantumkan, dan dokter mungkin
perlu untuk meminta informasi tambahan.

Penilaian Pemaparan Pada Kulit


Penilaian paparan pada kulit menentukan sifat dan ukuran populasi yang
terpapar zat kimia melalui kulit, serta besarnya dan lamanya paparan. Pertimbangan
mengenai pemaparan meliputi metode pemaparan: tumpahan, alat atau lap yang
terkontaminasi, aerosol atau semprotan, atau permeabilitas pada pelindung. Dengan
demikian, aktivitas kerja (misalnya, durasi tugas dan frekuensi, jumlah bahan kimia

22
yang digunakan), zat pada pekerjaan (berat molekul, ukuran partikel, kelarutan,
volatilitas, dll.), Dan pekerja (misalnya, luas permukaan yang terpapar, kebersihan
pribadi, adanya dermatitis ) merupakan tiga faktor utama.

Penilaian Dosis-Respon

Penilaian dosis-respon menggambarkan hubungan kuantitatif antara dosis


pada target dan efek toksikologi. Orang dengan dermatitis atopik mengalami
peningkatan kehilangan air transepidermal dan meningkatkan reaktivitas terhadap
iritasi.

Karakterisasi Risiko

Karakterisasi risiko melibatkan integrasi data untuk menentukan papran


yang aman dengan membandingkan tingkat paparan dengan tingkat di mana tidak
ada efek samping yang teramati, sementara memungkinkan untuk kesalahan
kesalahan yang aman. Kecuali nikel dan paparan krom, beberapa paparan terhadap
kulit telah ditandai dengan cara ini, dan mungkin sulit dilakukan. Selain itu,
perhatian harus diberikan pada penyerapan perkutan serta paparan kulit.

BAB 212

PENYAKIT KULIT OKUPASI NON EKSEMATOSA YANG


DISEBABKAN AGEN BIOLOGIS, FISIK DAN KIMIA

Apra Sood
James S. Taylor

Penyakit kulit noneksematosa yang disebabkan oleh agen biologis, dan


bahan kimia, fisik di tempat kerja dibahas dalam bab ini. Eksim juga termasuk
berhubungan dengan trauma. Untuk epidemiologi, insidensi, dan pengobatan
penyakit kulit pada pekerja, lihat BAB 211.

23
Ringkasan

▪ Pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi (virus,


bakteri, jamur, parasit) atau gigitan, sengatan, atau infestasi artropoda.
▪ Trauma mekanik merupakan yang tersering di tempat kerja dan dapat
menimbulkan manifestasi kulit.
▪ Kondisi kulit yang sudah ada dapat diperburuk oleh pekerjaan yang
berhubungan dengan trauma mekanik.
▪ Penyakit kulit granuloma akibat kerja termasuk imunogenik (misalnya"
diinduksi berilium) atau non-imunogenik (misalnya, diinduksi Silika).
▪ Penyakit kulit akibat kerja dapat merupakan akibat dari panas yang berlebihan,
dingin, dan faktor-faktor atmosfer lain seperti kelembaban yang rendah di
tempat kerja.
▪ Paparan silika, vinil klorida, dan agen kimia lainnya dapat menyebabkan
sklerosis sistemik dan limited sclerodermalike disease.
▪ Chloracne Ocupational merupakan salah satu indikator yang paling sensitif
mengenai paparan hidrokarbon aromatik terhalogenasi yang bersifat toksik.
▪ Kanker kulit akibat pekerjaan karena paparan karsinogen kimia atau sinar
ultraviolet merupakan masalah utama kesehatan.

PENYAKIT KULIT AKIBAT AGEN BIOLOGIS


Pekerja dalam pelayanan kesehatan, penyedia makanan, pembersih dan
pemelihara, dan pekerjaan luar ruangan terdapat mengalami peningkatan risiko
untuk terjadinya infeksi kulit. Tabel 212-1 daftar beberapa pekerjaan yang
berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi tertentu.1

24
Adanya keterkaitan yang pasti antara pekerjaan dan infeksi spesifik tidak
selalu sederhana. Isolasi laboratorium dari organisme infektif dan riwayat medis
penunjang dan pemeriksaan dapat bermanfaat.

TABEL 212-1. INFEKSI KULIT OKUPASIONAL


No. Kelompok Pekerjaan Yang Berisiko Infeksi
1. Pekerja pertanian, petani, gembala, ORF, milker's nodules,
pekerja ternak, peternak, ilmuwan hewan, infeksi dermatofit,
peternak hewan misetoma,
Kromoblastomikosis,
Sporotrikosis,
cutaneus larva migrans
2. Penjagal, penjual daging, pekerja rumah Infeksi Stafilokokus dan
potong hewan Streptokokus, Antraks
Kulit, Kutil Virus,
Erysipeloid, Tularemia,
Bruselosis, Leptospirosis
3. Pekerja konstruksi dan luar ruangan lainnya Blastomikosis,
Koki, Tukang roti, Pemasak makanan, Coccidiomycosis, Gigitan
Pencuci piring, Artropoda,
Pekerja pabrik pengalengan, Bartender, Kandida Intertrigo dan
orang yang melakukan pekerjaan yang Paronikia
berhubungan dengan basah
4. Pedagang ikan dan nelayan Infeksi Stafilokokus dan
Streptokokus,
Erisipeloid
5. Rimbawan, Pekerja taman Tularemia, Lyme Disease,
Sporotrikosis
6. Penata rambut, Pekerja Manicure Infeksi Stafilokokus dan
Streptokokus
7. Petugas kesehatan (dokter, perawat, Infeksi Herpes Simpleks,
dokter gigi, dokter dan asisten dokter gigi, HIV, Hepatitis, Infeksi
terapis pernapasan, paramedis) Stafilokokus dan
Streptokokus, Kandidiasis
7. Petugas laboratorium Bruselosis, Tularemia,
Infeksi HIV, Hepatitis,
Monkeypox
9. Personil militer Infeksi Stafilokokus Dan

