Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

ERITRODERMA/DERMATITIS EKSFOLIATIVA PADA


ANAK

Oleh :
Muh Fadhil Ilhami, S.Ked J510155065
Dzaky Haidar Afif, S.Ked

J510155058

Pembimbing :
dr. Flora Ramona SP, Sp.KK
dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN
RSU PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Eritroderma,

disebut

juga

sebagai

dermatitis

eksfoliatif,

diperkenalkan pertama kali oleh Hebra pada 1868, merupakan kelainan


kulit inflamasi yang ditandai kulit eritem generalisata dan skuama yang
luas melibatkan 90% luas permukaan kulit. Eritroderma dan dermatitis
eksfoliatif merupakan satu perjalanan klinis, yakni tahap awal berupa kulit
eritem generalisata yang kemudian diikuti dengan pengelupapasan kulit.
Penanganan Eritroderma harus segera dilakukan karena merupakan suatu
kegawatan pada kulit.
Pendekatan

penegakan

diagnosis

pada

kasus

eritroderma

tergantung pada riwayat penyakit sebelumnya, seperti riwayat pemakaian


obat atau medikasi lain. Pasien dengan penyakit kulit sebelumnya yang
telah ada dapat berkembang menjadi eritroderma. Pada beberapa kasus
eritroderma, penyakit yang mendasari dapat ditegakkan dengan mudah,
namun sebaliknya banyak kasus eritroderma cukup sulit ditegakkan
kausanya.
Diagnosis
gambaran

klinis,

eritroderma
dan

ditegakkan

pemeriksaan

berdasarkan

laboratorium,

anamnesis,
pemeriksaan

histopatologi dapat membantu menentukan penyakit yang mendasarinya.


Diagnosis yang akurat dari penyakit ini merupakan suatu proses yang
sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang seksama, evaluasi serta
pengetahuan tentang terminologi dermatologi, morfologi serta diagnosa
banding.
A. Etiologi
Cause(s)
Immunologic disorders

Metabolic/nutrition disorders

Disease(s)/syndrome(s)
Omenns syndrome
Graft vs. host disease
Cutaneous T-cell lymphoma
Hypogamma globulinemia
DiGeorges syndrome
Kwashiorkor
Renal failure
Acrodermatitis enteropathica
Cystic fibrosis dermatitis
Leiners disease
Amino acid disorders

Infections

Toxicities/drug reactions

Part

component

syndrome(s)

of

Staphylococcal

scalded

skin

syndrome
Scarlet fever
Neonatal candidosis
Toxic shock syndrome
Boric acid toxicity

Drug-induced
erythroderma/exfoliative dermatitis
various Nethertons syndrome
Sjogren Larssen syndrome

Keratitisichthyosisdeafness
syndrome
Ectodermal dysplasias
Neutral lipid storage disease with

Cutaneous disorders

ichthyosis
ConradiHunermann syndrome
Trichothiodystrophy
Atopic dermatitis
Psoriasis vulgaris
IchthyosisHarlequin
Lamellar
Bullous
Diffuse cutaneous mastocytosis
Toxic epidermal necrolysis
Pityriasis rubra pilaris
Seborrhoeic dermatitis
Norwegian Scabies

B. Epidemiologi
Lebih banyak pada pria 2-3 kali kejadian. Biasanya pada usia >50
tahun. Pada anak biasanya didahului dermatitis atopik. Kasus ini
umumnya jarang ditemui pada kelompok anak. Dari 80 pasien anak
dengan eritroderma hanya 7 yang terkena yaitu pada usia 0-3 tahun
dan dilanjut usia 4-13 tahun. Pada anak rasio antara laki perempuan
hampir sama.
C. Patogenesis
Pada eritroderma terjadi peningkatan epidermal turnover rate,
kecepatan mitosis dan jumlah sel kulit germinatif meningkat lebih tinggi
dibanding normal. Selain itu, proses pematangan dan pelepasan sel
melalui epidermis menurun yang menyebabkan hilangnya sebagian

besar material epidermis, yang secara klinis ditandai dengan skuama


dan pengelupasan yang hebat. Patogenesis eritroderma masih menjadi
perdebatan. Penelitian terbaru mengatakan bahwa hal ini merupakan
proses sekunder dari interaksi kompleks antara molekul sitokin dan
molekul adhesi seluler yaitu Interleukin (IL-1, IL-2, IL-8), molekul adhesi
interselular 1 (ICAM-1), tumor nekrosis faktor, dan interferon-.
D. Manifestasi Klinis dan Ujud Kelainan Kulit
Terdapat fase akut dan kronis yang saling melampaui sehingga
seringkali sulit dibedakan. Pada fase akut dan subakut, terdapat eritem
yang meluas dengan cepat ke seluruh tubuh, pasien merasa panas dan
dingin, menggigil, dan demam. Pada fase kronis

kulit mulai menipis,

lesi berlanjut dan menjadi lamellar.


