Ringkasan
Penyakit Kulit Okupasi Akibat Iritan dan Alergen
Kerja penyakit kulit akibat kerja merupakan yang kondisi abnormalitas pada
kulit yang disebabkan atau diperburuk oleh zat atau proses yang terkait dengan
lingkungan kerja. Occupational skin diseases (OSDs) merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama, karena biasanya bersifat kronis, dan memiliki
dampak ekonomi signifikan pada masyarakat dan pekerja.1 Suatu pengetahuan
mendalam tentang iritan potensial, alergen, dan faktor-faktor penyebab lainnya di
tempat kerja, serta sistem kompensasi pekerja, adalah penting untuk dokter kulit
berurusan dengan penyakit kulit akibat kerja.
1
EPIDEMIOLOGI
Departemen Tenaga Kerja AS menerbitkan statistik kejadian tahunan pada
keselamatan dan kesehatan karyawan di industri (http://www.osha.gov). Pada tahun
2003, dari 4,4 juta cedera dan kesakitan tidak fatal yang berhubungan dengan
pekerjaan dilaporkan, 6,2% (269.500 kasus) adalah penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan. Dari jumlah tersebut, gangguan kulit merupakan penyakit kedua
yang paling umum dilaporkan, sejumlah 43.400 kasus.2 Dermatitis kontak akibat
kerja merupakan OSD paling sering dilaporkan, dan di sebagian besar negara,
kejadian dermatitis kontak akibat kerja dilaporkan berkisar antara 5 hingga 19 kasus
per 10.000 pekerja per tahun.3 Rata-rata insidensi juga bervariasi berdasarkan
pelaporan dokter spesialisasi; Dalam beberapa penelitian sebesar enam sampai
delapan kali lebih tinggi ketika kasus dilaporkan oleh dokter okupasi bukan oleh
dokter spesialis kulit.4
Jumlah kasus OSD telah menurun, terutama dalam 4 tahun terakhir, mungkin
karena pencegahan lebih baik, kemudahan diterimanya kompensasi pekerja, dan
perubahan dalam pola pelaporan karyawan atau pengusaha,5 Namun sejumlah besar
kasus ringan atau sementara masih tidak dilaporkan atau tidak diobati, sehingga
kejadian yang sebenarnya tidak diketahui.
2
Kategori utama Dermatitis Kontak Iritan
Dua jenis utama dari dermatitis kontak iritan akibat kerja adalah dermatitis
kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kumulatif.
TABEL 211-1
GAMBARAN KLINIS DERMATITIS IRITAN DAN KEMUNGKINAN
ETIOLOGI
a. Eksim (paparan iritan akut dan e. Perubahan pigmentasi
kumulatif) ● Hiperpigmentasi
● Pembersih Industri ✓ Suatu iritan atau alergen, agen
● Air, sabun, deterjen dan terutama fototoksik seperti
● Asam lemah dan alkali psoralen, tar, aspal, tanaman
● Minyak dan pelarut organik fototoksik, lainnya
● Oksidator (H202,benzoil ✓ Logam, seperti arsenik
peroksida) anorganik (sistemik), perak,
b. Ulserasi dan luka bakar emas, bismuth, merkuri
● Asam kuat, terutama kromat, ✓ Radiasi: ultraviolet, infra
fluorida, nitrat, klorida,sulfat, merah, microwave, pengion
● Alkalis kuat terutama kalsium ● Hipopigmentasib
oksida, natrium hidroksida, ✓ P-tert-Amylphenol dan
kalium hidroksida, amonium bulylphenol
hidroksida, kalsium hidroksida, ✓ Hidroquinon
natrium metasilikat, natrium ✓ Monobenzil dan monometil
silikat, potasium sianida, eter dari hidroquinon
trisodium ✓ P-tert-atechol
● Garamfosfat,terutama arsenik ✓ P-kresol
trioksida, dikromat, ✓ 3-hidroksianisol
● Pelarut terutama akrilonitril, ✓ Bulylated hydroxyanisole
karbon bisulfid ✓ 1-tert-Butyl-3,4-katekol
● Gas, terutama etilen oksida, ✓ 1-lsopropyl-3,4-katekol
akrilonitril ✓ 4-Hydroxypropriophenone
3
c. Folikulitis dan erupsi akneiform f. Alopesia
● Arsenik trioksida ● Borax
● Serat kaca ● Kloropren dimer
● Minyak dan gemuk g. Urtikaria
● Tar ● Banyak bahan kimia, kosmetik,
● Asfalt produk hewani, makanan,
● Diklorinasi naftalena tanaman, tekstil, kayu
● Bifenyls Polihalogenasi h. Granuloma
d. Miliaria ● Keratin
● Pakaian oklusif ● Silika
● Pita perekat ● Berillium
● Ultraviolet dan radiasi infra- ● Talk
merah ● Serat kapas
● Aluminium klorida ● Bakteri
● Jamur
● Parasit dan bagian dari parasit
4
pada berbagai kondisi.7 Beberapa pekerjaan yang berisiko tinggi untuk terjadinya
dermatitis kontak iritan tercantum dalam Tabel 211-2.
Kategori lain dari dermatitis kontak iritan, serta faktor predisposisi, termasuk
eksogen serta faktor endogen, dibahas dalam Bab. 46. Individu atopik memiliki
peningkatan kerentanan terhadap iritasi kulit dan jumlah persentase yang besar dari
klaim kompensasi pekerja akibat dermatitis.
Gambar 211-1. Dermatitis kontak iritan akutpada sisi telapak tangan yang
disebabkan oleh pelarut industri. Terdapat bula besar di telapak tangan.