25
Streptokokus, Infeksi
Dermatofit, Gigitan
Artropoda, Leishmaniasis
10. Pekerja toko binatang peliharaan, Pekerja Granuloma tangki ikan,
akuarium, Pembersih tangki ikan (Mycobacterium Marinum)
Monkeypox
11. Dokter hewan TBC Kutis, Antraks Kulit,
Bruselosis, Tularemia,
ORF

INFEKSI BAKTERI
INFEKSI STAFILOKOKUS DAN STREPTOKOKUS (Lihat Bab. 177)
Infeksi sekunder oleh bakteri pada kulit akibat Staphylococcus dan
Streptococcus merupakan komplikasi yang sering terjadi dari ekskoriasi, luka, luka
bakar, dan luka tusukan. Tukang daging dan penjual daging cenderung untuk terjadi
luka dan goresan yang terinfeksi, paronikia, abses, dan limfangitis. Folikulitis dan
ulkus yang sering dijumpai pada buruh tani dan pekerja konstruksi. Pekerja di
tempat yang panas, lembab, dan lingkungan yang kotor2 (lihat Gambar. 212-1) atau
mereka yang bekerja dalam kontak yang dekat dengan orang yang terinfeksi, seperti
perawat, penata rambut, dan manicurists, merupakan pekerjaan yang beresiko.
Kontaminasi bakteri pada cairan metal working dengan merupakan sumber
potensial lain dari infeksi bagi pekerja.3 Dapat terjadi perubahan dalam terapeutik
akibat peningkatan strain bakteri yang resisten dan peningkatan dari community-
acquired methicillin-resistance S. aureus4.

ANTRAKS (Lihat Bab. 183)


Antraks, yang disebabkan oleh Bacillus anthracis, terutama pada sapi,
domba, kuda, kambing, dan herbivora liar. Pekerja pertanian, peternak, tukang
daging, dan pengolah daging dapat terinfeksi melalui kontak dengan hewan yang
terinfeksi. Kulit yang terkontaminasi, bulu kambing, wol, dan tulang dapat
menginfeksi dokter hewan, penangan angkutan, pekerja gudang, dan karyawan
pabrik pengolahan yang menangani produk ini. Penyamak kulit, pembuat karpet,
dan tukang pelapis perabot rumah juga berisiko. Spora antraks yang sangat menular,

26
membuat organisme menjadi sumber penularan (lihat Bab 213.); Pekerja
laboratorium yang menangani spesimen pemeriksaan juga berisiko.5

INFEKSI MIKOBAKTERIUM
TUBERKULOSIS PADA KULIT (Lihat BAB. 184)
Tuberkulosis veruka kutis, suatu papula kutil yang tumbuh lambat atau plak
yang disebabkan oleh inokulasi Mycobacterium tuberculosis atau M. bovis, telah
dilaporkan oleh petugas patologi dan kamar mayat (prosektor atau anatomi kutil
ini). Ahli bedah, dokter hewan, petani, dan tukang daging juga berisiko, meskipun
saat ini kondisi ini jarang terjadi.

INFEKSI MIKOBAKTERIUM NON-TUBERKULOSA


M.marinum menyebabkan granuloma kolam renang atau tangki ikan,
infeksi granulomatosa soliter atau diseminata dijumpai pada nelayan, pembersih
tangki ikan (Gbr. 212-1), dan pekerja yang membersihkan kolam renang yang
terkontaminasi. Ahli bedah juga berisiko.

Gambar 212-1. Sporotrikoid, infeksi mikobakteri atipikal oleh Mycobacterium


marinum pada seorang wanita yang bekerja di penjualan ikan tropis

BRUSELOSIS (Lihat Bab. 183)


Bruselosis merupakan zoonosis yang menular ke manusia melalui kontak
dengan hewan yang terinfeksi atau meminum susu atau produk susu yang tidak
diolah. Petani, peternak, pengemas makanan, dokter hewan, dan pekerja
laboratorium beresiko terhadap infeksi ini. Pernah dilaporkan epidemi yang
disebabkan oleh kultur bakteri.6

27
TULAREMIA (Lihat Bab. 183)
Tularemia disebabkan oleh Francisella tularensis, basil gram negatif yang
ditularkan oleh kutu, kupu-kupu, dan deerflies. Hewan reservoir termasuk kelinci
liar, tupai, burung, domba, berang-berang, muskrat, dan anjing peliharaan dan
kucing. Tularemia dapat terjadi pada pemburu, penjerat, pemandu permainan,
tukang daging, pekerja penangan bulu, dan petugas laboratorium. Penyakit ini
sangat menular, dan penanganan jaringan dan kotoran yang terinfeksi harus
dilakukan secara hati-hati.

ERISIPELOID (Lihat Bab. 183)


Erisipeloid hampir selalu merupakan penyakit akibat kerja dan disebabkan
oleh Erysipelothrix rhusiopathiae, basil gram negatif yang menginfeksi ikan air
tawar dan air asin, bebek, emus, kalkun, ayam, dan hewan ternak lainnya seperti
kambing.7 Biasanya mengenai Penjagal, nelayan, dan pengecer ikan dan unggas.

INFEKSI VIRUS
HERPES SIMPLEKS (Lihat BAB. 193)
Infeksi virus herpes simpleks merupakan infeksi virus yang paling sering
dijumpai akibat pekerjaan. Infeksi karena HSV tipe 1 atau 2 terjadi pada pekerjaan
di mana terdapat paparan dari sekresi yang terinfeksi dari mulut atau saluran
pernapasan. Dokter gigi, asisten dokter gigi, perawat, dan teknisi pernapasan sangat
rentan, dan herpetic whitlow merupakan yang sering terjadi.8 Infeksi HSV-1 setelah
9
cedera jarum suntik juga telah dilaporkan. Herpes labialis merupakan masalah
instrumentalis kayu dan kuningan yang sering terjadi.10 Infeksi HSV pada
permukaan tubuh pegulat dan pemain rugby, yang dikenal sebagai herpes
gladialorum, terkadang menyebabkan diskualifikasi atlet yang terinfeksi. Pada
profesi perawat kesehatan, penggunaan sarung tangan pelindung, kacamata
keselamatan, dan masker merupakan pencegahan yang terbaik dan mengurangi
timbulnya infeksi.