Gambaran klinis yang menyertai eritroderma bervariasi. Bisa terjadi
kehilangan lapisan kulit kepala dan rambut tubuh keseluruhan, kuku
menipis dan lepas dari tempatnya (onycholysis). Pada pasien dengan
kulit coklat atau hitam dapat terjadi hyperpigmentasi atau kehilangan
pigmen sebagian.
Beberapa studi menyebutkan bahwa gejala pruritus merupakan
manifestasi klinis tersering pada eritroderma. Gejala klinis tersering
lainnya seperti kulit berskuama, limfadenopati, kelainan kuku, demam,
edema,

dan

hepato-splenomegali

yang

bervariasi

dan

memiliki

frekuensi berbeda di tiap wilayah


E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi dapat mengidentifikasi kausa eritroderma
hingga 50% kasus, khususnya jika menggunakan biopsi multipel.
Temuan hasil laboratorium juga bervariasi pada kasus eritroderma.
Kelainan hasil laboratorium yang sering dijumpai yaitu kenaikan laju
enap

darah

(LED),

leukositosis,

eosinofilia,

peningkatan

kadar

immunoglobulin (Ig)-E, dan anemia. Terdapat perbedaan frekuensi


abnormalitas hasil laboratorium dari beberapa studi. Anemia dilaporkan
memiliki frekuensi tersering pada beberapa studi menyebutkan bahwa
kenaikan

C-reactive

laboratorium

tersering

protein
yang

(CRP)
dijumpai

merupakan
pada

kelainan

kasus

hasil

eritroderma.

Sedangkan leukositosis, eosinofilia, kenaikan LED, dan peningkatan

kadar IgE dilaporkan memiliki 3 frekuensi tersering pada studi-studi


lainnya.

F. Diagnosis Banding
Pada neonatus dan bayi diagnosis banding meliputi penyakit
dermatosis

(seperti

psoriasis,

dermatitis

atopik,

dan

dermatitis

seboroik), dan infeksi (khususnya staohylococcal scaled-skin syndrome)


G. Terapi
Pada beberapa penderita, eritroderma dapat ditoleransi dan berada
pada kondisi yang kronik. Pengobatan disesuaikan dengan penyakit
yang mendasarinya, namun tetap memperhatikan keadaan umum,
seperti

keseimbangan

cairan

dan

elektrolit

tubuh,

memperbaiki

hipoalbumin dan anemia, serta pengendalian infeksi sekunder. Suhu


lingkungan memberikan gejala yang berefek pada anak. Kebanyakan
menggunakan emolien yang berguna meringankan iritasi kulit pada
anak. Topikal kortikosteroid jarang digunakan mungkin berguna hanya
untuk beberapa pasien dan tidak efektif atau berbahaya untuk pasien
lain.
H. Komplikasi
Komplikasi sitemik

dari

eritroderma

adalah

ketidakseimbangan

masuknya cairan dan elektrolit, gangguan termoregulasi, syndrom


distres pernafasan akut.
I. Prognosis
Prognosis tergantung etiologi dari eritroderma tersebut rata-rata
eitroderma penyebab karena psoriasis, dermatitis atopik, dan obat
prognosis baik. Penyebab kematian atau prognosis buruk kebanyakan
karena komplikasi sistemik seperti sepsis, pneumonia, dan syndrom
sezary.
Gambar :

Daftar Pustaka
Akhyani M, Ghodsi ZS, Toosi S, Dabbaghian H. Erythroderma: A clinical
study of 97 cases. BMC Dermatol. 2005;5:5
Cynthia Okoduwa, W C Lambert, et al., Erythroderma: Review of a
Potentially Life-Threatening Dermatosis. Indian J Dermatol. 2009 JanMar; 54(1): 16.
Virendra N. Sehgal, Govind Srivastava., Erythroderma/generalized
exfoliative dermatitis in pediatric practice: An overview. International
Journal of Dermatology 2006. 45;831839
Wolff, Klaus., dkk. Fitzpatrick Dermatology in General medicine. Ed 7.
New York : McGraw-Hill, 2008

Anda mungkin juga menyukai