5
dan leher. Beberapa partikel iritasi di udara menyebabkan gejala hanya jika
tersumbat di bawah pakaian dalam lipatan dan daerah intertriginosa lainnya.
Penyebab yang paling sering adalah iritasi debu dan bahan kimia yang mudah
menguap, seperti pelarut, amonia, formaldehida, resin epoxy dan pengeras mereka,
debu semen, serat kaca, dan serbuk gergaji, terutama dari iritasi di hutan. 9
TABEL 211-2
PEKERJAAN YANG BERISIKO UNTUK DERMATITIS KONTAK
IRRITANT DAN POTENSI IRITASI
Pekerjaan Iritan
Pembuat roti Tepung, rempah-rempah, sabun dan deterjen. Pembersih
oven, minyak esensial, ragi
Penata rias Sabun dan deterjen, pemutih, pelarut
Pekerja Konstruksi Asam, serat kaca, pelarut, pembersih tangan
Koki Pekerjaan di tempat basah. sabun dan deterjen, sayuran
dan jus buah, daging mentah dan ikan, rempah-rempah,
gula dan tepung, hangat
Teknisi Gigi Bekerja di tempat basah. perekat (epoxy dan
cyanoacrytates), minyak esensial, plester ortodontik,
campuran amalgam, pelarut
Tukang kebun Bekerja ditempat basah, sabun dan deterjen, fertlizer,
hertftides, pestisida, iritan tanaman mekanik dan kimia
6
Penata Rambut Pemutih, larutan pengeriting permanen, sampo, sabun
dan deterjen, air
Pekerja perawatan Bekerja ditempat basah, sabun dan deterjen, alkohol,
kesehatan etilen oksida, obat
Pengurus Rumah Bekerja ditempat basah, sabun dan deterjen, pembersih,
Tangga poles, pembersih oven, desinfektan
Mekanist Pelarut, pendingin, minyak pemotong, minyak pelumas,
asam, inhibitor korosi, panas, sabun dan deterjen, logam
dan swarf
Pelukis Pelarut cat, perekat, penghilang cat, pembersih kuas,
sabun dan deterjen
TABEL 211-3
PEKERJA YANG BERISIKO TERKENA DERMATITIS DI
LINGKUNGAN KELEMBABAN YANG RELATIF RENDAH
● Pekerja ditempat produksi lensa kontak
● Pekerja ditempat produksi silikon
● Awak pesawat penerbangan jarak jauh
● Pekerja kantoran
● Staf residen di rumah sakit dan hotel
7
● Penyedia pariwisata perjalanan (dari pemanas mobil)
ASAM ANORGANIK
Asam-asam anorganik yang digunakan dalam jumlah besar di industri
beberapa pekerjaan yang berisiko memmiliki paparan yang tercantum dalam Tabel
211-5. Asam merupakan penyebab umum dari luka bakar kimia dan dapat
menyebabkan eritema, bula dan nekrosis, dan perubahan warna kulit. Mekanisme
aksi dari iritan industri yang banyak dijumpai, termasuk asam, tercantum dalam
Tabel 211-6.
8
uji patch, dan dengan demikian gangguan ini tidak didiagnosis dan dilaporkan. Pada
sebuah studi multisenter yang dilakukan oleh North American Contact Dermatitis
Group yang meneliti 839 kasus diidentifikasi sebagai dermatitis akibat kerja (29%
dari 2889 pasien yang dirujuk untuk evaluasi dermatitis kontak), 54% adalah
terutama dermatitis alergi, 32 persen adalah dermatitis iritan, dan 14 persen adalah
kondisi selain dermatitis kontak yang diperburuk oleh pekerjaan.20 Dalam
penelitian ini, Dermatitis kontak alergi terlihat paling sering pada perawat;
kelompok kerja lainnya adalah perakit, pembantu perawat dan mantri, teknisi,
mahasiswa, operator mesin, montir mobil, mereka yang melakukan pekerjaan
mengompresi dan pemadatan, dan koki. Alergen yang sangat terkait dengan
paparan akibat kerja adalah karet (tiuram dan akselerator karbamat), resin epoxy,
dan etilendiamin. Peningkatan terbaru dalam penggunaan komputer telah
menyebabkan peningkatan penyakit kulit yang berhubungan dengan komputer,
termasuk dermatitis kontak alergi yang disebabkan oleh plasticizer dan mungkin
neoprene dan akselerator karet dalam peralatan.21
TABEL 211-4
LUKA BAKAR KIMIA YANG MEMERLUKAN TERAPI UNIK
Kimia Pengobatan
Pembakaran fragmen Memadamkan dengan pasir; tutup dengan minyak
logam natrium, kalium, mineral; ekstrak partikel logam secara mekanis.
dan litium
9
Senyawa fenolik Lakukan cuci sabun lebih awal dan air diikuti oleh
pengobatan dengan polietilen glikol 300 atau 400
atau etanol (10%) dalam air.
Bromin atau Iodin Kebiasaan mencuci dengan sabun dan air diikuti
dengan pengobatan dengan 5% natrium tiosulfat.