28
INFEKSI HEPATITIS DAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
Luka akibat jarum suntik merupakan risiko pekerjaan pekerja perawatan
kesehatan, menempatkan mereka pada risiko tertular penyakit menular dari patogen
melalui darah. Risiko rata-rata penularan human immunodeficiency virus (HIV)
setelah paparan darah perkutan melalui darah yang terinfeksi HIV diperkirakan
sekitar 0,3%.11,12 Untuk hepatitis B, risiko hepatitis jika darah positif terdapat
antigen permukaan hepatitis B dan antigen e hepatitis B dilaporkan 22% - 31%;
Risikonya adalah 1% - 6% jika darah positif terdapat antigen permukaan hepatitis
B tetapi negatif untuk antigen e hepatitis B.12 Sembilan puluh lima persen bersihan
pada infeksi virus hepatitis B pada pekerja perawatan kesehatan tercatat pada tahun
1983-1995, sebagian besar karena imunisasi telah luas digunakan pada petugas
kesehatan dengan vaksin hepatitis B.13 Insiden rata-rata serokonversi anti virus
hepatitis C setelah terpapar perkutan secara tidak sengaja pada sumber positif virus
hepatitis C adalah 1,8% (sekitar, 0% - 7%).12 Data yang paling akurat mengenai
luka jarum suntik dan benda tajam yang berasal dari studi prospektif, yang
menggambarkan kejadian tahunan diperkirakan berkisar 562-839 cedera per 1000
pekerja perawatan kesehatan per tahun.14 Perawat memiliki kontak paling erat, dan
tidak mengherankan bahwa kelompok kerja ini menyumbang sebagian besar
responden kasus.14,15 Diperlukan evaluasi segera karyawan yang terluka untuk
menilai risiko yang berhubungan dengan paparan dan kebutuhan untuk
dilakukannya profilaksis setelah pajanan (ART untuk HIV, imunoglobulin dan
vaksinasi untuk virus hepatitis B). Telah tercatat mengenai penurunan substansial
pada cedera akibat jarum suntik dengan penggunaan sistem needleless atau
perangkat keselamatan terhadap jarum yang lebih baru.13 Sistem needleless
memberikan alternatif terhadap pengurangan penggunaan jarum melalui prosedur
spesifik yang ditentukan dan dengan demikian mengurangi risiko cedera perkutan
yang melibatkan benda tajam yang terkontaminasi. Contoh sistem needleless
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, sistem penggunaan obat intravena yang
mengelola obat atau cairan melalui port kateter atau situs konektor menggunakan
kanula tumpul atau koneksi non-jarum lainnya, dan sistem jet-injection dengan

29
penggunaan suntikan subkutan atau intramuskular obat cair melalui kulit tanpa
menggunakan jarum.

VIRAL WARTS (Lihat Bab. 196)


Penjual daging, unggas, dan ikan memiliki prevalensi yang tinggi terjadinya
viral warts, yang kemungkinan disebabkan melalui predisposisi luka ringan dan
lecet selama bekerja. Human papillomavirus-7 telah lebih sering didapatkan saat
diisolasi pada kelompok pasien ini.16

MOLUSKUM KONTAGIOSUM (Lihat Bab. 195)


Pegulat profesional dan petinju rentan untuk terjadinya moluskum.

ORF (EKTIMA KONTAGIOSUM) (Lihat Bab. 195)


ORF, disebabkan oleh parapox virus, yang endemik pada domba dan
kambing, dan mudah menular ke manusia melalui kontak langsung. Dokter hewan,
petani, dan gembala merupakan kelompok yang beresiko.

MILKER’S NODUL (Lihat Bab. 195)


Virus paravaccinia, yang menginfeksi puting susu sapi dan ulserasi yang
diakibatkan mulut anak sapi, dapat ditularkan kepada petani susu dan dokter hewan,
menyebabkan milker’s nodul (atau pseudocowpox) 17 (lihat gambar. 212- 1.1 dalam
edisi on-line).

MONKEYPOX (Lihat Bab. 195)


Wabah monkeypox pada manusia di Amerika Serikat pada tahun 2003
seperti yang dilacak melalui pengiriman hewan pengerat dari Afrika yang
terinfeksi, beberapa di antaranya melarikan diri, yang menyebabkan infeksi
sekunder pada anjing di toko hewan peliharaan yang sama. Paparan terhadap anjing
yang terinfeksi tersebut mengakibatkan 37 infeksi manusia yang melibatkan toko
hewan pemeliharaan yang terkenal, pemilik hewan peliharaan, dan pekerja
perawatan hewan.18 Meskipun penularan virus monkeypox dari manusia ke manusia

30
dianggap rendah, Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan
tindakan pencegahan pada saat kontak, droplet, dan pencegahan penulatrn melalui
udara untuk pekerja perawatan kesehatan.

INFEKSI JAMUR
INFEKSI DERMATOFIT PADA KULIT (Lihat Bab. 188)
Infeksi dermatofit pada kulit lebih sering terjadi pada petani dan pekerja
peternakan.19 Infeksi oleh Trichophyton rubrum dan T.mentagrophytes, yang
dijumpai pada populasi umum, dapat terjadi pada kondisi pekerjaan yang
melibatkan peningkatan berkeringat dan oklusi. Microsporumgypseum,
mentagrophytesT, dan T.verrucosum merupakan penyebab infeksi pada pekerja
luar pertanian dan lainnya (lihat gambar 212-1,2 dalam edisi online). M. canis
menginfeksi dokter hewan dan pekerja laboratorium. Fisioterapis yang melakukan
hydrotherapy juga lebih berisiko terjadinya infeksi jamur pada kulit.20 Pernah
dilaporkan tinea korporis yang tidak biasa pada ilmuwan yang disebabkan oleh
strain yang ada di laboratorium Arthroderma benhamiae.21

KANDIDIASIS (Lihat Bab, 189)


Infeksi Candida albicans biasanya terjadi pada pekerjaan yang
menyebabkan peningkatan kelembaban dan oklusi pada kulit, seperti yang
membutuhkan penggunaan sarung tangan untuk jangka waktu yang lama. Koki,
perawat, asisten gigi, pencuci piring, dan pekerja laundry merupakan kelompok
beresiko.