TABEL 211-5
INDUSTRI YANG BERISIKO REAKSI IRITAN AKUT
Kimia Industri Yang Berisiko
Asam
Sulfat Industri pupuk, pigmen anorganik, serat tekstil, bahan
peledak, pulp dan kertas
Klorida Produksi pupuk, pewarna, cat, dan sabun
Formiat Industri tekstil (pencelupan dan finishing), pembuatan
kulit (delimer dan penetral), produksi lateks alam
(koagulan)
Akrilik Industri plastik akrilik (monomer)
Kromat Plating Chrome, pengupasan tembaga, dan operasi
anodizing aluminium
Hidrofluorik Etching dan frosting kaca, penghapus karat, dry
cleaning (Spot pembersih)
Alkalis
Kalsium, natrium, dan Industri pemutih, pewarna, vitamin, plastik, pulp dan
kalium hidroksida kertas, dan sabun dan deterjen
Lainnya
Arsenik Tembaga, emas, timah, dan logam lainnya; industri
semi konduktor
Berilium Aerospace dan industri lainnya yang terlibat dalam
produksi keras, resisten korosif
10
Cobalt Industri paduan, keramik, elektronik, magnet, cat dan
pernis, atau kosmetik; elektroplating
Merkuri Industri yang terlibat dalam pembuatan atau
penggunaan bakterisida, amalgam gigi, dan katalis
Fosfor Industri insektisida dan pupuk
TABEL 211-6
MEKANISME AKSI IRITASI INDUSTRI UMUM
Mekanisme Iritan
Keratin dan protein disolusio Alkalis, sabun
Lipid disolusio Pelarut organik
Dehidrasi Asam anorganik
anhidrida
Alkalis (kalsium oksida)
Oksidasi Pemutih
Reduksi Asam salisilat
Asam format
Asam oksalat
Keratogenesis Arsenik
Tar
Petroleum
Pokok alergen kontak akibat kerja yang tercantum dalam tabel 211-7.
Mekanisme dermatitis kontak alergi dan manifestasi klinis yang dijelaskan
dalam Bab. 13. Dermatitis kontak alergi kini telah didefinisikan sebagai tiga tahap
proses. Dermatitis terbatas pada lokasi dari kontak dengan alergen dalam tahap 1.
Terdapat penyebaran daerah melalui penyebaran limfatik dalam tahap 2. Pada tahap
3 terdapat penyebaran hematogen dari dermatitis kontak alergi sejauh ini (tahap 3A)
atau reaktivasi sistemik dermatitis kontak alergi (tahap 3B), juga disebut dermatitis
kontak sistemik. Sebagian besar kasus dermatitis kontak sistemik adalah terkait
obat, tetapi kasus-kasus yang berhubungan dengan paparan merkuri atau logam
11
lainnya dapat berasal dari pekerjaan. Penting untuk diingat bahwa jika seorang
pekerja mengalami dermatitis kontak alergi 2 atau 3 hari setelah kontak awal
dengan alergen, induksi sensitivitas harus terjadi sebelumnya, mungkin selama
pekerjaan sebelumnya.
Kelompok kerja yang terkena dan agen penyebab yang dapat mengenai
meliputi: tukang kebun-jelatang, berbagai tanaman, rambut ulat, ngengat, dan
serangga lainnya; cooksfish, mustard, cabai rawit, dan timi dan medis dan seseorang
yang berhubungan dengan alkohol, balsam dari Peru, benzokain, metil salisilat,
ekstrak tar, tingtur benzoin, witch hazel, dan dimetil sulfoksida.
12
TABEL 211-7
ALERGEN KONTAK UTAMA PADA PEKERJAAN
● Akrilik
● Biocides-isothiazolinones. Formaldehida releasers
● Kroma
● Kobalt
● Kolofoni
● Pewarna
● Resin epoxy system (mungkin perlu menguji pada pekerja menggunakan resin
tertentu)
● Formaldehida
● Formaldehida resin
● Parfum dan esens
● Nikel (sensitisasi awal biasanya tidak berhubungan dengan pekerjaan)
● Tanaman dan hutan
● Bahan kimia pengolahan karet
13
URTIKARIA KONTAK DENGAN MEKANISME YANG TIDAK
DIKETAHUI
Urtikaria kontak dengan mekanisme yang tidak diketahui termasuk reaksi
amonium persulfat, yang digunakan sebagai penguat dalam pemutih rambut.
Dermatitis, yang sebagian besar terjadi pada klien, memiliki onset mendadak dan
ditandai dengan eritema, edema, gatal hebat, urtikaria, dan kadang-kadang sinkop,
disertai mengi dan dispnea. Penata rambut harus harus mewaspadai akan keseriusan
masalah ini.
14
DIAGNOSIS PENYAKIT KULIT OKUPASI
ASPEK EVALUASI
Membuat penentuan medis dalam kasus gangguan kulit akibat kerja putatif
dan dalam kasus kompensasi pekerja menghadapkan dokter dengan beberapa tugas
yang menantang: (1) beratnya pernyataan pasien dan tuntutan mengenai keterkaitan
penyakit, perubahan pekerjaan, dan modifikasi pekerjaan; (2) bekerja sebagai
penjaga pintu gerbang sosial yang berhubungan dengan cuti dan kembali bekerja;
(3) berurusan dengan kurangnya deskripsi informasi tempat kerja yang memadai,
daftar bahan kimia yang digunakan di tempat kerja, dan paparan, termasuk lembar
data keamanan material; (4) menyeimbangkan penilaian klinis terhadap teknologi
(misalnya, menentukan apakah yang berhubungan dengan dermatitis di tangan pada
suatu pekerjaan masinis ketika hasil tes patch negatif); (5) membangun sebab-
akibat, yang biasanya hanya membutuhkan probabilitas asosiasi kerja (untuk
kepastian yang memadai atau lebih dari 50 persen kepastian medis), dan bukan
kepastian yang mutlak, seperti untuk memenuhi postulat Koch.26,27
15
e. Apakah terdapat selain paparan akibat kerja sebagai penyebab?
f. Apakah dermatitis membaik saat menghindari paparan iritan atau
alergen yang dicurigai saat bekerja?
g. Apakah tes patch atau provokasi kemungkinan dapat mengidentifikasi
penyebab?
3. Memberikan rekomendasi untuk pengobatan, pencegahan, status disabilitas
(jika ada), penempatan kerja, rehabilitasi, dan penggunaan sumber daya
lainnya (konsultasi kebersihan industri dan konsultasi dengan dokter
spesialis lainnya, seperti alergi, pulmonologist, atau dokter kedokteran
kerja).
TABEL 211-8. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DERMATITIS
KONTAK IRITAN KONTAK DAN ALERGI DERMATITIS KONTAK
AKIBAT PEKERJAAN
Anamnesis
● Durasi, onset lokasi, progresi, gejala (sensasi gatal, terbakar, nyeri),
perbaikan saat menghindari pekerjaan, perawatan sampai saat ini
termasuk respon, riwayat kontak alergi yang jelas.
● Riwayat pekerjaan, termasuk pekerjaan saat ini dan proses presipitasi,
Perubahan pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, pakaian pelindung
yang digunakan, pekerja lain yang terkena dampak.
● Hobi dan pekerjaan paruh waktu
● Riwayat medis, termasuk medis, dermatologi, dan riwayat bedah,
terutama riwayat dermatitis atopik, alergi musiman dan asma.
● Riwayat atopi pada keluarga, psoriasis, atau kondisi kronis kulit lainnya.
Pemeriksaan
● Lokasi (s) dari erupsi
● Morfologi lesi (eritema, eksim, likenifikasi. Perubahan pigmen,
urtikaria, dll)
● Pola keterlibatan
Tes Diagnostik
● Patch
● Pemeriksaan Photopatch
16
● Tes untuk mengidentifikasi hipersensitas tipe cepat (lihat Gambar. 211-
2)
● Radioaliergosorbent assay test
● Terbuka dan tes patch yang tertutup (baca pada 10 dan 45 menit)
● Tes Prick
● Repeat opell-application 'use' test
● Pemeriksaan kalium hidroksida untuk jamur, serat kaca
● Kultur dan apusan jamur, bakteri, dan virus
● Biopsi Kulit
● Uji Dimethylglyoxime untuk mendeteksi nikel, tes lainnya ( deteksi
kromat dan formaldehida)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes Patch
Karena pentingnya ACD dalam etiologi OSD, tes patch (lihat Bab. 13)
harus dilakukan pada hampir semua kasus dermatitis kontak, bahkan pada pasien
yang diduga hanya mengalami ICD. Pemeriksaan harus dilakukan dengan
menggunakan alergen komersialyang tersedia. Pengujian lebih lanjut dengan zat di
lingkungan pekerja, termasuk obat-obatan topikal, alat pelindung seperti sarung
tangan, kepekaan bahan pembersih atau produk lainnya, dan kadang-kadang produk
itu sendiri (misalnya, cutting oils), kadang-kadang diindikasikan. Pengujian dengan
iritan seperti sebagian besar pelarut, sabun, semen, dan sejenisnya tidak boleh
dilakukan, dan pengujian patch dengan bahan kimia lingkungan lainnya harus
dilakukan hanya oleh individu untuk menghindari reaksi iritasi positif palsu. Teks
standar dapat berkonsultasi untuk konsentrasi uji tempel.
17
Alergen yang dicurigai
18
kekambuhan, dan diberikan informasi mengenai penggunaan yang tepat dari
pembersih kulit, perawatan topikal, dan pakaian pelindung serta mengenai tindakan
pencegahan lainnya. Sebagian besar gangguan kulit akibat kerja dapat dicegah, dan
menghindarinya membutuhkan metode lingkungan, pribadi, dan medis.29
METODE PERSONAL
Krim Barier
Krim barier juga disebut sarung tangan tak terlihat, namun krim barier
merupakan pengganti yang tidak memadai untuk pakaian pelindung dan biasanya
digunakan adalah sarung tangan, lengan, dan masker wajah tidak mudah atau aman
untuk digunakan. Beberapa jenis yang tersedia: krim emolien biasa, krim air-
repellant, oil- and solvent-resistant creams, dan produk-produk untuk digunakan
19
melawan poison ivy dan poison oak. Krim barier yang paling efektif adalah tabir
surya dan sunblocks, yang idealnya harus dipakai oleh semua pekerja di luar
ruangan. Masalah yang berhubungan dengan penggunaan krim barier adalah rasa
aman yang palsu, seleksi dan penggunaan yang tidak tepat, alergi terhadap bahan
(biasanya pengawet atau pengharum), peningkatan potensi penyerapan bahan kimia
akibat kerja, dan penggunaanyang tidak memadai atau jarang.
Pembersih Kulit
Pembersih kulit yang dibahas pada bagian iritan yang banyak dijumpai
dalam pekerjaan, di bahas sebelumnya dalam bab ini.
Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung diantaranya sarung tangan, celemek, kerudung, sepatu,
dan sepatu kerja untuk pakaian seluruh tubuh. Tersedia kain yang tahan panas,
dingin, asam, alkali, pelarut, dan radiasi ultraviolet. Jenis tahan jamur tertentu dan
api. Alat pelindung diri ditujukan oleh Occupational Safety and Health
Administration dalam standar khusus untuk seluruh industri, terminal laut, dan long
shoring, termasuk Peraturan Pemerintah AS Federal Kode (29 CFR Pan 1910).30
Produsen peralatan pelindung diri menyediakan katalog dengan pedoman untuk
pemilihan pakaian untuk berbagai paparan.
Metode Medis
Dokter sering mengabaikan aspek pencegahan medis tertentu. Prinsip-
prinsip dasar sebagai berikut:
1. Pemeriksaan fisik awal kerja dan selanjutnya harus mencakup penilaian dari
kulit dan evaluasi kebugaran untuk bekerja.
2. Pekerja dengan penyakit kulit mungkin memerlukan akomodasi di tempat
kerja.