SPOROTRIKOSIS (Lihat Bab. 190)


Sporotrikosis, disebabkan oleh Sporothrix schenckii, diperoleh melalui
inokulasi pada luka tusukan dari duri, tongkat, atau serpihan kayu. Hal ini biasanya
terjadi pada petani, pekerja pembibitan dan kehutanan, dan orang-orang yang
bekerja di luar ruangan lainnya. Tukang kebun yang menggunakan lumut sphagnum
untuk pengemasan akar tanaman juga berisiko.

31
MISETOMA (MADURA FOOT) (Lihat BAB 185 dan 190)
Misetoma, disebabkan oleh berbagai jenis jamur dan actinomycetes,
terutama pada petani dan pekerja di luar ruangan di negara-negara tropis dan sub-
tropis; berjalan tanpa alas kaki juga merupakan faktor risiko.

KROMOBLASTOMIKOSIS (Lihat Bab. 190)


Kromoblastomikosis, suatu mikosis profunda, biasanya terdapat pada luka
tusukan atau trauma lain yang berkaitan dengan jamur pada tanah dari spesies
Phialophora, Hormodendrum, dan Fonsecaea yang menginfeksi ke dalam jaringan.
Pekerja pertanian dan pekerja di luar ruangan merupakan kelompok berisiko
berisiko.

BLASTOMIKOSIS (Lihat Bab 190)


Mereka yang berisiko mengalami blastomikosis termasuk pekerja pertanian,
pekerja kehutanan, dan konstruksi; petani; dan orang yang bekerja dengan peralatan
berat.22

KOKIDIOMIKOSIS (Lihat Bab. 190)


Kokidiomikosis diperoleh dengan menghirup debu yang mengandung spora
Coccidioides immitis. Petani, pekerja konstruksi, operator bulldozer dan alat berat,
dan pekerja laboratorium rentan terhadap infeksi ini.

PENYAKIT PARASIT (Lihat Bab. 206 dan 207)


Telah terjadi peningkatan kejadian leishmaniasis kulit pada personil militer
AS yang dikerahkan mempertahankan Asia Tengah atau daerah lain di mana
leishmaniasis merupakan endemik.23,24 Larva Ancylostoma braziliense dan necator
americanus penyebab creeping eruption (cutaneous larva migrans) pada pekerja
pertanian, nelayan, pekerja selokan, dan penjaga pantai. Penyelam, penjaga pantai,
pekerja dermaga, dan petugas yang memelihara danau dan kolam rentan terhadap
terjadinya swimmer’s itch yang disebabkan oleh serkaria dari skistosoma; ada juga
laporan dari swimmer’s itch yang terjadi setelah membersihkan akuarium.25 Dogger

32
Bank itch terjadi pada nelayan dan buruh pelabuhan di Laut Utara, yang terpapar
dengan kelautan bryozoan Alcyonidium gelatinosum.

SENGATAN, GIGITAN, DAN INFESTASI ARTROPODA (Lihat bab. 208


dan 210)
Gigitan dari lebah, tawon, lebah madu, semut, kutu, tungau, lipan, dan kaki
seribu yang biasanya menyebabkan penyakit kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan. Pekerja di luar ruangan, pekerja makanan, peternak ayam (chicken
mites), pekerja di pabrik pengolahan makanan, pekerja restoran, dan pekerja
dermaga dapat terkena. Epidemi skabies biasanya terjadi di rumah jompo, rumah
sakit, dan fasilitas perumahan lainnya.26 Lyme disease (lihat Bab. 187) ditularkan
melalui gigitan kutu dan dapat mengenai pekerja di luar ruangan, penebang,
peternak, dan pekerja konstruksi di daerah padang pasir.27

PENYAKIT KULIT AKIBAT AGEN FISIK


KELAINAN KULIT YANG DISEBABKAN OLEH TRAUMA MEKANIK
Kulit dapat terkena gesekan, tekanan, pemotongan, laserasi, dan abrasi di
tempat kerja. Trauma mekanik berulang atau gesekan dengan intensitas rendah,
merupakan trauma mekanik yang paling umum, menyebabkan hiperpigmentasi dan
likenifikasi, sedangkan tekanan dengan intensitas yang lebih berat atau gesekan
yang persisten menyebabkan hiperkeratosis dan pembentukkan kalus (Gambar.
212-2).

Gambar 212-2.Terlepas dari otomatisasi pada sebagian besar pekerjaan, tangan


merupakan alat yang masih digunakan. Berikut pekerja pengamplasan fender untuk
persiapan melukis

33
Gesekan tiba-tiba dapat menyebabkan pembentukan bula akibat gesekan,
erosi, atau ulkus.28 Tekanan dalam jangka waktu yang lama dan berlebihan dapat
menimbulkan hiperpigmentasi dan penebalan, stigmata karakteristik dari berbagai
pekerjaan29 (Gambar. 212-3).