3. Sensitisasi preparat topikal potensial (neomisin, basitrasin, benzokain, dll)
harus dihindari ketika merawat OSD.
20
4. Pekerja yang termotivasi harus menjalani rehabilitasi medis dan vokasional;
hal ini diatasi melalui rencana kompensasi sebagian besar pekerja.
21
EVALUASI KETIDAKMAMPUAN DAN DIABILITAS
Evaluasi pasien dengan OSD dibahas secara lebih rinci dalam sumber-
sumber lain. Namun, dermatologist harus mengetahui Guides to the Evaluation of
Permanent Impairment,, diterbitkan oleh American Medical Association. Pedoman
dalam bab tentang penyakit kulit telah digunakan selama lebih dari 30 tahun untuk
mengevaluasi pasien dengan kelainan kerusakan kulit yang permanen (penyakit
yang telah mencapai medis maksimum perbaikan biasanya setelah durasi 6 sampai
12 bulan) akibat kerja dan non-kerja. Pedoman digunakan oleh sejumlah otoritas
kompensasi pekerja negara dan memberikan contoh lima kelas ketidakmampuan
nilai mulai dari 0% hingga 95%.
22
yang digunakan), zat pada pekerjaan (berat molekul, ukuran partikel, kelarutan,
volatilitas, dll.), Dan pekerja (misalnya, luas permukaan yang terpapar, kebersihan
pribadi, adanya dermatitis ) merupakan tiga faktor utama.
Penilaian Dosis-Respon
Karakterisasi Risiko
BAB 212
Apra Sood
James S. Taylor
23
Ringkasan
24
Adanya keterkaitan yang pasti antara pekerjaan dan infeksi spesifik tidak
selalu sederhana. Isolasi laboratorium dari organisme infektif dan riwayat medis
penunjang dan pemeriksaan dapat bermanfaat.
25
Streptokokus, Infeksi
Dermatofit, Gigitan
Artropoda, Leishmaniasis
10. Pekerja toko binatang peliharaan, Pekerja Granuloma tangki ikan,
akuarium, Pembersih tangki ikan (Mycobacterium Marinum)
Monkeypox
11. Dokter hewan TBC Kutis, Antraks Kulit,
Bruselosis, Tularemia,
ORF
INFEKSI BAKTERI
INFEKSI STAFILOKOKUS DAN STREPTOKOKUS (Lihat Bab. 177)
Infeksi sekunder oleh bakteri pada kulit akibat Staphylococcus dan
Streptococcus merupakan komplikasi yang sering terjadi dari ekskoriasi, luka, luka
bakar, dan luka tusukan. Tukang daging dan penjual daging cenderung untuk terjadi
luka dan goresan yang terinfeksi, paronikia, abses, dan limfangitis. Folikulitis dan
ulkus yang sering dijumpai pada buruh tani dan pekerja konstruksi. Pekerja di
tempat yang panas, lembab, dan lingkungan yang kotor2 (lihat Gambar. 212-1) atau
mereka yang bekerja dalam kontak yang dekat dengan orang yang terinfeksi, seperti
perawat, penata rambut, dan manicurists, merupakan pekerjaan yang beresiko.
Kontaminasi bakteri pada cairan metal working dengan merupakan sumber
potensial lain dari infeksi bagi pekerja.3 Dapat terjadi perubahan dalam terapeutik
akibat peningkatan strain bakteri yang resisten dan peningkatan dari community-
acquired methicillin-resistance S. aureus4.
26
membuat organisme menjadi sumber penularan (lihat Bab 213.); Pekerja
laboratorium yang menangani spesimen pemeriksaan juga berisiko.5
INFEKSI MIKOBAKTERIUM
TUBERKULOSIS PADA KULIT (Lihat BAB. 184)
Tuberkulosis veruka kutis, suatu papula kutil yang tumbuh lambat atau plak
yang disebabkan oleh inokulasi Mycobacterium tuberculosis atau M. bovis, telah
dilaporkan oleh petugas patologi dan kamar mayat (prosektor atau anatomi kutil
ini). Ahli bedah, dokter hewan, petani, dan tukang daging juga berisiko, meskipun
saat ini kondisi ini jarang terjadi.
27
TULAREMIA (Lihat Bab. 183)
Tularemia disebabkan oleh Francisella tularensis, basil gram negatif yang
ditularkan oleh kutu, kupu-kupu, dan deerflies. Hewan reservoir termasuk kelinci
liar, tupai, burung, domba, berang-berang, muskrat, dan anjing peliharaan dan
kucing. Tularemia dapat terjadi pada pemburu, penjerat, pemandu permainan,
tukang daging, pekerja penangan bulu, dan petugas laboratorium. Penyakit ini
sangat menular, dan penanganan jaringan dan kotoran yang terinfeksi harus
dilakukan secara hati-hati.
INFEKSI VIRUS
HERPES SIMPLEKS (Lihat BAB. 193)
Infeksi virus herpes simpleks merupakan infeksi virus yang paling sering
dijumpai akibat pekerjaan. Infeksi karena HSV tipe 1 atau 2 terjadi pada pekerjaan
di mana terdapat paparan dari sekresi yang terinfeksi dari mulut atau saluran
pernapasan. Dokter gigi, asisten dokter gigi, perawat, dan teknisi pernapasan sangat
rentan, dan herpetic whitlow merupakan yang sering terjadi.8 Infeksi HSV-1 setelah
9
cedera jarum suntik juga telah dilaporkan. Herpes labialis merupakan masalah
instrumentalis kayu dan kuningan yang sering terjadi.10 Infeksi HSV pada
permukaan tubuh pegulat dan pemain rugby, yang dikenal sebagai herpes
gladialorum, terkadang menyebabkan diskualifikasi atlet yang terinfeksi. Pada
profesi perawat kesehatan, penggunaan sarung tangan pelindung, kacamata
keselamatan, dan masker merupakan pencegahan yang terbaik dan mengurangi
timbulnya infeksi.
28
INFEKSI HEPATITIS DAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
Luka akibat jarum suntik merupakan risiko pekerjaan pekerja perawatan
kesehatan, menempatkan mereka pada risiko tertular penyakit menular dari patogen
melalui darah. Risiko rata-rata penularan human immunodeficiency virus (HIV)
setelah paparan darah perkutan melalui darah yang terinfeksi HIV diperkirakan
sekitar 0,3%.11,12 Untuk hepatitis B, risiko hepatitis jika darah positif terdapat
antigen permukaan hepatitis B dan antigen e hepatitis B dilaporkan 22% - 31%;
Risikonya adalah 1% - 6% jika darah positif terdapat antigen permukaan hepatitis
B tetapi negatif untuk antigen e hepatitis B.12 Sembilan puluh lima persen bersihan
pada infeksi virus hepatitis B pada pekerja perawatan kesehatan tercatat pada tahun
1983-1995, sebagian besar karena imunisasi telah luas digunakan pada petugas
kesehatan dengan vaksin hepatitis B.13 Insiden rata-rata serokonversi anti virus
hepatitis C setelah terpapar perkutan secara tidak sengaja pada sumber positif virus
hepatitis C adalah 1,8% (sekitar, 0% - 7%).12 Data yang paling akurat mengenai
luka jarum suntik dan benda tajam yang berasal dari studi prospektif, yang
menggambarkan kejadian tahunan diperkirakan berkisar 562-839 cedera per 1000
pekerja perawatan kesehatan per tahun.14 Perawat memiliki kontak paling erat, dan
tidak mengherankan bahwa kelompok kerja ini menyumbang sebagian besar
responden kasus.14,15 Diperlukan evaluasi segera karyawan yang terluka untuk
menilai risiko yang berhubungan dengan paparan dan kebutuhan untuk
dilakukannya profilaksis setelah pajanan (ART untuk HIV, imunoglobulin dan
vaksinasi untuk virus hepatitis B). Telah tercatat mengenai penurunan substansial
pada cedera akibat jarum suntik dengan penggunaan sistem needleless atau
perangkat keselamatan terhadap jarum yang lebih baru.13 Sistem needleless
memberikan alternatif terhadap pengurangan penggunaan jarum melalui prosedur
spesifik yang ditentukan dan dengan demikian mengurangi risiko cedera perkutan
yang melibatkan benda tajam yang terkontaminasi. Contoh sistem needleless
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, sistem penggunaan obat intravena yang
mengelola obat atau cairan melalui port kateter atau situs konektor menggunakan
kanula tumpul atau koneksi non-jarum lainnya, dan sistem jet-injection dengan
29
penggunaan suntikan subkutan atau intramuskular obat cair melalui kulit tanpa
menggunakan jarum.
30
dianggap rendah, Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan
tindakan pencegahan pada saat kontak, droplet, dan pencegahan penulatrn melalui
udara untuk pekerja perawatan kesehatan.
INFEKSI JAMUR
INFEKSI DERMATOFIT PADA KULIT (Lihat Bab. 188)
Infeksi dermatofit pada kulit lebih sering terjadi pada petani dan pekerja
peternakan.19 Infeksi oleh Trichophyton rubrum dan T.mentagrophytes, yang
dijumpai pada populasi umum, dapat terjadi pada kondisi pekerjaan yang
melibatkan peningkatan berkeringat dan oklusi. Microsporumgypseum,
mentagrophytesT, dan T.verrucosum merupakan penyebab infeksi pada pekerja
luar pertanian dan lainnya (lihat gambar 212-1,2 dalam edisi online). M. canis
menginfeksi dokter hewan dan pekerja laboratorium. Fisioterapis yang melakukan
hydrotherapy juga lebih berisiko terjadinya infeksi jamur pada kulit.20 Pernah
dilaporkan tinea korporis yang tidak biasa pada ilmuwan yang disebabkan oleh
strain yang ada di laboratorium Arthroderma benhamiae.21
31
MISETOMA (MADURA FOOT) (Lihat BAB 185 dan 190)
Misetoma, disebabkan oleh berbagai jenis jamur dan actinomycetes,
terutama pada petani dan pekerja di luar ruangan di negara-negara tropis dan sub-
tropis; berjalan tanpa alas kaki juga merupakan faktor risiko.
32
Bank itch terjadi pada nelayan dan buruh pelabuhan di Laut Utara, yang terpapar
dengan kelautan bryozoan Alcyonidium gelatinosum.
33
Gesekan tiba-tiba dapat menyebabkan pembentukan bula akibat gesekan,
erosi, atau ulkus.28 Tekanan dalam jangka waktu yang lama dan berlebihan dapat
menimbulkan hiperpigmentasi dan penebalan, stigmata karakteristik dari berbagai
pekerjaan29 (Gambar. 212-3).
Gambar 212-3. Kuku yang mengalami distrofi pada pekerja rumah jagal. Sambil
memegang pisau di tangan kanannya untuk memotong, Perhatikan kalus di atas
sendi interfalangeal distal di sebelah kiri
Selain kalus dan jaringan keratin, tanda penyakit akibat pekerjaan termasuk
perubahan warna, telangiektasis, tato, dan kelainan bentuk. Otomatisasi yang lebih
besar dan pakaian pelindung yang lebih baik, terutama pilihan yang lebih luas dari
sarung tangan, telah menurunkan kejadian tanda-tanda penyakit akibat pekerjaan.