Gambar 212-3. Kuku yang mengalami distrofi pada pekerja rumah jagal. Sambil
memegang pisau di tangan kanannya untuk memotong, Perhatikan kalus di atas
sendi interfalangeal distal di sebelah kiri

Selain kalus dan jaringan keratin, tanda penyakit akibat pekerjaan termasuk
perubahan warna, telangiektasis, tato, dan kelainan bentuk. Otomatisasi yang lebih
besar dan pakaian pelindung yang lebih baik, terutama pilihan yang lebih luas dari
sarung tangan, telah menurunkan kejadian tanda-tanda penyakit akibat pekerjaan.
Pada musisi, presentasi klinis dan lokasi lesi kulit biasanya berdasarkan instrumen
yang digunakan (misalnya, fiddler’s neck, cellist’s neck, guitar nipple, flautist’s
chin).10 Pada atlet, trauma berulang saat berjalan dapat menyebabkan tumit hitam
atau talon noir serta ekskoriasi dan jogger’s toe.30 Jaringan keratin juga dapat
terjadi karena tekanan ekstrim yang berhubungan dengan deformitas tulang,
mekanik kaki yang buruk, atau alas kaki yang tidak tepat.31 Suatu kelompok baru
dari gangguan kulit akibat penggunaan komputer dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan trauma berulang (mousing callus) dan tekanan dalam jangka waktu
yang lama (computer’s palm) telah dijelaskan.32,33 Kondisi kulit yang mendasari
seperti pada pasien seperti psoriasis dan liken planus dapat diperburuk oleh trauma

34
akibat pekerjaan (koebenerization). Dermatitis yang disebabkan oleh gesekan dan
tekanan dapat menjadi predisposisi terjadinya sensitisasi alergi.34
Hiperkeratosis eksematosa pada tangan berupa hiperkeratosis, berskuama,
dermatitis fisura kronis yang melibatkan telapak tangan dijumpai pada pekerja yang
terlibat dalam pekerjaan manual yang melibatkan gesekan dan tekanan berulang-
ulang (Gambar. 212-4).

Gambar 212-4. Dermatosis hipertrofik kronis pada telapak tangan pada masinis
berusia 59 tahun. Ia bekerja pada tampat penyimpanan, di mana ia terus
menggunakan tangan sebagai alat, dan terpaksa pensiun karena dermatosis yang
persisten dengan pembentukkan fisura dan perdarahan

Pulpitis, kulit kering, berskuama, pembentukkan fisura, dermatitis yang


nyeri, dapat dilihat pada ujung jari, terutama pada wanita yang terlibat dengan
pekerjaan rumah tangga. Kondisi serupa dapat terjadi pada petugas kesehatan gigi
yang alergi terhadap akrilat, di mana parestesia dari ujung jari telah dilaporkan.
Eksim setelah trauma (dermatitis in loco minoris resistentiae) merupakan
dermatitis yang berlokasi di kulit yang mengalami trauma. Eksim biasanya
berkembang dalam beberapa minggu dari cedera akut dan dapat bertahan atau
kambuh untuk jangka waktu yang lama.35 Kerusakan dan perubahan fungsional dari
kulit diduga berperan dalam predisposisi terjadinya eksim. Tabel 212-2 daftar jenis
eksim paska-trauma dan beberapa contoh.36

35
TABEL 212-2. KLASIFIKASI KLINIS EKSIM POST TRAUMATIK
1. Reaksi idiopatik (eksim endogen) (misalnya, luka bakar pada tangan diikuti
dengan eksim 1 bulan kemudian)
2. Reaksi Isomorfik
a. Primer (didahului eksim endogen)
(misalnya, luka gores di jari diikuti oleh eksim jari dan laler oleh lentur eksim
atopik)
b. Sekunder (eksim endogen) (misalnya, eksim pada tangan yang teriritasi diikuti
oleh tusukan pada jari dan eksim jari, yang tetap ada setelah eksim di tangan
sembuh)

GRANULOMA
Granuloma dapat terbentuk karena penetrasi benda asing pada kulit; dapat
bersifat imunogenik atau non-imunogenik. Tabel 212-3 daftar penyebab granuloma
kulit akibat kerja.37 Penetrasi rambut manusia ke dalam ruang interdigitdal dari
tukang cukur dan sapi dan rambut domba ke tangan pekerja yang berkaitan dengan
hewan dapat menimbulkan granuloma akibat benda asing.38

TABEL 212-3. KLASIFIKASI GRANULOMA OKUPASI


Zat penyebab
Granuloma Imunogenik
• Berilium (logam, x-ray)
• Zirkonium (pekerja baja)
• Kadmium (cat dan industri karet)
Granuloma Non-imunogenik
• Silika (sandblasting, pertambangan, ledakan ranjau darat)
• Pati (pekerjaan yang membutuhkan penggunaan sarung tangan bedah)
• Duri Kaktus (Petani, pekerja luar)
• Duri landak penyelam)

36
• Serpihan kayu (pertanian, kehutanan)
• Rambut (penata rambut, pertanian, penanganan hewan)
• Bulu domba ( penggalangan domba)

LUKA BAKAR DAN GANGGUAN KULIT LAINNYA AKIBAT PANAS


Pekerja yang beresiko terjadi luka bakar akibat panas; kontak dengan logam
cair, peralatan panas, dan tar; dan api setelah ledakan. Pekerja dapur dan remaja
yang bekerja di restauran makanan cepat saji dapat terjadi luka bakar dari minyak
panas.39 Roofers lebih sering terkena luka bakar akibat panas, sedangkan bahan
peledak dan cairan yang mudah terbakar menyebabkan luka bakar pada pekerja di
industri. Orang yang bekerja di pengecoran dan pabrik peleburan beresiko untuk
terjadi luka bakar akibat logam cair. Pemadam kebakaran juga berisiko, meskipun
penggunaan alat pelindung mengurangi tingkat cedera luka bakar.40 Pekerja
mengalami paparan panas yang berkepanjangan atau berulang dapat terjadi eritema
abigne. Akne vulgaris, rosasea, dan herpes simpleks dapat diperburuk oleh panas
dari tungku terbuka, obor panas, oven, dan kompor. Urtikaria yang diinduksi oleh
panas dapat ditimbulkan dari latihan fisik yang berat.

LUKA BAKAR AKIBAT LISTRIK


Pada perindustrian, luka bakar listrik biasanya cedera akibat tegangan
tinggi, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang serius. Pekerja di luar
ruangan memiliki risiko untuk luka bakar yang lebih ringan, yang menunjukkan
karakteristik pola seperti pakis.

GANGGUAN KULIT YANG DISEBABKAN OLEH DINGIN (Lihat Bab. 93)


Gigitan serangga, kaligata, imersi kaki, dan urtikaria dingin yang biasanya
mengenai pekerja yang bekerja di lingkungan yang dingin, seperti personil militer
yang ditempatkan di daerah beriklim dingin. Pembuat es, pembuat gas cair, pekerja
pendingin, dan orang-orang yang terlibat dalam olahraga musim dingin juga
berisiko.

37
VIBRATION SYNDROME
Getaran alat genggam dapat menyebabkan spasme pembuluh darah di jari
dan tangan yang dikenal sebagai white fingers atau vibration-induced white
finger.41 Operator dan alat-alat listrik seperti jack hammers, mesin pencampur, palu,
gergaji rantai, dan penggiling dengan tangan dapat memicu terjadinya kondisi ini,
terutama pada iklim dingin. Gejala vaskular dapat berhubungan dengan gejala
neuromuskuler dan bahkan dengan perubahan tulang, yang dikenal sebagai hand-
arm vibration syndrome.42 Gejala awal masih ringan dan terdiri dari mati rasa dan
kesemutan, diikuti oleh kekakuan dan memucatnya dari satu atau lebih jari, dengan
parestesia dan melemahnya otot-otot intrinsik yang dapat terjadi pada tahap
selanjutnya. Frekuensi getaran antara 30 dan 300 Hz yang paling kuat. Merokok
juga dianggap sebagai faktor risiko. Perbaikan dalam desain gergaji rantai dan alat
getar lainnya telah menurunkan prevalensi gejala akibat vibrasi.

PENYAKIT KULIT AKIBAT AGEN KIMIA DAN RADIASI


GANGGUAN JARINGAN IKAT AKIBAT KERJA
Fenomena Raynaud dan lesi kulit scleroderma-like dengan perubahan
osteolitik pada tulang jari pada pekerja yang kontak dengan vinil klorida (lihat juga
BAB. 158 dan 171).43 Sindrom ini disebut Akro-osteolisis okupasi. Paparan pelarut
organik lainnya juga telah dilaporkan menyebabkan penyakit scleroderma-like
(Tabel 212-4).43 Perubahan kulit pada sklerosis sistemik dan scleroderma-like juga
terkait dengan paparan silika dan silikosis paru, terutama pada penambang bawah
tanah (batubara, emas, uranium, penambang timah), tukang batu, dan orang-orang
dalam pekerjaan terkait. Penggunaan alat getar selama pertambangan dapat
berkontribusi terhadap perkembangan penyakit.

TABEL 212-4. ZAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELAINAN


JARINGAN IKAT AKIBAT KERJA
Sklerosis sistemik
• Silika
• Diklorinasi dan hidrokarbon alifatik dan pelarut (misalnya, trichloroethylene)

38
• Hidrokarbon aromatik dan pelarut (misalnya, benzena)
Skleroderma Like Disease
• Vinyl chloride
• Epoxy resin (bis (4-amino 3-methylcyclohexyl) metana)
• Diklorinasi dan hidrokarbon alifatik dan pelarut (misalnya, trichloroethylene)
• Hidrokarbon aromatik dan pelarut (misalnya, benzena)
• Pestisida
• Obat-obatan (bleomisin, pentazosin)
• Anilina dan asam lemak anilides
• Parafin
•Silikon

OKUPASIONAL DAN AKNE


Oil Acne (Lihat Bab. 78) oil acne merupakan folikulitis yang terjadi pada
kulit yang kontak dengan minyak, terutama pada perindustrian atau penambangan
minyak secara langsung menggunakan mesin. Pada daerah pakaian dengan paparan
terbesar yang terendam minyak, seperti lengan dan paha, yang paling sering terlibat.
Oil acne juga disebabkan oleh oil air.44 Dengan kontrol teknik yang lebih baik dan
pakaian pelindung, terjadi penurunan kejadian oil acne.

Coal Tar dan Pitch Acne (Lihat Bab. 78) minyak tar batubara, creosote,
dan pitch dapat menimbulkan jerawat tipe komedo, pada predileksi daerah yang
terkena, terutama daerah malar.45 pekerja pabrik tar batubara, tukang atap, pekerja
pemeliharaan jalan, dan pekerja konstruksi merupakan kelompok yang berisiko.
Reaksi fototoksik juga dapat terjadi dan menyebabkan hiperpigmentasi, yang
dikenal sebagai tar batubara melanosis. Pitch dan papiloma tar, keratosis, dan
akantoma dapat terjadi sebagai komplikasi akhir.46

Chlor Acne (Lihat Bab. 78) chloracne merupakan salah satu indikator yang
paling sensitif dari pemaparan dalam pekerjaan atau lingkungan dari hidrokarbon
aromatik toksik terhalogenasi tertentu, yang terjadi sebagai kontaminan selama

39
sintesis bahan kimia di industri. Paparan dapat perkutan atau terhirup atau tertelan.
Salah satu induser poten dari chloracne adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin
(TCDD), yang telah diidentifikasi dalam beberapa wabah di industri serta dalam
kasus-kasus diduga keracunan di Austria dan Ukraina.47 bahan kimia
chloracnegenic lain tercantum pada Tabel 212-5.48

TABEL 212-5. BAHAN KIMIA YANG MENIMBULKAN CHLOR ACNE


 Polyhalogenated naphthalenesa
• Polychloronaphthalenes
• Polybromonaphthalenesb, c
• Polyhalogenated biphenyls
• Polychlorobiphenyls (PCB)
• Polybromobiphenyls (PBBs)
• Polyhalogenated dibenzofuransa
•Polychlorodibnezofurans (terutama tri-, tetra-, penta-, dan
hexachlorodibenzofurans)
• Polybromodibnezofurans (terutama tetrabromodibenzofurans )
• Kontaminan senyawa polychlorophenol, terutama herbisida (2,4,5 tetra dan
pentachlorophenol dan herbisida intermediet (2,4,5-Triklorofenol)
• 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD), hexachlorodibenzo-p -dioxin
• Tetrachlorodibenzofuran
• Kontaminan dari 3,4-Dichloroaniline dan herbisida terkait
• 3,4,3' , 4' Tetrachloroazoxybenzene (TCAOB)
• 3,4,3' , 4'-Tetrachloroazobenzene (TCAB)
Lainnya
• 1,2, 3,4-Tsetrachlorobenzene (percobaan)
• Dichlobenil (Casaron), herbisida
• Dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT; crude lrichlorobenzene)C