Pada musisi, presentasi klinis dan lokasi lesi kulit biasanya berdasarkan instrumen
yang digunakan (misalnya, fiddler’s neck, cellist’s neck, guitar nipple, flautist’s
chin).10 Pada atlet, trauma berulang saat berjalan dapat menyebabkan tumit hitam
atau talon noir serta ekskoriasi dan jogger’s toe.30 Jaringan keratin juga dapat
terjadi karena tekanan ekstrim yang berhubungan dengan deformitas tulang,
mekanik kaki yang buruk, atau alas kaki yang tidak tepat.31 Suatu kelompok baru
dari gangguan kulit akibat penggunaan komputer dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan trauma berulang (mousing callus) dan tekanan dalam jangka waktu
yang lama (computer’s palm) telah dijelaskan.32,33 Kondisi kulit yang mendasari
seperti pada pasien seperti psoriasis dan liken planus dapat diperburuk oleh trauma
34
akibat pekerjaan (koebenerization). Dermatitis yang disebabkan oleh gesekan dan
tekanan dapat menjadi predisposisi terjadinya sensitisasi alergi.34
Hiperkeratosis eksematosa pada tangan berupa hiperkeratosis, berskuama,
dermatitis fisura kronis yang melibatkan telapak tangan dijumpai pada pekerja yang
terlibat dalam pekerjaan manual yang melibatkan gesekan dan tekanan berulang-
ulang (Gambar. 212-4).
Gambar 212-4. Dermatosis hipertrofik kronis pada telapak tangan pada masinis
berusia 59 tahun. Ia bekerja pada tampat penyimpanan, di mana ia terus
menggunakan tangan sebagai alat, dan terpaksa pensiun karena dermatosis yang
persisten dengan pembentukkan fisura dan perdarahan
35
TABEL 212-2. KLASIFIKASI KLINIS EKSIM POST TRAUMATIK
1. Reaksi idiopatik (eksim endogen) (misalnya, luka bakar pada tangan diikuti
dengan eksim 1 bulan kemudian)
2. Reaksi Isomorfik
a. Primer (didahului eksim endogen)
(misalnya, luka gores di jari diikuti oleh eksim jari dan laler oleh lentur eksim
atopik)
b. Sekunder (eksim endogen) (misalnya, eksim pada tangan yang teriritasi diikuti
oleh tusukan pada jari dan eksim jari, yang tetap ada setelah eksim di tangan
sembuh)
GRANULOMA
Granuloma dapat terbentuk karena penetrasi benda asing pada kulit; dapat
bersifat imunogenik atau non-imunogenik. Tabel 212-3 daftar penyebab granuloma
kulit akibat kerja.37 Penetrasi rambut manusia ke dalam ruang interdigitdal dari
tukang cukur dan sapi dan rambut domba ke tangan pekerja yang berkaitan dengan
hewan dapat menimbulkan granuloma akibat benda asing.38
36
• Serpihan kayu (pertanian, kehutanan)
• Rambut (penata rambut, pertanian, penanganan hewan)
• Bulu domba ( penggalangan domba)
37
VIBRATION SYNDROME
Getaran alat genggam dapat menyebabkan spasme pembuluh darah di jari
dan tangan yang dikenal sebagai white fingers atau vibration-induced white
finger.41 Operator dan alat-alat listrik seperti jack hammers, mesin pencampur, palu,
gergaji rantai, dan penggiling dengan tangan dapat memicu terjadinya kondisi ini,
terutama pada iklim dingin. Gejala vaskular dapat berhubungan dengan gejala
neuromuskuler dan bahkan dengan perubahan tulang, yang dikenal sebagai hand-
arm vibration syndrome.42 Gejala awal masih ringan dan terdiri dari mati rasa dan
kesemutan, diikuti oleh kekakuan dan memucatnya dari satu atau lebih jari, dengan
parestesia dan melemahnya otot-otot intrinsik yang dapat terjadi pada tahap
selanjutnya. Frekuensi getaran antara 30 dan 300 Hz yang paling kuat. Merokok
juga dianggap sebagai faktor risiko. Perbaikan dalam desain gergaji rantai dan alat
getar lainnya telah menurunkan prevalensi gejala akibat vibrasi.
38
• Hidrokarbon aromatik dan pelarut (misalnya, benzena)
Skleroderma Like Disease
• Vinyl chloride
• Epoxy resin (bis (4-amino 3-methylcyclohexyl) metana)
• Diklorinasi dan hidrokarbon alifatik dan pelarut (misalnya, trichloroethylene)
• Hidrokarbon aromatik dan pelarut (misalnya, benzena)
• Pestisida
• Obat-obatan (bleomisin, pentazosin)
• Anilina dan asam lemak anilides
• Parafin
•Silikon
Coal Tar dan Pitch Acne (Lihat Bab. 78) minyak tar batubara, creosote,
dan pitch dapat menimbulkan jerawat tipe komedo, pada predileksi daerah yang
terkena, terutama daerah malar.45 pekerja pabrik tar batubara, tukang atap, pekerja
pemeliharaan jalan, dan pekerja konstruksi merupakan kelompok yang berisiko.
Reaksi fototoksik juga dapat terjadi dan menyebabkan hiperpigmentasi, yang
dikenal sebagai tar batubara melanosis. Pitch dan papiloma tar, keratosis, dan
akantoma dapat terjadi sebagai komplikasi akhir.46
Chlor Acne (Lihat Bab. 78) chloracne merupakan salah satu indikator yang
paling sensitif dari pemaparan dalam pekerjaan atau lingkungan dari hidrokarbon
aromatik toksik terhalogenasi tertentu, yang terjadi sebagai kontaminan selama
39
sintesis bahan kimia di industri. Paparan dapat perkutan atau terhirup atau tertelan.
Salah satu induser poten dari chloracne adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin
(TCDD), yang telah diidentifikasi dalam beberapa wabah di industri serta dalam
kasus-kasus diduga keracunan di Austria dan Ukraina.47 bahan kimia
chloracnegenic lain tercantum pada Tabel 212-5.48
40
malar dan lipatan retroauricular, hidung; leher posterior, badan, dan ekstremitas
serta bokong, skrotum, dan penis dapat juga terlibat. Kerusakan diferensiasi TCDD
dari keratinosit.49 Polychlorinated biphenyls (PCB) dan TCDD menyebabkan
hiperkeratosis folikel dan hiperhidrosis palmo-plantar. PCB juga dapat
menyebabkan kulit, selaput lendir, dan hiperpigmentasi kuku serta konjungtivitis.
Berdasarkan temuan klinis saja, mungkin sulit untuk membedakan chloracne dari
acne vulgaris dini (Tabel 212-6) dan komedo senilis (solar). Jaringan parut dapat
ringan sampai berat, tergantung pada tingkat paparan kimia dan keterlibatan
kulit.47,50
41
TABEL 212-7. AGEN PEMICU KANKER KULIT AKIBAT
PEKERJAAN DAN INDUSTRI YANG MEMILIKI PAPARAN RISIKO
Agen Penyebab Industri / Kegiatan Dengan PotensiExposure
● Polisiklik Aromatik ● Gasifikasi batubara, Produksi aluminium, Besi
Hidrokarbon dan Pengecoran baja, Produksi minuman
bersoda, ekstraksi minyak serpih, penyulingan
tar, aspal dan atap kerja material, Impregnasi
kayu
● Arsenik ● Pekerja Kaca; tembaga, seng, dan peleburan
timah; produksi pestisida dan herbisida; industri
semikonduktor
● Sinar Ultraviolet ● Pekerjaan luar ruangan, Tukang las
● Radiasi Pengion ● Pembangkit listrik tenaga nuklir, radiografi,
pertambangan uranium
42
rekreasi dari pekerjaan. Eksposur non-kerja radiasi non-solar, seperti lampu UV dan
lampu tidur, dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan risiko melanoma.61
Hubungan antara karsinoma sel skuamosa (lihat Bab. 114) dan paparan UV
kumulatif lebih kuat, yang membuat pekerjaan luar menjadi faktor risiko yang
signifikan. Namun, eksposur pekerjaan lainnya, seperti terpapar karsinogen kimia,
juga dapat berperan penting,62 dan efek aditif yang tidak bisa dikesampingkan.
Untuk menentukan peran tempat kerja dalam terjadinya kerusakan aktinik
kulit dan kanker kulit, dokter harus mempertimbangkan riwayat pekerjaan secara
rinci dengan deskripsi pekerjaan dimulai dengan pekerjaan pertama, serta aktivitas
diluar kerja, hobi dan olahraga, dan kegiatan rekreasi lainnya, termasuk di mana
pasien terlibat pada usia lebih muda.
yang membentuk adduct DNA dan bertindak sebagai karsinogen. tar batubara dan
61 64
produk minyak bumi seperti tar, pitch, minuman bersoda, karbon hitam (jelaga),
creosote, antrasena, parafin mentah, aspal, bahan bakar dan minyak diesel, pelumas
dan minyak pendingin, dan minyak mineral, serta minyak, lilin, dan ter dari produk
penyulingan minyak serpih dan lignit, mengandung PAH. Paparan PAH yang
65
tinggi pada pekerjaan terjadi di beberapa industri dan pekerjaan (lihat Tabel 212-
7), dan pekerja bisa terkena PAH melalui inhalasi atau kontak kulit. Risiko
melanoma, serta kanker organ dalam, telah dilaporkan meningkat pada pekerja
kilang minyak. 66
risiko untuk kanker kulit dan kanker internal karena carcinogenicity potensi aspal
dan PAH dari produk tar batubara. Tar pekerja kilang berada pada peningkatan
69
43
lengan, dan tangan. Penggunaan produk tar topikal untuk mengobati penyakit
70
dermatologi telah disarankan untuk menimbulkan risiko kanker kulit, tetapi belum
pernah didokumentasikan untuk melakukannya.
ARSENIK
Air minum yang mengandung arsenik berhubungan dengan berbagai
keganasan pada kulit dan organ dalam. Alkohol, bentuk trivalen arsenik lebih
71
dengan frekuensi yang lebih tinggi dari lesi kulit multipel, rekurensi, dan gejala sisa
pembedahan besar (Gbr. 212-5). Terdapat laporan dari prevalensi yang tinggi dari
75
melanoma pada pilot maskapai penerbangan dan pramugari yang terkena radiasi
kosmik; Namun, beberapa pengamat merasa bahwa asosiasi ini adalah karena efek
gaya hidup.
44
Gambar 212-5. Radiodermatitis dan karsinoma sel skuamosa pada seorang wanita
yang telah bekerja sebagai teknisi x-ray selama bertahun-tahun, menangani pasien
pemeriksaan x-ray sejak muda, termasuk fluoroskopi tapi tanpa perlindungan
45
DAFTAR PUSTAKA
19. Rowse DH, Emmett EA: Solven."Ind the skin. Clin Occup Environ Med
4:657,2004
46
59. De Fabo LC et al: Ultraviolet B but not ultraviolet A radiation initiates
melanoma Callcer Res 64:6372, 2004.
76. Ramirez CC, Federman DG, Kirsner RS: Skin cancer as an occupational
disease: The effect of ultraviolet and other radiation. 1m Dermatol44;9S, 2005.
47