Secara klinis, distribusi merupakan suatu karakteristik, dengan beberapa


komedo tertutup, dan kista primer berwarna seperti strawbery terutama pada daerah

40
malar dan lipatan retroauricular, hidung; leher posterior, badan, dan ekstremitas
serta bokong, skrotum, dan penis dapat juga terlibat. Kerusakan diferensiasi TCDD
dari keratinosit.49 Polychlorinated biphenyls (PCB) dan TCDD menyebabkan
hiperkeratosis folikel dan hiperhidrosis palmo-plantar. PCB juga dapat
menyebabkan kulit, selaput lendir, dan hiperpigmentasi kuku serta konjungtivitis.
Berdasarkan temuan klinis saja, mungkin sulit untuk membedakan chloracne dari
acne vulgaris dini (Tabel 212-6) dan komedo senilis (solar). Jaringan parut dapat
ringan sampai berat, tergantung pada tingkat paparan kimia dan keterlibatan
kulit.47,50

TABEL 212-6. GAMBARAN KLINIS AKNE VULGARIS DIBANDINGKAN


CHLOR ACNE
Gambaran Klinis Akne Vulgaris Chlor Acne
● Usia biasa terjadinya  Remaja ● Beberapa
● Komedo ● Ada ● Banyak (bila tidak ada, bukan chloracne)
● Kista berwarna ● Jarang ● Patognomonik
Strawberi
● Komedo Temporal ● Jarang ● Diagnostik
● Keterlibatan ● Jarang ● Sering
Retroauricular
● Keterlibatan Hidung ● Jarang ● Jarang
● Terkait temuan ● Jarang ● Sering
sistemik

KANKER KULIT AKIBAT PEKERJAAN


Kanker pertama yang terkait dengan paparan lingkungan adalah kanker
skrotum pada operator cerobong asap, yang dilaporkan oleh Sir Percivall Pott di
1775. Persentase kanker kulit disebabkan oleh lingkungan kerja yang masih
diperdebatkan; beberapa studi menunjukkan berkisar 70% - 80%,52 namun
penelitian lain menunjukkan persentase yang lebih rendah.53 Agen penyebab yang
biasanya terlibat pada kanker kulit akibat kerja dan pekerjaan yang berpotensi
tercantum dalam Tabel 212-7.

41
TABEL 212-7. AGEN PEMICU KANKER KULIT AKIBAT
PEKERJAAN DAN INDUSTRI YANG MEMILIKI PAPARAN RISIKO
Agen Penyebab Industri / Kegiatan Dengan PotensiExposure
● Polisiklik Aromatik ● Gasifikasi batubara, Produksi aluminium, Besi
Hidrokarbon dan Pengecoran baja, Produksi minuman
bersoda, ekstraksi minyak serpih, penyulingan
tar, aspal dan atap kerja material, Impregnasi
kayu
● Arsenik ● Pekerja Kaca; tembaga, seng, dan peleburan
timah; produksi pestisida dan herbisida; industri
semikonduktor
● Sinar Ultraviolet ● Pekerjaan luar ruangan, Tukang las
● Radiasi Pengion ● Pembangkit listrik tenaga nuklir, radiografi,
pertambangan uranium

SINAR ULTRAVIOLET (UV) (Lihat Bab. 112 dan 113)


Radiasi sinar UV bertindak sebagai inisiator tumor dan promotor tumor.
Sebagian besar penelitian melaporkan hubungan yang signifikan antara paparan
sinar matahari yang berhubungan dengan pekerjaan dan kanker kulit55 serta
keratosis aktinik56 (lihat Gambar. 212-4,1 dalam edisi on-line), tetapi penelitian lain
tidak menemukan hubungan yang pasti57 atau sangat sedikit meningkatkan risiko,58
mungkin karena banyaknya seleksi mandiri untuk pekerjaan dalam ruangan di
antara mereka dengan kulit rentan dan kecenderungan untuk terbakar dibandingkan
dengan mereka dengan jenis kulit yang kurang rentan.57
Paparan radiasi UV, terutama sinar UVB, diduga berperan penting dalam
patogenesis melanoma maligna (lihat Bab. 124),59 meskipun beberapa penelitian
tidak menunjukkan peningkatan risiko terjadinya melanoma pada pekerja luar
ruangan dibandingkan dengan pekerja dalam ruangan.60 Hal ini konsisten dengan
epidemiologi dari melanoma dengan paparan sinar UV yang intermitten sampai
intens, hal ini lebih sering dialami dalam hubungan dengan liburan atau kegiatan

42
rekreasi dari pekerjaan. Eksposur non-kerja radiasi non-solar, seperti lampu UV dan
lampu tidur, dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan risiko melanoma.61
Hubungan antara karsinoma sel skuamosa (lihat Bab. 114) dan paparan UV
kumulatif lebih kuat, yang membuat pekerjaan luar menjadi faktor risiko yang
signifikan. Namun, eksposur pekerjaan lainnya, seperti terpapar karsinogen kimia,
juga dapat berperan penting,62 dan efek aditif yang tidak bisa dikesampingkan.
Untuk menentukan peran tempat kerja dalam terjadinya kerusakan aktinik
kulit dan kanker kulit, dokter harus mempertimbangkan riwayat pekerjaan secara
rinci dengan deskripsi pekerjaan dimulai dengan pekerjaan pertama, serta aktivitas
diluar kerja, hobi dan olahraga, dan kegiatan rekreasi lainnya, termasuk di mana
pasien terlibat pada usia lebih muda.

POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON


Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) menyumbang sebagian besar
tumor kulit akibat kerja yang dilaporkan. PAH yang hidrofobik, senyawa nonpolar
63

yang membentuk adduct DNA dan bertindak sebagai karsinogen. tar batubara dan
61 64

produk minyak bumi seperti tar, pitch, minuman bersoda, karbon hitam (jelaga),
creosote, antrasena, parafin mentah, aspal, bahan bakar dan minyak diesel, pelumas
dan minyak pendingin, dan minyak mineral, serta minyak, lilin, dan ter dari produk
penyulingan minyak serpih dan lignit, mengandung PAH. Paparan PAH yang
65

tinggi pada pekerjaan terjadi di beberapa industri dan pekerjaan (lihat Tabel 212-
7), dan pekerja bisa terkena PAH melalui inhalasi atau kontak kulit. Risiko
melanoma, serta kanker organ dalam, telah dilaporkan meningkat pada pekerja
kilang minyak. 66

Hubungan antara kanker skrotum dan penggunaan minyak telah dicatat,


mungkin terkait dengan penambahan minyak serpih.Creosote digunakan dalam
perawatan kayu diduga sebagai penyebab kanker kulit dan bibir ketika berhubungan
dengan paparan sinar matahari. Roofers dan pavers kodok juga pada peningkatan
68

risiko untuk kanker kulit dan kanker internal karena carcinogenicity potensi aspal
dan PAH dari produk tar batubara. Tar pekerja kilang berada pada peningkatan
69

risiko mengembangkan kanker kulit non-melanoma, terutama pada daerah wajah,

43
lengan, dan tangan. Penggunaan produk tar topikal untuk mengobati penyakit
70

dermatologi telah disarankan untuk menimbulkan risiko kanker kulit, tetapi belum
pernah didokumentasikan untuk melakukannya.

ARSENIK
Air minum yang mengandung arsenik berhubungan dengan berbagai
keganasan pada kulit dan organ dalam. Alkohol, bentuk trivalen arsenik lebih
71

toksik daripada bentuk pentavalent. Meskipun arsenik menginduksi kelainan


72

kromosom pada eksperimental dan jaringan manusia, namun tidak menyebabkan


kanker pada hewan percobaan.
Paparan arsenik jangka panjang dapat menyebabkan keratosis arsenik,
karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel basal, dan Bowen disease, karsinoma
sel merkel juga telah dilaporkan pada orang dengan arsenikalisme kronis. Tabel 73

212-7 daftar pekerjaan yang berisiko terhadap paparan arsenik.

RADIASI PENGION (Lihat Bab. 95)


Paparan radiasi pengion telah diketahui menjadi penyebab kanker kulit
akibat kerja sejak awal 1900-an. Korban bom atom memiliki peningkatan risiko
terkena karsinoma sel basal. kanker kulit yang diinduksi X-ray tampaknya terkait
74

dengan frekuensi yang lebih tinggi dari lesi kulit multipel, rekurensi, dan gejala sisa
pembedahan besar (Gbr. 212-5). Terdapat laporan dari prevalensi yang tinggi dari
75

melanoma pada pilot maskapai penerbangan dan pramugari yang terkena radiasi
kosmik; Namun, beberapa pengamat merasa bahwa asosiasi ini adalah karena efek
gaya hidup.

44
Gambar 212-5. Radiodermatitis dan karsinoma sel skuamosa pada seorang wanita
yang telah bekerja sebagai teknisi x-ray selama bertahun-tahun, menangani pasien
pemeriksaan x-ray sejak muda, termasuk fluoroskopi tapi tanpa perlindungan

DIAGNOSIS, PENGOBATAN, DAN PENCEGAHAN


Konsep umum dalam diagnosis, pengobatan, dan pencegahan gangguan
kulit kerja dibahas dalam BAB 211.

45
DAFTAR PUSTAKA

3. Bellsito DV: Occupational contact dermatitis: Etiology, prevalence, and


resultant impairment/disability. J Am Acad Dermatol 53:303, 2005
4. McDonald JC et al: Incidence by occupation and industry of work-related skin
diseases in the United Kingdom, 1996-2001. Occup Med (Lond) 56:398, 2006
(Epub, lun. 16,2006]

5.Emmett EA: Occupational Contact dermatitis I: Incidence and return to work


pressures. Am J Contact Dermatol 13:SO, 2002

10. Rietschel RL: Clues to an accurate dIagnosis of contact dermatitis. Dermatol


Ther 17:224,2004

19. Rowse DH, Emmett EA: Solven."Ind the skin. Clin Occup Environ Med
4:657,2004

20. Rietschel Rl et al: A preliminary report of the occupation of patients evaluated


in patch test dinics. Am J Contact Dermat 12:72,2001
24. Taylor IS, Erkek E: Latex aUergy: Diagnosis and management. Dermatol Ther
17:2892,2000

14. Lee JM et al: Needlestick injuries in the United States: Epidemiologic,


economic, and quality of life issues. AAOH J 53:117,2005.
18. Guamer Jet al: Monkeypox transmission and pathogenesis in prairie dogs.
Emerg Iit feet Dis [serial online] 10, 2004,
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/voll0no3/03-0878.hrm.
23. Centers for Disease Control and Prevention: Update: Cutaneous leishmaniasis
in U.S. military personnelsouthwest/central Asia, 2002-2004.MMWR Morb Mortal
W'kly Rep 53:264,2004.
34. McMullen , Gawkrodger OJ: Physical fiction is under-recognized as an irritant
that can cause or contribute to contact dermatitis. BrJ DermaroI154:154.2006.
47. Geusau A et aL Severe 2,3,7,8·Tetracholorodibenzo-p-dioxin (rCDD)
intoxication: Clinical and laboratory effects. Enviroll Healrlt Perspect 109:865,
2001.

46
59. De Fabo LC et al: Ultraviolet B but not ultraviolet A radiation initiates
melanoma Callcer Res 64:6372, 2004.
76. Ramirez CC, Federman DG, Kirsner RS: Skin cancer as an occupational
disease: The effect of ultraviolet and other radiation. 1m Dermatol44;9S, 2005.

47

Anda mungkin juga menyukai